• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menjadi insan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menjadi insan yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan sangatlah penting dan bermakna bagi manusia. Dimana dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menjadi insan yang berkualitas baik secara pribadi dan mental. Secara tidak langsung hal itu nantinya akan berpengaruh pada suatu perkembangan dan kemajuan serta kebesaran sebuah bangsa, oleh karena itu maka faktor pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dan perkembangan bangsa umumnya di suatu negara. Dalam program pembangunan Indonesia dewasa ini, sektor pendidikan mendapat perhatian yang besar. Berdasarkan pendidikan maka akan tercipta sumber daya yang sangat berguna dalam pembangunan suatu negara.

Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dan kualitas pendidikan di tingkat dasar, dalam hal ini Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai landasan dan dasar bagi semua jenjang pendidikan nasional. Hal tersebut dapat terjadi karena pada jenjang Sekolah Dasar, pendidikan diarahkan pada tujuan memberikan kemampuan-kemampuan dasar yang intinya adalah membaca, menulis dan berhitung.

Faktor terpenting yang dibutuhkan dalam upaya memenuhi tujuan di atas adalah peran seorang guru sebagai pendidik karena di pundak seorang guru

(2)

terletak sejumlah harapan mengenai penyelenggaraan pendidikan, dimana kedudukan dan peran guru selaku pendidik dipandang sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran dan keberhasiian proses belajar mengajar.

Rusbintarto (dalam Windarini. 1996) menyebutkan bahwa guru adalah orang-orang yang secara teknis terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Keadaan yang demikian itu pada akhirnya akan menuntut guru sebagai aktor penting dalam proses pendidikan untuk dapat berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional. Tidak hanya sekedar pemberi materi tetapi juga menentukan apakah kegialan belajar itu nantinya akan menjadi suatu hal yang penuh arti sebagai modal utama siswa menghadapi masa depannya, sejalan dengan apa yang diungkapkan Rudyanto (dalam Windarini, 1996) bahwa guru mempunyai peran dalam mengembangkan kepribadian anak didiknya. Sardinian (dalam Windarini, 1996) mengemukakan bahwa pada diri setiap guru terlelak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Keadaan ini menunjukkan bahwa guru merupakan pusat pengendali dari suatu proses belajar mengajar, yang berarti bisa dikatakan bahwa guru sebagai seorang pemimpin di kelas. Stogdill (dalam Mar'at, 1981) mengungkapkan bahwa seorang dinilai sebagai pemimpin bila :

1. Posisinya sebagai pusat dari lingkungan 2. Peranannya sebagai yang memberikan arab

3. Peranannya sebagai stimulator atau penggerak dari kegiatan

(3)

Sebagai seorang pemimpin guru harus mempunyai tindakan-tindakan yang mampu mempengaruhi murid-muridnya dan nantinya membawa murid kepada suatu kegiatan belajar mengajar yang ideal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Kegiatan, usaha dan tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan suatu kelompok kepada satu tujuan yang telah ditetapkan dikenal dengan kepemimpinan. Stogdill (Mar;at, 1991) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses ata u tindakan mempengaruhi kegiatan suatu kelompok dalam usaha mencapai tujuan yang ditentukan. Oleh karena itu kepemimpinan yang efektif merupakan faktor yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Drucker (dalam Mersey & Blanchard, 1994) yang menyebutkan bahwa kelompok yang berhasil memiliki sebuah ciri utama yang membedakannya dengan kelompok yang tidak berhasil, yaitu kepemimpinan yang efektif. Dengan efektivitas kepemimpinan yang dimilikinya seorang guru mampu membawa proses belajar mengajar di kelas kepada suatu situasi yang nyaman dan mendukung untuk tercapainya tujuan belajar yang telah ditentukan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa seorang guru harus mempunyai suatu keterampilan dan keahlian ekstra, bukan hanya sekedar kemampuan untuk mengajar saja tapi lebih dari itu, tugas dan tanggung jawab besar, disiplin dan budi pekerti luhur, dedikasi dan loyal terhadap profesi yang diembannya. Tugas-tugas yang berat ini tentunya sudah sangat disadari oleh para calon guru ketika mereka memutuskan untuk memilih profesi sebagai guru. Sebelum memilih tentunya sudah dipertimbangkan situasi yang akan dihadapi dan memprediksikan

(4)

keyakinan akan kemampuan dan potensi yang ada di dalam dirinya untuk menghadapi tugas-tugas yang diemban nantinya. Keyakinan seseorang akan kemampuannya melakukan perilaku tertentu yang diminta untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan dalam situasi yang diberikan kepadanya di sebut dengan efikasi diri (Bandura, 1997). Efikasi diri ini sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya, dimana mereka harus siap menyediakan waktu. tenaga dan pikiran untuk menjalankan tugas-tugas mengajar dan tugas-tugas administrasi lainnya. Untuk itu maka seorang guru harus tahu dan bisa memprediksikan kemampuannya untuk menjalankan semua tugas yang dibebankan kepadanya.

Efikasi diri yang dimiliki akan sangat besar fungsinya dalam rangka memperlancar penyelesaian tugas, dengan keyakinan akan kemampuan yang tinggi maka seseorang menjadi lebih percaya diri dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan semua uraian di atas maka dapat dilihat bahwa untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, dibutuhkan kemampuan, keterarnpilan dan karakteristik kepribadian tertentu. Hal ini sejalan dengan makin besarnya peran dan tugas guru untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Akan tetapi meningkatnya peran dan tugas guru saat ini tampaknya kurang diimbangi dengan penghargaan yang baik. Salah satunya adalah iklim kerja yang kurang menyenangkan dimana kondisi dan lingkungan kerja tidak mendukung pelaksanaan tugas, usaha dan tanggung jawabnya. Banyak perlakuan yang tidak adil dari sekelompok birokrat pendidikan berupa keterlambatan penerimaan gaji,

(5)

rapel gaji yang di potong seenaknya. kcwajiban mernbayar berbagai iuran, dan kenaikan pangkat yang tertunda.

Efektivitas kepemimpinan adalah derajat keberhasilan seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara mempengaruhi pengikutnya melalui kombinasi ideal antara orientasi pada tugas dan penekanan pada hubungan kemanusiaan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Oleh karena itu maka kepemimpinan yang efektif merupakan faktor yang penting yang harus dimiliki seorag guru (Syah, 1995).

Adanya kenyataan, dimana tanggung jawab dan tuntutan berat dalam tugas seorang guru tidak diimbangi dengan penghargaan yang besar akan usaha dan tanggung jawab yang diembannya tentunya akan menimbulkan sualu tekanan dan beban yang berat bagi seorang guru yang pada akhirnya akan mengakibatkan keadaan stres. Maramis (1980) mengungkapkan bahwa stres dapat bersumber pada frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Sementara Lazarus (1976) mengemukakan bahwa faktor-faktor frustasi, ancaman serta konflik dapat menimbulkan stres. Dari uraian tersebut maka bisa dikatakan bahwa guru merupakan individu yang mempunyai kerentanan terhadap stres. Seorang guru yang mengalami stres tentu tidak akan bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal. Hal ini disebabkan karena stres yang dialami akan mengakibatkan seseorang menjadi tertekan dan menimbulkan ketegangan yang akan berpengaruh pada emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang. Lebih jauh Davis dan Newstorm (1989) menyebutkan kondisi ketegangan tersebut dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, yang mana

(6)

apabila berada dalam porsi yang berlebihan akan dapat mengancam kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya. Pada guru keadaan tersebut tentunya akan sangat berpengaruh pada tindakannya ketika berlangsung proses belajar mengajar di kelas, yang tentunya akan sangat merugikan baik bagi siswa ataupun bagi guru sendiri.

Melihat kondisi diatas maka seorang guru harus dituntut mempunyai suatu daya tahan atau toleransi terhadap stres yang tinggi agar tidak mudah mengalami perasaan tertekan dan stres terhadap stresor-stresor yang diterimanya. Toleransi terhadap stres adalah seberapa besar kemampuan individu dalam menghadapi stres. Maramis (1990) menyebut toleransi terhadap stres sebagai daya lahan stres atau nilai ambang frustasi. Sejalan dengan pendapat diatas, Carson dkk. (1992) menyebutkan bahwa istilah toleransi terhadap stres mengacu pada kemampuan individu untuk bertahan dalam menghadapi stres tanpa mengakibatkan gangguan yang berarti.

Berdasarkan uraian diatas maka bisa dilihat bahwa tiga faktor yaitu efektivitas kepemimpinan, efikasi diri dan toleransi terhadap stres merupakan faktor yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru dalam rangka menghadapi situasi-situasi yang akan dihadapinya dalam proses mengajar. Keberhasilan seorang guru dalam mengatasi situasi yang dihadapi akan lebih meningkatkan efikasi diri individu, seperti yang diungkapkan oleh Bandura (1986) bahwa individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menetapkan target yang lebih tinggi jika target yang terdahulu tercapai. Seorang guru yang mempunyai efektivitas kepemimpinan yang tinggi akan mampu menyelesaikan

(7)

permasalahan yang dihadapinya melalui setiap proses yang benar dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa apabila individu menghadapi suatu situasi yang tidak menyenangkan. dan dengan keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya dan disertai usaha dan motivasi yang tinggi mampu mengatasi situasi tersebut maka individu akan lebih yakin lagi akan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan yang serupa di masa yang akan datang.

Dalam proses mengajar pada guru SD Donorejo di Pacitan terdapat banyak sekali tuntutan-tuntutan yang bisa menimbulkan konflik dan beban berat bagi guru. Di SD Negeri di Donorejo Pacitan kurang mempunyai kemampuan untuk menyediakan tenaga guru yang cukup jumlahnya, melaksanakan pola pembelajaran satu guru untuk satu atau dua mata pelajaran. Tuntutan-tuntutan itu tentunya harus diselesaikan dengan suatu perencanaan dan pengelolaan tugas yang baik, yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oieh individu untuk tercapainya suatu tujuan mengajar. Sehingga pada akhirnya akan mampu meminimalkan konflik dan beban bagi guru yang tentunya akan sangat mempengaruhi kondisl psikologis guru, dan pada akhirnya pada proses belajar mengajar. Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sampai sejauh mana efikasi diri dan efektivitas kepemimpinan pada guru Sekolah Dasar Di Donorejo, Pacitan berhubungan dengan toleransi terhadap stres.

(8)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan efektivitas kepemimpinan dengan toleransi terhadap stres pada guru Sekolah Dasar Negeri di Donorejo Kab. Pacitan.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu Psikologi berupa masukan data empirik tentang efektivitas kepemimpinan, efikasi diri dan toleransi terhadap stres pada guru SD pada umumnya dan tentang perilaku dan permasalahan yang dihadapi guru SD dalam kehidupan sosial dan pribadinya pada khususnya.

2. Manfaat Praktis : a. Para pendidik

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efikasi diri dan efektivitas kepemimpinan guru.

b. Wali murid

Dapat memberikan kontribusi praktis bagi orang tua/wali murid untuk meningkatkan memberikan dukungan kepada guru baik berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan integrasi sosial dan lebih memberi penghargan yang baik pada guru.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap

Bila 100 mL contoh larutan jenuh masing masing garam Pb berikut ini, manakah yang mengandung konsentrasi ion Pb 2+ (aq) paling tinggiA. Berikut ini, manakah pernyataan yang

Penelitian ini yang bertujuan untuk menelaah pengaruh dosis biochar dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L. saccharata Sturt.)

Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan sifat- sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil (Burhanuddin, 1994:

Peubah biologi yang diamati meliputi: 1) lama waktu perkembangan yang dibutuhkan sejak telur diletakkan oleh imago betina sampai menetas menjadi nimfa instar

Hasil yang sama dikemukakan oleh Suwadi (dalam Yogantara, 2013) bahwa variabel komitmen organisasi tidak memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang Identifikasi Jenis Buah Apel Menggunakan Algoritma K – Nearest Neighbor (KNN) dengan Ekstraksi Fitur Histogram, dapat

[r]