• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS KINERJA KEUANGAN PT PLN (PERSERO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS KINERJA KEUANGAN PT PLN (PERSERO)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS

KINERJA KEUANGAN PT PLN (PERSERO)

Henny Dwijayani

Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas Darul „Ulum Jombang

Jl. Gus Dur 29 A Jombang Email : henny.me@undar.ac.id

Abstrak

Laporan keuangan merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bagi perusahaan Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan masa yang akan datang, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Keadaan perusahaan akan membaik dengan cara memperkecil jumlah hutangnya, sehingga perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya. peningkatan perubahan rasio likuiditas mengakibatkan aktiva lancar yang cenderung meningkat nilainya dibandingkan hutang lancar yang jumlahnya cenderung terkoreksi. Sehingga dalam hal ini menggambarkan suatu keadaan perusahaan yang signifikan atau membaik.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan atau dan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Kata kunci: Laporan Keuangan, rasio likuiditas, Rasio solvabilitas dan signifikan

PENDAHULUAN

Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak pada suatu unsur keuangannya. Karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh perusahaan sudah tepat atau belum.

Salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kondisi keuangan yaitu diwujudkan dalam laporan keuangan yang disusun pada setiap triwulan atau akhir periode yang berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan dalam usahanya. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat informasi antara data finansial dan aktivitas suatu

(2)

perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut.

Dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen dapat diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan keuangan dan kemajuan perusahaan. Pemilik usaha dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan menilai kinerja keuangan sekarang, apakah sudah mencapai target yang telah ditetapkan atau belum.

Pada hakekatnya, laporan keuangan merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) seperti PT PLN (persero) APJ Mojokerto yang dapat dimanfaatkan oleh pihak pemakai laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen kepada manajemen itu sendiri.

Laporan keuangan (PSAK 1 2007,5) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku (Kasmir 2009, 6). Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu banyak pihak yang memerlukan laporan keuangan yang dibuat perusahaan seperti, pemerintah, kreditor, investor maupun para supplier.

Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan masa yang akan datang, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Jadi laporan keuangan (Kasmir 2009, 7) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisis saat ini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya per tiga bulan atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan (Kasmir 2009, 7) sementara itu untuk laporan lebih luas dibuat satu tahun sekali.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang penyajian laporan keuangan (PSAK 2009, 6) menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode. 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode. 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode. 4. Laporan arus kasselama periode.

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakkan akuntansi penting dan informai penjelasan lainnya,

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Tujuan laporan keuangan (PSAK 1 2009, 5) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban

(3)

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (PSAK 1 2009, 5). Menurut (PSAK No. 1 2009, 5) dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1. Aset 2. Liabilitas 3. Ekuitas

4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,

5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan

6. Arus kas

Jadi dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Laporan keuangan tidak cukup hanya dibaca saja tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.

Laporan keuangan merupakan suatu usaha yang mencoba memberikan gambaran-gambaran tentang hasil akhir kegiatan atau transaksi-transaksi yang terjadi dalam periode yang bersangkutan dan sudah barang tentu sangat kompleks. Arti dan makna yang dimaksud dalam laporan keuangan itu diperlukan agar dapat dipakai sebagai alat Bantu bagi pemilik, manajemen, kreditur dan lain-lain pihak yang memerlukan.

Menurut (Darsono dan Ashari 2005, 11) pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Investor atau pemilik

Pemilik perusahaan menanggung resiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Artinya dapat menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Sedang bagi calon pemilik, laporan keuangan digunakan untuk informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.

2. Pemberi pinjaman (kreditor)

Untuk memberikan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Artinya perusahaan tersebut mampu membayar hutangnya kembali atau tidak. 3. Pemasok atau kreditur lainnya

Untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.

4. Pelanggan

Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga membutuhkan informasi tentang kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama.

5. Karyawan

Untuk menilai kemampuan p[erusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya, artinya untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya/.

(4)

Bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakkan dalam bidang ekonomi misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan serta bantuan. 7. Masyarakat

Dapat digunakan sebagai bahan ajar, analisis serta informasi trend dan kemakmuran.

Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain.

Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir 1995,85). Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“ (pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.

Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi 2003, 69). Dalam bukunya (Halim 2003, 17) yang berjudul “Analisis Investasi” menyebutkan bahwa ide dasar dari pendekatan fundamental ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi.

2.1.5. Analisis Rasio Keuangan

Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi dalam suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan seringkali memasukkan berbagai macam transformasi atas laporan keuangan. Jika analisis hanya menganalisa item atau akun yang ada dalam laporan keuangan, maka analis kesulitan untuk menilai seberapa baik perusahaan beroperasi.

Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan (Darsono, Ashari 2005, 51). Rasio merupakan alat yang digunakan dalam arti relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Syarifuddin Alwi 1994, 107).

Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Erich A Helfert 1996, 87). Sedangkan menurut (Riyanto 2001, 329) pengertian lain tentang rasio keuangan adalah merupakan alat yang dinyatakan dalam

arithmatical term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial. Tujuan analisis laporan ini adalah untuk mengetahui hubungan-hubungan antara pos-pos neraca dan laporan laba-rugi dan merupakan

(5)

alat untuk mengukur kemampuan dan kelemahan suatu perusahaan berdasarkan dari data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Menurut (Kasmir 2009, 68) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan yaitu antara lain:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki

4. Mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat digunakan sebagai perbandingan dengan perusahan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban (utangnya) pada saat jatuh tempo (Khasmir 2009,110). Caranya dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aset lancar dengan komponen di pasiva lancar (utang jangka pendek).

Dimana CR adalah current ratio, semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Dalam praktik seringkali dipakai dengan standar 200% (2:1) yang dianggap ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya perusahaan sudah berada di titik aman dalam jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar sebaiknya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang yang dapat menghasilkan tingkat kembalian lebih (Khasmir 2009, 52).

2. Rasio solvabilitas

Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan/dilikuidasi (Khasmir 2009, 151).

(6)

Dimana DAR adalah Debt to Asset Ratio, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak maka semakin sulit perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikawatirkan perusahaan tidak mampu memenuhi utangnya adalah dengan aset yang dimilikinya. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya menggunakan rasio rata-rata industri yang sejenis (dengan prosentase)

Setyowati (2008) meneliti tentang analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan consumers goods. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan selama tahun 2003-2005 menunjukkan tingkat perusahaan yang sehat sekali.

Andrian Jonatha (2011)meneliti tentang analisis kinerja keuangan pada PT PLN APJ Mojokerto yang menunjukkan tingkat kinerja perusahaan yang cukup sehat akan tetapi diperlukan dana untuk penambahan modal agar tidak merugi.

Berdasarkan masalah dan kajian teori di atas yang telah diuraikan diatas maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kinerja Keuangan PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Mojokerto dari tahun periode 2007-2009 menurut analisis rasio likuiditas dan solvabilitasnya?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Mojokerto menurut rasio likuiditas dan solvabilitasnya dari tahun periode 2007-2009.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk deskriptif kuantitatif yaitu penelitian tentang fenomena yang terjadi saat ini dengan melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus rasio keuangan berupa rasio likuiditas dan solvabilitas dalam menganalisis kinerja keuangan PT PLN (persero) APJ Mojokerto. Proses yang dilakukan adalah pengumpulan dan penyusunan data, serta melakukan analisis dan penafsiran data tersebut (Chairul Saleh, 2008: 80). Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan data yang terkumpul seperti adanya.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diterbitkan atau digunakan organisasi yang bukan pengolahnya (Arsyad 1995, 29). Data tersebut diperoleh dari perusahaan, bahan dokumen, laporan penelitian dan dari literatur yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Sumber data yang didapat untuk obyek penelitian berupa laporan keuangan perusahaan selama periode 2007-2009 yang antara lain adalah neraca dan laporan laba rugi. Data pelengkap lain adalah gambaran umum dan struktur organisasi PT PLN (persero) APJ Mojokerto.

Prosedur Pengumpulan Data

(7)

1. Wawancara yaitu wawancara secara langsung atas obyek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Observasi yaitu pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti dengan mencatat keterangan atau hal-hal yang berguna bagi penyususnan data untuk dianalisis.

3. Dokumentasi yaitu dengan membuat salinan atau mengadakan arsip dan catatan perusahaan yang ada mengenai neraca, laporan rugi laba, gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.

Teknik Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut yaitu:

1. Data laporan keuangan yang didapat dari perusahaan yang diteliti yaitu neraca dan laporan laba rugi selama periode 2007-2009.

2. Melakukan analisis rasio keuangan dengan menggunakan masing-masing laporan keuangan yang meliputi:

a. Rasio Likuiditas

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban (utangnya) pada saat jatuh tempo (Khasmir 2009,110). Caranya dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aset lancar dengan komponen di utang jangka pendek.

Dimana CR adalah current ratio, semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Dalam praktik seringkali dipakai dengan standar 200% (2:1) yang dianggap ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya perusahaan sudah berada dititik aman dalam jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar sebaiknya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang yang dapat menghailkan tingkat kembalian lebih (Khasmir 2009, 52).

b. Rasio solvabilitas

Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan/dilikuidasi (Khasmir 2009, 151).

(8)

Dimana DAR adalah Debt to Asset Ratio, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak maka semakin sulit perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikawatirkan perusahaan tidak mampu memenuhi utangnya dengan asset yanbg dimilikinya. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya menggunakan rasio rata-rata industri yang sejenis (dengan prosentase)

3. Penilaian atas rasio keuangan dengan menggunakan analisis perbandingan dengan industri atau analisis perbandingan rasio periode saat ini dengan periode sebelumnya.

4. Penarikan kesimpulan dari hasil perhitungan terhadap rasio keuangan PT PLN (Persero) APJ Mojokerto, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum

Dalam menjalankan kegiatan perusahaan terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab setiap karyawan yang ditunjukkan dengan struktur organisasi. Adapun struktur organisasi PT PLN (Persero) APJ Mojokerto adalah berbentuk garis dan staf, dimana bentuk ini memudahkan untuk proses pengambilan keputusan yang cepat dengan dibantu olehstaf ahli yang berfungsi sebagai penasehat yang memberikan konsultasi mengenai kebijakkan dan langkah tertentu serta membantu pimpinan dalam manajemennya.

Analisis Pembahasan

Data laporan keuangan yang didapat dari perusahaan yang diteliti yaitu neraca dan laporan laba rugi selama periode 2007-2009, analisis rasionya yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban (utangnya) pada saat jatuh tempo (Khasmir 2009,110). Caranya dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aset lancar dengan komponen di pasiva lancar (utang jangka pendek).

Dimana CR adalah current ratio, semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Adapun perhitungan likuiditasnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Perhitungan Rasio Likuiditas PT PLN (Persero) APJ Mojokerto

Tahun Aktiva Lancar (Rp) Hutang Lancar (Rp) Likuiditas (%) Perubahan Likuiditas (%) 2007 9.456.083.201 12.953.701.053 73,00 2008 16.944.326.607 29.166.227.339 58,10 -14,90 2009 13.604.355.516 17.233.004.285 78,94 20,85 2010 15.461.452.991 15.277.952.614 101,20 22,26

(9)

Sumber: PT PLN (Persero) APJ Mojokerto (data diolah)

Setelah melakukan analisis rasio likuiditas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 58,10 % dengan tingkat perubahan rasio likuiditas -14,90 % dari tahun 2007. Hal ini ditunjukkan dengan membesarnya nilai hutang lancar dibandingkan dengan aktiva lancar. Sehingga hal ini menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yang artinya perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya (hutang) pada saat jatuh tempo. Yang akhirnya perusahaan berada pada titik mengkhawatirkan. Kemudian pada tahun 2009 dan tahun 2010 terjadi peningkatan perubahan rasio likuiditas yaitu 20,85 % dan 22,26 % hal ini diakibatkan aktiva lancar yang cenderung meningkat nilainya dibandingkan hutang lancar yang jumlahnya cenderung terkoreksi. Sehingga hal ini menggambarkan keadaan yang signifikan atau membaik.

2. Rasio solvabilitas

Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan/dilikuidasi (Khasmir 2009, 151).

Dimana DAR adalah Debt to Asset Ratio, adapun perhitungan rasio solvabilitasnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Perhitungan Rasio Solvabilitas PT PLN (Persero) APJ Mojokerto

Tahun Jumlah Aktiva (Rp) Jumlah Hutang (Rp) Solvabilitas (%) Perubahan Solvabilitas (%) 2007 505.389.073.706 147.010.466.373 3,44 2008 492.874.696.683 176.209.212.812 2,80 -0,64 2009 480.281.095.936 86.812.903.393 5,53 2,74 2010 486.567.492.570 102.683.338.599 4,74 -0,79

Sumber: PT PLN (Persero) APJ Mojokerto (data diolah)

Setelah dilakukan analisis rasio solvabilitas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 5,53 % atau perubahan solvabilitasnya adalah 2,74 % dibandingkan dengan tahun 2008 hal ini diakibatkan kenaikan total aktiva lebih besar daripada kenaikan total hutang, dimana nilai huitang pada tahun 2009 terkoreksi cukup tajam dibanding dengan tahun 2008 dan tahun 2010, sehingga mempunyai arti kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dengan menggunakan aktiva dalam keadaan cukup baik. Hal ini akan semakin membaik bagi kemampuan ekonomi perusahaan dengan cara memperkecil jumlah hutangnya. Sehingga perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya yang pada intinya hal ini mencerminkan prestasi kerja yang semakin baik. Tetapi hal tersebut kemudian mengalami penurunan tingkat rasio solvabilitasnya pada tahun 2010 hal ini dengan ditunjukan tingkat perubahan solvabilitas tahun 2010 yaitu sebesar -0,79 %.

(10)

KESIMPULAN

Rasio likuiditas pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 58,10 % dengan tingkat perubahan rasio likuiditas -14,90 % dari tahun 2007. Hal ini ditunjukkan dengan membesarnya nilai hutang lancar dibandingkan dengan aktiva lancar. Sehingga hal ini menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yang artinya perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya (hutang) pada saat jatuh tempo. Yang akhirnya perusahaan berada pada titik mengkhawatirkan. Kemudian pada tahun 2009 dan tahun 2010 terjadi peningkatan perubahan rasio likuiditas yaitu 20,85 % dan 22,26 % hal ini diakibatkan aktiva lancar yang cenderung meningkat nilainya dibandingkan hutang lancar yang jumlahnya cenderung terkoreksi. Sehingga hal ini menggambarkan keadaan yang signifikan atau membaik.

Rasio solvabilitas pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 5,53 % atau perubahan solvabilitasnya adalah 2,74 % dibandingkan dengan tahun 2008 hal ini diakibatkan kenaikan total aktiva lebih besar daripada kenaikan total hutang, dimana nilai hutang pada tahun 2009 terkoreksi cukup tajam dibanding dengan tahun 2008 dan tahun 2010, sehingga mempunyai arti kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dengan menggunakan aktiva dalam keadaan cukup baik. Tetapi hal tersebut kemudian mengalami penurunan tingkat rasio solvabilitasnya pada tahun 2010 dengan tingkat perubahan solvabilitas tahun 2010 yaitu sebesar -0,79 %. Hal ini akan menbaik bagi kemampuan ekonomi perusahaan dengan cara memperkecil jumlah hutangnya, sehingga perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Jusup, 2005, Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi Keenam, Yogyakarta, STIE YKPN.

Jonatha Andrian, 2011, Rasio kinerja keuangan pada PT PLN APJ

Mojokerto, Bangkalan, tidak dipublikasikan.

Bambang Riyanto, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

Keempat, Yogyakarta, BPFE.

Chairul Saleh, 2008, Metodologi Penelitian Sebuah Petunjuk Praktis, Yogyakarta, CV Jaya Abadi.

Darsono, Ashari, 2005, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan,

Yogyakarta, Andi Offset.

Ernawati, 2003, Pengukuran Kinerja Perusahaan Ditinjau Dari Analisis Rasio Keuangan, Skripsi, Solo, Tidak dipublikasikan.

Helfret, Erich A, 1996, Teknik Analisis Keuangan, Terjemahan Edisi Kedelapan, Jakarta, Erlangga.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Salemba Empat.

Indah Kurniawati, 2001, Perbandingan Rasio-Rasio Keuangan Pada

Perusahaan Besar Dan Perusahaan Kecil Malaysia, Singapura dan Taiwan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol 1, No 1: 37-51.

Imam Robandi, 2008, Becoming The Winner, Yogyakarta, Andi Offset. Kasmir, 2009, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, Rajawali Press.

Lincolin Arsyad, 1995, Peramalan Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE. Mabruroh, 2004, Manfaat Dan Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Analisis

Kinerja Keuangan Perbankkan, Benefit, Vol 8, No 1:37-51.

Mamduh M Hanafi, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, 1992, Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 826/KMK.013/1992 tentang Sistem Penilaian Kinerja BUMN.

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankkan, Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE.

Retno Tri Setyowati, 2008, Analisis Rasio KeuanganUntuk Menilai Kinerja Perusahaan Customer Goods, Skripsi, UMS, Solo, Tidak dipublikasikan. Sondang P Siagian, 2000, Manajemen Abad 21, Edisi Pertama, Jakarta, Bumi

Aksara.

Suad Husnan, 2002, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga,

(12)

Suparno, 2003, Akuntansi Manajemen, Yogyakarta, Liberty.

Syarifuddin Alwi, 1994, Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Edisi Keempat, Yogyakarta, Andi Offset.

Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Yogyakarta, BPFE.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, terdakwa melaporkan H.Pauzi Alias Pauzi Bin Gudang kepada pihak yang berwajib (Polres Pelalawan) dengan

Untuk dasar penentuan kapasitas produksi didapatkan dengan mempertimbangkan kapasitas produksi Bioetanol dari data industri produsen Bioetanol di Indonesia yang terdapat

OLEH ITU, KAUNTER PENGAMBILAN GAMBAR (KAD ALUMNI) DIBUKA SETELAH SELESAI MAJLIS RAPTAI. Untuk sebarang pertanyaan mengenai pengambilan gambar atau kad alumni, sila berhubung

Sebagai penelitian antropologi, maka perspektif struktural fungsional tetap saja berada dalam kawasan kajian budaya dalam kaitannya dengan struktur dan sistem

masih melakukan berbagai pemberdayaan pada masyarakatnya seperti membentuk kelompok usaha kecil dan terdapat juga berbagai hambatan dalam proses pemberdayaan

Metode WIMV adalah salah satu metode analisis tekstur bahan yang diperoleh dengan teknik difraksi neutron atau difraksi sinar-X.. Hasil analisis bahan

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan melaksanakan Pelelangan Sederhana/Pemilihan Langsung dengan