• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA

PEGAWAI DI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

OLEH :

ISLAHIYATUL MUKHLISHOH 6661092814

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ISLAHIYATUL MUKHLISHOH. 6661092814. Skripsi. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2016.. Dosen Pembimbing I : Dr. Abdul Apip, M.Pd dan Dosen Pembimbing II: Arenawati, S.Sos, M.Si.

Kinerja pemerintah dapat dilihat dari kinerja pegawai atau aparatur pemerintahnya. Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik. Permasalahan pada penelitian ini yaitu: pegawai yang tidak disiplin, lingkungan kerja yang kurang nyaman, dan kepemimpinan yang tidak tegas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten. Metode penelitian ini yang digunakan adalah asosiatif. Dengan sampel 250 responden dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pengambilan sampel acak berkelompok, dibagi 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok Pegawai Negeri Sipil, Tenaga Kerja Sukarela dan Pengamanan Dalam. Hasil nilai motivasi kerja adalah mencapai sebesar 73%, sedangkan nilai kinerja pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Banten mencapai sebesar 76% Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa motivasi kerja mempengaruhi kinerja pegawai sebesar 74,7% dan sisanya 25,3% adalah dipengaruhi oleh faktor lain. Dari perhitungan signifikan, hasil perhitungan didapat bahwa r-hitung sebesar 0,7175 dan r-tabel sebesar 0,1241, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Banten. Saran dari penelitian: fasilitas kerja harus memadai, kualitas kinerja pegawai harus ditingkatkan dan kepemimpinan yang harus tegas.

(6)

ABSTRACT

ISLAHIYATUL MUKHLISHOH. 6661092814. Minithesis. Departement of Public Administration, Faculty of Social And Political Science At The University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2016. The Influence of Work Motivation On The Performance of The Employees In The Regional Legislative Assembly Banten Province. 1st Advisor Dr. Abdul Apip, M.Pd and 2nd Advisor Arenawati, S.Sos, M.Si

Performance of the government can be seen from the performance of civil servants or government apparatus. Motivation can become a vital aspect in terms of employees performance. The problems in this research are: civil servants who are not discipline starting from, the work environment is less comfortable and leadership that are not assertive. This research aims to know how much the influence of work motivation on the performance of the employees in the regional legislative assembly Banten province. This research method used is associative and sample this research is 250 respondents and sampling techniques using propotional cluster random sampling, were divided into 3 (three) groups consisting of Civil Servants, Voluntary Labor and protection in. The result value of work motivation reach of 73%, while the performance of the employees is 76% From the result of the calculation shows that work motivation affect the performance of the employees of 74,7% and the remaining 25,3% is influenced by other factors. From the calculating of the significant result of the calculation of the acquired that r-count of 0,7175 and r-table of 0,1241 then Ho was rejected and Ha accepted. So the conclusion is that there is the influence of work motivation on the performance of the employees in the secretariat Banten Provincial Parliament. Suggestions from the research : facilities in work environment must be adequate, the quality of the performance of the employee must be improved, leadership that must be decisively and wisely.

(7)

Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan

Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdir-Mu telah Kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk

meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untuk-Mu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan

(8)

i

KATA PENGANTAR

Asssalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Puja puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan-NYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di Sekretariat DPRD Provinsi Banten”, Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW

yang kita harapkan pertolongan di hari kiamat.

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana sosial dalam bidang Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang – Banten.

Banyak tantangan yang dihadapi dalam pembuatan skripsi ini, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak serta arahan oleh Dosen Pembimbing Bapak Dr. Abdul Apip, M.Pd dan Ibu Arenawati, S.Sos, M.Si, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, oleh karenanya penulis mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga atas segala bimbingannya.

Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu dan memberi dukungan dan motivasi. Oleh karena itu melalui

kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan

(9)

ii

Drs. H. Ma’mun Yahya, dan Ibunda tercinta Hj. Fathonah yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun material serta senantiasa

mengalungkan doa dari dulu hingga saat ini yang tiada hentinya dan untuk

adik-adiku tercinta.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun

pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

2. Yth. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

3. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos.,M.Si., Wakil Dekan I FISIP Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa

4. Yth. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fisip

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos.,M.Si., Wakil Dekan III FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos.,M.Si., Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D., Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara

FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(10)

iii 9. Kepada yang terhormat seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi

Negara yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan

pernah memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses

belajar mengajar

10.Pimpinan dan para pegawai Sekretariat DPRD Provinsi Banten, terutama

Bagian Penyusunan Produk Hukum, Bagian Tata Usaha dan

Sub-Bagian Aspirasi Masyarakat. Terimakasih atas waktunya dalam membantu

kelancaran penelitian ini.

11.Saudaraku sahabatku Rizkiya Apriani Safitri, Liska Purnamasari, Devvy

Nurvica dan Vera Octavia. Terimakasih untuk selalu mengajarkan

bagaimana cara bahagia yang benar dan saling mengingatkan untuk terus

berusaha menyelesaikan skripsi.

12.Untuk teman-teman di Sekretariat DPRD Provinsi Banten A Iwan Ridwan,

Teh Hj. Anggia, Teh Mutia Juhaningsih, Agus Saptono dan Riyan Septian.

13.Kepada teman-teman kelas F dan G Non Reguler angkatan 2009 Ilmu

Administrasi Negara yang telah menjadi sahabat dan menemani peneliti

selama perkuliahan dikampus.

14.Semua pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan

di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun

dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke

(11)

iv Serang, Agustus 2016

(12)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ABSTRAK

ABSTRACT

MOTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Rumusan dan Batasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori ... 19

2.1.1 Motivasi ... 19

2.1.1.1 Teori – Teori Motivasi ... 22

2.1.1.2 Jenis – Jenis Motivasi ... 33

2.1.1.3 Alat – Alat Motivasi ... 34

(13)

vi

2.1.1.5 Prinsip – Prinsip Motivasi ... 36

2.1.1.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi... 37

2.1.2 Kinerja Pegawai ... 40

2.1.2.1 Definisi Kinerja ... 40

2.1.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 43

2.1.2.3 Pengukuran Kinerja ... 46

2.1.2.4 Penilaian Kinerja ... 45

2.1.3 Pengaruh Antara Motivasi Terhadap Kinerja ... 49

2.2 Kerangka berfikir ... 52

2.3 Penelitian Terdahulu ... 53

2.4 Hipotesis penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 56

3.2 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.2.1 Instrumen Peneltian ... 56

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 60

3.3.1 Jenis Data ... 60

3.3.2 Sumber Data ... 60

3.4 Populasi dan Sampel ... 61

3.5 Uji Validitas dan Reabilitas ... 63

3.5.1 Uji Validitas ... 63

3.5.2 Uji Reabilitas ... 64

3.6 Uji Koefisien Determinasi... 66

3.7 Uji Regresi Sederhana ... 67

3.8 Teknik Analisis Data ... 67

3.9 Lokasi Penelitian ... 68

3.10 Jadwal Penelitan ... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 70

(14)

vii

4.1.2 Visi dan Misi Sekretariat DPRD Provinsi Banten ... 71

4.1.3 Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Provinsi Banten ... 74

4.2Deskripsi Data ... 89

4.3Pengujian Persyaratan Statistik ... 92

4.3.1 Uji Validitas Instrumen ... 92

4.3.2 Uji Realibilitas ... 94

4.4Analisis Data ... 96

4.5Pengujian Hipotesis ... 144

4.6Interpretasi Hasil Penelitian ... 148

4.7Pembahasan ... 152

BAB VPENUTUP 5.1Kesimpulan ... 163

5.2Saran ... 164

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Item Instrument... 57

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variable Bebas Motivasi ... 58

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variable Terikat Kinerja Pegawai ... 58

Tabel 3.4 Jumlah Pegawai Di Sekretariat Dprd Provinsi Banten ... 61

Tabel 3.5 Kriteria Nilai Korelasi ... 64

Tabel 3.6 Jadwal Penelitian... 69

Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 90

Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 91

Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Pegawai ... 91

Tabel 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 92

Tabel 4.6 Uji Validitas Motivasi Kerja (X) ... 93

Tabel 4.7 Uji Validitas Kinerja Pegawai (Y) ... 94

Tabel 4.8 Uji Realibilitas Motivasi Kerja (X) ... 95

Tabel 4.9 Uji Realibilitas Kinerja Pegawai (Y) ... 96

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi ... 145

Tabel 4.11 Kriteria Nilai Korelasi ... 145

Tabel 4.12 Nilai Uji Koefisien Determinasi ... 145

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

(17)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Penghasilan Telah Mencukupi Kebutuhan Pangan Keluarga ... 98

Grafik 4.2 Penghasilan Mencukupi Kebutuhan Papan (Rumah/Tempat Tinggal) Keluarga ... 99

Grafik 4.3Ketentuan Cuti Khusus Sesuai Dengan Hak Pegawai ... 101

Grafik 4.4 Kesempatan Waktu Istirahat Sesuai Dengan Hak Pegawai ... 102

Grafik 4.5 Temperatur Udara Dalam Ruangan Terasa Panas ... 103

Grafik 4.6 Instansi Memberikan Jaminan Kesehatan ... 105

Grafik 4.7 Instansi Memberikan Tunjangan Pensiun ... 105

Grafik 4.8 Komunikasi Pimpinan Bersifat 2(dua) Arah ... 107

Grafik 4.9 Hubungan Kerja Antar Pimpinan dan Bawahan ... 108

Grafik 4.10 Dapat Menjadi Teamwork yang baik ... 109

Grafik 4.11 Pegawai Dapat Menerima Kritik Dengan Baik ... 110

Grafik 4.12 Pimpinan Memberikan Reward Kepada Pegawai Yang Berprestasi 111 Grafik 4.13 Hasil Pekerjaan Pegawai Layak Diberi Penghargaan ... 113

Grafik 4.14 Instansi Memberikan Kesempatan Kepada Pegawai Untuk Mendapatkan Jabatan Yang Lebih Tinggi ... 114

Grafik 4.15 Instansi Memberikan Promosi Pegawai Dengan Jelas ... 115

Grafik 4.16 Pegawai Dapat Mengembangkan Potensi Diri Secara Optimal Di Instansi ... 117

Grafik 4.17 Pegawai Memiliki Peluang dan Kesempatan Untuk Mengembangkan Keterampilan dan Kemampuan ... 118

Grafik 4.18 Pegawai Mampu Menyalurkan Ide Dan Gagasan Dalam Bekerja ... 119

Grafik 4.19 Pegawai Mampu Mengambil Keputusan Dalam Menyelesaikan Masalah (Problem Solving) ... 120

Grafik 4.20 Teman Kerja Selalu Cakap (Mampu) Dalam Setiap Pekerjaan... 122

(18)

xi Grafik 4.22 Setiap Pegawai Diberikan Pelatihan (Training) Sesuai Kebutuhan

Pegawai ... 124

Grafik 4.23 Rekan Kerja Dapat Menyelesaikan Tugas Dengan Benar Dan Tepat Waktu ... 126

Grafik 4.24 Pegawai Bekerja Sesuai Prosedur Dan Jadwal Yang Sudah Ditentukan ... 127

Grafik 4.25 Rekan kerja dapat berkembang dengan tugas yang diberikan ... 128

Grafik 4.26 Rekan Kerja Dapat Mempertanggungjawabkan Tugas Yang Dibebankan ... 130

Grafik 4.27 Penempatan Kerja Sudah Sesuai Dengan Latar Belakang Pendidikan ... 131

Grafik 4.28 Beban Kerja Sudah Sesuai Dengan Latar Belakang Pendidikan ... 132

Grafik 4.29 Teman Kerja Hadir Dan Pulang Tepat Pada Waktunya ... 134

Grafik 4.30 Teman Kerja Mempunyai Sikap Budaya Malu Dalam Bekerja ... 135

Grafik 4.31 Teman Kerja Mempunyai Sikap Loyal Terhadap Instansi ... 136

Grafik 4.32 Sesama Pegawai Dapat Berkomunikasi Dengan Baik... 137

Grafik 4.33 Teman Kerja Memiliki Sikap Terbuka Satu Sama Lainnya ... 139

Grafik 4.34 Pimpinan Memiliki Hubungan Yang Baik dengan Semua Pegawai 140 Grafik 4.35 Pimpinan Selalu Memberikan Arahan Yang Jelas Kepada Seluruh Pegawai ... 141

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan salah satu sumber daya yang dapat menentukan

keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan instansinya. Sumber

daya manusia merupakan aset penting dan berperan faktor sebagai penggerak

utama dalam pelaksanaan seluruh aktivitas instansi. Dan sumber daya manusia

dalam suatu instansi adalah sekumpulan orang yang bekerja pada organisasi dan

mereka mempunyai karsa, cita dan ras yang berbeda-beda. Sumber daya manusia

masih menjadi sorotan dan tumpuan yang mendasar bagi organisasi untuk tetap

dapat bertahan di era globalisasi. Pencapaian tujuan dipengaruhi oleh kinerja

pegawai organisasi itu sendiri. Ketidakterpenuhan kebutuhan, keinginan dan

harapan, serta lingkungan kerja yang kurang baik dapat melemahkan motivasi

kerja pegawai yang berdampak pada lemahnya kinerja pegawai. Dalam hal ini

motivasi kerja yang tinggi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi,

karena dengan adanya motivasi kerja dalam diri pegawai dapat menghasilkan

kinerja pegawai yang tinggi dan menimbulkan hasil yang relevan dengan kinerja

yang tinggi.

Dalam hal motivasi, pegawai yang dapat mengembangkan diri dan kreatif

(20)

2

potensi yang dimiliki setiap individu, saat setiap pegawai termotivasi untuk

mengembangkan diri, maka akan sangat membantu organisasi untuk mencapai

tujuan utama organisasi.

Organisasi sendiri merupakan kumpulan dari beberapa orang yang

berusaha menjalankan tujuan organisasi tersebut dengan sebaik mungkin. Maka

dalam pengembangannya para pelaku organisasi mempunyai peran yang sangat

penting, hal ini sangat mendasari bahwa motivasi terhadap pegawai harus menjadi

perhatian khusus demi terlaksananya tujuan organisasi. Tidak hanya dalam suatu

organisasi pada umumnya, dalam pemerintahan sekalipun perlu dibina tata cara

pengembangan kinerja pegawai yang handal. Contohnya dalam pemerintahan,

banyak program-program yang dilaksanakan atas arahan atasan atau kepala bagian

namun tidak menjadikan kinerja yang baik sebagai prioritas utama. Alhasil

menimbulkan hasil yang kurang maksimal sehingga berdampak pada

ketidaksesuaian antara perintah dan pekerjaan yang dilakukan. Ini juga menjadi

sorotan yang harus diperhatikan pemerintah, mengingat bahwa pemerintah

merupakan asset terbesar masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Hal diatas dapat disambungkan dengan kegiatan di

organisasi/pemerintahan, aparat atau pegawai dalam suatu organisasi akan

menjalankan pekerjaannya apabila terorganisir dengan baik. Oleh karena itu para

atasan atau ketua organisasi sekalipun harus benar-benar memperhatikan pegawai

(21)

3

pekerjaan organisasi demi mewujudkan pegawai yang memiliki kualitas

mumpuni.

Kualitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas organisasi

dapat dikendalikan melalui beberapa cara, dan salah satu cara yang banyak

digunakan oleh organisasi adalah melalui penilaian prestasi kerja atau kinerja.

Penilaian prestasi kerja dapat dilakukan sebulan sekali, setahun sekali, atau

bahkan setiap hari. Penilaian terhadap prestasi kerja tersebut memberi jalan bagi

atasan untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul pada pegawainya. Hasil

penilaian kinerja tersebut membantu atasan untuk mengetahui bahwa

motivasi-motivasi yang harus digunakan agar kinerja pegawai dapat meningkat dan bekerja

dengan tekun untuk kemajuan organisasi yang bersangkutan. Walaupun didukung

dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa

dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan organisasi tidak akan

terselesaikan dengan baik. Untuk kesekian kalinya hal ini menunjukkan bahwa

sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan

dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, SDM akan menentukan

keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi yang dapat terlihat dengan

pengembangan dan peningkatan kinerja pegawainya. Setiap organisasi akan selalu

berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dengan harapan apa yang menjadi

tujuan organisasi akan tercapai. Tujuan organisasi akan dapat dicapai karena

adanya upaya para pelaku SDM yang berada di dalam organisasi tersebut.

Sehingga sumber daya manusia atau pegawai dalam sebuah organisasi menjadi

(22)

4

Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu

pegawainya.

Tidak heran jika sumber daya manusia juga dipandang sebagai aset

berharga dalam organisasi, juga mempunyai andil yang besar dalam

pengembangan tata kelola organisasi. Setiap organisasi senantiasa selalu berusaha

mengembangan kinerja pegawai dengan harapan apa yang menjadi tujuan

organisasi akan tercapai. Misalnya dengan cara pelatihan, pendidikan, pemberian

kompensasi yang baik, pemberian motivasi, dan menciptakan lingkungan kerja

yang layak.

Dengan memiliki SDM yang unggul, organisasi akan lebih mudah

bersaing dalam dunia bisnis saat ini yang sudah mulai memasuki era globalisasi.

Pada era globalisasi ini persaingan bisnis akan semakin ketat, karena tidak hanya

bersaing dengan produk lokal saja tetapi juga dengan produk mancanegara yang

diimpor ke dalam negeri, persaingan bisnis ini juga berpengaruh pada industri

telekomunikasi.

Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan oleh

organisasi agar memberikan andil positif terhadap semua kegiatan organisasi

dalam mencapai tujuannya, setiap pegawai diharapkan memiliki motivasi kerja

yang tinggi sehingga nantinya akan meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi.

Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak

manajemen bila mereka menginginkan setiap pegawai dapat memberikan

(23)

5

motivasi, seorang pegawai akan memiliki semangat yang tinggi dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang

pegawai tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan

melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam

bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang pegawai memiliki kemampuan

operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari

pekerjaannya tidak akan memuaskan.

Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna

mendapatkan hasil yang terbaik. Pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang

tinggi akan mempunyai kinerja yang tinggi pula. Motivasi merupakan suatu

kekuatan potensial yang ada didalam diri seorang manusia, yang dapat

dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang

intinya berkisar sekitar materi dan non materi. Yang penting harus diingat adalah

bahwa motivasi pegawai akan saling berbeda, sesuai dengan tingkat pendidikan,

karakteristik, dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin terdidik dan semakin

independen secara ekonomi, maka sumber motivasinya pun berbeda, tidak

semata-mata ditentukan oleh sarana motivasi tradisional, seperti otoritas formal

dan insentif, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan lain.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, diantaranya

adalah kompensasi dan pengembangan karir. Kompensasi merupakan segala

sesuatu yang diterima dapat berupa fisik dan harus dihitung kepada seseorang

(24)

6

pengembangan karir mempengaruhi komitmen organisasi dan kinerja pegawai,

dimana pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan

organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi

dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Maka apabila

dua kegiatan tersebut sudah dilakukan akan mudah menghasilkan kinerja yang

baik. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau

menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang

berlangsung secara sadar.

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan seringkali tidak

memperhatikan hal ini, kecuali apabila kondisi kinerja sudah sangat amat buruk.

Terlalu sering pemerintah lengah dalam hal ini, tanpa disadari ini menjadi

penyebab prioritas terjadinya kelemahan di instansi pemerintahan.

Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Penilaian kinerja mempunyai peranan

penting dalam peningkatan motivasi ditempat kerja.Penilaian kinerja ini

(performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna

mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien.Di dalam dunia kerja

hampir dapat dipastikan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya saling

menumbuhkan motivasi. Oleh karena itu, seorang pimpinan dan manager harus

(25)

7

dengan jalan mengetahui dan sekaligus memenuhi semua kebutuhan yang di

inginkan oleh pegawai.(Mangkunegara, 2009).

Pemerintah pusat maupun daerah untuk mencapai tujuan utama kinerjanya,

memerlukan tenaga kerja yang terdidik, terampil, disiplin, tekun, mau bekerja

keras dan setia kepada cita-cita perjuangan bangsa, agar terjadi pergeseran

orientasi yang berawal dari pandangan yang menganggap aspek sumberdaya

manusia sebagai objek pembangunan, berubah kearah pandangan yang

menganggap sumberdaya manusia harus dilihat sebagai subjek yang secara aktif

terlibat dalam proses pembangunan. Pemerintah harus menyediakan media yang

tepat untuk pegawainya mengembangkan diri dan kreatifitasnya untuk dapat aktif

terlibat dalam proses pembangunan. Pegawai yang dapat mengembangkan diri

dan kreatif dalam pekerjaannya dapat memotivasi pegawai lain untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu, saat setiap pegawai

termotivasi untuk mengembangkan diri, maka akan sangat membantu pemerintah

menjalankan roda pemerintahannya untuk mencapai tujuan utama pemerintah.

Lokasi untuk penelitian ini adalah di Sekretariat DPRD Provinsi Banten

adalah salah satu instansi pemerinah yang memiliki tugas pokok dan fungsi

menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, menyelenggarakan administrasi

keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta

mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan

(26)

8

Sekretariat DPRD Provinsi Banten merupakan penggerak dalam

pengembangan provinsi banten yang memiliki beberapa kabupaten dan

kecamatan, tentunya sebaik mungkin Sekretariat DPRD Provinsi Banten akan

berusaha sekuat tenaga dalam melaksanakan kegiatan organisasi demi terciptanya

pertumbuhan dan pengembangan masyarakat. Hal ini menjadi daya tarik kepada

penulis untuk melihat langsung kondisi nyata pergerakan pemerintah banten

dalam melaksanakan kegiatannya.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti lakukan di Sekretariat

DPRD Provinsi Banten, peneliti menemukan beberapa masalah yang menghambat

kinerja pegawai, adapun permasalahan yang terjadi yaitu, Pertama, kehadiran

para pegawai pun bisa dibilang sangat minim, persentasinya pun hanya 60%

dalam 21 hari kerja, ini menyebabkan tidak optimalnya kinerja pegawai, karena

menghambat ketepatan penyelesaian pekerjaan yang ditangguhkan kepada

masing-masing pegawai. Kepala Sub-Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian, H.

Heryana, SE mengemukakan bahwa :

“Disiplin adalah hal yang sangat vital untuk melangsungkan kinerja pegawai agar lebih maksimal, karena dimulai dari disiplin lah semua staf di tuntut untuk melaksanakan tugas, pokok dan isi dengan maksimal. Disiplin itu harus ditanamkan dalam pribadi masing-masing pegawai agar kinerja mereka lebih optimal”. (Wawancara, Senin 15 Agustus 2016, 09.30 WIB. H. Heryana, SE)

Kedua, permasalahan terkait kurang tegasnya pimpinan atau atasan sendiri

untuk menegur atau memberikan sanksi terhadap pegawainya yang tidak

mematuhi peraturan yang ada, namun ada halnya ketika para pegawai diberikan

(27)

9

seperti halnya itu terlihat biasa saja untuk para pegawai. Dalam kasusnya pun

terdapat beberapa yang benar-benar dikeluarkan oleh pihak Sekretariat DPRD

Provinsi Banten. Tapi, fenomenanya hilang satu tumbuh seribu. Dan banyaknya

pegawai yang tidak mengindahkan peraturan-peraturan yang telah dibuat,

sehingga menimbulkan tidak kondusifnya suasana kerja di Sekretariat DPRD

provinsi Banten ini. Hal ini dikemukakan juga oleh H. Heryana, SE selaku Kepala

Sub-Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian, mengemukakan bahwa :

“Pemberian Surat peringatan (SP) ini dilakukan untuk memberi tahukan kepada seluruh pegawai bahwa setiap hal yang indisipliner akan ditindak dengan tegas, jadi mereka tidak bisa semena-mena dan seenaknya di instansi ini, pada tahun 2015 saja, pegawai yang dikenakan SP hampir dari 60%, ini surat peringatan yang diberikan untuk pertama kali atu surat peringatan pertama” (Wawancara dengan Kepala Sub-Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian, Senin 15 Agustus 2016, 09.30 WIB. H. Heryana, SE)

Ketiga, terlalu banyaknya pegawai non Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS)

di kantor Sekretariat DPRD Provinsi banten, di lihat data Pegawai Negeri Sipil

(PNS) berjumlah 100 Orang, dan Tenaga Sukarela terdapat 549 Orang untuk

tahun 2014. Indikasi ini menyebabkan banyaknya pegawai yang Jobless. Dan

fenomenanya penambahan ini kerap bertambah setiap tahunnya. Hal ini terbukti

dengan pernyataan Kepala Bagian Umum Gunawan Rusminto, AP., M.Si, yang

mengemukakan bahwa :

(28)

10

Keempat, pengelolaan arsip yang kurang baik, terlihat dari penempatan

berkas-berkas tiap tahunnya yang dibiarkan tertumpuk cenderung dibiarkan di

setiap ruangan-ruangan setiap sub-bagian di Sekretariat DPRD Provinsi Banten.

Adanya pandangan seperti ini menunjukan bahwa pegawai tersebut kurang

menyadari akan pentingnya pengelolaan arsip untuk menujang efektivitas suatu

pekerjaan. Mengenai pengelolaan arsip ini di kemukakan oleh Kepala Bagian

Umum Gunawan Rusminto, AP., M.Si :

“Dalam pengelolaan arsip memang hal yang penting, namun di Sekretariat DPRD ini pengelolaannya kurang maksimal, namun ini sebuah tantangan untuk kita agar selalu memperbaiki kinerja kita dalam manajemen arsip dapat maksimal, hal ini disayangkan jika banyaknya kardus-kardus arsip yang bertumpuk disetiap sudut ruangan” (Wawancara, Senin, 31 Juli 2016, 14.00WIB dengan Kepala Bagian Umum Gunawan Rusminto, AP., M.Si)

Kelima, Sekretariat DPRD Provinsi Banten mempunyai beberapa fasilitas

yang terkadang tidak dipelihara keadaanya, seperti Gedung Serba Guna (RSG),

Ruang Lactasi dan beberapa ruangan yang kosong dilantai 3 (Tiga), penataan

gedung/tempat kerja sangat tidak proposional. Hal ini dikemukakan oleh Kepala

Sub-Bagian Rumah Tangga, Hudri, S.Hut :

“Ruangan dan fasilitas kantor harus digunakan dengan bijaksana, dipelihara dengan baik. Tata ruang kantor di Sekretariat DPRD Provinsi Banten memang ada beberapa ruangan yang tidak terpakai, ini akan dikaji segera untuk mengetahui guna dan manfaatnya” (Wawancara, Senin, 31 Juli 2016, 10.15WIB, Kasubag Rumah Tangga, Hudri, S.Hut)

Dan untuk menjamin terlaksananya seluruh tugas-tugas pokok yang sesuai

dengan apa yang telah direncanakan dan disahkan oleh Sekretariat DPRD tersebut

diperlukan kinerja pegawai yang optimal dengan adanya motivasi kerja para

(29)

11

Sekretariat DPRD Provinsi Banten yaitu salah satunya dengan melaksanakan

tugas-tugasnya dengan efisien dan efektif, sehingga akan mendapatkan hasil yang

maksimal. Juga pemberian motivasi untuk pegawai sangat dianjurkan agar dapat

diarahkan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya.

Menyadari betapa pentingnya motivasi dalam upaya meningkatkan

produktivitas kerja pegawai. Dengan dasar pemikiran tersebut maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di Sekretariat DPRD Provinsi Banten”

1.2 Identifikasi Masalah

Setiap organisasi menginginkan agar pegawai mau bekerja sesuai

dengan aturan yang berlaku dan produktivitas dalam bekerja, sehingga

organisasi dituntut untuk mampu memberikan motivasi kepada pegawainya

untuk bekerja sesuai aturan dan produktivitas yang dimaksud agar sesuai

dengan yang diharapkan sebelumnya, tapi tidak semua organisasi berhasil

dalam melaksanakan hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat di

identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurang diterapkannya budaya disiplin yang dilakukan oleh pegawai.

Peraturan pegawai yang mengharuskan datang pukul 07.30 WIB, namun

pada kenyataannya banyak pegawai yang datang ke kantor melewati

(30)

12

sesuai waktu yang ditentukan yakni pukul 16.00 WIB, dan menjadi hal

yang biasa jika pegawai tidak masuk kantor tanpa keterangan.

2. Masih kurangnya kesadaran pegawai akan penyelesaian tugas yang

diemban, sehingga banyak tugas yang tidak terselesaikan pada waktunya.

3. Rendahnya ketegasan terhadap para bawahan di sekitar Kantor Sekretariat

DPRD Provinsi Banten, hal ini dapat menghambat kinerja pegawai atas

suatu pekerjaan.

4. Tidak adanya prosedur ataupun pengaturan pengelolaan arsip, sehingga

menimbulkan sulit untuk menemukan kembali arsip dengan cepat.

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin lebih

mengetahui pengaruh penerapan motivasi tersebut. Dengan demikian rumusan

masalah penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar motivasi kerja di Sekretariat DPRD Provinsi Banten?

2. Seberapa besar kinerja pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Banten?

3. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di

Sekertariat DPRD Provinsi Banten?

1.4 TujuanPenelitian

Tujuan penelitian yang berhubungan dengan skripsi ini bertujuan

mengetahui seberapa besar pengaruh motivasiterhadap kinerja pegawai di

Sekretariat DPRD Provinsi Banten dan Bagaimana kinerja pegawai di Sekretariat

(31)

13

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan karya ilmiah dibidang administrasi khususnya

Manajemen Sumber Daya Manusia.

2. Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah

ataupun lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadikan

penelitian ini sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja yang baik pada

pegawai.

1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah merupakan uraian hal-hal yang

menyebabkan perlunya dilakukan penelitian terhadap sesuatu

masalah atau problematika yang muncul dapat ditulis dalam bentuk

uraian paparan, atau poin-poinnya saja.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permasalahan yang

muncul dari berkaitan dengan variabel yang akan diteliti, identifikasi

(32)

14

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

Bagian ini, peneliti mengidentifikasi masalah secara implisit secara

tepat atau aspek yang akan diteliti seperti terpapar dalam latar

belakang masalah dan perbatasan masalah diatas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin

dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan

yang sudah dirumuskan sebelumnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini akan menjelaskan masnfaat secara teoritis dan

praktis dari di laksanakannya penelitian ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori

Dalam deskripsi teori dijelaskan bahwa didalamnya terdapat

opini-opini dari berbagai sumber yang kemudian disesuaikan dengan

pendapat para ahli mengenai teori-teori yang berkaitan dengan

permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya

secara teratur dan rapih yang digunakan untuk merumuskan hipotesa.

Dengan mengkaji berbagai teori, maka kita telah memiliki konsep

penelitian yang jelas, dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk

(33)

15

diteliti. Hasil penelitian lainnya dari kajian teori adalah didapatkan

kerangka konseptual menurut kita, yang didalamnya tergambar

konstruk dari variabel yang akan diukur, selain itu dari kajian teori

akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran sebagai kelanjutan

dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca,

mengapa peneliti mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan

dalam hipotesis. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti

kerangka berfikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang

menunjukkan alur pikir peneliti serta kaitan antar variabel yang

diteliti. Bagan tesebut juga dengan nama paradigma atau model

penelitian.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber

ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Jurnal Penelitian.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atas

permasalahan yang ada, yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya.

Hipotesis dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir

rumusan hipotesis yang mendeskripsikan kaitan antar dua variabel

(34)

16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan metode yang digunakan dalam

penelitian ini.

3.2 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan

jenis alat pengumpulan data yang digunakan. Sedangkan teknik

pengumpulan data menjelaskan teknik pengumpulan data yang

digunakan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian,

penempatan besar sampel, dan teknik pengambilan sampel serta

realisasinya. Ide dasar dari pengambilan sampel adalah bahwa

dengan mengambil bagian-bagian dari populasi, kesimpulan tentang

keseluruhan populasi dapat diperoleh. Teknik sampling yang ada

dilapangan atau objek penelitian.

3.4 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrumen penelitian yang baik tentu saja instrument penelitian yang

valid, sehingga dapat digunakan dalam pengukuran dalam rangka

pengumpulan data.

3.5 Uji Koefisien Determinasi

Untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel X terhadap

(35)

17

3.6 Uji Regresi Linier Sederhana

Menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama

untuk menelusuri pola hubungan yang belum diketahui dengan

sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variabel independen

mempengaruhi terhadap variabel dependen dalam suatu fenomena

yang kompleks.

3.7 Teknis Analisis Data

Menjelaskan bagaimana peneliti melakukan suatu analisis dari dua

data yang telah diperoleh tadi dan untuk selanjutnya diolah kembali

menjadi data yang benar.

3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi dan jadwal penelitian berisikan mengenai tempat dan waktu

penelitian yang dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian berisikan tentang lokasi penelitian yang

dilaksanakan.

4.2 Deskripsi Data

Deskripsi data berisikan tentang penjabaran dari data-data yang

sudah didapat.

4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berisikan pengujian atas hipotesis pertama

(36)

18

4.4 Pembahasan

Pembahasan berisikan penjabaran lebih lanjut dari hasil penelitian.

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian yang sudah

diperoleh.

5.2 Saran

Diamana berisikan intisari dari penelitian ini dan saran yang

berisikan masukan-masukan bagi pihak yang berkaitan terhadap

penelitian ini.

(37)

18

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Dalam penelitian ini diperlukan adanya teori-teori yang akan menjadi

landasan teoritis dan pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah

masalah-masalah penelitian dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan

teori-teori, landasan-landasan, konsep-konsep, generalisasi hasil penelitian yang

dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian

(Sugiyono, 2009:55). Dengan demikian diharapkan didapat definisi yang jelas

terkait permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, teori yang dimaksud

dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Motivasi

Motivasi merupakan elemen terpenting dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM), hal ini dibuktikan dengan kualitas SDM pada

perusahaan yang baik akan sangat membantu dalam kegiatan perusahaan. Jika

motivasi sudah dilaksanakan dengan maksimal maka kegiatan perusahaan akan

dengan mudah dilakukan, maka para pengusaha atau kepala organisasi harus

(38)

19

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, keinginan,

sebab, atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Motivasi terbentuk dari sikap

pegawai dalam menghadapi situasi kerja di tempat kerja baik itu dinas atau

instansi pemerintah maupun perusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau energi

yang menggerakkan diri/pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi

maupun pegawai itu sendiri. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap

situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja

maksimal. Motivasi memiliki hubungan dengan lingkungan kerja sehingga untuk

meningkatkan hasil kerja maka motivasi memiliki pengaruh penting terhadap

kinerja pegawai karena berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai

tujuan ditentukan juga oleh motivasi dari pimpinan karena dengan adanya daya

perangsang dari atasan kepada bawahan maka akan membuat pegawai menjadi

lebih tersemangati untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.

Menurut Manullang dalam bukunya Manajemen Personalia

mengemukakan bahwa :

“Motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan pada seseorang atau diri

sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi motivasi

berarti membangkitkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu

dalam rangka mencapai suatu kepuasan dan tujuan.”

Berikut beberapa definisi mengenai motivasi yang dikutip oleh beberapa

(39)

20

Menurut Veithzal dan Ella Jauvani Sagala (2009:837), bahwa :

“Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yag mempengaruhi

individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.

Sikap dan nilao tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan

kekuatan untuk mendorong individu beringkah laku dalam mencapai

tujuan”

Menurut Stephen P. Robbins (dalam Wibowo, 2003: 156) menyatakan

bahwa :

“Motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah

(direction), dan usaha terus menerus (persistence) individu menuju

pencapaian tujuan.”

Menurut Hasibuan (2007:219) menjelaskan bahwa :

“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan

terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.”

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (2008:287) mengemukakan :

“Motivasi adalah dorongan umtuk berbuat semaksimal mungkin dalam

melaksankan tugasnya demi mencapai keberhasilan dan tujuan organisasi,

(40)

21

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah suatu dorongan dalam diri/seorang pegawai karena adanya ketertarikan,

kemauan, kebutuhan dan tujuan hingga keberhasilan tersebut terpenuhi.

2.1.1.1 Teori – Teori Motivasi

Banyak teori motivasi yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli. Dari

teori-teori motivasi yang ada, ada yang lebih menekankan pada apa dan

bagaimana sebenarnya yang memotivasi tenaga kerja, yaitu teori motivasi isi, dan

ada yang memusatkan perhatiaanya pada bagaimana proses motivasi berlangsung,

yaitu teori motivasi proses. Berikut beberapa teori-teori yang dikemukakan para

ahli :

A. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah teori Hirarki

Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.Maslow memandang

kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang

paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pokok manusia

yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya, menurut Notoatmodjo

(2009) hirarki ini didasarkan pada anggapan bahwa pada saat seseorang telah

memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat

(41)

22

Gambar 2.1 Teori Hirarki Maslow

(Notoatmodjo 2009)

1. Kebutuhan Fisiologis (Basic Needs), kebutuhan yang harus dipuaskan

untuk dapat tetap hidup. Misalnya sandang, pangan, papan dan

kesejahteraan individu.

2. Kebutuhan akan Rasa Aman (Securily Needs), dikaitkan dengan kerja

maka kebutuhan akan keamanan sewaktu bekerja, perasaan aman yang

menyangkut masa depan pegawai.

3. Kebutuhan Afiliasi atau Akseptansi (Social Needs).

a. Kebutuhan akan perasaan diterima di mana ia bekerja

b. Kebutuhan akan perasaan dihormati

c. Kebutuhan untuk bisa berprestasi

d. Kebutuhan untuk bisa ikut serta Aktualisa

si Diri

Kebutuhan Ego/Pengha

rgaan

Kebutuhan Sosial/Afiliasi

Kebutuhan Rasa Aman

(42)

23

4. Kebutuhan penghargaan (Esteem Needs), merupakan kepercayaan diri atau

pengakuan dari oranglain. Jenis kebutuhan ini menghasilkan kepuasan

seperti kekuasaan, prestasi, status dan keyakinan akan diri sendiri.

5. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self-Actualization) Kebutuhan ini merupakan

kebutuhan paling tinggi, yakni kebutuhan untuk menjadi orang yang

dicita-citakan dan dirasakan mampu mewujudkannya.

Teori ini mengatakan bahwa manusia termotivasi untuk memuaskan 5 (lima)

jenis kebutuhan, yang dapat disusun dalam suatu hirarki. Kebutuhan yang lebih

tinggi baru akan muncul/mendesak apabila kebutuhan yang dibawahnya telah

terpenuhi.

B. Teori Dua Faktor Dari Hezberg

Teori Hezberg dalam Manajemen Sumber Daya Manusia ini berhubungan

dengan masalah kepuasan kerja. Frederick Herzberg mengklaim telah menemukan

penjelasan dua faktor motivasi yaitu:

1. Hygiene Factors adalah rangkaian kondisi yang berhubungan dengan

lingkungan tempat pegawai yang bersangkutan melaksanakan

pekerjaannya atau faktor-faktor ekstrinsik, contoh dari faktor-faktor ini

adalah :

a. Supervisi teknis

b. Supervise antar pribadi

c. Kebijakan dan administrasi perusahaan

(43)

24 e. upah

2. Motivation Factors adalah faktor-faktor yang terutama berhubungan

langsung dengan “isi” pekerjaan atau faktor-faktor intrinsik; contoh dari

faktor-faktor ini adalah :

a. Prestasi/keberhasilan

b. Pengakuan

c. Pekerjaan itu sendiri

d. Tanggung jawab

e. Pengembangan diri

Teori Hezberg ini pada hakikatnya sama dengan teori Maslow, faktor

hygine sebenarnya bersifat preventif dan memperhitungkan lingkungan yang

berhubungan dengan kerja, adapun faktor yang dapat memotivasi para karyawan

ialah motivator.

Dari Teori Hezberg ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ( Notoatmodjo,

2009:119) :

a. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau memotivasi karyawan

dalam meningkatkan kinerjanya adalah kelompok faktor-faktor

motivasional.

b. Perbaikan gaji, kondisi kerja, kebijakan organisasi dan administrasi

tidak akan menimbulkan kepuasan. Sedangkan faktor yang

(44)

25

c. Perbaikan faktor hygiene kurang dapat mempengaruhi terhadap sikap

kerja yang positif.

C. Teori Motivasi Alderfer (Alderfer’s ERG Theory)

Perluasan lebih lanjut dari Herzberg dan Maslow datang dari usaha

Clayton Alderfer. (Miftah Thoha, 2010:233). Dia merumuskan suatu model

penggolongan kebutuhan segaris dengan bukti-bukti empiris yang telah ada. Sama

halnya dengan Maslow dan Hezberg, dia merasakan bahwa ada nilai tertentu

dalam menggolongkan kebutuhan-kebutuhan, dan terdapat pula suatu perbedaan

antara kebutuhan dalam tatanan paling bawah dengan

kebutuhan-kebutuhan pada tatanan paling atas.

Alderfer mengenalkan tiga kelompok inti dari kebutuhan-kebutuhan itu,

yakni :

a. Existence Needs (Kebutuhan Keberadaan) adalah suatu kebutuhan

akan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah

dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan

rasa aman serta Hygiene Factors dari Herzberg.

b. Relatedness Needs (Kebutuhan Berhubungan), mencakup kebutuhan

untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan

kebutuhan afiliasi dari Maslow dan hygiene factors dari Herzberg.

c. Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) adalah kebutuhan yang

mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan

(45)

26

kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow dan

motivation factors dari Herzberg.

D. Teori Motivasi Prestasi McClelland

Tokoh motivasi lain yang mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya

mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain adalah

David C. McClelland, kemampuan seseorang untuk berprestasi ini membuat

McClelland terpesona untuk melakukan serangkain riset empirisnya bersama

assosiasinya di Universitas Harvard Amerika Serikat. Selama lebih dari 20 tahun

bersama timnya McClelland melakukan penelitian tentang desakan untuk

berprestasi ini (Miftah Thoha, 2010:235).

Hasil penelitian McClelland membuat dia lebih percaya bahwa kebutuhan

untuk berprestasi itu adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari

kebutuhan – kebutuhan lainnya.Lebih penting lagi kebutuhan berprestasi ini dapat

diisolasikan dan diuji pada setiap kelompok.

Menurut McClelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk

berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang

berprestasi lebih baik dari prestasi kerja orang lain. Ada tiga kebutuhan manusia

ini menurut McClelland (dalam Miftah Thoha, 2009:236), yakni:

a. Kebutuhan untuk berprestasi

b. Kebutuhan untuk berafiliasi

c. Kebutuhan untuk kekuasan

Ketiga kebutuhan ini terbukti merupakan unsur –unsur yang amat penting

(46)

27

Ada beberapa karakteristik dari orang – orang yang berprestasi tinggi,

antara lain :

1. Suka mengambil risiko yang moderat.

Pada umumnya nampak pada permukaan usaha, bahwa orang

berprestasi tinggi risikonya juga besar, tetapi penemuan McClelland

menunjukkan lain. Sebagai ilustrasi McClelland melakukan percobaan

laboratorium.Beberapa partisipan diminta olehnya melempar lingkaran

– lingkaran kawat pada pasak – pasak yang telah dipasang.Pada

umumnya orang – orang tersebut melempar secara acak kadang –

kadang lebih dekat dengan pasak dan kadang – kadang agak jauh.

Orang – orang yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi lebih

tinggi, cara melemparnya akan jauh berbeda dengan cara kebanyakan

orang tersebut. Orang ini akan lebih berhati – hati mengukur jarak. Dia

tidak akan terlalu dekat supaya semua kawat tidak masuk pasak

dengan mudah, dan juga tidak terlalu jauh sehingga kemungkinan

meleset itu besar sekali. Dia ukur jarak sedemikian rupa sedemikian

rupa sehingga kemungkinan masuknya kawat lebih banyak

dibandingkan dengan melesetnya. Orang semacam ini mau berprestasi

dengan suatu risiko yang moderat, tidak terlalu besar risikonya dan

pula tidak terlampau rendah.

2. Memerlukan umpan balik yang segera.

Ciri ini amat dekat dengan karakteristik di atas. Seseorang yang

(47)

28

akan semau informasi mengenai hasil – hasil yang dikerjakannya.

Informasi yang merupakan umpan balik yang bisa memperbaiki

prestasinya dikemudian hari sangat dibutuhkan oleh orang tersebut.

Informasi itu akan memberikan kepadanya penjelasan bagaiman ia

berusaha mencapai hasil. Sehingga ia tahu kekurangannya yang

nantinya bisa diperbaiki untuk peningkatan prestasi berikutnya.

3. Memperhitungkan keberhasilan

Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umumnya hanya

memperhitungkan keberhasilan prestasinya saja dan tidak

memperdulikan penghargaan – penghargaan materi.Ia lebih puas pada

nilai intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya sehingga

menimbulkan prestasi dan sama sekali tidak mengharapkan hadiah –

hadiah materi atau penghargaan lainnya tas prestasinya tersebut. Kalau

dalam berprestasi kemudian mendapatkan pujian, penghargaan dan

hadiah – hadiah melimpah, hal tersebut bukanlah karena ia

mengharapkan tetapi karena orang lain atau lingkungannya yang akan

menghargainya.

4. Menyatu dengan tugas.

Sekali orang berprestasi tinggi memilih suatu tujuan untuk dicapai,

maka ia cenderung untuk menyatu dengan tugas atau pekerjaannya

sampai ia benar – benar berhasil secara gemilang. Hal ini berarti

bahwa ia bertekad akan mencapai tujuan yang telah dipilihnya dengan

(48)

29

meninggalkan tugas yang baru selesai separuh perjalanan, dan dia

tidak akan puas sebelum tugas pekerjaan tersebut selesai seluruhnya,

dengan memberikan hasil maksimal. Tipe komitmen pada dedikasinya

ini memancar dari kepribadiannya yang teguh, yang kadangkala

mempunyai pengaruh kurang baik terhadap orang yang berhubungan

dengannya. Orang lain merasakan bahwa prestasi ini seringkali tidak

bersahabat. Dia lebih condong berpikir secara realistik mengenai

kemampuannya dan tidak menyenangi orang lain bersam – sama dalam

satu jalan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jelaslah bahwa

tipe orang yang berprestasi tinggi ini tidak selalu ramah dengan orang

lain.

Empat karakteristik tersebut diatas dikemukakan oleh McClelland

berdasarkan hasil risetnya bertahun – tahun. Adapun Jay Hall bersama

kelompoknya yang dapat dikatakan sebagai orang yang lebih baru dibandingkan

mcclelland melaporkan hasil studinya yang agak menyeluruh tentang gaya

manajer. Dia mengobservasi lebih dari 16.000 manajer dengan membaginya atas

manajer – manajer yang mempunyai prestasi tinggi, menengah, dan rendah.

Berikut ini adalah laporan penemuannya (dalam Thoha, 2010:238-240), yaitu:

1. Manajer yang mempunyai prestasi rendah, dapat diketahui lewat sifat

pandangannya yang pesimis, dan mempunyai sifat dasar tidak percaya

pada kemampuan bawahannya. Adapun manajer yang berprestasi

(49)

30

prestasinya. Dia selalu optimis dan memandang bawahannya sebagai

potensi yang berguna bagi kelanjutan organisasi

2. Motivasi pribadi manajer itu dapat diproyeksikan pada bawahannya.

Dengan demikian manajer dengan motivasi prestasi yang tinggi selalu

memikirkan aspek – aspek pekerjaan yang memberikan kesempatan

pada bawahan untuk bisa berprestasi. Dia berusaha membicarakan hal

ini pada bawahannya dan berusaha mempolakan dalam struktur

pekerjaan yang menjamin bawahan untuk mencapai prestasi. Adapun

manajer dengan motivasi prestasi yang moderat selalu memikirkan

status simbol. Dan yang termotivasi prestasi rendah senantiasa

memikirkan tentang keamanan. Baik yang moderat maupun rendah

mempunyai cara – cara yang sama dalam memotivasi bawahan.

3. Manajer yang mempunyai motivasi prestasi tinggi siap

mempergunakan, metode partisipasi dengan bawahannya, sementara

itu yang moderat dan rendah tidak mempunyai kemauan untuk

melibatkan bawahan dalam berperan serta pada pembuatan –

pembuatan keputusan.

4. Manajer yang bermotivasi prestasi tinggi cenderung bersikap terbuka

dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan lainnya baik sesama

manajer ataupun dengan bawahannya. Adapun yang moderat selalu

(50)

31

yang rendah prestasinya cenderung untuk menghindari berinteraksi

dan berkomunikasi dengan orang lain.

5. Manajer berprestasi tinggi menunjukkan sikapnya mau memikirkan

baik orang – orang yang ada dalam organisasinya maupun

produksinya. Manajer berprestasi moderat mempunyai minat yang

besar untuk memikirkan produksi dan perhatian yang rendah pada

orang – orang. Adapun manajer yang rendah prestasinya selalu

memperhatikan perlindungan diri dan tidak memperdulikan orang –

orang dan produksi.

Beberapa hasil penemuan Hall menunjukkan adanya perbedaan dengan

profil McClelland tentang berprestasi tinggi dan rendah. Suatu contoh, oleh

McClelland disebutkan bahwa orang yang bermotivasi prestasi tinggi cenderung

tidak bersahabat dan tidak menyenangi orang lain. Sementara itu penemuan Hall

menyatakan bahwa orang yang bermotivasi prestasi tinggi cenderung erorientasi

pada orang – orang, mau bersifat terbuka dalam berinteraksi dan berkomunikasi

dengan bawahannya dan mau memikirkan bahwa bawahannya sebagai potensi

yang bermanfaat. Namun demikian, penemuan McClelland yang mengenalkan

motivasi berprestasi ini amat bermanfaat dalam mempelajari motivasi, karena

motivasi untuk berprestasi itu dapat diajarkan untuk mencapai prestasi kelompok

atau organisasi lewat beberapa latihan, yang ternyata memiliki dampak yang

positif terhadap pengembangan organisasi.

(51)

32

Didalam organisasi/perusahaan motivasi berperan sangat penting dalam

meningkatkat kinerja pegawai.Tujuan dalam memberikan motivasi kerja

terhadapa pegawai agar pegawai dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan

efisien.Dengan demikian berarti juga mampu memelihara dan meningkatkan

moral, semangat dan gairah kerja. Program dengan cara seperti ini suatu

organisasi dapat mendorong berkembangnya motivasi berprestasi dalam suatu

perusahaan, yang akan memacu tumbuh dan berkembangnya persaingan sehat

antara individu/tim kerja dalam suatu perusahaan. Tetapi dalam individu setiap

manusia tidak semua pegawai termotivasi lewat lingkungan kerjanya yang biasa

disebut dengan motivasi eksternal, tetapi ada juga pegawai yang termotivasi dari

dalam dirinya sendiri (motivasi internal) tanpa ada motivasi khusus yang dia

dapatkan dalam lingkungan kerjanya

1. Motivasi Eksternal

Motivasi eksternal menjelaskan kekuatan yang ada di dalam individu yang

dipengaruhi oleh faktor internal yang dikendalikan oleh manajer, yaitu meliputi

penghargaan, kenaikan pangkat dan tanggung jawab. Motivasi eksternal meliputi

faktor pengendalian oleh manajer yang meliputi hal-hal yang berkaitan dengan

pekerjaan seperti halnya gaji atau upah, keadaan kerja dan kebijaksanaan

perusahaan dan pekerjaan yang mengandung hal-hal seperti penghargaan,

pengembangan dan tanggung jawab. Manajer perlu mengenal motivasi eksternal

untuk mendapatkan tanggapan yang positif dari pegawainya. Tanggapan yang

positif ini menunjukkan bahwa bawahan sedang bekerja demi kemajuan

(52)

33

negatif. Motivasi positif merupakan penghargaan atas prestasi yang sesuai,

sedangkan motivasi negatif mengenakan sanksi jika prestasi tidak dapat dicapai.

2. Motivasi Internal

Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri

seseorang. Efek motivasi terhadap kinerja pegawaiakan tercipta jika motivasi

internal ini sudah ada. Motivasi internal berperan penting dalam menciptakan

prestasi kerja yang tinggi dan terus menerus. Banyak perlakuan yang dapat

dilakukan dalam meningkatkan motivasi internal, antara lain memberikan

penghargaan kepada Pegawai yang berprestasi. Memberikan kesempatan

melanjutkan pendidikan serta membuka peluang bagi promosi karir, dan

sebagainya.

2.1.1.3 Alat-Alat Motivasi

Menurut Hasibuan (2008:221) dalam bukunya Organisasi dan Motivasi,

alat-alat motivasi dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:

1. Material insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa uang dan

barang yang mempunyai nilai pasar, jadi memberikan kebutuhan

ekonomis. Misalnya kendaraan, rumah dan lain-lain.

2. Nonmaterial insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan kepuasan dan

kebanggaan rohani saja, misalnya medali, piagam, bintang jasa dan

lain-lain.

3. Kombinasi material dan nonmaterial, yaitu alat motivasi yang

(53)

34

piagam), jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasaan atau

kebanggaan rohani.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa kebutuhan bersifat materi adalah

berupa besarnya upah dan penerimaan-penerimaan lain yang dapat berupa uang,

beras, gula, kopi, atau sembako lainnya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat

non-materi adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan yang apabila terpenuhi akan

dapat menimbulkan kepuasan, dan kebutuhan ini bisa juga bersifat materi.

Misalnya rasa bangga, perasaan harga diri, atau lain sebagainya.

2.1.1.4 Indikator-Indikator Motivasi

Menurut Soyandi dan Gamiwa (2007), bahwa motivasi kerja dipengaruhi

oleh kebutuhan fisologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian dari faktor-faktor tersebut

diturunkan menjadi indikator-indikator untuk mengetahui tingkat motivasi kerja

pada karywan, yaitu:

1. Kebutuhan fisologis, termasuk: lapar, haus, tempat berteduh,

kebutuhan seks, dan kebutuhan jasmaniah lainnya.

2. Kebutuhan rasa aman, termasuk: jaminan serta perlindungan terhadap

gangguan emosi.

3. Kebutuhan sosial, termasuk: rasa kasih sayang, termasuk rasa

(54)

35

4. Kebutuhan penghargaan, termasuk: penghargaan internal, seperti

harga diri, otonomi, keberhasilan, dan faktor penghargaan eksternal,

seperti status, pengakuan dan perhatian.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, termasuk: dorongan untuk mewujudkan

kemampuan seseorang, termasuk pertumbuhan, pemenuhan potensi

dan pemenuhan keinginan diri sendiri.

Motivasi dapat mempengaruhi kinerja, walaupun bukan satu-satunya

faktor yang membentuk kinerja.Masukan individual dan konteks pekerjaan

merupakan dua faktor kunci yang mempengaruhi motivasi.Pegawai mempunyai

kemampuan, pengetahuan kerja, karakteristik sifat, emosi, suasana hati,

keyakinan, dan nilai-nilai pada pekerjaan. Secara keseluruhan konteks pekerjaan

mencakup lingkungan fisik, penyelesaian tugas, pendekatan organisasi pada

rekognisi dan penghargaan, kecukupan dukungan pengawasan dan pelatihan, serta

budaya organisasi.

2.1.1.5 Prinsip-Prinsip Motivasi

Motivasi yang diberikan atasan kepada bawahan tentunya harus

diorganisir dengan baik dan penanganan yang efektif. Mangkunegara (2009:61)

mengemukakan beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, diantaranya :

1. Prinsip partisipasi, (pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh

pimpinan)

(55)

36

3. Prinsip mengakui andil bawahan (pemimpin mengakui bahwa pegawai mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan)

4. Prinsip pendelegasian wewenang, (pemimpin yang memberikan otoritas kepada pegawainya untuk mengambil keputusan terhadap

pekerjaan yang dilakukannya) dan

5. Prinsip memberi perhatian (pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan bawahan).

6. Prinsip-prinsip diatas sebagai acuan peneliti dalam penelitian kali ini, sehingga diharapkan dapat memperjelas kedudukan dan fungsi dari

motivasi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

2.1.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Sayuti (2007:85) menyebutkan motivasi kerja seseorang di dalam

melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor Internal terdiri dari:

1. Kematangan Pribadi

Orang yang bersifat egois dan kemanja-manjaan akan kurang peka

dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga agak sulit untuk

dapat bekerjasama dalam membuat motivasi kerja. Oleh karena itu,

kebiasaan yang dibawa sejak kecil sangat mempengaruhi motivasinya.

Gambar

Gambar 2.1 Teori Hirarki Maslow
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Terikat Kinerja Pegawai
Gambar 4.1
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fokus Penelitian ini adalah fungsi pengawasan DPRD Provinsi Banten dalam pelaksanaan hibah bantuan sosial tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat

Kinerja pegawai sekretariat DPRD Kabupaten Jeneponto yang akan dibahas mendalam pada penelitian ini yang hasilnya kerjanya diharapkan sesuai dengan wewenang dan

Sistematika penulisan Rencana Kerja Sekretariat DPRD Provinsi NTB Tahun 2015sesuai lampiran VI hurup c.1.9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

Berdasarkan tabel 3.1 di atas, dapat dilihat bahwa 4 (empat) dari 6 (enam) indikator kinerja utama sasaran strategis pertama Sekretariat DPRD Provinsi NTB Tahun

Sekretariat DPRD provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas pokok membentuk DPRD dalam menyelenggarakan tugas, fungsi dan kewenangan DPRD sebagai badan legislatif daerah yang

penyelenggara Pemerintahan Daerah. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran. Pimpinan Alat Kelengkapan DPRD yang selanjutnya disebut Pimpinan Alat

Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ciamis sebesar 48,86% sedangkan sisanya 51,14% adalah faktor

Keterbacaan Isi Buletin Menara Banten Bagi Pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Banten Sumber: Hasil Pengolahan Data Buletin Menara Banten Teks di Buletin