• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Guided Discovery - PRIA PAMUNGKAS BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Guided Discovery - PRIA PAMUNGKAS BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Guided Discovery

a. Pengertian Model Pembelajaran Guided Discovery

Penemuan adalah terjemahan dari discovery dan terbimbing adalah terjemahan dari guided. Menurut Sund (Suryosubroto, 2009) discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan menurut Bruner (Markaban, 2008) penemuan adalah suatu proses, suatu jalan dan cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu poduk atau item tertentu. Dengan demikian belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan.

(2)

konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip (Sulipan, 2011).

Menurut Tim PPG Matematika (2006) Pembelajaran guided discovery adalah pembelajaran dimana guru adalah sebagai fasilitator, guru membimbing siswa sesuai dengan yang mereka perlukan untuk memahami sebuah materi. Di dalam penemuan terbimbing (guided discovery), guru ditempatkan sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam pembelajaran ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat ‘menemukan’ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah

disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Guided Discovery

Agar pelaksanaan pembelajaran guided discovery dapat berjalan dengan efektif, maka langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut (Markaban, 2008) :

1) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah

2) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,

(3)

bimbingan sebaiknya mengarah siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan.

3) Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukan.

4) Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan prakiraan siswa, sehingga menuju arah yang hendak dicapai.

5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.

6) Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latian atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Guided Discovery

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran guided discovery di atas maka diperoleh rincian kegiatan pada setiap fasenya sebagai berikut:

Langkah 1 : Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya

(4)

salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah

Langkah 2 : Siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut

Pada kegiatan ini peran guru hanya memberikan bimbingan sejauh yang diperlukan siswa. Pada bimbingan ini guru mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang akan dituju melalui pertanyaan-pertanyaan dan LKS

Langkah 3 : Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukan

Dalam hal ini guru mempersilahkan siswa untuk menetukan prakiraan dari hasil analisis yang dilakukan Langkah 4 : Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa

tersebut di atas diperiksa oleh guru

Pada tahap ini guru memeriksa konjektur-konjektur yang telah dibuat siswa apakah sudah sesuai dengan jalan atau melenceng

Langkah 5 : Penyusunan verbalisasi konjektur

Pada tahap ini guru mempersilahkan siswa untuk menyusun konjektur yang ada menjadi sebuah kesimpulan

(5)

Tahap akhir pembelajaran ini, guru memberikan beberapa soal tambahan, bersama siswa mengoreksi hasil karya, mengevaluasi, membimbing, siswa menyimpulkan materi serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.

d. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Discovery Setiap pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, tidak terkecuali pembelajaran guided discovery juga memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut:

1) Kelebihan pembelajaran guided discovery

a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan)

c) Dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses pada penemuan.

d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa

dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

(6)

2) Kelemahan pembelajaran guided discovery

a) Untuk materi teri tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mengerti dengan model ceramah.

c) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan pembelajaran ini.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran guided discovery adalah pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator, membimbing siswa jika diperlukan dan mendorong siswa untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

2. Kemampuan Koneksi Matematika

Koneksi matematika merupakan dua kata yang berasal dari Mathematical Connection yang dipopulerkan NCTM setelah ditetapkan

(7)

(representation). Koneksi matematika juga merupakan salah satu dari lima keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika di Amerika. Lima keterampilan itu adalah communication (komunikasi matematika), reasoning (berfikir secara matematika), connection (koneksi matematika), problem solving (pemecahan masalah), understanding (pemahaman matematika) (Asep, 2008).

Koneksi sendiri berasal dari kata connection dalam bahasa inggris yang berarti hubungan. Koneksi secara umum adalah suatu hubungan atau keterkaitan. Koneksi dalam kaitannya dengan matematika yang disebut dengan koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan secara internal dan eksternal. Keterkaitan secaran internal adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri, dan keterkaitan secara eksternal yaitu hubungan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (Sumarmo, 2004). Menurut Suherman (2008) kemampuan koneksi dalam matematika adalah kemampuan untuk mengkaitkan konsep/aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi lain, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata.

Menurut NCTM (2000) ada dua tipe umum koneksi matematika yaitu modeling connection dan mathematical conections. Modeling connection merupakan hubungan antar situasi dengan masalah yang

(8)

penyelesaiannya dari masing-masing representasi. Koneksi matematika juga memfasilitasi siswa untuk tidak hanya mengetahui kemampuan matematika tetapi juga dapat menghitung, mengetahui simbol-simbol matematika, prosedur matematika, sebagai alat hitung dan melalui cara ini siswa akan dapat lebih mengetahui prosedur pengerjaan matematika (Lappan, 2002).

Menurut (Lappan, 2002) proses pembelajaran matematika memiliki sebelas kunci salah satunya adalah connecting mathematical Dideskripsikan bahwa connecting mathematical yaitu suatu kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat mendefinisikan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehari-hari, situasi-situasi, dan ide matematika yang saling berhubungan kedalam bentuk model matematika. Serta siswa dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkan untuk menyelesaikan satu masalah ke masalah yang lain, sehingga siswa akan lebih mengetahui mengenai prosedur dalam pengerjaan matematika.

(9)

baik untuk mengerjakan soal – soal maupun menerapkan konsep dalam kehidupan sehari – hari. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang itu, karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut (Herman,1999).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koneksi matematika merupakan salah satu komponen dari kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Kemampuan itu meliputi kemampuan mengkaitkan antar topik matematika, matematika dengan bidang studi lain dan matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, indikator koneksi matematika yaitu: a. Mengenali dan menggunakan koneksi antar topik matematika.

Adanya aspek koneksi antar topik matematika akan membantu siswa menghubungkan konsep-konsep matematika untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika, artinya bahwa pelajaran matematika yang tersebar kedalam topik-topik aljabar, pengukuran dan geometri, peluang dan statistika, dalam pembelajarannya akan dikaitkan satu sama lainnya.

b. Koneksi dengan disiplin ilmu lain.

(10)

c. Mengenali dan menggunakan matematika dengan keterkaitan di luar matematika (kehidupan sehari-hari).

Koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Matematika ada di sekitar kehidupan sehari-hari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari merupakan hal yang penting untuk dikuasai. Dengan mengaitkan dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari, juga dapat membuat siswa dapat mengetahui tujuan dari suatu konsep matematika.

3. Pokok Bahasan Prisma dan Limas

Pokok bahasan prisma dan limas diberikan kepada siswa SMP/MTs kelas VIII semester 2. Adapun indikator pokok bahasan prisma dan limas meliputi :

1. Menghitung luas permukaan prisma dan limas. 2. Menghitung volume prisma dan limas.

B. Kerangka Pikir

(11)

Model pembelajaran guided discovery merupakan pembelajaran yang dicirikan pada proses penyampaian materinya. Dalam pembelajaran guided discovery guru hanya sebagai fasilisator, membimbing siswa untuk menemukan konsep atau prinsip sendiri dengan bantuan seperlunya. Dengan terlibatnya siswa dalam menemukan suatu konsep atau prinsip, maka konsep atau prinsip itu akan lebih tertanam pada siswa yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip siswa juga dapat lebih memahami setiap permasalahan yang nantinya harus diselesaikan dengan menghubungkan konsep yang ada.

(12)

pengetahuan yang pernah diperolehnya, yang relevan dengan tujuan pemecahan masalah, serta memanfaatkannya secara efektif di dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Misalnya menetukan luas kertas kado yang dibutuhkan untuk membungkus kotak kado berbentuk balok dapat dicari setelah siswa menemukan rumus luas permukaan balok.

Bedasarkan uraian di atas diduga pembelajaran Guided Discovery membuat koneksi matematika siswa menjadi lebih baik, dimana hal tersebut berarti pembelajaran Guided Discovery berpengaruh terhadap koneksi matematika siswa SMP.

C. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

[r]

Mary Midgley is a moral philosopher and the author of many books including Wickedness, Evolution as a Religion, Beast and Man and Science and Poetry. All are published in

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |