• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang di dalamnya terjadi interaksi guru dengan siswa dan sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Menurut Hamalik (2009) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi yang dimaksud yaitu manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti guru, siswa, dan tenaga yang lainnya yang turut membantu dalam proses pembelajaran misalnya tenaga laboraturium. Dalam pembelajaran juga terdapat unsur material seperti buku-buku, papan tulis, slide, dan audio. Fasilitas dan perlengkapan dalam pembelajaran meliputi ruang kelas, LCD, perlengkapan audiovisual dan computer. Unsur prosedur meliputi jadwal, dan metode penyampaianya informasi, dan sebagainnya.

Menurut Nurlistianingsih (2011), pembelajaran yang berasal dari kata “belajar“ bukanlah sebuah proses dimana guru memasukan sebuah informasi kepada siswa. Belajar merupakan proses perubahan perilaku secara aktif. Proses tersebut melalui berbagai pengalaman, dan proses yang diarahkan kepada suatu tujuan. Pendapat lain tentang belajar adalah modifikasi atau memperteguh perlakuan melalui pengalaman. Berdasarkan pengertian ini,

(2)

maka belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukanlah sebuah penguasaan hasil latihan semata, melainkan perubahan perilaku (Hamalik, 2009).

Pembelajaran biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari sebuah proses belajar dan produk dari sebuah proses belajar. Menurut pendapat Amri dan Ahmadi (2010), dalam rangka mewujudkan pendidikan dengan kompetensi yang beragam, maka harus melewati proses yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang berproses memiliki arti bahwa aktifitas belajar siswa dibantu dengan bimbingan guru dalam menemukan sebuah konsep atau prinsip. Karena, belajar biologi tidak sekedar mempelajari sebuah materi atau informasi saja. Melainkan belajar biologi yaitu mempelajari sebuah fakta, konsep, prinsip dan belajar biologi juga belajar mengenai cara bagaimana memperoleh informasi atau data sains.

Oleh karena itu, belajar biologi lebih memfokuskan pada penemuan informasi melalui pengalaman sendiri. Sehingga guru harus mampu memfasilitasi siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar. Dengan demikian maka paradigma pembelajaran dari yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi berpusat pada siswa (student centered learning). Permendiknas (2013 : 81 A) didalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan kemampuan dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengalaman

(3)

belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan tetap sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.

Dalam mengembangkan potensi siswa menjadi sebuah kemampuan belajar yang semakin meningkat, maka diperlukanya kemampuan guru untuk mengembangkan sebuah prinsip yang mendukung dalam kegiatan belajar. Berdasarkan Permendiknas (2013 : 81A) kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Dengan melibatkan siswa dalam sebuah pembelajaran maka, diharapkan siswa mampu menemukan sendiri dan mentrasnsformasi informasi baru yang diperoleh dari proses pembelajaran. Karena didalam dunia pendidikan tidak hanya menekankan pada materi, tetapi juga ditekankan pada penguasaan keterampilan siswa. Berdasarkan Permendiknas (2013 : 81A) menyatakan bahwa kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik.

(4)

Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.

Sama halnnya dengan proses pembelajaran biologi juga mengutamakan pengembangan keterampilan, (Mariati, 2006 dalam Berliana, 2013) dan salah satu keterampilan yang harus dikembangkan yaitu keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains merupakan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari sebuah kemampuan-kemampuan yang mendasar yang pada prinsipnya telah dimiliki dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 b : 7 dalam Dimyati & Mudjiono, 2006 ).

Dimyati & Moedjiono (2002 :141) menyatakan bahwa ada berbagai macam keterampilan proses sains yaitu keterampilan dasar proses sains (basic skill) yang dimulai dari mengamati, mengklasifikasikan, menginterprestasi, mengukur, berhipotesis, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil eksperimen baik secara lisan maupun tertulis. Kedua yaitu keterampilan terpadu proses sains (Integrated skill), mulai dari identifikasi variable sampai dengan yang paling kompleks yaitu eksperimen. Dengan dikembangkanya keterampilan proses sains siwa diharapkan lebih berperan aktif dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan mempelajari biologi itu sendiri yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep biologi, mampu mengembangkan keterampilan proses sehingga siswa mengerti dengan apa yang sedang dipelajari.

(5)

Namun dalam kenyataanya, bahwa keterampilan proses sains siswa yang dijumpai masih rendah. Hal tersebut terbukti berdasarkan hasil observasi di kelas, yaitu kurangnya partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa cenderung pasif hanya mendengarkan dan menulis informasi yang dijelaskan oleh guru. Ketika guru melontarkan sebuah pertanyaan kesadaran siswhia untuk menjawab pertanyaan masih kurang sehingga, guru harus menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. Sebaliknya ketika guru mengajar siswa masih kurang berperan aktif maka, belum banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan, atau pendapat mengenai materi yang sedang dipelajari.

Dalam proses pembelajaran, guru kurang mengembangkan metode pembelajan yang menggali keterampilan siswa. Metode yang digunakan selama ini yaitu metode pembelajaran yang penyampaiannya masih berpusat pada guru saja, kemudian diadakan diskusi. Padahal keterampilan siswa yang perlu dikembangkan adalah keterampilan proses sains yang meliputi, mengamati, menginterprestasi, mengelompokan, berhipotesis, mengkomunikasikan pendapat, dan mengkomunikasikan hasil, sehingga siswa cenderung kesulitan memahami konsep-konsep sains yang sebagian besar bersifat abstrak. Kurang adanya variasi pembelajaran sehingga performance guru dalam pembelajaran masih kurang optimal.

Berdasarkan angket keterampilan proses sains siswa rendah juga dikarenakan kurang adanya pemanfaatan fasilitas yang disediakan oleh sekolah. Pandangan siswa mengenai materi biologi yang dianggap bahwa

(6)

materi biologi adalah materi hafalan. Kondisi yang seperti ini menimbulkan iklim belajar dalam kelas menjadi kurang kondusif, sikap ilmiah dan motivasi siswa rendah. Masalah tersebut muncul dikarenakan guru masih kurang dalam menggalih keterampilan proses sains siswa selama kegiatan pembelajaran. Hal tersebut didukung pula dengan hasil wawancara, bahwasanya guru mengajar masih menggunakan cara dimana pembelajaran berpusat pada guru, kurangnya upaya mengembangkan kompetensi inti dan kompetensi dasar dari kurikulum dan hanya terpaku bahwa sekedar materi harus cepat selesai.

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas maka, pembelajaran biologi perlu ditempatkan kembali sesuai hakikat aslinya yaitu produk dan proses. Mata pelajaran biologi seharusnya melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan keterampilan proses, membangun pengetahuan dan pengalaman siswa. Dari berbagai macam metode pembelajar, metode pembelajaran yang mampu mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah metode penemuan terbimbing (guided discovery). Suryosubroto (2012) Guided discovery merupakan metode yang efektif untuk membuat variasi suasana pola pembelajaran kelas. Pembelajaran ini adalah pembelajaran kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan teman yang lain dan mengarahkan siswa pada kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains kemudian siswa dibimbing untuk menemukan dan menyelidiki sendiri tentang suatu konsep sains sehingga pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta melainkan hasil temuan mereka sendiri. Menurut Mayer dalam David (2009)

(7)

penggunaan metode Guided discovery mungkin memerlukan waktu yang kurang atau lebih banyak daripada pembelajaran ekspositori, tergantung pada tugas yang diberikan, tetapi metode Guided discovery cenderung mengahasilkan ingatan dan transfer jangka panjang yang lebih baik daripada pengajaran ekspositoris. Pendapat lain yaitu Zaini (2009) dalam Ambarsari menyatakan bahwasanya seorang siswa akan mudah mengingat pengetahuan yang diperoleh dengan cara mandiri lebih lama, dibandingkan pengetahuan yang dia peroeh dari mendengar dari orang lain.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Guided Discovery terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri Petanahan tahun ajaran 2013/ 2014.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat didalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penerapan metode Guided Discovery tehadap keterampilan proses sains siswa kelas X SMA N 1 Petanahan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui “Pengaruh Metode Pembelajaran Guided Discovery terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Petanahan.”

(8)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat diadakanya penelitian ini, diantaranya yaitu :

1. Bagi siswa, sebagai sarana untuk mengeksplor keterampilan proses sains siswa dalam memahami fenomena alam dan memahami tentang keseimbangan antara komponen- komponen ekosistem dialam.

2 Bagi Guru, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memilih sebuah model dan metode pembelajaran yang dapat menggalih keterampilan siswa dalam memahami fenomena alam berdasarkan penerapan metode pembelajaran secara berproses

3 Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi tambahan untuk mengetahui tentang efektifitas suatu model dan metode pembelajaran.

1.5 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah menerima Ha menolak Ho, yang

artinya bahwa ada pengaruh tentang penerapan metode pembelajaran Guided Discovery terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri 1 Petanahan Tahun Ajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Gbr 8 (c) menunjukkan bahwa profil indeks bias pandu gelombang untuk sample 6 mendekati profil step indeks yaitu hampir datar pada nilai indeks bias 1,6 untuk ketebalan 0

Maka Allah mencelup hati seorang hamba dengan cahaya zat Allah sehingga menjadi nyata sifat Allah pada hati yang batin yang kemudian berbekas pada hati yang

Selain itu, pada pasal 1 ayat 13 dinyatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Tidak hanya faktor budaya saja yang perlu diperhatikan oleh perusahaan guna meningkatkan kinerja karyawan, akan tetapi perusahaan juga harus memperhatikan faktor lain yang

Berdasarkan penjelasan di atas dan dari hasil penelitian serta setelah dilakukan analisis data maupun pengujian hipotesis, dinyatakan bahwa terdapat korelasi

Usein vapaaehtoistoiminnan tutkimuksissa aika tai pikemminkin ajanpuute on yleinen este vapaaehtoistoimintaan osallistumiseen (Ks. Kansalaisareena ry ym. Maahanmuuttajien

 Dengan melihat hasil uji model fisik dan hasil perhitungan numerik yang menunjukkan perbedaan 1,71% memberikan keyakinan bahwa alat ukur yang telah dikembangkan