• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hal ini karena matematika mendasari ilmu-ilmu lain, membekali siswa berpikir kritis, serta dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari siswa untuk membantu memecahkan persoalan sehari-hari. SD merupakan lembaga pendidikan dimana siswa umurnya berkisar antara 7 tahun sampai dengan 13 tahun. Menurut Piaget dalam (Heruman, 2013:1-2), mereka berada pada fase operasional konkrit. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkrit.

Heruman menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dalam mengembangkan kreativitas dan kompentensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menuntut seorang guru untuk mempersiapkan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kreativitas serta hasil belajar siswa, terutama dalam mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena rata-rata siswa berpikir bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Peran guru disini sangat penting sebagai fasilitator guna membangkitkan semangat siswa ketika mereka cenderung pasif mengikuti pembelajaran.

Ketika matematika dipandang sebagai kebenaran yang objektif dan ilmu pengetahuan yang sempurna jauh dari urusan kehidupan manusia, para guru akhirnya melaksanakan proses pembelajaran matematika dengan

(2)

menyampaikan pengetahuan matematika secara informatif. Guru mengajarkan materi matematika seperti menyampaikan sebuah informasi tanpa melibatkan siswa. Proses pembelajaran yang demikian membuat siswa tidak menyukai matematika dan memandang matematika tidak berguna. Efek lanjutan dari hal itu adalah para siswa tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan matematika dalam kehidupannya, sehingga siswa pun memandang matematika sebagai ilmu yang jauh dari aktivitas kehidupan.

Rendahnya pengetahuan siswa terkait mata pelajaran matematika senantiasa menjadi topik perbincangan di dunia pendidikan. Ada beberapa siswa mengaku kurang memahami soal matematika yang dikerjakan. Bahkan tidak jarang ditemui siswa yang tidak dapat menggunakan ketrampilan menyelesaikan soal apabila diberikan soal yang sedikit berbeda dari apa yang dipelajari atau dicontohkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika di SD, khusunya kelas V terdapat materi sifat bangun datar dan bangun ruang. Memperkenalakan sifat-sifat bangun datar maupun bangun ruang kepada siswa sebenarnya bukan materi yang terlalu sulit untuk diajarkan. Materi tersebut akan dianggap mudah jika siswa memperoleh materi tersebut dengan mengalami langsung proses pengidentifikasian sifat-sifat bangun tersebut. Akan tetapi guru harus memperhatikan proses berpikir siswa dalam mengetahui sifat bangun tersebut. Guru juga harus memperhatikan kemampuan dasar siswa terkait materi bangun datar dan bangun ruang.

Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakn di SDN Bedono 02, ditemukan permasalahan terkait pembelajaran matematika. Hasil wawancara dengan guru kelas, menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran matematika. KKM di SDN bedono 02 pada mata pelajaran matematika yaitu 70. Berdasarkan nilai ulangan harian terdapat 13 siswa dari 25 siswa yang tidak lulus KKM. Setelah penulis melakukan observasi di dalam kelas, pembelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah dan penugasan.

(3)

Pembelajaran dengan ceramah baik digunakan untuk siswa yang gaya belajar terbaiknya adalah mendengarkan, namun tidak semua siswa di kelas itu memiliki gaya belajar yang sama. Ceramah yang dialakukan oleh guru membuat siswa pasif, hal ini akan mempengaruhi krativitas belajar siswa. Jika siswa difasilitasi untuk berpikir, maka hal tersebuat akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Oleh karena hal itulah guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan dapat membangun kreativitas siswa. Secara otomatis jika model pembelajaran yang digunakan dapat membangkitkan tingkat kreativitas siswa, maka akan berdampak positif bagi hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa yang juga akan meningkatkan hasil belajar siswa adalah model Problem-Based Learning. Menurut Richard I Arends, 2008:41 menyatakan esensi Problem-Based Learning berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Pembelajaran berbasis-masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri (Hmelo-Silver, 2004; Serafino dan Cicchelli, 2005) dalam Eggen dan Kauchak (2012:307). Dutch dalam (Amir, 2013:21) PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analisis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Teori tersebut diatas didukung adanya penelitian sebelumnya oleh Febriana Afifah yang dilakukan di SDN Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sukarman pada siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang juga menunjukkan hal yang sama yitu peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan Problem-Based Learning. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas melalui penerapan Problem-Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar. Akan tetapi peneliti akan

(4)

menambahkan variabel yang akan diteliti yaitu kreativitas belajar siswa melalui penerapan Problem-Based Learning.

Berdasarkan uraian diatas, dengan penerapan Problem-Based Learning ini mampu meningkatkan hasil belajar dan tingkat kreativitas siswa khususnya dalam mata pelajaran matemtika materi bangun datar. Jadi materi bangun datar tersebut akan di sajikan dalam bentuk permasalahan dan peserta didik akan memecahkan permasalahan terkait bangun datar tersebut bersama dengan kelompok. Problem-Based Learning dirancang dengan cermat yang menuntut upaya kritis siswa untuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki skill partisipasi yang baik. Dengan demikian diharapkan Problem-Based Learning dapat membantu meningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bedono 02.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika yaitu rendahnya tingkat kreativitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah dan penugasan dengan begitu siswa tidak memiliki kesempatan menunjukkan kreativitasnya dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa rendah yaitu 52% siswa mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Jika masalah tersebut tidak diatasi maka dampak yang akan muncul bagi siswa yaitu rendahnya kreativitas belajar siswa yang akan berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa pada akhir semester. Selain bagi murid, guru juga mengalami dampak dari masalah tersebut yaitu guru tidak berhasil dalam proses belajar mengajar dan tidak dapat menyelesaikan kompetensi dengan tepat waktu.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengganti model yang dipakai oleh guru sebelumnya yaitu model

(5)

pembelajaran konvesional yaitu ceramah dan penugasan dengan menggunakan Problem-Based Learning.

Menurut Arends (2008 : 43) Problem Based Learning mempunyai tujuan membantu siswa untuk mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Berpikir adalah sebuah proses yang melibatkan operasi-operasi mental, seperti induksi, deduksi, klarifikasi, dan penalaran. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah. Bahwa pembelajaran menggunakan Problem-Based Learning dapat melatih peserta didik berpikir kritis. Oleh karena itu digunakanlah Problem-Based Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, dan membantu meningkatkan hasil belajar karena siswa belajar dalam kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari luasnya masalah yang akan dibahas dan untuk menghindari kesalahpahaman, maka peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut sehingga penelitian dapat terarah.

1. Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN Bedono 02 semester II tahun pelajaran 2013/2014

2. Model pembelajaran yang digunakan yaitu problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah). Hasil belajar akan dibatasi pada sub pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Kreativitas belajar akan diamati pada saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran selama siklus berlangsung.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah Problem-Based Learning dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V semster II di SDN Bedono 02?

(6)

2. Apakah Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika kelas V semster II di SDN Bedono 02? 3. Bagaimana penerapan Problem-Based Learning dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V SDN Bedono 02?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Dengan menggunakan Problem-Based Learning dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V SDN Bedono 02 tahun pelajaran 2013/2014. 2. Dengan menggunkan Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas V semester II SDN Bedono 02 tahun pelajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui alasan meningkatnya kreativitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan Problem-Based Learning dalam mata pelajaran matematika kelas V semester II SDN Bedono 02 tahun pelajaran 2013/2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi murid, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan prestasi belajar dan mengajar di sekolah.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya, guru dan kepala sekolah pada umumnya mengenai pentingnya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa melalui penggunaan Problem-Based Learning.

(7)

1.6.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa

a. Sebagai pemicu kreativitas belajar sehingga siswa dapat belajar matematika dengan menarik dan tidak membosankan.

b. Memudahkan siswa dalam memahami matematika tentang materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang.

c. Meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang.

2 Bagi guru dan Calon Guru

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa melalui penggunaan dan pemilihan model pembelajaran dalam mengajar.

b. Memudahkan guru sebagai mediator dan fasilitator dalam menyampaikan pembelajaran dikelas.

c. Menambah wawasan tentang penerapan Problem Based-Learning dalam pelajaran Matematika.

3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat mengaplikasikan Problem Based-Learning sebagai upaya untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Referensi

Dokumen terkait

INSTIPER Yogyakarta saat ini telah menjadi Perguruan Tinggi yang khas dengan desain model pendidikan University Industry Partnership, dan telah mendapatkan kepercayaan yang luar

Peneliti tertarik pada aspek kajian ini karena dari hasil evaluasi tes tertulis mengenai soal-soal yang berhubungan dengan struktur gramatikal atau jabatan kalimat

Untuk meningkatkan effisiensi dan efektifitas pembelajaran IPBA melalui teleskop, dirancang perangkat sistem jaringan akuisisi astronomi yang menyambungkan komputer

Komposisi tari yang demikian biasanya apabila garapan cengkok kendangnya lemah, maka terinya dirasakan sangat lemah, (coba menarilah gambyong atau ngremo tanpa kendang

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

kalimat opini. Jadi dapat simpulkan pada penelitian ini bahwa peserta didik kelas XI SMA Negeri 4 Gorontalo belum mampu membedakan kalimat fakta dan opini pada sebuah editorial

Papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahan berlignoselulosa (biasanya kayu), dalam bentuk tertentu (partikel) yang dikombinasikan dengan resin

Seperti disampaikan oleh kepala sekolah MI Nurul Huda Candisari bapak SP dalam wawancara:“Supervisi akademik yang ada di sekolahan kami, penerapanya adalah pada awal