• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Utara. Untuk penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Farmakognosi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Utara. Untuk penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Farmakognosi,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan mulai dari bulan November 2016 hingga Mei 2017. Tempat pengambilan sampel dilakukan di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat dan di Kelurahan Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan. Uji identifikasi gaharu dilakukan dilaboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Untuk penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Farmakognosi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penentuan kadar tanin dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) dilakukan disekitar kampus dan tempat umum.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) segar aquades, larutan gelatin, larutan indigokarmin,

larutan garam asam, kaolin powder, larutan KMnO4 dan Na–oksalat gula dan

air.Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium (gelas beaker, gelas corong, labu alas bulat,elenmeyer, labu tentukur, labu takar 5ml, tabung reaksi, pipet tetes, dan pipet volume), alumenium foil, lemari pengering, blender, stopwatch, karung, kertas perkamen, kamera digital, plastik polietilen, gelas, sendok, dan kuisioner.

(2)

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel Tanaman

Sampel diambil dari tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang berasal dari Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat dan Kelurahan Simalingkar, Sumatera Utara. Kemudian sampel daun gaharu dikumpulkan dalam karung, dimana sampel tersebut berupa daun muda dan daun tua.

Determinasi Tanaman

Identifikasi tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.) dilakukan di Herbarium Medanense, Labolatorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Pembuatan Teh dan Simplisia Daun Gaharu

1. Daun gaharu dikelompokkan berdasarkan tempat wilayah pengambilan. Seperti di desa Rumbai, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan dan di Kelurahan Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan.

2. Sampel daun gaharu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air mengalir.

3. Dilayukan dan disebarkan di atas kertas perkamen hingga airnya terserap. 4. Dilakukan pengeringan secara kering udara di lemari pengering sampai warna

daun terlihat kecoklatan.

5. Dibelender daun yang sudah kering.

(3)

7. Teh gaharu diseduh menjadi minuman teh untuk selanjutnya diuji rasa, aroma dan warna (uji hedonik) kepada panelis berupa masyarakat disekitar kampus dan tempat umum.

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluen). Alat-alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml.

Cara kerja : masukkan kedalam labu alas bulat 100 ml toluen dan 1 ml air suling, kemudian destilasi selama 2 jam, toulen didinginkan selama 30 menit dan volume air didalam tabung penerima dibaca, kemudian dimasukkan kedalam labu 2,5 g sampel yang telah ditimbang, lalu panaskan selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes setiap detiknya sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan 4 tetes setiap detik. Setelah semua terdestilasi, bagian-bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen, destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Kemudian setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0.05 ml. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998). Pembuatan Pereaksi untuk Uji Tanin

1. Larutan indigocarmin

Sebanyak 6 gram indigicarmin dilarutkan kedalam 500 ml aquades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan aquades sampai satu liter lalu disaring (Sudarmadji, 1984)

(4)

2. Larutan KMnO4

Ditimbang 0,3 gram Na2C2O4 yang telah dikeringkan pada suhu 105oC

lalu dimasukkan kedalam 250 ml H2SO4 (1:9) yang telah dididihkan selama 10

menit. Setelah larut semua, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 yang akan

distandarisasi sampai warna yang timbul nampak akan hilang (dibutuhkan 34 ml larutan KMnO4). Dipanaskan lagi sampai hampir mmendidih lalu titrasi

diteruskan perlahan-lahan sampai timbul warna jambon yang dapat bertahan selama 30 detik. Untuk lebih teliti, dilakukan titrasi blanko 250 ml asam sulfat 1:19 tanpa penambahan Na2C2O4 dengan cara yang sama. Biasanya kebutuhan

larutan KMnO4 untuk titrasi blanko ini tidak kurang dari 0,05 ml. Kebutuhan

larutan KMnO4 adalah jumlah KMnO4 titrasi pertama dikurangi dengan titrasi

blanko.

N. KMnO4 =

Penentuan Kadar Tanin

Penentuan kadar tanin dilakukan menggunakan metode Lowenthal-Procter dalam Sudarmadji (1984), sebagai berikut :

1. Sebanyak 5 g bahan yang telah ditumbuk halus ditambahkan 400 ml aquades kemudian didihkan selama 30 menit.

2. Setelah didinginkan, disaring dan dimasukkan kedalam labu takar 500 ml dan ditambah aquades sampai tanda yang ditentukan (fitrat 1).

3. Diambil 10 ml fitrat I ditambah 25 ml larutan indigokarmin dan 750 ml aquades. Selanjutnya dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai warna

(5)

4. Diambil 100 ml fitrat I ditambah berturut-turut 50 ml larutan gelatin , 100 ml larutan garam asam, 10 g kaolin powder. Selanjutnya dikocok kuat-kuat beberapa menit dan disaring (filtrat II).

5. Diambil 25 ml fitrat II , dicampur dengan larutan indigokarmin sebanyak 25 ml dan aquades 750 ml. Kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N.

6. Standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-oksalat.

Perhitungan:

1 ml KMnO4 0,1 N = 0,00416 g tanin

Kadar tanin = (50 A – 50 B) × 0,1 × 0,00416 × 100% Berat Sampel

Keterangan:

A : Volume titrasi tanin (ml) B : Volume titrasi blanko (ml) N : Normalitas KMnO4 standar (N)

10 : Faktor pengenceran, 1 ml KMnO4 0,1

N : setara 0,00416 g tanin

Uji Kesukaan Masyarakat

Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik penulis diminta tanggapan peribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya dan mengemukakan tingkat kesukaan atau disebut juga dengan skala hedonik. Pengujian dilakukan secara indereawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 150 responden dengan berbagai variasi umur, jenis kelamin, dan suku untuk pengujian terhadap rasa, aroma, dan warna.

(6)

Tabel I. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala hedonik Skala numerik

Sangat suka Suka Cukup suka

Tidak suka Sangat tidak suka

5 4 3 2 1

Batas penolakan yaitu batas dimana teh daun gaharu dianggap tidak disukai oleh konsumen berada saat skala numerik 3.

Analisis Data

Data hasil pengujian kadar air dan tanin dirata-ratakan dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Data hasil uji hedonik diperoleh dari survei terhadap masyarakat mengenai aroma, rasa dan warna kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi Tumbuhan

Hasil determinasi terhadap tanaman gaharu yang tumbuh di Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa sampel daun Gaharu termasuk dalam jenis Aquilaria malaccensis Lamk. Hasil uji determinasi daun gaharu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sumarna (2009) menyebutkan bahwa syarat untuk tumbuh dengan baik, gaharu tidak memilih lokasi khusus. Umumnya gaharu masih dapat ditemui di daerah hutan rawa, hutan gambut, hutan dataran rendah, ataupun hutan pegunungan dengan tekstur tanah berpasir. Gaharu sesuai ditanam di antara kawasan dataran rendah hingga kepegunungan pada ketinggian 750 m diatas permukaan laut.

Pohon gaharu jenis A. Malaccensis Lamk. yang terdapat di daerah Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat memiliki ciri permukaan batang licin, berwarna keputih-putihan, kadang-kadang beralur, dan kayunya agak keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (2004) yang menyatakan bahwa A. Malaccensi Lamk. memiliki ciri morfologi dimana tinggi pohon ini dapa mencapai 40 meter dengan diameter 60 cm. Pohon ini memiliki permukaan batang licin, warna keputihan, kadang beralur dan kayunya agak keras. Pohon ini memiliki bentuk daun lonjong agak memanjang, panjang 6-8 cm, lebar 3-4 cm, bagian ujung meruncing. Daun yang kering berwarna abu-abu

(8)

kehijauan,agak bergelombang, melengkung, permukaan daun atas-bawah licin dan mengkilap,tulang daun sekunder 12-16 pasang.

Adapun profil pohon gaharu jenis A. Malaccensis Lamk. yang dijadikan sebagai bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Pohon gaharu asal Gambar 2. Pohon gaharu asal Sumatera Utara jenis Sumatera Barat jenis (A. Malaccensis Lamk.) (A. Malaccensis Lamk.)

Berikut profil daun gaharu asal Sumatera Utara dan Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Daun gaharu asal Gambar 4. Daun gaharu asal

Sumatera Utara jenis Sumatera Barat jenis (A. Malaccensis Lamk.) (A. Malaccensis Lamk.)

(9)

Menurut BABPEDA dan BPS Kabupaten Pasaman (2010) Kecamatan Mapat Tunggul Selatan adalah salah satu Kecamatan yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis wilayah Kecamatan Mapat Tunggul Selatan berada pada 00 34’ LU - 00 06’ LU dan 100 06’ BT - 100 20’ BT ketinggian antara 150-2.281 mdpl dengan luas daerah 471,72 km2. Kecamatan Mapat Tunggul Selatan mempunyai suhu rata-rata 20oC-26oC. Keadaan curah hujan rata-rata bulanan daerah ini pada tahun 2008 berkisar 276,78 mm dan keadaan rata-rata-rata-rata hari hujan berkisah 4-20 hari. Rata-rata curah hujan dalam setahun 3000 mm. Kecamatan Mapat Tunggul Selatan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mapat Tunggul, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bonjol, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Panti, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kecamatan Padang Gelugur, dan Kecamatan Rao Selatan, dan sebelah Timur bebatasan dengan Kabupaten 50 Kota dan Provinsi Riau.

Kecamatan Medan Tuntungan memiliki iklim tropis. Kecamatan Medan Tuntungan mempunyai suhu rata-rata 26,1oC-26,9oC. Keadaan curah hujan rata-rata bulanan daerah ini pada tahun 2001 berkisar 299.5 mm dan keadaan rata-rata-rata-rata hari hujan berkisah 3-23 hari. Rata-rata curah hujan dalam setahun 3415 mm (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2010)

Penetapan Kadar Air Simplisia

Penetapan kadar air ini sangat berhubungan dengan mutu simplisia teh daun gaharu, karena teh dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memenuhi syarat standarisasi kadar air yaitu dibawah 10%. Sesuai dengan pernyataan Hidayat (2004) kadar air sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu bahan,

(10)

semakin rendah kadar air maka semakin baik kualitas bahan tersebut. Untuk mendapatkan kadar air dibawah 10% daun gaharu dimasukkan kedalam lemari pengering selama 1 bulan. Pengujian kadar air simplisia daun gaharu dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Alat Uji Kadar Air Metode Azeotropi (Destilasi Toluen)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Air Simplisia Daun Gaharu Berdasarkan Perbedaan Letak Pengambilan Daun pada Pohon

Asal Gaharu Letak Pemgambilan Daun Gaharu

Rata-rata %

Pucuk Pohon 6,67%

Sumatera Barat Pangkal Pohon 7,33%

Campuran 8,00%

Pucuk Pohon 8,00%

Sumatera Utara Pangkal Pohon 8,00%

Campuran 8,67%

Menurut Tabel 2. Kadar air tertinggi simplisia daun gaharu asal Sumatera Barat yaitu pada bagian campuran dengan rata-rata kadar air sebesar 8,00 % disusul bagian pangkal 7,33 % dan pucuk sebesar 6,67 %. Kemudian untuk Gaharu asal Sumatera Utara kadar air tertinggi diperoleh pada bagian campuran (pucuk dan pangkal) dengan rata-rata kadar air sebesar 8,67 % dan kadar air

(11)

terendah terdapat pada bagian pucuk dan pangkal pohon yaitu 8,00 %. Kandungan air pada simplisia yang lebih dari 10 % berdampak buruk pada kandungan yang terdapat pada simplisia tersebut. Menurut SNI (1995) dalam Kusumaningrum (2013) kadar air pada produk teh memiliki nilai maksimal 12%. Dengan demikian kadar air yang dimiliki teh daun gaharu masih termasuk dalam kategori kadar air teh yang ditetapkan oleh SNI.

Tingginya kandungan air dapat menyebabkan ketidak stabilan pada ekstrak maupun simplisia, kadar air yang tinggi akan mempercepat tumbuhnya bakteri dan jamur. Batas kadar air minimal yang dikandung simplisia akan berpengaruh terhadap warna dan rasa. Menurut Herawati (2006) dalam Kusumaningrum (2013) kadar air sangat mempengaruhi mutu teh kering, pada produk teh kering akan mempengaruhi umur simpan, dimana apabila teh kering mengandung cukup banyak kadar air akan mengakibatkan teh cepat lembab dan mudah rusak. Rata-rata kandungan kadar air dapat dilihat pada tabel 2.

Menurut Pramono (2005) dalam Sembiring (2014) yang menyatakan bahwa jika kadar air simplisia masih tinggi dapat memicu enzim melakukan aktifitas mengubah senyawa aktif yang ada pada bahan menjadi senyawa yang lain sehingga kemungkinan efek farmakologinya berbeda dengan aslinya.

Menurut Paris et Moyse (1976) dalam Manoi (2006) apabila kadar air lebih besar dari 10,00 % akan menyebabkan terjadinya proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba. Hal ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah dikeringkan mempunyai kadar air yang rendah. Beberapa enzim perusak kandungan kimia antara lain adalah hidrolase, oksidase dan polimerase. Penggunaan cara pengeringan dengan kering angin simplisia yang dihasilkan

(12)

masih memiliki kadar air yang cukup tinggi dan apabila disimpan dalam jangka waktu tertentu akan terjadi kerusakan fisik maupun kimia.

Penentuan Kadar Tanin

Tinggi rendahnya kadar tanin dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar ekstrak dalam air teh karena tanin memiliki sifat jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat pada daun gaharu. Pengujian senyawa tanin teh dau gaharu dapat dilihat seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Uji Kadar Tanin Teh Daun Gaharu Metode Lowenthal Procter

Tabel 3. Kadar Tanin Teh Daun Gaharu Berdasarkan Perbedaan Letak Pengambilan Daun pada Pohon

Asal Gaharu Letak Pemgambilan Daun Gaharu

Rata-rata %

Pucuk Pohon 3,82%

Sumatera Barat Pangkal Pohon 3,91%

Campuran 3,88%

Pucuk Pohon 4,36%

Sumatera Utara Pangkal Pohon 4,05%

Campuran 3,88%

Pada Tabel 3. Menunjukkan kadar tanin yang paling tinggi diperoleh di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan yaitu pada pucuk pohon

(13)

gaharu yaitu sekitar 4,36 % dan terendah terdapat di Kecamatan Mapat Tunggul Sumatera Barat yaitu pada pucuk pohon gaharu yaitu sekitar 3,82%. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain; perbedaan tempat tumbuh, jenis pohon, dan ketinggian yang bervariasi tergantung pada letak geografis dan musim (Prayitno, 1982).

Tingkat kehalusan dari serbuk teh mempengaruhi kadar tanin. Semakin halus serbuk teh maka kadar tanin akan semakin rendah. Menurut Martono (2010) dalam Fajrina (2016) bahwa semakin halus serbuk teh yang diakibatkan oleh proses pengeringan yang semakin lama menyebabkan senyawa tanin mudah teroksidasi oleh cahaya dan udara.

Menurut Karsiningsih (2016) yang menyatakan bahwa pengambilan daun gaharu pada pucuk pohon, tengah pohon, dan pangkal pohon juga mempengaruhi kandunsgan kadar tanin pada teh daun gaharu tersebut dimana pada bagian pucuk pohon memiliki kandungan air dan kandungan tanin yang lebih rendah di bandingkan pada bagian pangkal pohon dan tengah pohon. Tanin adalah senyawa yang menyebabkan rasa sepat pada teh daun gaharu. Selain itu, teh daun gaharu dengan kandungan air dan kan dungan tanin yang tinggi kurang diminati masyarakat dibanding teh daun gaharu dengan kandungan air dan kandungan tanin yang lebih rendah.

Kadar tanin pada pohon berfungsi sebagai pelindung bagi tumbuhan pada masa pertumbuhan, antara lain pelindung dari serangan hama dan penyakit hutan. Pada manusia tannin berfungsi sebagai antiseptik penutup jaringan luka pada kulit seperti luka bakar (Yulianto, 2011)

(14)

Uji Hedonik

Uji kesukaan juga disebut dengan uji hedonik. Dalam uji hedonik, panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya terhadap teh daun gaharu yang disebut dengan skala hedonik.Dalam hal ini panelis diminta mengisi kuisioner sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik.Pengujian ini diberikan kepada 150 responden dengan berbagai variasi umur (20-60 tahun), jenis kelamin, dan pekerjaan untuk pengujian terhadap rasa, aroma, dan warna teh dimana dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 4.Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Nilai Kesukaan Terhadap Rasa, Aroma dan Warna Teh Daun Gaharu

Asal Gaharu Letak Pemgambilan Daun Gaharu

Aroma Rasa Warna Pucuk Pohon 3,80 3,84 3,78 Sumatera Barat Pangkal Pohon 3,76 3,82 3,74

Campuran 3,74 3,78 3,76

Rata-rata 3,77 3,81 3,76

Pucuk Pohon 3,72 3,74 3,72 Sumatera Utara Pangkal Pohon 3,70 3,70 3,70

Campuran 3,68 3,72 3,68

Rata-rata 3,70 3,72 3,70

Skala 1 – 5 = Sangat tidak suka – Sangat suka

(15)

Berdasarka Tabel 4, menunjukkan bahwa berdasarkan uji tingkat kesukaan masyarakat pada teh daun gaharu bagian pucuk pohon, pangkal pohon dan capuran (pucuk dan pangkal) pohon cukup disukai masyarakat yaitu pada skala 3 (cukup suka). Hal ini sesuai dengan penelitian Ginting (2015) yang menyatakan bahwa teh dau gaharu masih cukup diminati masyarakat. Teh daun gaharu dengan parameter aroma, rasa,dan warna yang memiliki nilai yang paling tinggi adalah daun gaharu asal Sumatera Barat yaitu pada pucuk pohon dengan nilai aroma 3,80 rasa 3,84 dan warna 3,78. Disusul dengan teh daun gaharu asal Sumatera Barat pangkal yaitu dengan nilai aroma 3,76 rasa 3,82 dan warna 3,74, kemudian teh yang paling tidak disukai masayarakat adalah teh daun gaharu asal Sumatera Utara yaitu pada bagian campuran (pucuk dan pangkal) pohon dengan nilai aroma 3,68 rasa 3,72,dan warna 3,68.

Menurut Winarno (1992) dalam Shofiati (2014) warna memegang peranan yang penting dalam menentukan penerimaan konsumen, karena merupakan salah satu parameter yang paling awal diperhatikan oleh panelis (konsumen). Dari Tabel 3 nilai sensori warna air seduhan teh daun gaharu berkisar antara 3.68-3,80 (cukup suka). Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Dari Tabel 3 diperoleh nilai sensori rasa air seduhan teh daun gaharu berkisar antara 3,70-3,84 (cukup suka). Aroma pada minuman dapat mempengaruhi kesegaran dari minuman tersebut. Flavor (rasa dan aroma) dapat disengaja ditambahkan dalam berbagai jenis sesuai dari kebutuhan minuman itu sendiri. Nilai uji hedonik aroma teh daun gaharu antara 3,68-3,78 yaitu masih disukai oleh masarakat.

(16)

Hasil seduhan teh daun gaharu yang diujikan kepada penelis dapat dilihat pada Gambar 7.

. Keterangan :

1. Teh daun gaharu asal Sumatera Utara (bagian pucuk) 2. Teh daun gaharu asal Sumatera Utara (bagian pangkal) 3. Teh daun gaharu asal Sumatera Utara (bagian campuran) 4. Teh daun gaharu asal Sumatera Barat (bagian pucuk) 5. Teh daun gaharu asal Sumatera Barat (bagian pangkal) 6. Teh daun gaharu asal Sumatera Barat (bagian pangkal)

Berdasarkan jumlah panelis untuk nilai kesukaan terhadap aroma, rasa, dan warna dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada jumlah panelis ada 74 orang yang suka terhadap teh daun gaharu asal Sumatera Barat pada pucuk pohon. Lebih dari 50% panelis yang didominasi oleh laki-laki dengan kisaran usia terbanyak 20 – 40 tahun menyukai rasa, aroma, dan warna dari teh daun gaharu dari bagian pucuk pohon asal Sumatera Barat. Hal ini berhubungan dengan nilai kadar air dan kadar tanin yang terkandung pada daun teh gaharu yang berasal dari bagian pucuk pohon. Berdasarkan nilai kadar air dan kadar tanin dari teh daun gaharu, maka dapat dilihat adanya hubungan antara kadar air dan kadar tanin dengan tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu.

2 2 1 3 2 5 4 6

(17)

Teh daun gaharu dengan kadar air dan kadar tanin yang tinggi memiliki nilai kesukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan teh daun gaharu yang memiliki kadar air dan kadar tanin yang lebih rendah. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, diketahui bahwa daun gaharu pada bagian pucuk memiliki nilai kadar air dan kadar tanin lebih rendah dibandingkan pada bagian pangkal dan campuran.

Menurut Saragih (2014) rasa bahan pangan merupakan salah satu parameter penting yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan. Rasa yang dihasilkan dipengaruhi oleh komponen yang ada di dalam bahan dan proses yang dialaminya. Rasa menjadi faktor yang sangat menentukan pada putusan akhir konsumen untuk menolak atau menerima suatu makanan. Walau parameter penilaian yang lain lebih baik, jika rasa makanan tidak disukai maka produk akan ditolak.

(18)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis gaharu yang terdapat di Sumatera Utara dan Sumatera Barat adalah jenis yang sama yaitu jenis gaharu A. malaccensis Lamk.

2. Banyaknya nilai kadar air dan kadar tanin yang terkandung dalam daun gaharu mempengaruhi aroma, rasa, dan warna teh daun gaharu.

3. Tingkat kesukaan masyarakat lebih banyak pada teh daun gaharu (A. malaccensis Lamk) yang diambil dari pucuk pohon yang berasal dari

Sumatera Barat. Hal ini dibuktikan lebih dari 50 % panelis yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki dengan kisaran usia antara 20 – 40 tahun lebih menyukai teh daun gaharu yang berasal dari pucuk pohon gaharu Sumatera Barat.

Saran

Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih memperhatikan manfaat dari teh daun gaharu bagi kesehatan. Misalnya sebagai anti kanker, anti oksidan dan mengetahui fungsi-fungsi dari unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Referensi

Dokumen terkait

I could have gone home on time but the bus was late last night.. 

Kompon karet yang mengandung bahan pelunak lindi hitam tanpa perlakuan ataupun dengan perlakukan penambahan bahan pembasa NH OH dan NaOH memiliki 4 waktu masak optimum (t

Strategi Team quiz Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MA-Al-.. Hikmah Langkapan Tahun Ajaran 2016/2107 Pada Pokok

12 Keterampilan dan kejujuran petugas bank dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.. Universitas

Dan hanya karena berkat dan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tapioka, Kitosan, Gliserin,

Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan tunas pada bibit okulasi dini menggunakan mata tunas cabang primer dari tanaman entres usia muda jauh lebih

Beranjak dari uraian di atas, hendaknya pendidikan hukum ditarik ke tengah-tengah persoalan yang ada pada anak konflik hukum yang sedang mengalami krisis, karena

Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Universitas