• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN ALOKASI ANGGARAN KELURAHAN (AAK) UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SAMANGRAYA KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGELOLAAN ALOKASI ANGGARAN KELURAHAN (AAK) UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SAMANGRAYA KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON TAHUN 2015"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara

Oleh

Siti Aida Faradisha 6661131911

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

ada kemudahan. Karena itu bila kau

telah selesai (mengerjakan yang lain)

dan kepada Tuhan, berharaplah

(Q.S. Al Insyirah : 68)

DO GOOD, AND GOOD WILL COME TO YOU

(UKNOWN)

This Thesis Presented

to my Beloved Father,

Mother, Sister, and

for someone who always

support me in many things,

(6)

Siti Aida Faradisha, NIM 6661131911. Skripsi. Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si (Pembimbing I) dan Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si (Pembimbing II)

Fokus penelitian ini adalah tentang pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk pemberdayaan masyarakat Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon. Masalah yang diidentifikasi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: 1). Masyarakat yang kurang berminat atau demotivasi 2). Keadaan masyarakat yang kurang partisipatif terhadap program yang ada 3). Keterbatasan Dana yang Cair 4). Belum adanya ketentuan dari Perwal dan Perda Kota Cilegon mengenai penggunaan AAK (Alokasi Anggaran Kelurahan). Peneliti menggunakan teori G.R.Terry (2010: 9) : planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan). Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk pemberdayaan masyarakat Kelurahan Samangraya belum berjalan optimal karena masih perlu adanya kesadaran dan motivasi dari masyarakat mengenai program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Samangraya serta tidak adanya evaluasi dari pihak kelurahan samangraya khususnya dalam bidang pemberdayaan masyarakat terhadap setiap kegiatan yang telah selesai dilakukan. Saran : Pihak kelurahan khususnya bidang Pemberdayaan Masyarakat harus lebih komunikatif dalam mempromosikan dan mempublikasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat serta pihak Kelurahan perlu melakukan evaluasi dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon.

(7)

Siti Aida Faradisha, NIM 6661131911. Thesis. Management of Urban Budget Allocation (AAK) for Community Empowerment. Faculty of Social and Political Sciences, Public Administrastion Department, Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si, 2nd Advisor Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si

The focus of this research is on the management of Urban Village Allocation (AAK) for community empowerment of Samangraya Sub-District Citangkil Kota Cilegon. Problems identified by the researchers in this study are: 1). People who are less interested or demotivated 2). Less participative community situations against existing programs 3). the limited funds available 4). The absence of provisions of Perwal and Perda Cilegon City regarding the use of AAK (Allocation of Urban Budget). This Researchers use G.R.Terry theory (2010: 9): planning, organizing, actuating and controlling. Researchers use qualitative research methods. The result of the research shows that the management AAK (Allocation of Urban Budget) for community empowerment of Samangraya Urban Village has not run optimally because there is still need of awareness and motivation from society about community empowerment program in Samangraya and nothing evaluation in Samangraya especially in community empowerment of each completed activity. Suggestion: The urban village especially in the field of Community Empowerment should be more communicative in promoting and publicizing the community empowerment activities and Samangraya urban village needs to do evaluation in every community empowerment activity in Samangraya urban Village, Citangkil Sub-district, Cilegon City.

(8)

i

SWT, tidak lupa Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah memberi nikmat dan berkah kepada penulis untuk mewujudkan Skripsi ini dengan judul Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon Tahun 2015.

Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Tentu penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam membuat Skripsi ini. Selain itu, penulis juga tentu terkadang kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber, namun di sisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis.

(9)

ii

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang sekaligus sebagai Dosen Pembimbing 2 yang dengan sabar nya telah membimbing dan memotivasi Penulis sehingga Penulis bisa menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

(10)

iii

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Maulana Yusuf, S.IP, M.Si., yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dengan penulis mengenai masalah yang penulis teliti.

10.Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan;

12.A. Dimyati, SH, MM, Lurah Kelurahan Samangraya terimakasih untuk waktu dan kesempatan yang diberikan serta telah bekerja sama dengan sangat baik dan kooperatif dengan Penulis sehingga memudahkan Penulis dalam mencari data yang sesuai.

13.Staff Kelurahan Samangraya khususnya bidang Pemberdayaan Masyarakat yang telah bekerja sama dan dengan sabarnya memberikan waktu kepada penulis sehingga memudahkan penelitian di lapangan 14.Keluarga tercinta yakni Ayah, Drs. Ento Uranta, Ibu Fariroh dan adik

(11)

iv

Aghnia destiani, Almira Raissa, dan Yessi Kusumaningrum yang hingga Saat ini yang selalu ada dan mendukung serta menemani saya dalam keadaan apapun.

16.Juga kepada Teman-teman kelas C dan Seluruh angkatan 2013 Ilmu Administrasi Negara selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan, kalian luar biasa.

Dengan ini, Skripsi ini telah selesai disusun. Penulis meminta maaf apabila Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan ilmu yang Peneliti miliki. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan Skripsi ini

Serang, Mei 2017

(12)

v ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 18

1.3 Batasan Masalah ... 19

1.4 Rumusan Masalah ... 19

1.5 Tujuan Penelitian ... 19

1.6 Manfaat Penelitian ... 20

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 22

2.1.1 Pengelolaan ... 22

(13)

vi

2.1.4 Teori Partisipasi ... 37

2.1.5 Konsep Kelurahan ... 39

2.1.6 Alokasi Anggaran Kelurahan ... 44

2.1.6.1 Tahapan Manajemen Alokasi Anggaran Kelurahan ... 45

2.2 Penelitian Terdahulu ... 49

2.3 Kerangka Berpikir ... 51

2.4 Asumsi Dasar ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 54

3.2 Fokus Penelitian... 55

3.3 Lokasi Penelitian ... 56

3.4 Operasional Konsep ... 56

3.4.1 Definisi Konsep ... 56

3.4.2 Definisi Operasional ... 57

3.5 Instrumen Penelitian ... 60

3.5.1 Sumber Data ... 61

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.6 Informan Penelitian ... 63

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 64

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 64

3.7.2 Teknik Analisis Data ... 66

3.8 Uji Keabsahan Data ... 69

(14)

vii

4.1.2 Gambaran Umum Kelurahan Samangraya ... 76

4.1.3 Struktur Organisasi dan Tugas pokok Kelurahan Samangraya ... 77

4.1.4 Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Dan Kegiatan Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Samangraya yang telah Berjalan ... 81

4.2 Deskripsi Data ... 82

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 82

4.2.2 Informan Penelitian ... 84

4.3 Penyajian Data ... 84

4.3.1 Pengelolaan Alokasi anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon ... 85

4.4 Pembahasan ... 114

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131 DAFTAR PUSTAKA

(15)

viii

Samangraya Tahun 2015 ... 6

1.2 Daftar Penerima Bantuan RASKIN ... 10

1.3 Daftar UKM Binaan Kelurahan Samagraya ... 10

1.4 Daftar Peserta Dalam P2WKSS Kelurahan Samangraya ... 11

1.5 Jenis Dan Jumlah Peserta Pelatihan Dan Pembinaan Program Pemberdayaan Masyarakat Yang Telah Dilakukan ... 14

1.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Samangraya ... 15

1.7 Rencana Kerja Kasi Pemberdayaan Masyarakat ... 17

3.1 Operasionalisasi Konsep ... 58

3.2 Daftar Informan Penelitian ... 63

3.3 Pedoman Wawancara ... 65

3.5 Pedoman Jadwal Penelitian ... 72

4.1.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan Dan Luas Wilayah Kota Cilegon Tahun 2013 ... 75

4.1.2 Rincian RT dan RW di Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon ... 76

4.1.3 Daftar Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Samangraya ... 81

4.1.4 Daftar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ... 81

4.2.1 Daftar informan penelitian ... 84

(16)

ix

Samangraya ... 88 4.3.4 Kegiatan Fisik Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Samangraya Tahun 2013-2015 ... 89 4.3.5 Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Samangraya ... 95 4.3.6 Tabel Rencana Kerja Rutin Tahun 2014 ... 98 4.3.7 Tabel Rencana Kerja Rutin Tahun 2015 ... 99 4.3.8 Bantuan CSR dari perusahaan yang ada di wilayah kerja

(17)

x

(Musyawarah Rencana Pembangunan) ... 16

2.1 Alur Pengajuan Alokasi Anggaran Kelurahan ... 46

2.2 Kerangka Berfikir ... 52

3.1 Proses Analisis Data ... 67

4.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Samangraya ... 78

4.2 Contoh Skala Prioritas ... 96

4.2.1 Pra Musrenbang ... 100

4.3 Drainase & Jembatan ... 108

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur, baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.

(19)

telah dijadikan landasan yuridis untuk menggeser fokus politik ketatanegaraan. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah.

Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

(20)

dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dapat mengelola dan penyelenggaraan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Hal tersebut selaras dengan pemikiran bahwa tujuan desentralisasi yaitu sebagai perwujudan demokrasi sesuai dengan kewenangan yang diatur oleh pemerintah pusat.

Pelayanan, pembangunan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat semakin mengemuka dan sentralisasi semakin berkurang dengan demikian proses pertumbuhan demokrasi ditingkat lokal kurang begitu baik. Hal ini telah membuka ruang untuk pemberdayaan pemerintah daerah agar dapat mengembangkan daerah yang dipimpinnya. Di dalam berbagai bidang kehidupan manusia, pemerintah memainkan peran yang sangat penting. Salah satunya yakni mengelola anggaran mereka sendiri.

Kelurahan merupakan dasar dari satuan pemerintahan yang terkecil dari suatu komunitas pemerintahan negara. Sehingga boleh dikatakan bahwa keberhasilan dalam melakukan pembangunan juga tergantung dari sejauh mana partisipasi masyarakat setempat beserta aparatur pemerintahan Kelurahan dalam perencanaan pembangunan tersebut. Dalam arti masyarakat harus ikut berpartisipasi dan diberi kepercayaan dan kewenangan yang cukup dalam mengurusi rumah tangga Kelurahannya, sehingga bisa mandiri dan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki daerah tersebut.

(21)

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan. Berdasarkan ketentuan ini Kelurahan diberi pengertian sebagai wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja kecamatan. Pemahaman Kelurahan di atas menempatkan Kelurahan sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur sendiri warga atau kepentingannya. Berdasarkan Peraturan Daerah kota Cilegon No 7 Tahun 2007 pasal 13 menyebutkan bahwa Keuangan Kelurahan bersumber dari :

a. APBD yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah lainnya yang disesuaikan dengan kemapuan keuangan daerahnya.

b. Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi, dan bantuan pihak ketiga ;

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga menegaskan bahwa keseluruhan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan APBD yang merupakan salah satu sumber keuangan Kelurahan.

(22)

berbagai Anggaran Keuangan Kelurahan guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Wujud dari program otonomi pengelolaan anggaran terdapat dalam bentuk Penguatan Manajemen Kelurahan. Masing-masing Kelurahan ini diberi wewenang/otonomi pengelolaan Anggaran sendiri, ini merupakan implementasi dari konsep Otonomi Daerah.

(23)

Tabel 1.1 Rincian Jumlah Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) Kelurahan Samangraya Tahun 2015

(Sumber : DPA Kelurahan Samangraya Tahun 2015)

Proses otonomi pengelolaan anggaran Kelurahan di mulai dari Rencana kerja yang dibuat oleh Kasi (Kepala Seksi) yang ada di Kelurahan dan isinya mencakup Musrenbang atau Musyawarah rencana pembangunan yang merupakan wadah bagi aspirasi dari lapisan elemen masyarakat seperti RT, RW, dan tokoh masyarakat serta mitra kerja yang berada dalam kawasan Kelurahan.

Rencana Kerja Kelurahan ini kemudian dilanjutkan ke tingkat kecamatan. Dari tingkat kecamatan ini kemudian digunakan sebagai bahan untuk menyusun

NO URAIAN JUMLAH

1 Bagian program dukungan pelayanan

Pemerintahan (Kesekretariatan/Operasional Kelurahan Samangraya)

Rp. 186.765.100;

2 Program peningkatan pelayanan Kelurahan

1) Peningkatan Koordinasi Kelembagaan Masyarakat (RT/RW)

2) Pelaksanaan Musrenbangkel

3) Peningkatan Peranan PKK Keluahan 4) Penyusunan Profil Kelurahan

5) Peningkatan Pelayanan Pemerintahan Kelurahan Pada Organisasi

Kemasyarakatan

6) Penguatan Kelembagaan Masyarakat 7) Pembinaan Dan Sosialisasi Anggota

Satlinmas Kelurahan

8) Pembinaan RT/RT Kelurahan Samangraya 9) Peningkatan Peran Partisipasi Lembaga

Masyarakat Kelurahan

JUMLAH

Rp. 389.423.175;

(24)

RKA-SKPD (Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah). Penyusunan RKA-SKPD ini dilakukan di BAPEDA (Badan Perencanaan Daerah) Kota Cilegon dan Dalam penyusunan RKA-SKPD ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing Kelurahan tersebut. Setelah disetujui dan ketok palu, maka disebut DPA atau Dana Pengguna Anggaran yang dapat di ambil di Badan Keuangan Daerah atau DPPKD Kota.

Alokasi Dana Kelurahan menurut UU No.23 tahun 2014 menyebutkan bahwa 5% dana yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota ini di berikan untuk Kelurahan yang Salah satunya adalah untuk Pemberdayaan Masyarakat. Namun, di Kota Cilegon, peraturan ini baru berlaku tahun 2017 dengan terbitnya Peraturan Walikota No 34 Tahun 2015 tentang DPWkel atau Dana Pembangunan Wilayah Kelurahan, yang jika akan diteliti, setidaknya program ini sudah berjalan minimal 1 tahun. Sedangkan, sebelum peraturan itu berlaku, Alokasi Anggaran Kelurahan yang didapat pertahun merupakan dana yang diperoleh berdasarkan Rencana Kinerja (Renja) yang dibuat terlebih dahulu dari masing-masing kepala seksi (Kasi). Sehingga, tidak ada pembagian dana yang pasti, karena Rencana Program Kegiatan yang dibuat merupakan kebutuhan atau rencana kerja sesuai Kondisi masing-masing seksi.

(25)

dipengaruhi oleh kemampuan Perangkat Kelurahan dalam mengelola AAK agar sesuai dengan maksud dan tujuan dari AAK itu sendiri.

Pengelolaan atau Manajemen AAK ini sangat penting kaitannnya dengan jalannya berbagai program kegiatan Kelurahan. Namun, dalam Peraturan turunan oleh Walikota Kota cilegon ini, tidak ada ketentuan jelas berapa pembagian yang diharuskan untuk pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan Alokasi Dana Desa, yang berdasarkan petunjuk teknis sudah ada pembagian yang jelas. Sehingga seringkali, Skala Prioritas AAK ini digunakan untuk kepentingan yang lebih kearah pemberdayaan masyarkat bersifat fisik, seperti pembangunan infrastruktur bukan kearah memberdayakan masyarakat secara non fisik seperti pembinaan, penguata dan pelatihan.

Rencana pembangunan Fisik dibuat berdasarkan permintaan dalam Musyawarah saat Musrenbangkel dengan warga yang kebanyakan menginginkan pembangunan fisik agar lebih ditingkatkan. Sehingga, pada akhirnya, Pembangunan fisik yang lebih diprioritaskan dari pada kegiatan non fisik yang sebenarnya jika berjalan baik akan memberikan manfaat yang besar bagi warga karena dapat membuat masyarakat mandiri dan mampu meningkatkan ekonomi keluarga.

(26)

kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sunyoto, 2004:154).

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk mmeperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalamai masalah kemisikinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan social, yaitu masyarakt yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial (Suharto, 2014:58).

Berdasarkan Rencana Kegiatan Kelurahan Samangraya, ada beberapa kegiatan di program peningkatan keberdayaan masyarakat, antara lain :

(27)

Tabel 1.2 Daftar Penerima bantuan RASKIN

b) Program Pengembangan Ekonomi Pedesaan dengan rincian kegiatan berupa Sosialisasi Koperasi, monitoring UKM, dan pembinaan serta Penguatan UKM. Berdasarkan wawancara awal dengan Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Samangraya, Monitoring telah dilakukan oleh pihak Kelurahan, dan Pembinaan UKM juga telah dilakukan oleh Mitra Kelurahan, yakni oleh Krakatau Posco sebagai bentuk CSR yang diberikan kepada masyarakat. Berikut adalah daftar UKM Binaan Kelurahan Samangraya.

Tabel 1.3 Daftar UKM Binaan Kelurahan Samangraya

No UKM Binaan Kelurahan Samangraya

1 Snack dan Kripik ibu Inayah

2 Aksesoris/Cenderamata untuk pernikahan (Sumber : wawancara dengan Kasi PM Kelurahan Samangraya 2016)

(28)

anggota LPM, KWT Anggrek atau Kelompok Wanita Tani, Bina Keswadayaan masyarakat (BKM), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Karang Taruna. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan kasi pemberdayaan masyarakat, KWT ini terdiri dari 25 orang yang beranggotakan ibu-ibu yang diberikan sosialisasi tentang bagaimana caranya bercocok tanam dan memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam berbagai jenis tanaman dengan harapan dapat disebarkan dan diajarkan kepada tetangga dan ibu-ibu yang lain.

d) Pembinaan Program peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) dengan rincian kegiatan Pembinaan 100KK, dan pelatihan serta Peningkatan Keterampilan wanita. Berikut adalah daftar peserta 100KK pada masing-masing bidang yang dilakukan.

Tabel 1.4 Daftar peserta dalam P2WKSS Kelurahan Samangraya

(Sumber : Renja Kelurahan Samangraya)

e) Musrenbangkel atau Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan ini biasanya diikuti oleh Tokoh Masyarakat, RT, RW dengan tujuan untuk merencanakan pembangunan dengan cara bersmusyawarah sehingga

NO BIDANG JUMLAH

1 Tata Rias 25

2 Menjahit 25

3 Keterampilan 25

(29)

menghasilkan aspirasi masyarakat. (sumber : Laporan Kinerja Kelurahan Samangraya, 2015)

Dari berbagai macam kegiatan peningkatan Pemberdayaan Masyarakat tersebut, pada kenyataannya di lapangan belum berjalan sebagaimana mestinya, karena ada beberapa masalah-masalah yang muncul, baik dari Perangkat Kelurahan maupun dari Luar, seperti dari masyarakatnya, pendanaan atau dari Peraturan Pemerintah terkait.

Pemberdayaan Masyarakat merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sama hal nya dengan Program peningkatan keberdayaan masyarakat di Kelurahan Samangraya, tentunya dibutuhkan manajemen pengelolaan Anggaran Kelurahan yang baik guna berlangsungnya Program Pemberdayaan Masyarakat agar sampai dimasyarakat dengan tepat sasaran.

(30)

Pengelolaan anggaran Kelurahan adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban oleh Kelurahan terhadap program kegiatan yang telah dilakukan. Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan di Kelurahan Samangraya pada tanggal 4

oktober 2016 dengan Sekretaris Lurah Samangraya, pertama, Kegiatan Pelatihan

dan Keterampilan telah banyak Dilakukan oleh Kelurahan Samangraya, seperti Pelatihan Tatarias yang merupakan salah satu bidang dalam Program peningkatan keterampilan bagi wanita (P2WKSS) dan berbagai pembinaan dan penguatan kelembagaan yang salah satunya adalah pembinaan UKM serta pembinaan KWT atau Kelompok Wanita tani. Berikut merupakan tabel mengenai jumlah peserta tiap pelatihan dan pembinaan yang telah dilakukan

Tabel 1.5 Jenis dan Jumlah Peserta Pelatihan dan Pembinaan Program Pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan

(sumber : Data Kelurahan Samangaraya, 2015)

Berdasarkan tabel di atas, Sasaran pelatihan dan pembinaan program tersebut sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat, namun masalah muncul dari masyakat yang kurang berminat atau demotivasi sehingga enggan untuk melanjutkan keahlian dan keterampilan dengan membuka usaha binaan hasil dari

NO Jenis Pelatihan/Pembinaan Jumlah Peserta

1

pembinaan kegiatan P2WKSS atau Program peningkatan keterampilan bagi wanita (mencakup berbagai bidang seperti tataboga, tatarias, keterampilan dan menjahit)

100 Orang 2 Sosialisasi Mekanisme Pembayaran SPPT PBB 10 Orang

3 Pembinaan dan penguatan UKM 2 Jenis UKM

(31)

pelatihan-pelatihan juga merupakan salah satu masalah yang membuat pemberdayaan masyarakat masih belum berjalan optimal pada realisasinya. Dan pada akhirnya Pelatihan seperti ini hanya sekedar pelatihan keterampilan semata. Hal ini di sebabkan karena belum adanya kemauan dan kesadaran dari masyarakat untuk berwirausaha .

Kasi Pemberdayaan Masyarakat juga menambahkan, bahwa keadaan masyarakat Kelurahan Samangraya yang kurang pasrtisipatif terhadap program yang ada, sehingga membuat banyak program berjalan tidak sebagaimana mestinya. Hal ini juga bisa diakibatkan karena tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Samangraya yang tergolong masih rendah. Berikut adalah Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Samangraya.

Tabel 1.6 Tingkat pendidikan Masyarakat Kelurahan Samangraya

(sumber : Data Kelurahan Samangaraya, 2015)

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan tinggi jumlahnya lebih sedikit daripada yang Tidak/belum sekolah hingga SMA/Sederajat. Sehingga tingkat partisipatif dan kemauan masyarakat mengikuti program yang telah dibuat masih tergolong rendah.

NO JENJANG JUMLAH

1 Tidak / belum sekolah 1.972 orang

2 Belum tamat SD/sederajat 1.385 orang

3 Tamat SD/sederajat 1.804 orang

4 SMP/sederajat 2.103 orang

5 SMA/sederajat 2.842 orang

6 DI/DII 73 orang

7 Akademi/DIII 84 orang

8 DIV/S1 268 orang

(32)
(33)

Gambar 1.1 Alur Tahapan Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan)

(sumber : Wawancara dengan Kasi Pemberdayaan Masyarakat)

Masalah yang ketiga, yakni berdasarkan observasi kedua yang peneliti lakukan di lapangan dengan Kasi Pemberdayaan Masyarakat pada tanggal 31 Oktober 2016, bahwa belum adanya ketentuan pembagian tentang berapa persen dari penggunaan AAK untuk berbagai program pemberdayaan masyarakat yang ada. Mengingat, di Kota Cilegon belum diterapkan Perda atau Perwal yang membahas pembagian dana tersebut, dan baru akan diterapkan pada tahun 2017, sehingga pengelolaan AAK hanya berdasarkan kebutuhan atau kegiatan perkasi Kelurahan. Berbeda dengan Alokasi dana desa (ADD), yang sudah ada pedoman teknis mengenai pengelolaan alokasi dana desanya, namun di Kelurahan, masing-masing kasi membuat sendiri program dan kegiatan yang akan dilakukan. Seperti

Sebelum Pra-Musrenbang dilakukan, maka terlebih dahulu pihak Kelurahan akan memberikan formulir yang berisi daftar kebutuhan dan keinginan masyarakat kepada

(34)

membuat terlebih dahulu rencana kerja yang membahas detail mengenai program yang akan dibuat, sasaran dan capaian hingga anggaran yang diperlukan.

Oleh karena itu, hal ini tergantung dari seberapa banyak ide dan inovasi pegawai yang bersangkutan dalam membuat rencana kerja, sehingga kemampuan pegawai dalam menjalankan tugas dan fungsinya cukup penting. Berikut adalah RenJa (Rencana Kerja) Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Samangraya tahun 2015.

Tabel 1.7 Rencana Kerja Kasi Pemberdayaan Masyarakat

NO URAIAN KEGIATAN TW1 TW2 TW3 TW4

1 Musrenbangkel v

2 P2WKSS v v v

3 Penguatan Kelembagaan

Masyarakat Kelurahan v v

4 Pembentukan Bank Sampah v

5 Pembangunan Fisik v

6 PKK v v v v

(Sumber : Renja Kasi Pemberdayaan Masyarakat) *TW = Triwulan

Berdasarkan uraian masalah di atas, adapun fokus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai aspek-aspek dalam memanajemen Alokasi Anggaran Kelurahan untuk Pemberdayaan masyarakat . Maka, berdasarkan uraian masalah di atas, Peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang hal tersebut. Sehingga Peneliti mengambil Judul “Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Samangraya

(35)

1.2Idenitifikasi Masalah

Berdasarkan Uraian masalah, maka dalam penelitian ini diperlukan adanya identifikasi permasalahan yang ada di lokasi penelitian. Dari hasil studi pendahuluan, maka penulis mengidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1) Masyarakat yang Demotivasi dan kurang pasrtisipatif sehingga tidak berminat untuk melanjutkan keahlian dan keterampilan hasil dari pelatihan dan pembinaan yang telah diberikan, sehingga membuat banyak program tidak berjalan berkelanjutan. Hal ini juga diakibatkan oleh tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Samangraya yang tergolong masih rendah sehingga membuat banyaknya program yang dilakukan tidak berjalan sesuai harapan.

2) Keterbatasan Dana yang Cair , mengakibatkan adanya kegiatan yang tidak terlaksana dari hasil Renja dan Musrenbangkel yang telah disepakati bersama, sehingga baru bisa terealisasi pada tahun berikutnya.

(36)

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka Pemulis akan menetapkan batasan masalah hanya pada Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat yang bersumber dari APBD Kota Cilegon, tidak dari sumber Pendapatan lain.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang dan Batasan Masalah yang telah di paparkan di atas, maka rumusan Penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat pada Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon?

2. Bagaimana Bentuk Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat pada Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengelolaan Alokasi Alokasi Kelurahan (AAK) untuk Pemberdayaan Masyarakat pada Kelurahan Samangraya Kecamatan Citangkil Kota Cilegon.

(37)

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara Teoritis, diharapkan Penelitian ini memiliki manfaat untuk :

1) Menambah khasanah ilmu dan pengembangan pengetahuan khususnya pada pengembangan kajian jurusan Ilmu Administrasi Negara

2) Diharapkan bisa dijadikan bahan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan dikemudian hari.

1.6.2 Manfaat Praktis

A. Bagi Mahasiswa atau Peneliti, penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu :

1) Ikut serta dalam memecahkan masalah sosial yang terjadi, khususnya di Kelurahan Samangraya

2) Sebagai bahan pembelajaran dan Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S1 Ilmu Administrasi Negara.

(38)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengelolaan

2.1.1.1Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan dapat pula berarti Manajemen, karena Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”, yangmerupakan penambahan kata pungut ke

dalam bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu di artikan menjadi manajemen. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengeturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang di inginkan melalui aspek-aspeknya antara lain planning, organising, actuating,dan controling.

(39)

Gulick dalam Wijayanti (2008: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

Schein (2008: 2) memberi definisi manajemen sebagai profesi. Menurutya manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional, karakteristiknya adalah para profesional membuat keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan status mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat.

G.R.Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.

Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen terdiri dari berbagai unsur, yakni man, money, method, machine, market, material dan information.

1. Man : Sumber daya manusia;

(40)

4. Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi;

5. Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan;

6. Market : Pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi 7. Information : Hal-hal yang dapat membantu untuk mencapai tujuan. Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer.

2.1.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli :

1) G.R.Terry : planning, organizing, actuating, dan controlling 2) John F.Mee : planning, organizing, motivating, dan controlling

3) Henry Fayol : planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling

(41)

A. Planning (Perencanaan)

1) Pengertian Perencanaan

Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

2) Proses Perencanaan

Proses perencanaan berisi langkah-langkah: a. Menentukan tujuan perencanaan;

b. Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;

c. Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang; d. Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan

e. Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya.

3) Elemen Perencanaan

Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu Sasaran (goals) dan Rencana (plan).

a. Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.

(42)

4) Unsur-unsur Perencanaan

Suatu perencanaan yang baik harus menjawab enam pertanyaan yang tercakup dalam unsur-unsur perencanaan yaitu:

a. tindakan apa yang harus dikerjakan, yaitu mengidentifikasi segala sesuatu yang akan dilakukan;

b. apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, yaitu merumuskan faktor-faktor penyebab dalam melakukan tindakan;

c. tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan tempat atau lokasi

d. kapan tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan waktu pelaksanaan tindakan

e. siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, yaitu menentukan pelaku yang akan melakukan tindakan; dan

f. bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut, yaitu menentukan metode pelaksanaan tindakan

5) Tujuan Perencanaan

a. untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non-manajerial;

b. untuk mengurangi ketidakpastian; c. untuk meminimalisasi pemborosan; dan

d. untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya.

B. Organizing (Pengorganisasian) 1) Pengertian Pengorganisasian

(43)

2) Ciri-ciri Organisasi

Ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut: a. mempunyai tujuan dan sasaran;

b. mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati; c. adanya kerjasama dari sekelompok orang; dan

d. mempunyai koordinasi tugas dan wewenang.

3) Komponen-komponen Organisasi

Ada empat komponen dari organisasi yang dapat diingat dengan kata “WERE” (Work, Employees, Relationship dan Environment).

a. Work (pekerjaan) adalah fungsi yang harus dilaksanakan berasal dari sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

b. Employees (pegawai-pegawai) adalah setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan bagian tertentu dari seluruh pekerjaan.

c. Relationship (hubungan) merupakan hal penting di dalam organisasi. Hubungan antara pegawai dengan pekerjaannya, interaksi antara satu pegawai dengan pegawai lainnya dan unit kerja lainnya dan unit kerja pegawai dengan unit kerja lainnya merupakan hal-hal yang peka.

d. Environment (lingkungan) adalah komponen terakhir yang mencakup sarana fisik dan sasaran umum di dalam lingkungan dimana para pegawai melaksanakan tugas-tugas mereka, lokasi, mesin, alat tulis kantor, dan sikap mental yang merupakan faktor-faktor yang membentuk lingkungan. 4) Tujuan organisasi

Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang, tetapi dimaksudkan untuk dicapai pada waktu yang akan dating melalui kegiatan-kegiatan organisasi (Handoko, 1995: 109).

5) Manfaat pengorganisasian

Pengorganisasian bermanfaat sebagai berikut:

a. dapat lebih mempertegas hubungan antara anggota satu dengan yang lain; b. setiap anggota dapat mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab;

(44)

tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisinya dalam struktur organisasi;

c. dapat dilaksanakan pendelegasian wewenang dalam organisasi secara tegas, sehingga setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang; dan

d. akan tercipta pola hubungan yang baik antar anggota organisasi, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan dengan mudah.

C. Actuating (Penggerakan)

Actuating menurut Terry dalam Hasibuan (2010) Penggerakan adalah menempatkan semua anggota kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.

Actuating merupakan bagian yang sangat penting dalam proses manajemen, karena inti dari manajemen adalah penggerakan, dan inti dari penggerakan adalah memimpin (leadership). Seseorang yang dapat menggerakkan orang di bawah kekuasaannya, berarti ia dapat menjalankan manajemen, begitu juga bila ia dapat memimpin orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya berarti ia dapat menggerakkan orang-orang itu. Actuating maengandung definisi sebagai berikut:

a. Actuating adalah menggerakkan orang lain secara umum.

b. Directing adalah menggerakkan orang lain dengan memberikan petunjuk-petunjuk dan pengarahan.

c. Commanding adalah menggerakkan orang lain dengan memberikan perintah atau komando, terkadang disertai faktor paksa.

d. Motivating adalah menggerakkan orang lain dengan memberikan alasan-alasan, bimbingan, nasihat, dan dorongan.

e. Staffing adalah menggerakkan orang lain dengan menempatkannya pada fungsi-fungsi yang sesuai ataupun dengan memberikan jabatan-jabatan tertentu.

(45)

D. Controlling (Pengawasan) 1) Pengertian Controlling

Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2) Fungsi pengawasan

a. mencegah penyimpangan-penyimpangan,

b. memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dan menindak penyalahgunaan serta penyelewengan,

c. mendinamisasi organisasi serta segenap kegiatan manajemen, d. mempertebal rasa tanggung jawab,

e. mendidik pegawai atau pelaksana.

Dalam melaksanakan pengawasan harus digunakan suatu metode/cara. Banyak sekali metode pengawasan yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan dan menilai pelaksanaan, baik secara keseluruhan maupun secara bertahap. Akan tetapi pada dasarnya metode pengawasan yang dipergunakan terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:

a. Metode observasi langsung, di mana pengamatan dilakukan langsung oleh atasan atau pimpinan terhadap pelaksanaan kerja yang sedang dilakukan oleh pegawai atau petugas dengan tidak mempercayakan orang lain yang akan mengamatinya.

b. Metode statistik, di mana pengamatan dilakukan melalui data-data yang disusun secara statistik dan grafis. Biasanya statistik itu disusun dari data-data yang sudah diolah sedemikian rupa, sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

c. Metode laporan, yaitu pengawasan dilakukan setelah diketahui kesalahan, kekeliruan, dan penyalahgunaan dari laporan yang diterima. Adapun laporan biasanya dibuat dalam bentuk :

(46)

itu. Laporan itu cukup secara lisan saja, tidak perlu disampaikan secara tertulis.

b) Laporan tertulis yaitu laporan yang disampaikan kepada yang berwenang dan bertanggung jawab, baik oleh pengawas maupun oleh pelaksana secara tertulis, tidak cukup secara lisan saja.

Berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal peneliti di lapangan dan tema yang menjadi kajian pustaka mengenai konsep pengelolaan serta fungsi manajemen dari berbagai ahli, maka peneliti beranggapan teori fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry (2010: 9) sangat cocok dengan tema dan temuan masalah di lapangan, dimana dalam fungsi manajemen tersebut membahas dimensi yang sesuai dengan pengelolaan alokasi anggaran Kelurahan untuk Pemberdayaan masyarakat yang harus memuat masalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

2.1.2 Pemberdayaan Masyarakat

Secara umum pemberdayaan dalam pembangunan meliputi proses pemberian kekuasaan untuk meningkatkan posisi sosial, ekonomi, budaya dan politik dari masyarakat yang bersifat lokal, sehingga masyarakat mampu memainkan peranan yang signifikan dalam pembangunan. Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya

memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.

(47)

empowerment menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary mengandung dua pengertian yakni, “To give ability or enable to”, artinya “memberi kecakapan/kemampuan atau memungkinkan”. Dan “To give power of authority to”, artinya “memberi kekuasaan”. Hakikat dari konseptualisasi

empowerment berpusat pada manusia dan kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif, struktural, dan substansial.

Pemberdayaan sering merujuk pada kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi.

Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal:

(48)

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Secara konseptual, pemberdayaan berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentah dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto,2010:58).

Menurut HAW Widjaja, pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi, sosial, agama dan budaya. Pemberdayaan tidak cukup hanya dengan upaya meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan usaha yang sama, namun juga harus diikuti dengan perubahan struktur sosial ekonomi, mendukung perkembangan struktur Universitas Sumatera Utara kehidupan sosial ekonomi melalui peningkatan peran, produktivitas, efisiensi serta perbaikan terhadap akses sumber daya, tekhnologi, pasar dan terhadap sumber pembiayaan.

(49)

tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain, pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di dalam suatu tatanan dan atau upaya penyempurnaan terhadap elemen atau komponen tatanan yang ditujukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri. Jadi pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan agar suatu tatanan dapat mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.

Menurut Suharto (2014:67-68), Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan.

1. Pemungkinan : menciptapkan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secar optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghidari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jebis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalanka peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

(50)

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Pengertian Pemberdayaan juga dikemukakan Ife (Anwas, 2013:48) Pemberdayaan adalah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. sedangkan menurut Djohani (2010:12) pemberdayaan adalah proses untuk memberikan daya atau kekuasaan kepada pihak yang lemah san mengurangi kekuasaan kepada pihak yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan.

Menurut Sumaryadi (2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah "upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan". Selain itu pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi juga pada dasarnya sebagai berikut:

1. Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari masyarakat lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang didiskriminasikan/dikesampingkan.

(51)

Sudirah (Sjafari, 2012:12) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu gerakan untuk menciptakan tingkat kehidupan yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat dengan melibatkan peran serta nyata dari mereka. Pengertian tersebut mengandung tiga hal pokook, yaitu :

1. Adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat 2. Kegiatan tersebut mengandung tujuan, yaitu menciptakan tingkat

kehidupan yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

3. Kegiatan tersebut sangat diperlukan adanya peran serta yang nyata dari seluruh anggota masyarakat.

Berdasarkan seluruh Pengertian dan Pendapat dari Ahli dalam uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya, usaha dan gerakan yang dilakukan kepada masyarakat seperti pelatihan keterampilan dan bantuan finansial dengan tujuan untuk membuat masyarakat mandiri dan berdaya. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan tuntuk memperkuat atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

(52)

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering kali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

2.1.3 Teori Pembangunan

Menurut Galtung (dalam Trijono, 2007:3) Pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupam sosial maupun lingkungan alam. Sedangkan menurut Siagian (2005:9) pembangunan adalah “suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana

dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa”.

Menurut Rogers (dalam Agus Suryono 2001: 132) pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. Adapun pembangunan sarana fisik diartikan sebagai alat atau fasilitas yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat seperti yang dimaksud berupa:

(53)

c. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah ibadah, dan puskesmas.

d. Prasarana produksi saluran air

Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa pembangunan itu merupakan proses perubahan kearah lebih baik tersebut hanya terwujud dengan cara melibatkan, menggerakkan manusianya baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan serta mengevaluasi hasilnya. Selain itu pembangunan merupakan suatu proses, ini dimaksudkan bahwa setiap usaha pembangunan pasti memerlukan kesinambungan pelaksanaan, dalam arti tanpa mengenal batas akhir meskipun dalam perencanaannya dapat diatur berdasarkan azas skala prioritas dan suatu tahapan tertentu.

Adapun Tujuan Pembangunan menurut Nasution (2007) terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Tujuan Umum Pembangunan adalah suatu proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia, komponen-komponen dari yang terbaik atau masyarakat ideal terbaik yang dapat dibayangkan.

2. Tujuan Khusus Pembangunan ialah tujuan jangka pendek, pada tujuan jangka pendek biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu program tertentu.

(54)

sumber-sumber dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah dalam pembangunan.

Menurut Faqih (2008:54) Teori Modernisasi dapat dilihat dalam tiga bentuk, yakni sebagai sebuah gagasan tentang perubahan sosial, modernisasi sebagai aliran pemikiran akademis, serta sebagai sebuah bentuk ideologi. Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner---dari tradisional menuju modern. Selain itu modernisasi juga memiliki watak yang kompleks, sistematik, menjadi gerakan global yang akan mempengaruhi semua manusia melalui proses bertahap untuk menuju suatu homogenisasi dan bersifat Progresif.

2.1.4 Teori Partisipasi

Menurut Echols dan Shadily (2000:419) kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris participation yang berarti pengambilan bagian dan pengikutsertaan. Sedangkan, pengertian Partisipasi menurut Sumaryadi (2010:46) Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

(55)

berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

a. Partisipasi Langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

(56)

bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

b) Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

c) Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama. Dua Bentuk Partisipasi Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh S.I Astuti (2011: 58), terbagi atas:

a. Partisipasi Vertikal Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.

b. Partisipasi horizontal Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

2.1.5 Konsep Kelurahan

(57)

perangkat kerja Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan. Peraturan Daerah Kota Cilegon No 7 tahun 2007 juga menjelaskan bahwa Kelurahan dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Kelurahan dibentuk dengan memperhatikan syarat luas wilayah, jumlah penduduk dan syarat-syarat lain yang ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pembentukan nama dan batas Kelurahan diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Pembangunan Kelurahan adalah pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk merubah keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik.

Kelurahan sebagai kesatuan wilayah terkecil didalam wilayah Kecamatan didaerah Kabupaten/Kota, dapat berfungsi sebagai unit kerja pelayanan pada masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagian kewenangan dari Camat kepada Lurah. Sehingga dalam tugas pokok dan fungsinya, pemerintah Kelurahan menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam ruang lingkup Kelurahan sesuai batas-batas kewenangan yang dilimpahkan Camat. Sementara itu dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2005 mengemukakan bahwa :

(58)

2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat.

3) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari Pegawai Negeri Sipil.

4) Syarat-syarat lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Pangkat/golongan minimal Penata (III/c).

b. Masa kerja minimal 10 tahun.

c. Kemampuan teknis dibidang administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat.

Selain itu, Lurah dibantu oleh perangkat Kelurahan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota, selain dari pada itu lurah mempunyai tugas yakni pelaksanaan kegiatan pemerintahan Kelurahan, pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No 75 Tahun 2005 Lurah mempunyai tugas yakni :

a) pelaksanaan kegiatan pemerintahan Kelurahan; b) pemberdayaan masyarakat;

c) pelayanan masyarakat;

d) penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; e) pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan f) pembinaan lembaga kemasyarakatan.

1. Pembentukan Kelurahan

a) Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Pembentukan Kelurahan

(59)

dengan tokoh-tokoh masyarakat, pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan harus diusulkan oleh Lurah melalui Camat kepada Bupati atau Walikota dan usul Lurah tersebut dimintakan persetujuan kepada DPRD dan setelah disetujui oleh DPRD, maka Bupati/Walikota menerbitkan peraturan daerah mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan.

Menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 73 tahun 2005, tentang pembentukan daerah Kelurahan yaitu :

1) Kelurahan dibentuk diwilayah kecamatan.

2) Pembentukan Kelurahan dapat berupa penggabungan dari beberapa Kelurahan atau bagian Kelurahan yang bersandingan atau pemekeran Kelurahan dari satu Kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih.

3) Pembentukan Kelurahan sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan: a) Jumlah penduduk.

b) Luas wilayah.

c) Bagian wilayah kerja

d) Sarana dan prasarana pemerintahan.

4) Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung.

5) Pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih dapat dilakukan setelah paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan.

2. Tujuan Pembentukan

(60)

sifat “masyarakat kota/urban”. Sebagai contoh desa-desa yang berada dikota

kecamatan yang telah sedemikian rupa berkembang karena banyaknya industri dengan menggunakan tekhnologi tinggi dikawasan kecamatan tersebut, atau karena menjadi “simpul“ lalu lintas perdagangan yang cukup padat dan lain

sebagainya.

a) Syarat-Syarat Pembentukan Kelurahan

a) Faktor penduduk; sekurang-kurangnya 2500 jiwa atau 500 Kepala Keluarga, dan sebanyak-banyaknya 20000 jiwa atau 4000 Kepala Keluarga.

b) Faktor luas wilayah; harus dapat terjangkau secara efektif dalam melaksanakan pemberian pelayanan kepada masyarakat.

c) Faktor letak; berkaitan dengan aspek komunikasi, transportasi dan jarak dengan pusat kegiatan pemerintahan dan pusat pengembangan harus sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemberian pelayanan masyarakat. d) Faktor prasarana; berkaitan dengan prasarana perhubungan, pemasaran,

sosial dan fisik pemerintah akan dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sebagaimana layaknya.

e) Faktor sosial budaya, agama dan adat akan dapat berkembang dengan baik. f) Faktor kehidupan masyarakat; baik mata pencarian dan ciri-ciri kehidupan

lainnya akan dapat meningkat menjadi lebih baik. 3. Susunan Organisasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2007 Pasal 11, Susunan organisasi Kelurahan adalah sebagai berikut :

a) Kelurahan terdiri dari Lurah dan perangkat Kelurahan ;

b) Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi sebanyak-banyaknya 4 (empat) Seksi serta jabatan fungsional ;

c) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Lurah ;

(61)

e) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi dan tata kerja Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Daerah.

2.1.6 Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK)

Alokasi anggaran Kelurahan (AAK) merupakan dana yang berasal dari APBD daerah yang diberikan kepada Kelurahan dengan tujuan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan . Menurut Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2005 Pasal 9 menyebutkan bahwa :

1. Keuangan Kelurahan bersumber dari:

a) APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah lainnya;

b) Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan bantuan pihak ketiga

c) Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

2. Alokasi anggaran Kelurahan yang berasal dari APBD Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memperhatikan faktor-faktor, sekurangkurangnya:

a) jumlah penduduk; kepadatan penduduk; b) luas wilayah

c) kondisi geografis/karakteristik wilayah; d) jenis dan volume pelayanan; dan

e) besaran pelimpahan tugas yang diberikan.

Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah Pasal 230 menyebutkan tentang Keuangan Kelurahan sebagai berikut :

1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran dalam APBD kabupaten/kota untuk pembangunan sarana dan prasarana lokal Kelurahan dan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan.

2) Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan ke dalam anggaran Kecamatan pada bagian anggaran Kelurahan untuk dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Gambar

Tabel 1.1 Rincian Jumlah Alokasi Anggaran Kelurahan (AAK) Kelurahan
Tabel 1.3 Daftar UKM Binaan Kelurahan Samangraya
Tabel 1.4 Daftar peserta dalam P2WKSS Kelurahan Samangraya
Tabel 1.5 Jenis dan Jumlah Peserta Pelatihan dan Pembinaan Program
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2012) menyatakan kuesioner EQ-5D dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup terkait kesehatan pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan caregivers , dan

Koordinasi penanggulangan masalah kesehatan ini meliputi koordinasi internal berupa kerja sama lintas program dari sumber daya yang berbeda ( Pemerintah, Ornop, LSM, Swasta

Disini jika masukan kunci pengguna tidak sama dengan masukan kunci pengguna ketika enkripsi, maka stream random yang dihasilkan dari pembangkitan kunci akan berbeda sehingga

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil pengukuran komponen kelincahan yang diukur dengan menggunakan tes Shuttle Run diperoleh data sebagai berikut : rata – rata

Pada Perairan Tanjung Kalian, sesuai dengan nilai sudut gelombang pecah yang dihasilkan maka pada musim barat dan musim peralihan I mempunyai nilai sudut gelombang pecah

$ Minat Psikologi Sosial terhadap proses atribusi diawali dengan teori Fritz Heider (1958) yang peduli tentang usaha kita untuk memahami arti perilaku orang lain, khususnya

Oleh karena itu orbit yang paling tepat untuk satelit komunikasi adalah Orbit Geostasioner, yaitu orbit dimana perioda orbitnya adalah selama 24 jam dan sejajar

Faktor- faktor apa yang mendorong masyarakat di Kabupaten Magelang melakukan diversifikasi pangan non beras menjadi kunci penting yang harus digali untuk memberikan informasi