• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewi Rengganis dan Dewi Ambarawati - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Dewi Rengganis dan Dewi Ambarawati - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

TIDAK  D1PERDAGANGKAN  UNTUK  UMUM 

DEW.

RENGGANJS

DAN

DEWT

AMBARAWATI

~985

(2)

TID A K DIPE KJ) A(; ,\ ' GKAN UN T UK U M UM

o:r--~p-''- Y

DEWI RENGGANIS

DAN

DEWI AMBARAWATI

Diceritakan kembali oleh 

Titik Indiyastini

PER P U ~ T ~ I( ~ " 'J  PUS AT  P E M B , ~ .\  A '1  n "I OJ  PE NGFMBOIGA.:<J B \I\\;I\

o

E P;l R H M£N P E .~ 0 I U I I.A "I

DAN KEBUOAi'AAN

I I I

00000144 

Pusat Pernbinaan dan Pengembangan Bahasa  Departemen Pendidikan dan  Ke huJayaan 

Jakarta

rmw~~

(3)

BAGIAN  PROYEK PEMBINAAN  BlIKlJ SASTRA  INDONESIA  DAN  DAERAH­JAKARTA  

TAHUN 1997/1998

PUSAT  PEMBINAAN  DAN  PENGEMBANGAN BAHASA   DEPARTEMEN  PENDIDIKAN  DAN  KEBUDAYAAN  

Pemimpin Bagian Proyek  Bendahara Bagian  Proyek  Sekretaris Bagian Proyek  Staf Bagian Proyek 

Ora.  Atika Sja'rani  Ciptodigiyarto 

Drs.  Muhammad Jaruki  Sujatmo 

Sunarto  Rudy  Budiyono  Sarnata 

Ahmad  Lesteluhu 

ISBN 979­4S9­864­X  

11

=1 PUst a kaan Pu sat Pem hi naan dall Pc r

g ~

on b.lng ,' BJ II usa

I,~ o.

Kasiflkasi

P

f)

I

No Ind

~:

D44.

3. q8 ' ~ .S -9DS-

TGI :

~r~

IN

D

1110. 

HAK  CIPTA DILINDLJNGI UNDANG­UNDANG 

lsi  OUkll  Ini.  haik  sehagian  maupull ~e1uruhnya, dilarang  diperbanyak   d<Jlarn  bentuk apa  pUll  tanra  izin  tertulis dari  penerhil.   kecuali  oalam  hal  pengulipan  untuk  keperluan penuli~an artikel  

atal!  korangan  ilmiah  

(4)

Para menlcri dan prajuril Nusanlara I1I cnyembah

di hadapan Naja Ami,. Al1lsyah .

j

PEflPU)T,\!(~\'11

PUS A T P E M ("\ , ~ .'\ 1\ "J  n <\ N

6~ P E \I G F M B !\ ~ G A 'J B) Ii ~ )

o

E P il R T E MEN  P E ~l D I :) I ,{  A/II

OAN KEBUOAYAAN_

KATA PENGANTAR

Upaya  pelestarian  sastra  daerah  perlu  dilakukan  karena  di  dalam  sastra  daerah  terkandung  warisan  budaya  nenek  moyang  bangs a  [ndonesia  yang  sangat  tinggi  nilainya.  Upaya  tersebut bukan hanya akan  memperluas  wawasan  kita  terhadap  sastra  dan  budaya  masyarakat  daerah  yang  bersangkutan,  melainkan juga akan  memperkaya khasanah  sastra dan  budaya  [ndonesia.  Dengan  demikian,  upaya  yang  dilakukan  itu  dapat  dipandang  sebagai  dialog  antarbudaya  dan  antardaerah  yang  memungkinkan  sastra daerah  berfungsi  sebagai  salah  satu  alat  bantu  dalam  usaha  mewujudkan  manusia  yang  berwawasan  keindonesiaan. 

Sehubungan  dengan  itu,  sangat  tepat  kiranya Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  melalui  Bagian  Proyek  Pembinaan  Buku  Sastra  Indonesia  dan  Daerah­lakarta,  menerbilkan  buku  sastra  anak­anak  yang  bersumber  pada  sastra  daerah.  Cerita  yang  dapal  membangkitkan  krealivitas  atau  yang  mcngandung  nilai­nilai  luhur  ten lang  semangat 

(5)

kepahlawanan  perlu  dibaca  dan  diketahui  secara  meluas  oleh 

anak­anak  agar  mereka  dapat  menjadikannya  sebagai  sesuatu 

yang rerlu diteladani. 

Buku  Dewi Rengganis dan Dewi Ambarawati 101

bersumber  pada  terbitan  Bagian  Proyek  Pembinaan  Buku 

Sastra Indonesia  dan  Daerah­J akarta,  Departemen  Pendidikan 

dan  Kebudayaan ,  Tahun  1996/1997  dengan  judul Geguritan

Kendit Birayung yang  disusun  kembali  dalam  bahasa 

Indo-nesia  oleh  I  Made  Subandia.  Kepada  Ora.  Atika  Sja'rani 

(Pemimpin Bagian Proyek), Drs. Muhammad Jaruki (Sekretaris 

Bagian Proyek), Ciptodigiyarto (Bendahara Bagian Proyek), serta 

Sujatmo,  Sunarto  Rudy,  Budiyono,  Samata ,  dan  Ahmad  Lesteluhu  (Staf  Bagian  Proyek),  saya  ucapkan  terima  kasih 

atas  usaha  dan  jerih  payah  meteka  dalam  menyiapkan  naskah 

buku  ini.  Ucapan  terima  kasih  saya  tujukan  juga  kepada 

Drs. Syamsarul sebagai penyunting dan Sdr. Agus Iwan Setiawan 

sebagai  ilustrator buku ini. 

Mudah­mudahan  buku  ini  dapat  dimanfaatkan  dengan 

sebaik­baiknya oleh para pembaca. 

Jakarta,  Februari  1998   Kepala Pusat Pembinaan 

dan Pengembangan Bahasa, 

Dr.  Hasan  Alwi 

Sultan Amir Amsyah. Raja laladara bersama menten Nusantara  mengantarkan  Sultan  kembali  ke  Mukadam.  Kalau  dihitung  lamanya, perjalanan dari  negeri  Nusantara ke  negeri  Mukadam  itu satu  bulan. 

Sebelum Amir  Amsyah  pergi,  ia  berkata,  "Wahai,  Adikku  dan  para  menteri,  semua  hanya  sampai  di  gunung  saja  mengantarku . Sekarang kamu semua kembalilah ke Nusantara."  Yang disuruh mengantar itu berlinang air mata mendengar-kan  ucapan  Raja  Amir  Amsyah.  Para  menteri  dari  Nusantara  mencium  kaki  dan  berpamitan  kepada  Raja  Amir  Amsyah .  Mereka  semua  kembali  ke  Nusantara,  sedangkan  Raja  Amir  Amsyah  kembali  ke  Mukadam .  Ia  tiba  di  negerinya  setelah  menempuh perjalanan selama satu bulan. 

Semua putri diboyong ke dalam istana.  Sultan dan putranya  bertempat tinggal  di  dalam istana.  Namun, putranya di  sebelah  barat daya dan orang tuanya di sebelah timur. Raja Mukaji tinggal  di  luar istana,  di  sebelah  selatan pasar. 

Setelah memenangkan peperangan, para patih dari Mukadam  datang ke tempat Raja Mukaji. Mereka bersenang­senang siang  dan  malam  dan  bersedekah  kepada  fakir  miskin.  Sultan  tetap  berada di  dalam istana Mukadam. 

(6)

rakyat  Nusantara menyerahkan kekayaannya kepada Raja Amir 

Amsyah. 

Oi  dalam  suatu  rertemuan,  Raja  Amir  Amsyah  berkata 

kepada  Raja  Mukaji,  " Adikku,  Raja Mukaji , silakan  pulang ke 

Mukadam ." 

Setelah itu, raja Mukaji pun pulang karena cita­citanya telah 

tercapai. 

Raja  Amir  Amsyah  berkata  kepada  Jaladara,  "Tetaplah 

Adinda  memegang  pemerintahan  negara.  Janganlah 

mengerja-kan kebiasaan yang buruk lagi. Mudah-mudahan kamu selalu mendapat lindungan dari Tuhan."

Raja Jaladara menyembah sambil berkata, "Baiklah, aku akan

menurut."

Pada waktu itu raja Maktal mengambil busana untuk para

bangsawan Nusantara. Raja JaJadara diberi busana bagus lengkap

dengan hiasannya. Demikian pula para menteri Nusantara,

mereka menjadi sangat senang dengan pakaian yang diberi oleh

Raja Mukadam. Setelah mereka berbusana rapi, Raja Mukadam

menyuruh seseorang memukuJ gong sebagai pertanda

orang-or-ang yorang-or-ang berada di dalam perkemahan bubar.

Semua keJuar dari kemah, menaiki pedati. Semua harta

kekayaan diangkut dengan unta, kuda, dan gajah. Para isteri

menunggang kuda.

Raja Nusantara gugur pada hari Kamis tanggaJ tiga belas

bulan Muharam. Sebelum gugur, ia sudah bernial

meninggal-kan kehiasaannya.

Sesudah Raja Nusantara gugur, Raja Amir Amsyah pulang

ke negeri Mukadam.

Sernua menteri dari Nusantara tunduk dan rnenyembah

66

UCAPAN TERIMA KASIH

Cerita Dewi Rengganis dan Dewi Ambarawati ini berasal

dari daerah Bali. Judul asli cerita ini adalah Geguritan Kendit

Birayung yang ditulis dalam bahasa Bali dan diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia oleh 1 Made Subandia.

Cerita Dewi Rengganis da~ Dewi Ambarawati ini

menceritakan peri hal penaklukan Kerajaan Nusantara.

Penulisan cerita ini tak dapat diselesaikan tanpa bantu an

berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, penulis ingin

menyata-kan terima kasih kepada Dr. Hasan Alwi, Kepala Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa; dan Pemimpin Bagian

Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah·Jakarta

beserta stafnya atas peluang dan kebijaksanaan yang diberikan.

Mudah-mudahan cerita ini dapat bermanfaat bagi para siswa

di seluruh Indonesia.

Jakarta, 31 Juli 1997

Penulis

(7)

DAFTAR lSI

Halaman

KATA PENGANTAR ... .. ... ... ... ,. ... .. ... .. .... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ... . .... . ... .. ... ... ... .. .... v

DAFfAR lSI ... ... .... ... ... ... 0 0 • • • • • • • • • • • • • • • • VI I. pewi Rengganis Pergi ke Nusantara ... ....: .... ... .. ... ... 2. Adu Kesaktian Dua Orang Putri ... .. ... .. ... " ... 7

3. Permulaan Perang dengan Raja Mukadam .. ... .. .... 16

4. Pertemuan Dewi Ambarawati dengan Raden Banjaransari ... .. ... ... .. .. .. .. ... 29

5. Dewi Ambarawati Hilang ... .. ... ... .... .. .. .. ... 35

6. Perjanjian Perang ... .. ... ... ... ... .... ... 39

7. Kemenangan Raja Nusantara .. ... ... ... .. ... .... ... .. ... 43

8. Umarmaya Hilang ... ... .. ... .. ... .. ... .. .... 49

9. Bantuan Sang Pertapa ... ... .. ... .... .. . 53

10.Raja Amir Amsyah Memenangkan Peperangan .. ... .. ... 62

tampak dari luar istana.

Ki 1 aladara diiring oleh para menteri yang berjumlah delapan ratus orang . Demikian pula para bangsawan Nusantua meninggalkan istana keluar menyerahkan diri kepada Sultan Amir Amsyah .

Yang memimpin pertempuran berkata, "Bantulah si laladara secepatnya."

Raden Pakuwaja segera berangkat dan membantu laladara. Setelah itu, Patm laladara menghadap raja dan berbakti, mencium kaki raja. Ia menyerahkan diri.

Sang Raja Amir Amsyah segera berkata pelan, "Adinda Patih laladara, syukurlah sekarang Adinda ditakdirkan Tuhan menjadi saudaraku. Hendaknya kamu dapat meninggalkan kebiasaan berfoya-foya tanpa memikirkan rakyat kecil."

1 aladara menyembah lalu berkata, "Ya Tuanku Raja, aku tidak akan menolak."

Setelah itu semua menteri dan para prajurit pun diingatkan supaya mengikuti kehendak raja Amir Amsyah. Mereka meninggalkan kebiasaan buruk dan selalu bersedekah kepada fakir miskin .

Raja Amir Amsyah berkata, "Adinda laladara, sekarang kamu yang menjadi raja di Nusantara. "

laladara berkata, "Ya, Tuanku. Baiklah."

Selanjutnya, Raja laladara berkata kepada semua prajuriL-nya agar mau membantu dalam pemerintahannya. Semua rakyaL  Nusantara dari  kota sampai des a hidup  rukun. 

Raja  yang  baru  itu  pun  berkaLa  lagi,  "Hai  wargaku.  hendaknya  kamu  menyerahkan  kekayaanmu  kepada  Sultan  Amir  Amsyah."  Setelah  diperintahkan  oleh  raja  baru  itu. 

(8)

sehingga ia jaluh dari keretanya dan- mati.

Tibalah saatnya Srepabumi dipereikj air suei yang dibawa

Pakuwaja . Srep8bumi juga tewas oleh air itu. Mayatnya hancur

lebur.

Prajurit Nusantara menyaksikan rajanya wafal. Mereka lalu

mundur, lari tunggang langgang tidak ada yang berani menoleh

ke belakang. Semua mengungsi masuk ke dalam istana, tidak

ada yang ketinggalan.

Raja Nusirwan dengan semua prajurit bubar, lari berpencar menuju hutan dan gunung.

Negeri Nusantara dikepung oleh prajurit Mukadam. Pintu

istana ditutup. Prajurit Mukadam bersorak memenuhi kota.

Ki Tumenggung Jaladara bermusyawarah dengan seluruh

menteri di dalam istana Nusantara. Karena negeri suda h

dikalahkan oleh musuh, Jaladara lalu bertanya kepada para

menterinya, "Wahai para menteri, bagaimana kehendakmu

sekarang karena negerimu, Nusantara, sekarang kelaparan. Aku

hanya menuruti kehendakmu."

Yang ditanya semua menjawah, "Ya, terserah paduka raja.

Aku menyerah , aku ingin hidup. Aku mau mengabdi kepada

Raja Mukadam asal dapat hidup. "

laladara berkata pelan , "Jika kehendakmu sepakat

menye-rah, ya, segeralah kamu memasang bendera putih sebagai tanda

menyerah kepada Raja Amir Ams ya h."

Yang berada di dalam islana kemudian keluar tanpa

membawa senjata. Mereka h e rpakaian putih-putih sambi!

memeluk dada_ Mereka berjalan melalui pintu masuk. Setelah

itu, mereka menaikkan bendera putih sebagai tanda penyerahan

diri. Karena mengibarkannya lerlalu tinggi , hendera itu

1.

DEWI RENGGANIS PERGI

KE NUSANTARA

Di negeri Arab ada sebuah kerajaan yang bernama Mukadam.

Kerajaan itu diperintah oleh seorang sultan yang bernama Amir Amsyah. Ia mempunyai seorang adik perempuan yang bernama

Dewi Rengganis. Dewi Rengganis ini sangat eantik dan sangat

sakti pula. , Pada suatu hari sang raja ingin menaklukkan Raja

Kendit Birayung dari kerajaan Nusantara.

Ketika mas a pemerintahan Sultan Amir Amsyah, Raja

Nusantara itu sangat termasyhur sebagai seorang raja yang sangat

sakti, berwibawa, dan selalu menang dalam peperangan .

Kemasyhurannya terdengar sampai di negeri Mukadam. Namun,

kemasyhurannya itu hanyalah pada masalah selalu memenangkan

peperangan. 1a suka sekali berperang dan setelah memenangkan

peperangan, ia s uka berpesta ria, mabuk-mabukan. Hal itulah

yang menyebabkan S ultan Amir Amsyah tidak suka dan mau

mengalahkannya d e ngan harapan Raja Nusantara itu juga

berperilaku seperti dia di negaranya.

Raja Kendit Birayung mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Dewi Ambarawati. Sang Dewi sangal cantik

sehingga kalau diumpamakan kecanlikannya sarna dengan

(9)

kecantikan Dewi Ratih dari kayangan. Jika ada orang sakit memandangi dia, mungkin akan langsung sembuh . la seperti mendapatkan obatnya.

Sebagaimana kakaknya, Dewi Ambarawati itu selain cantik, juga sangat sakti dan bijaksana. Kesaktiannya tidak terkalahkan oleh musuh dari mana pun sehingga ia selalu dalam kemenangan. Oleh karen a itu, untuk mengalahkan dan menundukkan kedua orang sakti itu, Sultan Amir Amsyah mengutus adiknya pergi ke Nusantara .

Pada suatu malam raja berkata kepada adiknya, "Hai, Adikku, Rengganis, pergilah engkau ke Negeri Nusantara. Aku ingin menaklukkan Raja Kendit Birayung yang terkenal sakti , Tolonglah engkau pergi dan dapat membujllk Dewi Ambarawati."

"Aduh, Kakakku, betapa beratnya untuk mengalahkan seorang raja yang sangat sakti itu karena banyak prajurit tidak berani melawannya. Konon kabarnya jika ada musuh yang datang, musuh itu bagaikan seekor belalang yang jatuh ke dalam api", demikian jawab Dewi Rengganis.

"Bukankah engkau mempunyai ilmu kesaktian juga Adikku. Bantulah Kakak ini 1", sambung Sultan Amir Amsyah.

"Ya, Kakakku, mudah-mudahan aku dapal melaksanakan keinginan paduka", jawab Dewi Rengganis.

Setelah berkata begitu, Dewi Rengganis pun bersiap-siap pergi menuju negeri Nusantara.

Sebelum Dewi Rengganis pergi ke Nusantara. ia dinasihati oleh kakaknya.

" Hai Adikku, nanti setelah engkau sampai di negen Nusantara , bujuklah Dewi Ambarawati agar mau mengikuti

itu raja Kendit mengcndarai kereta putih dan Sang Raja Nusirwan menunggang kuda pll tih. Mereka segera menyerang dengan gencar diikuti oleh slI ara gamelan .

Raja Nusan tara selalu berdekata n dengan Raja Nusirwan. Raja Nu santara berkata kepada Raja Madayin itu, "Aku kagum kepada si Amir itu . Di a memang tidak mempunyai rasa malu sedikit pun karena se sudah d ikalahk an seka rang i ng in memenangkan pertempuran. la ingin me njadi pecundang yan g

kedua ka11nya."

Sementara itu Raj a Nusantara ju ga mengingatkan kepada pengiku tnya ya ng berada di dalam rumah dan yang ada di angkasa. I Malang Sumirang menunggang naga dan terb ang melay ang-layang untuk menghalangi musuh. Raja Nusantara me lintas di teng ah medan pertempuran sambi! berteriak sesumbar, "Mana pecundang yang tidak pantas .pulang? Majulah kau , Amir. Kau sungguh tidak menghargai dirimu sendiri."

Amir yang mendengar tantangan sinis dari Raja Nusantara lalu maju ke tengah peperangan. Ia dihadang Raja Nusantara. Ketika itu para prajurit bersorak sehingga bumi seperti berguncang. Kuda-kuda pun berjungkir ballk dengan keretanya. Pada saat itu I Malang Sumirang mengintainya dari udara. Perbuatan I Malang Sumirang itu pun ternyata ada yan g mengintainya dari belakang, tetapi ia tidak mengetahuinya. Tiba-tiba punggllng I Malang Sumirang ditombak dari belakang dengan bamb}l api. Tombakan itll tembus sampai ke dada sehingga ia tergllling. Akhirnya ia pun \ewas dan mayatnya hancur. Jayeng Palupi menembak ke arab Raja Nusantara dengan bambu api. Tembakannya rnengenai Raja Nusantara

(10)

10. RAJA AMIR AMSYAH

MEMENANGKANPEPERANGAN

Setelah semuanya sehat, Sultan Mukadam menyuruh orang membunyikan gong dan mengibarkan bendera. Mereka dipim-pin oleh I Sekar Detya. Semua prajurit Mukadam secara serempak mengambil semua perlengkapan perang . Dewi Rengganis memakai senjata suligi . Raden Pakuwaja membawa

senjata yang diberi nama Banyu Tirta gni (yang berwujlld air

yang ditempatkan di tempayan kecil) . Semuanya sudah keluar mengatur barisan. Bunyi-bunyinya, seperti gong dan beri dipukul orang. Suara orang bersorak seperti halilintar memecah bumi .

Rakyat Nusantara mendengar sorak tentara Mukadam datang . Mereka menduga bahwa sorak tentara itu pertanda pertempuran akan dimulai lagi. Hal itu segera dilaporkan kepada Raja Nusantara. Setelah mendengar laporan itu , Raja Nusirwan dan Raja Kendit Birayung segera keluar dari persidangan. Orang-orang lalu memukul kentongan . Seluruh rakyat Nusantara ingin menang dalam peperangan. Mereka sernua telah siap siaga.

Raja Nusirwan dan Raja Kendit Birayung dikawal oleh pasukan yang siap siaga lengkap dengan sen.lata suligi. Ketika

nasihatmu. Hendaknya engkau berkata dengan sopan ketika membujuknya," tegas Raja Amir Amsyah kepada Dewi Rengg anis.

Mendengar nasihat kakaknya, Dewi Rengganis tersenyum

sambil menoleh dan berkata, " Baiklah, Kakak. Aku akan

berhati-hati supaya dapat membujuknya."

Setelah mengadakan pembicaraan dengan kakaknya itu , keesokan harinya Dewi Rengganis berdoa dan mengumpulkan seluruh tenaganya. Ia menggunakan kesaktiannya, lalu "cuuing... " , ia terbang begitu cepatnya bagaikan anak panah yang dibidikkan dari busurnya. la melayang-Iayang, menyatu dengan awan dan pergi menuju ke negeri Nusantara. la terbang sangat cepat sehingga dalam waktu sekejap saja ia sudah hampir sampai di negeri N usantara.

Ketika dilihat dari angkasa, istana Nusantara tampak kecil. Di sekeliling istana ada halaman yang luas dan dipagari oleh benteng yang tinggi. Benteng itu dicat putih bersih. Di dalamnya terdapat bangunan utama, tempat sang raja dihadap oleh para menteri serta hulubalangnya . Di samping bangunan utama, terdapat bangunan keputren, yaitu tempat para putri tinggal. Di dalam bangunan keputren itulah , Dewi Ambarawati tinggal dan dilayani oleh dayang-dayangn ya.

Halaman istana sangat luas dan ditanami oleh beraneka pohon buah-buahan. Ada pohon sawo, jambu, belimbing, dan sabagainya. Di halaman depan istana ada pohon nagasari yang besar dan tinggi. Selain itu, banyak pohon beringin .

Setelah berada di atas istana Nusantara, ia terbang meren-dah dan tibalah ia di bumi Nusantara .

Waktu itu suasana di istana sudah sepi karen a hari sudah

(11)

malam, tetapi orang-orang masih belum tidur.

Setelah Dewi Rengganis sampai, ia memasuki istana dengan pC'lan-pelan sambi! mengendap-endap.

"Akhirnya aku sampai di tempat ini. Tapi, hem .. .. sepi sekali di istana ini. Kebetulan sekali aku dapat memasang ilmu andalanku sesirep mayil supaya orang-orang cepat tertidur", demikian kata Dewi Rengganis sesampainya di dalam istana Nusantara itu. Oleh karena itu, setelah dipasang ilmu andalan

sesirep mayit itu, hampir semua yang ada di dalam istana itu

tertidur seperti mati. Semua orang di dalam istana tak sadarkan diri.

Tepat tengah malam, hanya Dewi Ambarawati saja yang tidak mempan terkena ilmu kesaktian Dewi Rengganis itu. 1a berpikir daiam hatinya, "Malam ini terasa sunyi sekali. Barangkali semua orang sudah tidur. Jangan-jangan ada penjahat memasuki istanaku ini ."

Setelah ia berpikir begitu, ia kemudian turun dari tempat tidurnya dan berjalan mondar-mandir di dalam kamamya. Tiba-tiba ia teringat pada ilmu kesaktian miliknya. Oleh karena itu , ia memasang ilmu andalannya. Selanjutnya, ia pergi ke halaman istana dan tiba-tiba ada seorang penjaga istana yang memberi tahu bahwa ada seorang penjahat masuk istana.

"Tu ...Tuan Putri I" kata penjaga istana.

"Ada apa, Pak ')" tanya Sang Dewi.

"Di .. .di ... di luar ada se ... seseorang yang mencurigakan. Barangkali pen .. . penjahal yang maLi mengalahkan Tuan PlItri ". kata penjaga istana ilU lerbata-bata.

"Terima kaSlh alas laporanmll . PaX' , ucap sang Dewi Ambarawati.

1mall .SulllUllIri l1Ie;;[!Jerikan dua !Jalollg /)0111/111

dOli air s{«'i kepada Umarnw\'u

(12)

hidup lagi."

[a menjawab sambi! menangis, " Menangis itu adalah kebodohan ." Yang diajak bicara mulutnya menganga seperti muTut ikan.

Kemudian, Raden Pakuwaja berkata, "Jika aku pergi tentu tidak akan sampai ke sini dan betemu dengamu. Tenanglah Adikku." Sesudah berkata begitu, Raden Pakuwaja lalu mengambil kantung tempat obat-obatan yang diperoleh dari Sang Pertapa. Sultan lalu diobatinya. Setelah diobati, lukanya sembuh dan para raja dan menteri juga sudah sehat semuanya seperti sedia kala sehingga mereka merasa gembira.

Sang Putri Ambarawati itl! pun kemudian melihat ada bayangan seseorang di halaman istana. Oleh karena itu , ia mengi.ntip siara yang berada di halaman istana in!.

Ketika diintip oleh Sang Dewi Ambarawati, Rengganis pun tahu bahwa ia diintip. Kemudian, ia mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya.

"Dyah Ayu , aku ini orang baik. Aku manusia biasa seperti Tuan Putri . Kedatanganku kemari hendak bersahabat dengan-mu, Tuan Putri", demikian kata Dewi Rengganis kepada Dewi Ambarawati.

Tanpa mendengarkan kata Dewi Rengganis, Dewi Ambara-wati langsung saja menerjangnya.

"Kurang ajar, dasar perempuan tidak tahu malu, tidak puny a sopan santun", demikian kata Dewi Ambarawati sambil lari menerjang Dewi Rengganis . Namun, Dewi Rengganis dapat mengelak dan melompat menangkisnya.

Berkatalah Dewi Rengganis sambi! mengejek, "Jika Tuan Putri mau, ikutilah aku!".

Dewi Arnbarawati pun lalu mengikutinya. Yang diikutinya itu terbang semakin jauh. Oleh karen a itu, Dewi Arnbarawati lalu membentangkan busurnya.

la berkata kepada Dewi Rengganis, "Awas, kamu jangan main-main denganku, ya."

Namun, Dewi Rengganis dengan cepat menyambut tangan Dewi Ambarawati sehingga panah Dewi Ambarawati dapat terlepas dari tangannya.

(13)

Dewi Ambarawati pun lulu lIlengikulinya dan memberllungkall hU5urnya

untuk membunuh Srepabumi .

Cara menggunakan air illl ialah dipercikkan di tempat tinggal Srepabumi, kemudian obat yang diambi I Sang Pertapa ditempatkan di dalam kantung. Obat itu dipakai untuk menyembuhkan luka. Setelah Arya Pakuwaja diberi senjata dan obat, perlahan-lahan ia mohon diri kepada Sang Pertapa. Sang Pertapa pun menjawab, "Ya, pergilah dengan hati·-hati Raden. 1kuti petunjukjalannya!"

Setelah itu, Raden Arya Pakuwaja pergi danjalannya sangat cepat. 1a tiba di tempat Dewi Rengganis.

Sang Dewi Rengganis pun lalu bertanya, "Bagaimana usahamu, Paman?" yang dijawab oleh Arya Pakuwaja "Pamanmu ini berhasil mendapatkannya. Sekarang mari kita berangkat ke negeri Nusantara. Bawalah aku terbang di angkasa supaya dapat cepa! tiba di sana."

Dewi Rengganis segera mengatur penglihatannya. Arya Pakuwaja berpegangan tangan dengan Dewi Rengganis dan mereka melayang ke angkasa. Kecepatan mereka seperti angin. Tidak terasa, penerbangan mereka sudah tiba dalam waktu sehari saJa.

Saat malam hari sesampainya di bumi Nusantara, sang Dewi Rengganis segera turun dari udara . Mereka berdua berjalan perlahan-Iahan. Mereka menuju perkemahannya. Melihat mereka datang , hulubalang merasa senang dalam hatinya. Mereka semua mengunjungi Sang Dewi dan Arya Pakuwaja. Ketika itu Raja Amir Amsyah menangis tersedu-sedu, sedangkan Arya Pakuwaja mencium kaki Raja Amir Amsyah .

Berkata Arya Pakuwaja . "Aku tidak menyangka akan

5<)

(14)

kedatangan seseorang di gua itu. Sang Perlapa yang didatangi

Raden Pakuwaja Ialu menyalaminya . Keduanya saling berjabat

tangan, lalu duduk di atas bangku dari balu yang tertata rapi.

Raden Pakuwaja menyembah dan Sang PerLapa merangkul dan menelUmnya.

Sang Pertapa berkata, "Wahai Raden Pakuwaja,

berba--hagialah kamu datang untuk mencari senjata yang dapat

membunuh sang raja dari Nusantara dan obat untuk

menyem-buhkan Sultan Mukadam yang terluka parah di dalam pertemc

,

puran. Apa yang kau eari itu, aku memilikinya. Aku ini

bagaikan orang bermimpi yang bertemu denganmu. Bagaimana

kabar ibu, ayah, dan adik7 Apakah mereka masih hidup atau

sudah mati? Ada berapa orang adik dan kakakmu? Coba

katakan kepadaku! "

Raden Pakuwaja menjawab, "Ya, ayah dan ibuku sudah

meninggal. Sekarang tinggal aku sendirian. Aku tidak

mempu-nyai saudara, tetapi orang tua Ambarawati ketika masih hidup

melahirkan seorang putra. Ketika bayi itu umur tiga bulan, ia

lenyap dari bandulan. Tidak ada yang mengetahui apakah in

masih hidup atau sudah mati."

Mendengar eerita Pakuwaja, Sang Pertapa menangis. fa

tidak dapat berbicara, sangat lama menahan nafas. Kemudian ia

berkata sambi! menangis , " Wahai Arya Pakuwaja, tunggu

sebentar. Sekarang juga aku mau mengambil senjata dan obat

ito ."

Selanjutnya, Sang Pertapa mengambil senjata yang berupa

dua halang bambu dan ai r suci. Bambu yang sebatang

dipergu-nakan untuk membunuh sang raja dan sebatang lainnya untuk

membunuh Malang Sumirang, sedangkan air suci dipergunakan

S8

2.

ADO KESAKTIAN DUA ORANG PUTru

Untuk sementara Dewi Ambarawati gagal memanah Dewi

Rengganis. Mereka berdua masih di angkasa.

Kemudian, Dewi Rengganis berkata dengan lemah lembut,

"Tuan Putri, aku sungguh-·sungguh datang kemari hanya untuk

bersahabat dengan Tuan Putri. Pereayalah bahwa aku tidak akan

berbuat jahat. Aku ingin bertemu dengan Tuan Putri."

Dewi Ambarawati mernandangi wajah Dewi Rengganis ..

"Wah, sungguh eantik orang ini", kata Dewi Ambarawati dalam hati .

Dewi Ambarawati semakin bingung ketika melihat Dewi

Rengganis yang berada di hadapannya.

"Nah, ayolah kita turun" , ajak Dewi Ambarawati kepada

Dewi Renggani s.

Kedua putri itu segera turun dan berada di halaman luar

istana. Dewi Ambarawati duduk bersama-sama dengan Dewi

Rengganis. la memandangi keeantika n wajah Dewi Rengganis

sehingga samp ai tertegun . la merasa baru pertama kali itu

bertemu orang eantik. O le h karena itu, ia bertanya, "Dari mana sebenarnya Saudara berasal?"

Jawab Dewi Rengganis dengan lemah lembut, "Asalku sangat jauh dari sini, yailu Haldamas."

(15)

Dewi Rengganis bertanya iagi . " Ap.akah Saudara ini mahkluk

halus yang berwujud manusiaT

"Aku ini rnanusia seperti kamu", jawab Dewi R engga nis

dengan lemah lembut.

Bertanya lagi Dewi Ambarawati, "Siapa namamu dan nama

orang tuamu? Cepat katakan kepada aku dengan jUjUI !"

"Namaku Rengganis. Aku putra seorang pertapa", demikian

keterangan Dewi Rengganis.

"Kedatanganku ke sini hendak bertemu dengan Adik yang

sudah tersohor kesaktiannya di dunia ini", la njut D ewi

Rengganis.

Setelah mengatakan hal itu kepada Dewi Ambarawati, lalu

Dewi Rengganis mengatakan pula bahwa jika ia akan menjadi

sahabatnya, dia mempunyai perbedaan adat (kebiasaan) karena

adat (kebiasaan) Dewi Ambarawati yang selalu berfoya-foya dan

berpesta pora dapat menyengsarakan masa depannya . Old,

karena itu, Dewi Ambarawati akan diajaknya ke negerinya

supaya tahu perilaku yang baik dan buruk.

"Adik, jika Adik nanti sudah ikut aku , pasti Adik tidak akan

terkena bahaya lagi seperti yang sekarang Adik alami. Kelak

Adik pasti bahagia", demikian bujuk Dewi Rengganis.

Mendengar kata-kata Dewi Rengganis itu, Dewi

Ambarawati sangat marah. Lalu, ia mengata-ngatai Dewi

Rengganis.

"Hai, Rengganis ternyata kedatanganmu ke sini hanya akan

mengadu domba", katanya, "Mengapa kamu menghinaku?

Memang aku ini tidak tahu perilaku yang baik dan buruk?

Segeralah engkau pergi dari sini! Jangan kauberkata lancang

di sini", lanjutnya sambil marah.

Im an S um a n tri i tu pasti tidak lampak, apalagi y ang melihat

perernpuan", dcrn ikianlah nasihat Sa ng Pertapa.

Keesok<ln ha rinya ketika matahari masih di ufuk limur dan

bun mg-burung pun mulai berkicau. Dewi Ren gg anis dan

Raden Pakuwaja m ellingg alkan rumah Sang Pertap a. M ereka

tidak terbang rnelalui angk asa, te tap i berjalan melal ui darat.

Perj alananny a sangat jauh melalui ladang, bukit, dan hutan.

Oleh ka.rena iUl, mereka sangat le lah d an kehausan, dan

tiba-tiba mereka mene muk an ~ u n g a i kee i! y ang airnya sangat

jemih.

"Lihat, di sana ada sungai, Paman" , kata Dewi R engganis

girang , "Wah , kebetulan dari tadi aku sudah haus ~ e k ali, akl1

ingin m inurn", lanjutnya.

Mere k a pu n kemudian rninum air sungai itu. Sete lah beberap a lama berjaJan: sampailah ia di tempat tujuan, yaitu

Gunu n g A m pyan Ardindra. Sebelum merek a m asuk g ua ,

U m armaya mengajak Dewi Renggnis berhenti sejenak.

" A n a kku, k ita berhenti d ul u lah sebentar" , k atanya,

"Barangkali sudah benar ini gunung yang ditunjukkan oleh Sang

Pertapa itl!. Ayo, kita mencari sarna-sarna: gua tempat tinggal

R aden Iman Sumantri itu", lanjutnya.

D ewi Rengganis berkata pelan, "Paman, aku di sini saja

menunggu. Paman yang masuk."

Raden Pakuwaja menjawab. "Ya, silakan sabar menunggu

di sini." Setelah berkata begitu, Raden Pakuwaja segera pergi

menuju gunung Ardindra.

Di dalam gua tampak terang benderang karena Sang Pertapa

tangguh itu selalu mengutarnakan kebaikan . Ia pandai dan berjiwa suei. la sudah mengetahui sebelumnya tenlang

(16)

merasa sedih bercampur gembira

Umarmaya lalu berkata, "Aduh, Anakku raja wanita, jika bukan kamu yang menolon g aku , pasti Pamanmu ini sudah mati ."

Dewi Rengganis pun berkata. "Ya, Paman, sebaiknya Paman segera datang ke Haldamas karena ayah ingin bertemu. Lebih baik Paman pulang dan menghadap Sang Pertapa"

Umarmaya menjawab , "Ya. Anakku, Paman akan meng·· ikutimu supaya cepatjalannya ."

Mereka pun lalu pergi ke Argapura. Setelah sampai di sana, mereka menghadap Sang Pertapa dan sama.. sama berbakti . Setelah kedua orang itu ada di hadapannya, Sang Pertapa memberi nasi hat.

"Wahai adinda, perbuatanmu di dunia ini tidak direstui oleb Tuhan sebab aku lihat dari dahulu selalu mengalami penderitaan. Mudah-mudahan nanti kamu menemukan kebaha·· giaan. Hendaklah Adinda selalu mengutamakan tindakan yang benar. Tugas yang befat ataupun yang ringan itu sudah menjadi takdir Tuhan yang tidak dapat dihindarkan . Agar kamu selamat, gantilah namamu dengan Pakuwaja . [tulah nama barumu dan sekarang pergiJah kamu menghadap seorang pertapa yang tangguh di gunung Indragiri. Di sana ada orang yang sedang berlapa. Iman Sumantri namanya. Sang Pertapa tangguh itulah yang akan menolong Adinda. Yang dapat membunuh Raja Nusantara adalah Adinda Dewi Rengganis yang diikuti ol eh Raden Pakuwaja. Agar kamu herhasil mengalahkan Raja Kendit Birayung, aku berpesan agar kamu pergi melalui darat. Kamu jangan melintas di an gkasa. Jika sudah sampai di gua itu, janganlah ikut masllk karena Raden

S6

Setelah berk;'lta-kata begitu, Dewi Arnbarawati segera masuk ke dalam kamar tidur. Dia mengambil sebllah kopiah dari dalam peti. Kemudian, ia menunjukkan kcpada Dewi Rengg,anis bahwa kopiah itu adalab kesaktian yang dimilikinya yang merupakan kopiah pemberian dari dewa yang sakti .

Melihat kesaktian Dewi Ambarawati yang berupa kopiah itu , lalu Dewi Renggani s berkata, " Barang seperti itu mempu-nyai kesaktian? Itu kan tutup kepala. Barang seperti itu kamu katakan berasal dari dewa yang sakti?"

Dewi Ambarawati menimpalinya, "Hai , Rengganis, kau belum tahu , ya. Kopiah ini akan selalu menuruti apa yang aku perintahkan, lagi pula benda ini bisa terbang tinggi dengan cepat sekali. Kalau disuruh pergi hanya sekejap sudah balik lagi. "

Kata-kata Dewi Ambarawati itu disahuti o leh Dewi Rengganis, " Hai Ambarawati , aku juga mempunyai benda sakti. Kesaktianku tidak sarna dengan milikmu yang hanya berupa sebuah kopiah. Kesaktianku berupa dua buah kaos. Kaos ini juga bisa terbang dengan cepat."

"Wow, bentuknya aneh senjata kepunyaan si Rengganis itu", demikian kata Dewi Ambarawati di dalam hati.

Dewi Rengganis berkata sambi! menantang, "Kalau kamu mau , ayolah kita adu kesaktiannya!"

"Ayolah, akan aku layani tantanganmu itu", sambut Dewi Rengganis .

Sebelum herperang, Dewi Rengganis mel11buat janji kepada Dewi Ambarawati.

"Apabila kopiah itu lebih tinggi terbangnya daripada kaosku . aku akan mengikuli keinginanmu, tetapi apabila

(17)

kaosku yang lebih tinggi, kamu harus mau mengikuti keinginanku" , ucap Dewi Rengganis .

"Baiklah, Rengganis. Akan aku turuti permintaanmu", jawab

Dewi Ambarawati .

Setelah Dewi Rengganis mengatakan hal itu, kedua benda sakti itu dilempar ke angkasa. Ternyata kaos Dewi Rengganis terbang lebih tinggi daripada kopiah Dewi Ambarawati.

Berkatalah Dewi Rengganis, "Lihatlah itu , Adikku. Mana yang berada di atas? Kopiah atau kaos?"

Dewi Ambarawati kecewa melihat keadaan begitu . Oleh karena itu, ia cepat mengambil kopiahnya.

Dewi Rengganis berkata pelan, "Wahai, Adikku, kopiah

yang pantas dikenakan di kepala dapat dikalahkan oleh kaosku .

Nah, sekarang lalu bagaimana maumu, Adikku keturunan para dewa? Nab, ikutlah aku ke negeri Arab!"

Dewi Ambarawati menjawab dengan penuh semangat, "Walaupun kopiahku kalah, aku belum menyerah sebelum berperang habis-habisan. Aku tidak takut kepadamu."

Setelah mendengar jawaban Dewi Ambarawati itu , lalu Dewi Rengganis menjelaskan lebih lanjut.

"Hai , Dewi Ambarawati, kamu itu seorang perempuan, tap! tindakanmu seperti lab-lab saja . Tidak pantas apabila kamu ingin mengadu kesaktian seperti itu", katanya .

Menjawablah Dewi Ambarawati, "Hai, Rengganis, apa

pedulimu padaku."

" Bukannya aku tidak mau bertanding denganmu", jawab Dewi Rengganis , "Aku datang ke sini tidak membawa senjata k_arena tujuanku kemari bukan untuk berperang, melainkan ingin berjumpa je nganmu saja . _Aku benar-benar ingin

PERPun\I\l\\\I

PUSAT PEM8INAA ~J DAN

PEN G F MBA ~ Gi\ iJ B.\ II A; A DEPilnTEMEN PENDIDII<AN

DAN KEBUOAYAAN

Ketika Dewi Rengganis menoengar ucapan pertapa itu, lalu ia cepat ingin pergi ke Gunung Waja.

Sang Pertapa juga berkata, "Pergilah sekarang Anakku . Hanya Anakku yang dapat menolong pamanmu yang sedang sengsara. Hanya Anakkulah yang dapat membongkar gunung yang menindih pamanmu itu . Nanti setelah kamu berhasil, katakan kepadanya bahwa aku hendak bertemu dengan dia."

Setelah selesai mengadakan pembicaraan itu, Dewi Rengganis menyembah dan mencium kab sang raja. Ia mohon pamit dan segera terbang menyatu dengan embun putih . Seperti ketika diutus Raja Amir Amsyah untuk pergi ke Nusantara, sebelum terbang ia berdoa dan mengerahkan seluruh tenaganya. Ia duduk bersila dan tangannya bersikap menyembah serta menghadap ke selatan. Dengan begitu, ia dapat terbang cepat sekali bagaikan anak panah yang dilempar-kan dari busumya. Dalam waktu sekejap saja, ia telah sampai di Gunung Waja.

Sang Dewi berdiri di puncak gunung . Sejenak ia mende-ngar dari kejauhan suara tangis dari dasar gunung.

"Heee... e .. e .. e ... . Tolonglah aku." Oleh karena itu, ia segera berdoa dan mengeluarkan kesaktiannya sehingga ia dapat membelah Gunung Waja itu . Setelah pecah menjadi dua, ia meraih tang an Umarmaya dan mengangkatnya ke atas. Umarmaya sangat kaget. 1a juga sangat bangga hatinya. Muka dan seluruh tubuh Umarmaya tampak kotor dan berantakan penuh luka.

"Oh, kasihan Paman disiksa 1 Malang Sumirang sampai begini " , kata Dewi Rengganis sambil menangis.

Kemudian , kedua orang itu sarna-sarna menangis karena

(18)

lenlara Mukadam kalah . Huu .. . huu ... huu ... . " Demikianlah Dewi Rengganis berkata sambil menangis di hadapan Sang Pertapa.

Sang Pertapa Lertawa, lalu berkata, "Pantas tidak berhasil karena Sultan tidak berani melawan Raja Nusantara. Raja Kendit Birayung itu amat sakti sehingga Sultan Amir Amsyah dapat dikalahkan. Pamarmyajuga dikalahkan dan sekarang ada di dasar Gunung Waja (Indrawaji). 1a dikalahkan oleh I Malang Sumirang yang menyambamya dari angkasa kemudian ditanamnya di dasar gunung. Kasihan pamarunu. Pekerjaannya selalu menangis siang dan malam."

Sela Dewi Rengganis , "]adi, paman Umarrnaya sekarang ada di dasar Gunung Waja? Wah, kalau begitu kasihan sekali nasib paman ."

Lebih lanjut Sang Pertapa berkata, "Ketahuilah Anakku , orang terkuat di Nusantara itu selain Raja Kendit Birayung adalah I Malang Sumirang dan Srepabumi. Dengan adanya orang itulah, Raja Kendit Birayung terhindar dan bahaya."

Dewi Rengganis menyela lagi dan berkata, "Kalau begitu , untuk mengalahkan Kerajaan Nasantara, yang harus dikalahkan dahulu adalah tiga orang, yaitu Raja KendiL Birayung, I Marang Sumirang, dan Srepabumi, ya, Kiai?

"Benar, Anakku" , kata Pertapa. Tambah Sang Pertapa, "Orang yang dapat mengalahkannya hanyalah Macan Sumantri. Dia sekarang berada di dalam gua di Gunung Ardindra . Dia !->arlgat dikasihi oleh para dewa, Raden Macan Sumantri adalah kakak Tambak Layung. Dialah yang dapat mengobati Sult an Mukadam , Diajuga yang mempunyai senjala !->akti yang dapal rn, ~ ngalahkan Raja Kendit Birayung. "

bersaudara denganmu", lanjut Dewi Re n ggani ~ ,

Walaupun Dewi Rengganis sudah menjelaskan maksud kedatangannya, Dewi Amharawati tetap mengajaknya mengadu kesaktian lagi. Oleh karena itu, ia mengeluarkan dua bil.ah keris dan dua bilah pedangnya.

Keris itu, ketika dikeluarkan dari sarungnya, tampak berwama hitam dan sarungnya dibuat dan emas kekuningan yang dihiasi dengan ukiran yang sang at halus. Pedangnya tampak berkilat-kilat. Dewi Rengganis disuruhnya memilih.

"Dewi Renggani s, ini aku punya dua bilah keris dan dua bilah pedang, kamu boleh rnemilihnya untuk berperang habis-habisan", demikian penawaran Dewi Ambarawati kepada Dewi Rengganis.

Setelah itu, Dewi Ambarawati menantang Dewi Rengganis. "Bersiaplah kamu mengambil senjata dan tusuklah aku" , ucap sang Dewi Ambarawati. Namun, Dewi Rengganis lidak mau mendahului menusuk sebelum keduanya bertengkar.

Berkatalah Dewi Rengganis , "Di negeriku tidak dibenarkan orang mendahului memukul lawannya . Lagi pula, kalau dua persengketaan belum saling melengkapi, aku tidak boleh membalasnya". Oleh karena itu, Dewi Ambarawati mendahului menu suk Dewi Rengganis .

Dewi Ambarawati berkata, "Berhati-hatilah Rengganis, menerima tusukanku!"

Ketika sang Dewi Renggani s diLusuk, ia tidak terluka sedikjl pun. Hanya jari-jarinya saja yang berdarah. Kemudian , dengan perasaan kecewa, Dewi Amharawati bcrkata kepada Dewi Rengganis , " Balaslah aku Rengganis ."

Yang disapa itu lalu mengeluarkan kerisnya dan men\lsuk

(19)

dada Dewi Ambarawati.

"Hali-hatilah menerima kerisku", pesan Dewi Rengganis . Namun, sedikit pun ia lidakluka. Kedua putri itu memang kebal, sarna-sarna sakti, dan sarna-sarna tidak ada yang mau mengalah. Kemudian, mereka terbang ke angkasa dan berada di tempat yang terbuka. Mereka terus mengadu keberaniannya. Setelah kerisnya patah, mereka mengambil pedang. Lalu, keduanya saling menebas dengan pedang. Karena pedangnya haneur, keduanya berhenti berperang. Mereka merasa lelah dan keringatnya pun keluar bereueuran.

Kemudian, mereka beristirahat sebentar. Setelah itu, mereka berdua kembali sehat dan bangkit lagi. Mereka mengulangi mengadu kesaktiannya.

Setelah senjatanya haneur, peperangan itu pun masih dilanjutkan.

Dewi Ambarawati berkata, "Nah, mari kita ulang kembali apa yang belum kita lakukan."

Dewi Ambarawati memegang pinggang Dewi Rengganis dengan kuat-kuat, tetapi Dewi Rengganis tidak gentar sedikit pun karena badannya berat sekali .

"Aduh, berat sekali ballan musuhku ini seperli rnengangkat gunung aku ini," kata Dewi Ambarawati mengeluh .

Selanjutnya, Dewi Rengganis disuruhnya membalas. la pun membalasnya dengan memusatkan pikiran dan berdoa memohon kepada Tuhan, lalu Dewi Ambarawati dipeluk pinggangnya. Ternyala tubuh Ambarawali tidak berat seperli dirinya yang sepeni gllnung , telapi tubuhnya sangat ringan .

" Wah, bagaikan kapas saja berat bad an Sang PUlri ini" , demikian kata Dewi Rengganis ketika mengangkat Dewi

9. BANTUAN SANG PERTAPA

Setelah Dewi Rengganis melihat keadaan Raja Amir Amsyah dan mendengar nasib pamannya, Umarmaya, ia merasa kasihan. Ia bertekad untuk menolongnya. 1a segera menyembah dan mohon pamit akan pergi ke Gunung Ketu Keneana (Argapura) temp at seorang pertapa yang mengetahui nasib seseorang.

Ketika melihat kemauan sang Dewi Rengganis, Sang Raja Amir Amsyah merelakan kepergiannya .

"Pergilah Anakku", kata Raja Amir Amsyah, "Hati-hatilah di jalan. Kalau sudah mendapatkan apa yang kamu eari segeralah pulang!",lanjutnya.

Setelah pamit kepada Sang Raja, Dewi Rengganis eepat-eepat keluar dan segera terbang ke udara . Dia telah tiba di Haldamas, lalu menghadap Sang Pertapa.

Sang Pertapa berkata, "Anakku , sekarang kamu sudah tiba. Aku amat kasihan kepadamu . Kamu dari mana saja karena sudah lama kamu tidak pulang kemari."

Dewi Rengganis berkata , "Memang lama hamba lidak pulang, seperti yang paduka ueapkan ladi ."

Setelah berkata begitu , ia mengeluh kepada Sang Penara. "Kiai , hamba tidak dapat menasihati raja yang me-reneanakan berperang dengan Raja Nusanlara. Akhirnya,

(20)

Raja Ami;' Am,I'Yah dan pam rrajuril S Cc/LlIlf!, beriJi(arQ,

)2

Ambarawati. Karena sangat ringan badannya, ia bisa diputaI'-putar dan akhirnya dilemparkan ke tanah, "Buuuk ... " suaranya kera s sekali. Akibatny a, Dewi Rengg:lllis tidak berdaYIl dan akhirnya jatuh pingsan.

Dewi Rengganis mengira bahwa Dewi Ambarawati sudah meninggal, ia kemudian mengelus dan memangkunya. Tidak lama kemudian, mata sang Putri terbuka.

"Sekarang aku menurut kehendakmu . Aku tidak akan menolak semua kehendakmu, Rengganis" , kata Dewi Ambarawati pelan setelah ia merasa kalah dalam mengadu kesaktian dengan Dewi Rengganis.

Ketika mendengar pernyataan Dewi Ambarawati itu , Dewi Rengganis menjawabnya dengan lembut, "Adikku, hendaklah kamu bersiap-siap untuk ikut aku ke negeri Mukadam dan menuruti keinginannya." Setelah itu, para pengasuh dan dayang-dayang Dewi Ambarawati juga tunduk pada keinginan Dewi Rengganis.

Ketika itu pula Dewi Ambarawati ditanyai oleh Dewi Rengganis, "Mengapa kamu tidak bersuami, Adikku?"

Yang ditanya lalu menjawab, "Sebetulnya sudah ban yak para satria dan bupati yang mau melamar, tetapi aku belum mau bersuami."

Lalu , Dewi Rengganis berkata pula, "Kalau kamu mau bersuami, aku mempunyai saudara laki-laki yang sangat tampan yang bernama Raden Banjaransari. Dia sekarang tinggal di negeri Mukadam. Apahila melihatnya, Adik pasti tertarik kepadanya. Aku berani hersurnpah bahwa dia itu sungguh tampan. Kalau sampai aku bohong, itu tanggung jawabku."

(21)

Dewi Rengganis berkata begitll kepada Dewi Ambarawati karena ia ingin mengajak Sang Dewi Ambarawati ke kerajaan Mukadan untuk diperkenalkan dengan saudara laki-Jakinya.

Berkatalah Dewi Rengganis, " Hai, Adikku, kehendakku sekarang hanyalah mengajak Adik pergi ke Mukadarn. Di sana Adik akan mengetahui pribadi kakakku itu dan melihat wajahnya."

Yang diajaknya lalu menjawab, " Kakakku, apabila aku pergi dari istana, pasti akan terjadi kericuhan di Nusantara."

berada di perkemahan tidak ada yang keluar karena sakit hati . Dewi Rengganis berbicara dengan Raden Banjaransari sambil herlinang air mata . la mengatakan bahwa banyak tentara yang gugur dalam perang. Oleh karen a itu , ia memohon kepada sang raja, "Ya, Tuanku raja, celaka banyak prajurit gugur. Hendaknya Tuanku pergi menolongnya sekarangjuga, tetapi istri paduka jangan diajak. N anti merepotkan ."

Raden Banjaransari ikut berlinang air mata ketika mendengar kata-kata Dewi Rengganis. Ia berkata, "Ya, Adikkll, bantulah mereka! Nanti aku akan menyusulmu." Setelah berkata begitu, Dewi Rengganis dan Raden Banjaransari segera keluar dari istananya menuju tempat pertemuan. Dewi Rengganis mempersiapkan barang bawaan-nya, kemudian ia terbang melintas di angkasa menggendong Raden Mantri. Ia terbang menyatu dengan awan putih.

Pad a dini hari mereka telah sampai di Nusantara. Mereka menuju perkemahan. Setelah melihat keadaan sekitarnya, mereka berdua menangis .

Seluruh raja dan hulubalang mengunjungi raja putra dan Dewi Rengganis yang baru saja tiba . Pada waktu itu Raja Amir Amsyah berkata, "Adikku berdua, karnu sekarang sudah datang. N amun, aku telah mengecewakanmu. Aku merasa tidak berguna lagi karena aku kalah ketika berperang dengan si Kendit Birayung itu. Selain itu , parnanmu , Umarmaya, tidak ke sini karena hilang dari tengah pertempuran . Sampai sekarang tidak ada yang mengetahuinya apakah ia masih hidup atau sudah mati ."

SI

(22)

bisa hidup. Namun, ia tidak dapal ke mana -mana karena tangannya diikat oleh I Malang Sumirang. Oieh karena itu , pekeTjaanny8 hanya menangi s "dja, baik si aTlg ma upun malam.

Rintihannya sangat nyaring.

"Aduh .... , aku ini di mana ya gelap sekali. Kedua tanganku ini diikal sehingga aku tidak bisa bergerak. Heee.".eee. " . eee .... ", demikian rintihan Umarmaya di dasar gunung Waja.

Setelah I Malang Sumirang mengubur Umarmaya, 1a pulang ke Nu sa ntara. Ia mengabarkan kepada kakaknya bahwa Umarmaya sudah dikubur di dasar gunung dan disiksa oleh Tambak Layung. Setelah itu , lalu Malang Sumirang mengambil pakaian milik Umarmaya yang diberi nama Curit Wesi karen a pakaian itu terbuat dari besi.

Raja Kendit lalu berkata, "Adikku. Malang Sumirang,jangan ragu mengambil pakaian Curit Wesi itu . Simpanlah dengan baik di dalam peti. Jangan sampai ada yang tahu."

Raja Kendit Birayung menyangka bahwa dengan sudah tidak adanya Umarmayadi negeri Mukadam berarti RajaAmir Amsyah pasti akan menyerah karena orang yang diandalkan di negerinya sudah tidak ada.

Raja Amir Amsyah berada di perkemai1an. Ia sedang merasa rindu kepada orang-orang yang menjadi sahabatnya. Pada saal itu, dalam peperangan Srepabumi dengan kudanya yang bernama Skardu meringkuk di tanah dan banyak terluka.

Prajurit Mekah sa kit hati karena kasihan kepada Umarmaya . Mereka tidak tahu nasib Umarmaya karen a Umarmaya lenyap dari medan perang. Apakah ia masih hidup aLau sudah mati tidak ada yang mengeLahuinya. Para menteri dan hulubalang pun merasa heran. Mereka merasa sedih. Yang

"{J ewi Renf,ganis, ini aku punya dua bilah keris dan dua bilah pedant?, kamu boleh memilihnya unfuk berperwlf, habis-habisan ", kala Dewi Ambarawmi.

IS

(23)

3. PERMULAAN PERANG DENGAN

RAJA MUKADAM

Negeri Nusantara gempar, rakyat simpang siur. Para pembesar, punggawa (kepala prajurit), menteri, dan para raja, serta prajurit berbusana lengkap . Ada yang membawa keris, ada yang membawa tombak, membawa senjata api lengkap dengan pelurunya . Semuanya itu memenuhi lapangan. Raja Nusantara menaiki kereta yang bemama Wilmana. Suara kuda, gajah , serta roda kereta menyebabkan bumi akan pecah .

Para raja melakukan rapat bersama prajurit. Yang ikut dalam rapat itu adalah raja negara Madayin, yaitu Raja Nusirwan. Tiba-tiba rapat itu bubar dan mereka keluar istana. Mereka ingin menghadapi pertempuran.

Pasukan rakyat sudah siap semua di halaman luar istana. Raja Nu sirwan menaiki kuda putih , sedangkan Raja Kendit Birayung menaiki kereta sambil memegang senjata.

Setelah tiba di perbatasan tempat pertempuran , orang ~

orang Mukadam tahu bahwa mu suh telah datang. Segeralah

pasukan dipersiapkan dan bunyi·-bunyian, seperti gong dan

her;

(gong kecil) dipuku I orang sebagai tanda bahwa perang segera

dimulai .

Orang-orang pun mengambil senjata dan siap melakukan

I f>

8. UMARMAYA HILANG

Keesokan harinya , I Malang Sumirang yang telah dapat mengikat tangan Umarmaya lalu membawanya menuju Gunung Waja. Perjalanannya diiringkan oleh delapan orang punggawa kerajaan yang kuat-kuat. Perjalanan menuju Gunung Waja itu cukup jauh. Ketika Raden Sumirang berjalan, ia melihat Gunung Waja yang dituju itu tampak biru.

- Lalu , ia berkata kepada para punggawa yang mengiring-kannya, " Hai , para punggawa! Itu dapat kamu lihat sendiri Gunung Waja ada di sana, masih jauh dari sini. Makanya, ayolah cepat sedikit jalanmu supaya tidak terlalu malam sampai di sana. "

Lebih lanjut ia berkata, "Si Umarmaya iill akan aku tanam di dasar gunung itu agar dia tidak menjadi penghalang dalam peperangan", demikian kata Sumirang.

Setelah sampai di tujuan , Umarmaya dikubur di dasar gunung . Sebelum dikubur pakaiannya diambil oleh I Malang Sumirang. Tidak ada orang yang mengetahui nasib Umarmaya ini , kecuali seorang pertapa yang mempunyai ilmu ti nggi .

Sewaktu dikubur, tentu saja Umarmaya dalam keadaan tidak sadarkan diri . Selain ahli dalam s iasat perang, sebetulnya Umarmaya itu juga sakti . Ketika ia sudah dikubur, ia masih

(24)

Raja Kendi! lJirayung bersaJlla raju-raja iainnya, dall prajurilnya berpes!Q pora.

pertempuran. Setelah itu , perternpuran segera terj adi. Suara bedil

terdengar seperti orang memhakar gelagah. Peluru yang

ditembakkan seperti hujan . Karena saling ternhak di medan

perang itu, asap menjadi tebal dan awan pun menjadi gelap seperti

malam hari. Akibatnya, mayat-mayat bergelimpangan, senjata

tameng yang bergeletakan mengapung di atas darah, bangkai

kuda dan gajah bertumpuk-tumpuk.

Jeritan orang ramai sekali. Sorak-sorai orang yang berperang

seperti suara ombak pasang. Para prajurit banyak yang gugur

dalam pertempuran yang sengit itu. Baik rakyat Nlisantara

mauplln rakyat Mlikadam semllanya berani dalam berperang.

Karena hari telah malam, pertempllran terhenti dan para prajllrit

pun segera pulang ke kemahnya masing-masing.

Prajurit Nusantara semua mundur dan kembali ke

negeri-nya. Raja Nusirwandan Raja Kendit Birayung bersama para

menteri dan prajurit membicarakan pertempuran yang baru saja terjadi . Karena merasa menang , mereka berpesta pora. Pada

saat itu segeralah datang bermacam-macam makanan dari

dalam istana . Sesudah itu, semua orang bersuka ria . Ada yang

minum, ada yang makan, ada yang menari, dan sebagainya. Suara

ramai orang berpesta disertai oleh bunyi gamelan yang

bertalu-talu.

Ketika itu Raja Kendit herkata kepada Raja Nusirwan ,

"Ya, Paman, aku besok akan melakukan penyerangan sendiri

untuk melawan Amir. Janganlah mengandalkan rakyat banyak

karena mereka itu memberikan semangat dengan her s orak~sorai

saja."

Ketika mendengar perk ataan Raja Kendit Bl rayung, Raja

Nu sirwan lalu merangkulnya.

J7

(25)

Raja Nusirwan berkata, "Tuanku Raja yang aku muliakan, ingatlah pesan aku. Aku sangat mengharapkan Amir Amsyah kalah dalam peperangan nanti."

Pada keesokan harinya, gong sudah dipukul lagi, "gung ... gung ... gung ... ", dan semua prajurit sudah siap siaga. Para raja, punggawa, dan panglima perang serempak mengiringi Raja Kendit Birayung untuk melakukan pertempuran.

Raja Nusantara dan Raja Madayin keluar istana. Para prajurit sudah tertata rapi dengan senjatanya masing··masing, sedangkan prajurit Mukadam yang melihat musuhnya datang membunyikan tanda supaya prajuritnyajuga bersiap. Para prajurit Arab maupun prajurit Nusantara berperang sehingga bumi seakan .. akan bergoncang.

Ketika berperang, Raja Nusantara seperti singa mau menerkarn musuhnya. Ia mengubah wujud sepelti raksasa dengan suaranya yang keras sangat menakutkan. 1a bersuara keras sambil memegang gada.

"Hai, Amir, keluarkan tentaramu. Aku akan melawan kamu!" demikian Raja Kendit Birayung ketika menantang musuhnya.

Mendengar tantangan itu, bukannya Sultan Amir Amsyah yang marah, tetapi raja bawahannya, yaitu Raja Mur Sedah , Raja Mur Sedah sangat marah mendengar tantangan itu. Kata-katanya terputus..putus, bibirnya bergerak, tangannya bergetar.

"Kurang ajar si Kendit Birayung itu. Berani ia menantang Sultan . Sebelum melawan Sultan, langkahi dulu mayalku", demikianlah kala-kata Mur Sedah ketika marah.

Setelah ia meluapkan kemarahannya itu, ia pamit kepada

SuI tan Mukadam. Lal u, Su llan M u kadam pun berkata,

IR

berdusta, aku akan menobatkannya sebagai menteri", demikian gurauan sinis Raja Nusirwan.

Sehabis berkata begitu, ia kemudian bersama Raja Nusantara pulang ke Nusantara dan bersenang-senang siang dan malam.

(26)

" H oreee .... Lt< am l ' menang". smak' orang -orang N usan tara.

Ramai sekali suara orang bersorak ketika mel ihat Raja Amir

A ms yah dapal dikalahkan oleh Sreprtbumi .

Ketika pcrt emp uran itu lerjadi, Umarmaya yang berada di

belakang ingin meno lo ng rajanya yang terdesak itu . Namun, ia

segera di sam bar oleh I M al ang Sumirang dan dibawanya lcrbang

ke udara. Umarma ya tidak berdaya karena kedua tangannya

d iikat.

Raja Arnir Arnsyah ditombak berkali· kah sehingga lubuhnya seperti s udah mali. M eliha t hal itu , para menteri segera

merebu tnya dan menyingkirkannya ke perkemahan.

Raja Nusantara tertawa-tawa sambi! bertepuk tangan.

" Ha ... ha... ha .. .. akhimya si Amir itu dapat dikalahkan oleh

Srepabumi. Meskipun begi tu, aku masih ingin berhadapan sendiri

denga n dia . Aku be lum puas kalau tanganku ini belum

mengalahkannya sendiri ", demikian kata Raja Kendit Birayung

setelah ia melihat SUlt2 . ~1 Arnir dapat dikalahkan oleh Srepabumi.

Kemudian , ia mengulangi perkataannya, "Aku memang belum

p u a s melawan s i Amir. Nanti kalau aku tidak dapat

mengalahkannya sendiri, dikira aku ini tidak perkasa di medan

perang."

Se men lara itu , di luar istana tampak Raj a Nusirwan

menunggang kuda sambil menari karen a terlalu senangnya.

Ia berka ta , " Hai Anakku, mengenai nas ib Sultan Ami I'

Amsyah, aku serahkan kepadamu , Raja Nusantara . Sebaiknya,

sekarang kamu pulang saj a ."

Raja Kcndil menjawab , " Baiklah, Paman."

"Kalau dia tidak ingkar janji. past.i di kemudian hari si

Amir itu akan meny erahkan diri di Nusanlara . Jika dia tidak

"Pertempuran melawan Kcndit Birayung itu ([ku serahkan kepada

Tuhan . Nanti kalau kamu mau berperang jangan lergesa-gesa, hendaklah kamu waspada ."

Set ela h itu , Raja Mur Sedah menunggang kuda dan

memaeunya. Ia mengharnpiri kereta yang dinaikj Raja Kendit Birayung.

Raja Kendit menyapa, " Kamukah yang bernama Amir? Jika

kamu bukan Amir, mundur sajalah kamu sebab aku sudah tidak

sabar menungg u Arnir."

Raja Mur Sedah lalu menjawab, " Aku bukan sultan dari

Arab, aku dari Kufah. Namaku Mur Sedah."

M e ndengar jawaban itu, lalu Raja Kendit menuding dan

berkata, "Hai, Mur Sedah , kau sangat laneang. Kau bukanlah rnusuhku . Pukullah aku le bih dahulu! "

R aja Mur Sedah pun lalu menjawabnya, " Prajurit Mukadam

pantang mendahului memukullawannya. Dahuluilah memukul.

Kalau belum lengkap tiga orang yang memukul , aku belum

pantas membalasmu ."

Raja Kendit berkata pula , "Hai, Mur Sedah, kau binatang,

hati-hatilah . Jangan lengah . Aku tidak rnenggunakan gada."

Setelah itu, ia memukul dcngan baja dan Raja Mur Sedah

menggunakan hindi (gada). Namun, karena kerasnya, bindi jatuh

dan Raja Mur Sedah pun jatuh ke tanah. Akhirnya, Raja Mur

Sedah mati .

Selanjutnya, Raja Kendil Birayung memaeu keretanya sambil

berte riak-teriak meneari orang yang bernama Amir.

" Hai , musuhku, mana yang bemama Amir? Ayo, majulah kemari. Lawanlah aku , kalau engkau berani! "

Sete lah Raja Mur Sedah me ninggal di medan perang,

(27)

untuk peperangan berikutnya Raja Mukajilah yang mau melawan Raja Kendit. Oleh karen a itu, Raja Mukaji mohon pamit kepada Sultan Amir Amsyah.

" Baginda, aku mohon diri karena besok pagi aku mau memimpin perang melawan Raja Kendit Birayung", kata Raja Mukaji, "Aku mohon doa restu Tuanku agar nanti aku memenangkan peperangan", lanjutnya. Setelah itu, ia naik kuda hitam sambil membawa gada dan tameng besi yang berhiasan belalai."

Raja Kendit mengetahui bahwa yang datang bukan Sultan Amir Amsyah. la kecewa karena yang datang adalah Raja Mukaji. Oleh karen a itu, ia pun lalu marah.

Ia berkata, "Hai, Mukaji, kamu tidak tahu malu. Sudah dua kali kamu aku kalahkan. Sekarang segeralah kamu mundur. Begitulah seharusnya sebagai musuh yang sudah

kalah."

Ketika mendengar kata Raja Kendit, Raja Mukaji menja-wabnya, "Bicaramu sembarangan."

Raja Kendit bertanya lagi, "Mana Amir Amsyah ? Suruh dia

melawan aku!"

"Sultan Mukadam itu terlalu kuat. Kamu tidak mungkin bertempur dengan dia . Selagi aku masih hidup, aku pribadi menjadi lawanmu", jawab Mukaji.

Kata-kata Raja Mukaji itu menyebabkan Raja Kendit Birayung terkejut. Selanjutnya, ia mempersiapkan bindi . Sang Raja Mukadam menggunakan gada juga yang berwarna

kuning.

Dalam peperangan, bindi berbenturan dengan gada kuning. Segeralah hindi Jjtolak dengan gada kuning. Namun, gada

Karena mendengar tantangan itu, Raja Amir Amsyah segera menaiki keretanya. I Sekar Dumring melihatnya, lalu ia mengikutinya dari belaJ-.:ang. la lalu disusul oleh Bahing dengan menaiki kuda. Ia memacu kudanya dengall kencangnya sampai-sampai kudanya miring.

Raja Kendit berkata, OHai, prajurit kecil dan jelek, tak berguna kau ikut berperang. Mana Amir? Suruh dia mengha-dapiku!"

Raja Amir Amsyah menjawab, "Aku menunggumu siang dan malam. Sekarang aku sudah berjumpa denganmu."

Raja Kendit Birayung tertawa, "Ha...ha .. .ha .... Sekarang aku, Kendit Birayung sudah datang. Kalau begitu, kamu dululah yang memukul! Aku tidak akan menangkis. Silakan kamu menyodok!"

Raja Amir segera berkata, "Hai, rajajahat, tidak pantas aku mendahului musuhku. Aku tidak mau memukulmu."

Raja Kendit lalu berkata, "Waspadalah Amir Amsyah! Cepatlah pegang gadamu!"

Raja Amir mempersiapkan gajah dan berlindung di balik tamengnya. Raja Kendit memberi kode kepada kakaknya kemudian menombaki Amir Amsyah. Antara Raja Kendit dan Raja Amir Amsyah tidak ada yang kalah. Keduanya sarna kuatnya. Tamengnya berbenturan seperti kilat yang menyem-burkan api.

Raja Amir melompat ke daratan, kemudian kakinya dipegang oleh Srepabumi. Ia tampak bingung dan ing in membantin g Srepabumi, tetapi dapat dicegatnya.

Karena meJihal hal itu, orang Nusanlara bersorak kegi-rangan .

(28)

lahar yang turun dari g unung, sedangkan dilihal dati warna

seragam pakaiannya, mereka bagaikan sebuah taman bunga. Pakai rm mereka ada yang berwarna merah , kuning , hijau, ungu,

dan sebagainya. Indah se kali apabi la dilihat.

Sementara itu, prajurit Mukadam datang berduyun·duyun.

Kedatangannya ditandai oleh suara bunyi gong dan beri. Semua

prajurit Mukadam , sisa dari para prajurit yang dahulu terluka,

semuanya siap siaga hendak berperang.

Kereta yang akan dipakai untuk berperang segera dihiasi

dengan bennac.arn-macam perhiasan sehingga dari jauh tampak

berkilauan sangat indah. Jika dilihat, kereta itu bagaikan tidak

menginjak tanah. Raja Kendit Birayung memang ahli dalam

berperang sehingga ke mana-mana selalu membawa senjata

tombak. Semua prajurit memakai hiasan lengkap dengan pennata

sehingga kalau dilihat berkedip-kedip.

Raja Amir Amsyah juga berpakaian lengkap dan membawa

peralatan perang , seperti gada, tameng. tombak, dan keris .

Kemudian, ia bersiap-siap menghadapi peperangan. Ia keluar

dari perkemahannya dan diiringi oleh para prajuritnya. Raja Umarmaya menata barisan untuk berperang dengan prajurit

Nusantara. Pada waktu itu pula Raja Mukadam menunggang

kuda yang dinamai Sekar Yakti.

Semua prajurit, baik dari negeri Nusantara maupun negeri

Mukadam, sudah bersiap di alun-alun . Mereka seo lah-olah mau

menghancurkan dunia . Sang Raja dari Nusantara dengan

tangguhnya memegang gada. Ia memanggil musuhnya dengan

ke ras sambil sesumbar, " Ya. Amir Am sya h cepatlah maju.

Bertandinglah denganku . Aku sudah ada di sini. Jika kau berani, lawanlah aku. "

kuning dapat dipukulkan ke bawah den gan bindi dan jatuhlah

gada kuning di punggung kuda sehingga patah menjadi dua.

Setelah itu, Raja Mukadam me lepaskan senjata pidara, yaitu

senjata yang berbentuk bulat seperti bola yang terbuat dari

besi. Senjata itu berputar-putar dan jatuh ke tanah. Segeralah

senjata itu direbut lawannya sehingga Raja Mukadam mundur.

Prajurit Nusantara bersorak. Raja Nusantara memacu kudanya

dan mundur dari peperangan . Namun, pertempuran itu belum

memperlihatkan siapa yang menang . Karena hari telah malam,

peperangan dihentikan. Semua senjata dibawa pulang.

Prajurit Mukadam kewalahan karena kekurangan tentara.

Ketika itu berkatalah Umarmaya, " Sungguh , tidak benar

orang-orang Nusantara.  Saling membunuh, suka minum." 

Apa  yang  dikatakan  oleh  Umarmaya  itu  benar  karena 

orang­orang  Nusantara  itu  suka  berperang,  dan  kalau 

memenangkan  peperangan  pasti  berpesta  pora.  Kemenangan 

Raja  Kendit  Birayung  dari  Nusantara  itu  di  samping  karena 

dirinya  sakti,  ia  juga  dibantu  oleh  sahabatnya  dari  negeri 

Madayin, yaitu  Raja Nusirwan. 

Selanjutnya, Umarmaya berkata, "Raja Nusirwan itu  selalu 

melindungi sahabatnya. Semoga Tuhan memberkatiku sehingga 

aku  dapat mengalahkan Raja Nusantara." 

Kata Umarmaya itu disahut oleh Raja Amir Amsyah, " Kakak 

jangan berkhayal.  Raja Nusantara itu  belum dapat ditaklukkan. 

Kakak , jangan banyak bicara!" 

•   Ketika itu semua prajurit Nusantara membicarakan ramainya 

pertempuran. 

Raja  Nusirwan  berkata,  "Sekarang  AmiI'  sedang  terdesak . 

Oleh karena itu , janganlah berhenti,  besok kita serang lag i." 

(29)

Raja Kendit Birayung herkata sambil berguman kepada Raja

Nusirwan, "Asal tahu saja , besok kalau Amir masih ada, semua

prajuritkll pasti akan menca rinya. Sekarang dia itu seperti dagin g

yang sudah kering karena ia sangat kurus ."

Raja berkata begitu karena sekarang Raja Amir Amsyah dari

Mukadam itu memang sudah terdesak. Semua prajuritnya sudah

dapat dikalahkan satu per satu di medan peperangan.

Setelah memenangkan peperangan, Raja Nusantara dan

prajuritnya berpesta ria, bersenang-senang , makan-minum

diiringi oleh suara gamelan . Karena ramainya pes ta itu,

sampai-sampai bumi Nusantara terasa berguncang. 1kut dalam pesta itu

Raja Nusirwan .

I Malang Sumirang dan Srepabumi datang menghadap Raja

Kendit Birayung. Pada waktu itu pula datang I Baktak. 1a

bersujud s ambil. berkata , "Tuanku, sesungguhnya kalau Umarmaya masih hidup, ia tidak mau kalah karena ia banyak

siasatnya. Biasanya ia tidak pernah kewalahan. Umarmaya itu

seperti bantengnya Amir, Tuanku."

Ketika mendengar kata-kata itu, Raja Kendit Birayung pun

dengan tenangnya menjawab bahwa salah seorang pembesar

negaranya yang bernama I Malang Sumirang jug a mempunyai

banyak sekali siasat perang .

"Kalau cum a mau menundukkan Umarmaya, I Malang

Sumirang juga banyak s iasat", demikian kata Raja Kendit

Birayung .

Sementara itu , Patih laladara sujud dan menyembah .

" Ya, Tuanku , di luar ada prajurit muda sangat tampan. Ia

. bernama I Maktal. la san gat disegani oleh Amir Amsyah . Jika

nanti bertemu dengan dia di peperangan, aku tidak akan

7. KEMENANGAN RAJA NUSANTARA

Pada suatu malam, semua menteri dan hulubalang

Nusanta-ra diberi hidangan makanan dan minuman . Ketika itu diadakan

rapat dan Srepabumi pun lalu berkata , "Ya, Tuanku, aku akan

menjaga istana. " Setelah berkata begitu , ia pulang ke rumahnya.

Sementara itu, I Malang Sumirang bersi ap-siap menunggang

nag a menjaga istana dari angkasa .

Keesokannya, cuaca terang . Di atas, langit tampak biru, tidak

ada mendung. Raja Kendit Birayung dan Raja Nu s irwan

mengendarai kereta putih. Mereka berdua tampak seperti singa

hendak menerkam. 1a memakai senjata sulig i (semacam

pentungan yang kanan kirinya lancip), diapit oleh payung besar.

Para prajurit banyak sekali sehingga kalau dilihat seperti laut

yang sedang pasang. Mereka berbaris dan serempak mengiringi

rajanya keluar dari halaman istana. Para prajurit menunggang

kuda dan gajah . Mereka bersenjatakan tombak.

Suara tombak yang dilemparkan terdengar mendesing

di ti u p oleh angin dan suara orang berperang seperti batang

gelagah terbakar. Langkah ten tara yang berjalan seperti petir

tanpa hujan.

Kedua raja telah tiba di perbatasan. Tentara Nusantara

sudah berkumpul dan terlihat seperti lautan pasang. Mereka

kemudian berbaris. Apabila dilihat.. mereka tampak seperti

(30)

KOnfal dall Tebih rlllI/US I7lel71;II/(I j(lilii {'UI/II:'; i:.<'{Jada Sui/wI Amir Amsyah.

membunuhnya". demikian kata-kata Palih Jaladara kepada Raja Kedit Birayung.

Raja Nusantara s~ngat senang melihat seluruh mentcri dan punggawa berbusana rapi. Menteri dari Madayin dan menteri dari Nusantara sudah selesai berhias. Demikian pula Raja Nusantara dan Raja Madayin menyatakan terima kasih pada para menteri karen a telah membantunya.

Keesokan harinya, menjelang pagi hari, terompet dibunyi-kan sebagai tanda bahwa seluruh prajurit Nusantara harus bersiap-siap bertempur. Tumenggung laladara menunggang kuda dan ia terlihat seperti barong. la tampak gagah dengan memegang gada serta penangkal berukir. Para prajurit ada yang membawa bendera merah dan ada yang membawa payung kembar.

Ketika itu gong dan heri (gong kecil) dipukul orang sehingga suaranya gemuruh diikuti oleh bunyi gamelan. Bunyi-bunyian itu dibawa berjalan. Setelah sampai di perbatasan, kemudian para pasukan ditata menghadap ke utara sehingga tampak seperti gelombang lautan.

Hal itu dilihat oleh prajurit Mukadam. Oleh karena itu, mereka segera memukul gong dan beri pula tanda pertempuran dimulai. Semua prajurit memegang senjata. Banyak ten tara dan para raja keluar dari perkemahannya. Sultan Mukadam mengiringi tentaranya dan U marmaya menata pasukannya menghadap ke selatan. Sorak sorai suara gamelan tidak henti·· • hentinya sehingga suaranya memenuhi angkasa .

Tumenggung 1 aladara memacu kudanya dan berteriak, "Ayo, majulah segera. Siapa yang ingin mati, kemarilah cepal. Aku ini banteng dari Nusantara."

(31)

Raja luldah yang mendengar tantangan itu, seperti disobek

telinganya. 1a sangat marah lalu berpamitan kepada Sultan akan

menandingi laladara.

Sang 1ayengpati (sebutan lain untuk nama Raja Amir

Amsyah) berkata, "Hadapilah si Raja Kendit Birayung!

Waspadalah kalau berhadapan dengan dia. Nasibmu di dalam

peperangan itu hanya aku serahkan kepada Tuhan semata."

Kemudian, Raja luldah memacu kudanya dengan

bersenja·-takan watang (bambu runcing) dan tameng besi . 1a berhadapan

dengan Patih laladara. Ketika sudah bertemu lawan,

Tumenggung laladara berkata, "Hai, prajurit, siapa namamu?

Berani kau melawan aku?

Yang ditanya lalu menjawab, "Aku ini Raja luldah."

Kemudian, ia pun juga balik bertanya, "Kamu sendiri ten tara

siapa dan siapa namamu?"

Ki Tumenggung lalu menjawab, "Namaku laladara. Banteng

di Nusan~ara. Kalau kamu berani bertanding denganku, ya

waspadalah kamu."

Ketika mendengar kata itu, Raja luldah marah.

"Tidak seperti manusia mendahului musuh. lika belum

lengkap ketiga orang yang melawan, tidak pantas aku

m

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis Indeks Kepuasan Konsumen diperoleh hasil yang menunjukan bahwa konsumen puas dengan kinerja Zianturi Guitar Equipment, ditunjukkan dengan nilai total skor

Bagi Lokasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi perkembangan administrasi pajak, khususnya dalam pengembangan administrasi daerah dan keuangan daerah

Keselarasan (hannonitas) merupakan tujuan dan watak da­ lam pergaul� masyatakat penghuni rumah adat · atau p engal Uni arsitektur tradisional di Minang.. Unsur keihdahan

Menanggapi surat Saudara Dekan Fakultas Keguruan dan Hmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang tanggal 31 Mei 2011 nomor: 631 /G.17.3 /FKIP UMP/2011. Perihal : Permohonan

Lirik lagu ini sangat perlu menjadi bahan renungan kita bersama bahwa Allah telah memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua, bahwasanya dzikir merupakan amal

Beberapa tinjauan khusus mengenai kegiatan (meliputi pelaku, fasilitas, prasarana/peralatan) layanan pariwisata beserta kegiatan penunjang dan pelengkapnya yang sudah

With her unusual blue-grey eyes, Chiyo is to train to become a geisha, but is persistently provoked by Hatsumomo, the only geisha of the Nitta okiya.. The arrogant

Modul IPA Terpadu ini telah berhasil diujicobakan kepada siswa di lapangan melalui uji coba awal dan uji coba utama dengan hasil yang baik(2) Pengembanganbahan ajar berupa