• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTISARI HUBUNGAN KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HAEMOGLOBIN DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR. Setiyarno, Titik Anggraeni,Mustaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTISARI HUBUNGAN KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HAEMOGLOBIN DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR. Setiyarno, Titik Anggraeni,Mustaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 1 INTISARI

HUBUNGAN KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HAEMOGLOBIN DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Setiyarno, Titik Anggraeni,Mustaan

Latar Belakang : Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, tetapi teh juga mampu menghambat penyerapan non-heme iron. Teh mempunyai senyawa tannin yang mengikat zat besi sehingga sulit diserap oleh tubuh. Kondisi penyerapan zat besi mempengaruhi kadar Hb seseorang. Pemeriksaan pendahuluan terhadap 10 penduduk: 4 orang (40,0%) = kadar Hb < 8 gr/dl yang tergolong berat, 3 orang (30,0%) = kadar Hb 8-10 gr/dl yang tergolong sedang, dan 3 orang (30,0%) = kadar Hb ± 9-11 gr/dl yang tergolong ringan.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan konsumsi teh dengan kadar haemoglobin di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif non eksperimental Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pengkonsumsi teh di Desa Jenawi, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar yang berjumlah kurang lebih 249 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang dengan teknik purposive sampling. Alat analisis data yang digunakan dengan analisis chi square.

Hasil: Konsumsi teh para pengkonsumsi teh pada kategori sedang sebanyak 52 responden (73,2%), Kadar haemoglobin pada pengkonsumsi teh di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar pada kategori anemia sedang sebanyak 32 responden (45,10).

Simpulan: Ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar haemoglobin di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar dengan X2 hitung (13.585) > X2 tabel (3,481)

(2)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 2 PENDAHULUAN

Haemoglobin memerankan

peranan penting dalam pengangkutan oksigen selama ia dapat kembali mengikat oksigen. Menurut Saputri (2006), kadar

haemoglobin dalam darah maupun kerja

atau fungsi hemoglobin yang optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1) makanan atau gizi, 2) fungsi jantung dan paru, 3) fungsi organ-organ tubuh lain; 4) kebiasaan merokok; 5)

penyakit yang menyertai. Anemia

merupakan suatu gejala kekurangan kadar Hb darah pada seseorang biasanya ditandai dengan kadar hemoglobin dalam darah rendah, kadar Hb darah untuk wanita dewasa normal 12,00 gr% - 14,00 gr% (Depkes, 2002).

Secara global data

menunjukkan 20% penduduk dunia atau

1500 juta orang menderita anemia

(Sastroadmadjo, 2001). Di Indonesia prevalensi anemia sebesar 57,1% diderita oleh remaja putri, 27,9% diderita oleh

Wanita Usia Subur (WUS) dan 40,1% diderita oleh ibu hamil (Herman, 2006). Penyebab utama anemia gizi di Indonesia adalah rendahnya asupan zat besi (Fe). Anemia gizi besi dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik, produktivitas kerja, dan kemampuan berpikir. Selain itu anemia gizi juga dapat menyebabkan penurunan antibodi sehingga mudah sakit karena terserang infeksi.

Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih, teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh

manusia. Rata-rata konsumsi teh

penduduk dunia adalah 120 ml/hari per kapita (Besral, dkk, 2007). Teh diketahui banyak manfaat kesehatan, antara lain menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Hertog, dalam Besral, dkk, 2007).

Walaupun teh mempunyai

banyak manfaat kesehatan, namun

(3)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 3 penyerapan zat besi yang bersumber dari

bukan hem (non-heme iron). Herrell (cit Besral, dkk, 2007) melaporkan bahwa teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersama-sama. Di samping itu, dalam teh ada senyawa yang bernama tanin. Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan

aluminium, lalu membentuk ikatan

kompleks secara kimiawi. Karena dalam posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat pada makanan sulit diserap tubuh sehingga menyebabkan penurunan zat besi (Fe) (Imam, 2010).

Hasil pemeriksaan pendahuluan terhadap 10 penduduk yang saat ini mengkonsumsi teh di Kecamatan Jenawi diketahui bahwa yang mempunyai kadar Hb < 8 gr/dl yang tergolong berat tidak ada, 2 orang (20,0%) mempunyai kadar Hb

8-10 gr/dl yang tergolong sedang,

sebanyak 3 orang (30,0%) mempunyai kadar Hb ± 9-11 gr/dl yang tergolong

ringan, dan sisanya 5 orang (50,0%) mempunyai kadar Hb ± 13,5-18 gr/dl yang tergolong normal.

Hasil wawancara terhadap 10

penduduk di Kecamatan Jenawi

Kabupaten Karanganyar menyatakan

bahwa mereka kadang-kadang merasakan pandangannya berkunang-kunang, mudah lelah, dan pusing-pusing di kepala setelah duduk lama. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa efek dari anemia dan kadar haemoglobin yang kurang pada pengkonsumsi teh tersebut.

Melihat permasalahan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul ―Hubungan antara

Mengkonsumsi Teh dengan Kadar

Haemoglobin di Kecamatan Jenawi,

Kabupaten Karanganyar.‖ Landasan Teori

Teh adalah minuman yang kaya antioxidan. Cao et al, 1996 (cit Sofic E, dan Prior R., 1996) menemukan bahwa teh hijau dan teh hitam mempunyai kadar

(4)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 4 antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan

sayuran seperti bawang putih, bayam, dan kale. Di samping itu, menurut Imam (2010), ada zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh, zat itu adalah tenin. Tenin pada teh (tehine) dapat

menyebabkan proses penyerapan

makanan menjadi terhambat. Batas aman untuk mengkonsumsi tenin dalam sehari adalah 750 mg/hari atau setara dengan 5 cangkir teh berukuran 200 ml.

Teh diketahui mempunyai banyak manfaat kesehatan, antara lain menurunkan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler (Hertog, 1997) dan

menghambat perkembangan kanker (Yang et al., 2000), mempunyai efek untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Jones C et al., 1999), mengurangi risiko terjadinya patah tulang pada usila karena densitas tulang pada mereka yang minum teh lebih baik daripada mereka

yang tidak minum teh (Hegarty et al., 2000). Hindmarch et al. (2006) melaporkan bahwa konsumsi teh dapat meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa. Curhan et al, (1998) melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 tahun.

Setelah dikontrol oleh variabel

pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%.

Kadar Haemoglobin

Haemoglobin adalah suatu protein

yang membawa oksigen dan yang

memberi warna merah pada sel darah merah (Barger, 1992). Dengan kata lain

haemoglobin merupakan komponen yang

terpenting dalam eritrosit.

Haemoglobin juga merupakan protein yang kaya zat besi yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxsihaemoglobin di

(5)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 5

dalam sel darah merah. Jumlah

haemoglobin dalam darah normal ialah 15

gram setiap 100 ml darah, dan jamlah itu biasanya disebut ―100 persen‖.

Menurut Costill (1998),

haemoglobin adalah zat yang terdapat

dalam butir darah merah. Haemoglobin sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub unit, dan setiap sub unit mengandung hame. Hame ini di buat dalam mitokokondria dan menambah acetid acid manjadi alpha ketoglutaricacid + glicine membentuk

―pyrrole compound‖ menjadi

protopophyrine II yang dengan Fe berubah menjadi hame. Selanjutnya 4 hame bersenyawa dengan globulin membentuk haemoglobin.

Menurut Poppy Kumaila dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland (1996)

Haemoglobin adalah pigmen pembawa

oksigen eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang, merupakan empat rantai polipeptida globin

yang berbeda, masing-masing terdiri dari beberapa ratus asam amino.

Haemoglobin mempunyai peranan

penting dalam pengangkutan oksigen selama ia dapat kembali mengikat oksigen.

Haemoglobin mengikat oksigen pada

lingkungan yang penuh dengan oksigen dan melepaskan oksigen dalam lingkungan dengan kadar oksigen rendah. Ini berarti

haemoglobin mengangkut oksigen dalam

paru sebagai hasil dari pernafasan dan selanjutnya didistribusikan ke jaringan-jaringan lain dengan kadar oksigen yang rendah seperti otot aktif.

Pada orang-orang yang

mengandung haemoglobin normal,

kapasits darahnya membawa oksigen kira-kira 20 ml oksigen per 100 ml darah. Hampir dalam semua keadaan, darah mengandung banyak sekali oksigen ketika bergerak melalui paru.

Ketika darah arteri mencapai kapiler dalam jaringan yang menyerap oksigen darah menemui lingkungan yang

(6)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 6 relatif rendah konsentrasi oksigen. Dalam

kedaan seperti itu, sebagian oksigen dilepaskan dari haemoglobin darah dan bercampur dalam sel jaringan, dimana

oksigen dapat digunakan dalam

metabolisme aerobik. Sebagai oksigen darah yang telepas ke jaringan tersebut ditentukakan oleh konsentrasi oksigen jaringan tersebut.

Pada jaringan yang lambat

menyerap oksigen, oksigen yang

dilepaskan dari sel darah merah relatif kecil, namun pada jaringan yang cepat menyerap oksigen bagian-bagian oksigen terkurangi lebih besar. Jadi, pelepasan oksigen oleh sel-sel darah merah ke jarangan meningkat sesuai dengan tingkat

penggunaan oksigen oleh jaringan

tersebut.

Haemoglobin dibawa oleh sel

darah merah (eritrosit) sirkulasi. Sirkulasi ini berputar selama kurang lebih 10 hari yang mengandung kira-kira 3 x 10 sel

darah merah. Estimasi kasar kadar

haemoglobin darah dapat diperoleh dari

jumlah hematokrit atau dari jumlah darah dengan rekonsumsi tiap sel darah merah

yang mempunyai haemoglobin normal

(Astrand, 1986).

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan

crossectional (belah lintang) yaitu dengan melakukan pengukuran sesaat atau satu kali (Sugiyono, 2005). Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui gambaran

tentang kadar haemoglobin pada

pengkonsumsi teh di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.

Populasi dan sempel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengkonsumsi teh di desa Jenawi,

Kecamatan Jenawi, Kabupaten

Karanganyar yang berjumlah kurang lebih 249 orang yang telah di data sebelumnya

(Data Monografi desa Jenawi,

2009).Sampel penelitian meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari

(7)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 7 persyaratan minimal sebanyak 30 elemen

(responden). Menurut Guilford cit

Notoatmodjo (2005) dimana makin besar sampel (makin besar nilai n = banyaknya elemen sampel) akan memberikan hasil yang lebih akurat. Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi populasi

Analisis Data

1.Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk

menggambarkan karakteristik sampel

dengan cara menyusun tabel, frekuensi dari masing-masing variabel. Adapun variabel yang dianalisis adalah jenis

kelamin umur, pendidikan, pekerjaan, konsumsi teh dan kadar Hb..

1. Analisis bivariat.

Analisis Bivariat secara Deskriptif

Analisis bivariat secara deskriptif dilakukan dengan cara membuat tabel silang antara variabel bebas dan variabel terikat.

Analisis Bivariat secara Analitik

Analisis bivariat secara analitik dilakukan dengan sistem komputerisasi melalui uji Chi-Square program SPSS dengan tingkat signifikan 0,05 dengan CI 95%. Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar haemoglobin apabila nilai X hitung > X2 tabel (11,070) atau p value < 0,05 (Sugiyono, 2005). Hasil Penelitian

Tabel silang antara konsumsi teh dengan kadar Hb di Kecamatan Jenawi

Konsumsi Teh

Kadar Haemoglobin Anemia Berat Anemia

Sedang Anemia Berat Tidak Anemia Total F % F % F % F % F % Berat 0 .0 6 8.5 4 5.6 0 .0 10 14.1 Sedang 5 7.0 24 33.8 19 26.8 4 5.6 52 73.2 Ringan 1 1.4 2 2.8 2 2.8 4 5.6 9 12.7 Total 6 8.5 32 45.1 25 35.2 8 11.3 71 100.0

(8)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 8 Berdasarkan hasil penelitian pada

tabel diatas diketahui bahwa frekuensi

terbesar adalah responden dengan

konsumsi teh sedang dan kadar Hb pada kategori anemia sedang yaitu sebanyak 24

responden (33,8%), tetapi tidak ada responden dengan kategori konsumsi teh berat pada kadar haemoglobin anemia

berat dan tidak anemia.

Tabel Ringkasan Uji Statistik Hubungan Konsumsi Teh dengan Kadar Hb di Kecamatan Jenawi

X2 Hitung X2 Tabel P value Keterangan

13,585 11,070 .035 Berhubungan bermakna

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa X2 hitung (13,585) lebih besar dari X2 tabel (11,070) dan p value = 0,035 yang lebih

kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar haemoglobin.

Pembahasan

Berdasarkan jenis kelamin,

kebanyakan responden mempunyai kadar Hb sebanyak 8-10 gram/dl dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang. Menurut Wiharmoko (2004), bahwa laki-laki dewasa normal mengandung sekitar 800 gram haemoglobin (nilai rujukan di dalam darah: 13-18 g/dl), yang sekitar 7 gram dihasilkan dan dirusak tiap hari, dan pada wanita, haemoglobin tubuh total

sekitar 600 g (nilai rujukan didalam darah: 11,5-16,5 g/dl). Menurut Kosasih (2002), tiap gram haemoglobin mampu mengikat 1,33 ml oksigen. Oleh karena itu pada laki-laki normal 20 ml oksigen dapat diangkut dengan haemoglobin dalam tiap-tiap 100 ml darah. Sedangkan pada wanita normal dapat diangkut 18 ml oksigen.

Pendidikan seseorang yang tinggi

(9)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 9

pengetahuan yang lebih tinggi

dibandingkan pendidikan seseorang yang lebih rendah. Kemampuan seseorang dalam menanggapi suatu rangsangan berbeda-beda, tergantung pada tingkat pendidikan yang dimiliki. Kemampuan melakukan evaluasi dimiliki oleh seseorang

dengan tingkat pendidikan tinggi,

kemampuan menerapkan dan

menganalisis terhadap pengetahuan yang diterapkan dimiliki oleh seseorang dengan tingkat pendidikan menengah, dan pada tingkat pendidikan dasar kemampuan yang dimiliki hanya sampai pada tahap tahu dan

paham (Notoatmodjo, 2007: 73).

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian

besar mempunyai pendidikan SLTP.

Pendidikan seseorang yang tinggi

memungkinkan untuk diperolehnya

pengetahuan yang lebih tinggi

dibandingkan pendidikan seseorang yang lebih rendah. Notoatmodjo menambahkan bahwa pengetahuan merupakan dasar terbentuknya perilaku sehat. Diharapkan

semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka kejadian anemia dapat berkurang.

Berdasarkan umur responden

kebanyakan mempunyai umur antara 40 –

50 tahun. Berdasarkan beberapa

penjelasan di atas jelasnya bahwa hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Besral, dkk (2007), bahwa kejadian anemia pada usila di Kota Bandung adalah 47,7%. Separuh dari responden (49%) mempunyai kebiasaaan selalu minum teh tiap hari (40%—58%). Usila yang selalu minum teh tiap hari mempunyai risiko untuk anemia 92 kali lebih tinggi (8—221) dibandingkan usila yang tidak pernah minum teh setelah dikontrol dengan variabel konsumsi lauk dan konsumsi pauk. Apabila kebiasaan minum teh setiap hari dapat dikurangi maka kejadian anemia pada usila dapat diturunkan sebesar 85%, dari 47,7% menjadi 7,3%. Kejadian anemia dapat

diturunkan dengan cara mengurangi

kebiasaan minum teh atau meningkatkan

(10)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 10 kondisi gizi serta keuangan usila, maka

perubahan kebiasaan minum teh

merupakan pilihan yang paling bijak untuk menurunkan kejadian anemia.

Berdasarkan hasil penelitian tentang cara mengkonsumsi teh pada responden

diketahui bahwa sebagian besar

mempunyai kategori konsumsi teh sedang yaitu sebanyak 52 responden (73,2%). Berdasarkan hasil penelitian tentang kadar haemoglobin pada pengkonsumsi teh di

Kecamatan Jenawi Kabupaten

Karanganyar diketahui bahwa sebanyak 32

orang (45,10%) mempunyai anemia

sedang. Berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh nilai x2 = 13,585 dan p value = 0,035 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar Hb. Di mana semakin berat konsumsi teh, maka anemia yang diderita pada kategori berat,

demikian juga pada kategori konsumsi sedang distribusi terbesar pada anemia kategori sedang. Tanin yang terdapat dalam teh dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, sehingga sulit diserap

tubuh, yang pada akhirnya dapat

menyebabkan anemia. Teh diketahui

menghambat penyerapan zat besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme iron). Hurrell RF, Reddy M, dan Cook JD, 1999 8 melaporkan bahwa teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersama-sama. Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan minum teh (Gibson, 1999). Dilaporkan juga bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung pada status konsumsi zat besi dan karakteristik individu

Simpulan

1. Konsumsi teh para pengkonsumsi

teh pada kategori sedang sebanyak 73,2%

2. Kadar haemoglobin pada

pengkonsumsi teh di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar diketahui bahwa yang mempunyai kadar Hb pada kategori anemia sedang sebanyak 45,1%.

(11)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 11 3. Ada hubungan antara konsumsi teh

dengan kadar haemoglobin para

pengkonsumsi teh dibuktikan dengan X2

hitung (13,585) > X2 tabel (11,070) dan p value = 0,035 < 0,05.

(12)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 12 DAFTAR PUSTAKA

Astarnd, PO and Rodahl. 1986. Tex book of Work Physiology, Physiological Bases of Exercise Third Edition. New York : Mc. Graw Hill Book Campany.

Barger, R.A.1982. Applied Exercise Physiology. Philadelphia : Lea & Fibiger.

Besral, Lia Meilianingsih, Junaiti Saliar. 2007. Pengaruh Minum The terhadap Kejadian Anemia pada Usila di Kota Bandung. MAKARA, Kesehatan, Vol. 11, No. 1. Juni 2007. Costill, D.L.1998. Fractional Utilization if the Aerobic Capacity During Distance Running. Dalam Medicine and Science in Sport.

Delia. 2003. http://www.geocities.ws.uky2k2003/anemia.html. Diakses tanggal 27 Januari 2008.

D.N. Baron.1990. Kapita Selekta Patologi Dalam Praktek. Bandung : Alumni

Depkes RI. 2000. Program Perbaikan Gizi Menuju Indonesia Sehat 2010. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Ganda Soebrata.1995. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

Giam, CK dan Teh K.C. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Terjemahan Hartono Satmoko. Jakarta : Binarupa Aksara

Gibson, Invancevich, Donelly, 1999, Organisasi (Perilaku, Struktur dan Proses) Terjemahan Agus Dharma, Jakarta: Erlangga.

Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Kosasih, E.N. 1994. Hematodologi Dalam Praktek. Bandung : Alumni

Mary E. Beck. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Poppy Kumaila, dkk.1996.Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Buku Saku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, Sukitjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sastroadmadjo, 2001, Anemia, Suara Merdeka, 14 September 2008.

(13)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012 13 Suharsimi, Arikunto. 2006. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

V.O, Wiharmoko P.2004. Perbedaan Kadar Haemoglobin Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Latihan Aerobik pada Siswa Putri Kelas 1 SMU Virgo Filadelis Bawen. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

Gambar

Tabel silang antara konsumsi teh dengan kadar Hb di Kecamatan Jenawi

Referensi

Dokumen terkait