• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menganalisis yang dimiliki setiap individu akan membawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menganalisis yang dimiliki setiap individu akan membawa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan menganalisis yang dimiliki setiap individu akan membawa perubahan dalam pola pikir peserta didiknya sebagai pemecahan masalah-masalah materi yang diberikan oleh guru. Kemampuan menganalisis juga sangat penting dalam pembelajaran karena melalui analisis dapat memecahkan sebuah masalah dan makna pembelajaran tersebut terutama analisis mengenai mata pelajaran sejarah sehingga siswa mampu menjelaskan, membedakan, berpendapat maupun menyimpulkan.

Kuswana (2012:115) menyatakan bahwa “menganalisis adalah memecah materi menjadi bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan”. Dari pengertian di atas menganalisis berarti pemecahan masalah-masalah materi yang perlu dianalisis sehingga siswa akan mudah memahaminya.

Kurangnya analisis dan pengetahuan yang luas siswa mengenai pembelajaran sejarah membawa dampak bagi hasil yang dimiliki siswa. Ketidaktahuan siswa mengenai sejarah seperti kurangnya apresiasi siswa mengenai peringatan hari-hari pahlawan serta minimnya pengetahuan siswa dalam pembelajaran sejarah yang tidak mengetahui hal-hal penting contohnya saja seperti kapan diperingatinya hari lahirnya pancasila ada sebagian siswa yang tahu dan ada yang tidak tahu.

(2)

Kebanyakan para siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran sejarah itu sangat membosankan dan tidak menarik karena belajar masa lalu atau lampau sehingga peserta didik tersebut kurangnya wawasan mengenai sejarah. Itulah yang menyebabkan peserta didik jadi malas mengikuti pembelajaran sejarah, kurangnya antusias atau berpartisipasi dalam pembelajaran sejarah.

Dalam proses pembelajaran peserta didik turut aktif berinteraksi dengan sumber belajar yang dirancang oleh guru agar kemampuan analisis yang dimiliki peserta didik lebih maksimal dalam menjelaskan, membedakan, berpendapat maupun menyimpulkan materi yang diberikan oleh guru. Pada dasarnya fungsi pembelajaran sebagai stimulus (perangsang) untuk terjadi proses belajar. Dalam proses belajar dan pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin agar peserta didik tidak jenuh dan bosan.

Kurniawan (2011:26) menyatakan bahwa “pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri peserta belajara (siswa atau mahasiswa)”. Dari pengertian di atas maka melihat proses pembelajaran sejarah di kelas antara guru dengan peserta didiknya yang saling berinteraksi satu sama lain namun, cenderung proses pembelajaran tersebut kebanyakan siswa yang kurang aktif. Jadi kemampuan analisisnya pun kurang maksimal mengenai materi tersebut. Sehingga perlu adanya peningkatan kemampuan menjelaskan, membedakan, berpendapat maupun menyimpulkan dalam proses pembelajaran maupun dari segi model dengan melihat karakteristik siswa yang berbeda-beda.

Proses pembelajaran harus adanya strategi dan model yang tepat agar peserta didik mampu menganalisis mengenai materi yang diberikan oleh guru serta hasil evaluasinya pun maksimal. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan

(3)

suatu model pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik agar sesuai.

Pentingnya pembelajaran sejarah maka perlu adanya rancangan pembelajaran yang menarik bagi peserta didiknya. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran sejarah agar terlihat tingkat keberhasilan siswa dengan model-model pembelajaran yang digunakan. Dalam proses pembelajaran sebaiknya model yang digunakan bervariasi agar tidak terjadi kejenuhan kepada peserta didiknya. Sehingga siswapun menjadi aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran dari sini lah siswa akan mampu menganalisis materi sejarah yang telah diberikan oleh gurunya.

Hanafiah dan Suhana (2012:41) menyatakan bahwa “model pembelajaran adalah salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adatif maupun generatif”. Dari pengertian di atas maka model pembelajaran yang digunakan pada setiap guru pasti memiliki tingkat keberhasilan yang dimiliki setiap model jadi seberapa tingkat kemampuan analisis siswa menangkap dan pemecahan materi yang diberikan oleh guru. Jadi, keberhasilan pembelajaran sejarah dilihat dari analisis, penguasaan materi serta prestasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sejarah. Semakin tinggi analisis dan penguasaan materi peserta didik maka semakin tinggi juga tingkat keberhasilannya. Keberhasilan peserta didik dilihat dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang dimaksud terdapat tiga unsur antara lain inteks, kompleksitas dan daya dukung. Inteks dapat diartikan tingkat kemapuan rata-rata peserta didik, kompleksitas dapat diartikan kesulitan yang bersifat kompleks dalam materi pembelajaran sejarah sedangkan daya dukung

(4)

berarti fasilitas (sarana dan prasana) yang dimiliki oleh sekolah untuk berlangsungnya proses pembelajaran.

Sebagai langkah awal dalam penelitian ini maka pra survei dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016 waktu 08.00 sampai dengan selesai, hasil pra survei tentang kemampuan menganalisis materi sejarah di SMA Negeri I Seputih Banyak dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Data hasil survei nilai ulangan harian semester ganjil mata pelajaran sejarah siswa kelas X IPS I SMA Negeri I Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2016/2017

No Interval Nilai Kriteria Jumlah Siswa Persentase

1 ≥73 Mampu Menganalisis 12 18% 2 <73 Belum Mampu Menganalisis 18 82% Jumlah 30 100 Sumber : Daftar nilai ulangan harian semester ganjil mata pelajaran sejarah

siswa kelas X IPS I SMA Negeri I Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kemampuan analisis siswa semester ganjil SMA Negeri I Seputih Banyak terdapat 18 siswa dari jumlah 30 siswa yang belum mampu menganalisis dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran tersebut menggunakan standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 73. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan analisis siswa belum tercapai dengan baik karena masih ada sekitar 18 siswa yang belum bisa mencapai KKM dari jumlah siswa yaitu 30 siswa.

Tingkat keberhasilan kemampuan menganalisis materi sejarah siswa kelas X IPS I di SMA Negeri I Seputih Banyak dapat dilihat dari diagram berikut ini:

(5)

Gambar.1 Diagram kemampuan menganalisis materi sejarah

Keterangan Mampu Menganalisis

Belum Mampu Menganalisis

Dari hasil survei di atas, kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran sejarah ternyata masih kurang, minimnya pengetahuan siswa mengenai mata pelajaran sejarah tidak dapat dipungkiri karena hasil ulangan harian yang diperoleh melalui persentase 82% belum mampu menganalisis dan 18% mampu menganalisis dari jumlah 30 siswa. Kesukaran yang dimiliki siswa untuk pembelajaran sejarah dapat dilihat dari kemampuan analisis yang diterima dan diukur dari kemampuan siswa untuk menganalisis sejarah seberapa jauh materi yang dapat dipahaminya dan dapat diukur dari KKM yang telah ditentukan serta dapat dilihat dari diagram di atas.

Tidak hanya di lihat dari nilai ulangan hariannya di semester ganjil saja namun, peneliti juga melihat proses pembelajaran yang dilaksanakan pada saat itu. Sebelum masuk ke materi guru memberikan apersepsi, minimnya ketidaktahuan siswa saat guru memberi pertanyaan yang berkaitan dengan

18%

(6)

materi. Contohnya saja perbedaan dari historiografi dengan geografi namun, siswa di sini belum mampu menganalisis dan minimnya ketidaktahuan siswa.

Dari masalah di atas, maka perlunya peningkatan dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan model penemuan konsep yang melibatkan siswa aktif dalam proses belajar tidak hanya aktif saja siswa akan menjadi senang karena terlibat langsung dalam proses pembelajaran ini serta ketidaktahuan siswa yang belum tahu menjadi tahu. Model penemuan konsep ini pembelajarannya akan lebih mudah menganalisis peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya dan mengarah kekognitifnya (mampu menjelaskan, membedakan, berpendapat maupun menyimpulkan). Dengan menggunakan model penemuan konsep ini perlu adanya peningkatan dalam analisis siswa mengenai pembelajaran sejarah agar kemampuan analisisnya lebih maksimal.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dari hasil survei di SMA Negeri I Seputih Banyak maka hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa siswa kelas X SMA Negeri I Seputih Banyak tahun pelajaran 2016/2017 yang belum mampu menganalisis pembelajaran sejarahnya.

Dari uraian di atas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh dengan penggunaan model penemuan konsep terhadap kemampuan menganalisis materi sejarah siswa kelas X SMA Negeri I Seputih Banyak semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

(7)

Dari rumusan masalah tersebut, maka penulis mengangkat judul sebagai berikut: “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PENEMUAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS MATERI SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI I SEPUTIH BANYAK SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: “untuk mengetahui pengaruh penggunaan model penemuan konsep terhadap kemampuan menganalisis materi sejarah siswa kelas X SMA Negeri I Seputih Banyak semester genap tahun pelajaran 2016/2017”.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan peneliti ini antara lain:

1. Bagi guru, menambah wawasan dan pengetahuan yang luas terhadap pembelajaran serta menerapkan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa mengenai pembelajaran sejarah melalui model penemuan konsep.

2. Bagi siswa, dengan mengunakan model penemuan konsep ini siswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan analisis siswa, aktif serta dapat mengkonsep materi mengenai pembelajaran sejarah yang telah diberikan oleh guru sehingga hasilnya yang dicapai bisa maksimal. 3. Bagi sekolah, untuk mengembangkan dan meningkatkan proses

pembelajaran terutama dalam kemampuan menganalisis materi sejarah untuk dapat menggunakan model penemuan konsep ini.

(8)

4. Masukan untuk peneliti khususnya yang menggunakan model penemuan konsep dapat mengetahui seberapa besar pengaruhnya dengan model tersebut dan tingkat keberhasilannya, tidak hanya itu saja siswa jadi senang belajar sejarah.

5. Bagi pembaca, sebagai acuan atau pedoman agar termotivasi dengan model penemuan konsep dan model-model pembelajaran yang lainnya yang telah ada.

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 1. Asumsi Penelitian

Asumsi adalah gambaran dasar, pendapat, perkiraan dan kesimpulan yang dimiliki oleh peneliti untuk penelitiannnya. Arikunto (2006:65) menyatakan bahwa:

Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik dengan demikian keputusan tentang masalah merupakan asumsi bagi seorang peneliti sebelum dikukuhkan hasil penelitian.

Jadi, asumsi ini kebenaran suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri lagi dengan variabel-variabel yang digunakan.

Berangkat dari asumsi di atas, maka asumsi yang dikemukakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah model penemuan konsep, siswa diharapkan dapat memberi contoh-contoh yang berkaitan dengan materi yang diberikan sehingga siswapun mampu menganalisis atau memecahakan masala-masalah yang ada.

Proses pembelajarannya dengan cara siswa diberi masalah mengenai materi sejarah setalah itu siswa disuruh melabelinya dengan

(9)

kata “YA” dan “TIDAK” bila sudah dilabeli siswapun harus memberikan alasan, dengan model ini lah siswa mampu mengkonsep dan memberi contoh.

Penulis memberikan asumsi bahwa penggunaan model penemuan konsep dapat diukur dengan teknik eksperimen. Penggunaan model penemuan konsep belum digunakan di SMA Negeri I Seputih Banyak, karena belum dipergunakan maka peserta didik diberikan pre-test dan

post-test. Selanjutnya dilakukan pensekoran untuk mengetahui hasil

analisis sejarah siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri I Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian di SMA Negeri I Seputih Banyak ini maka peneliti hanya membatasi pada hal-hal tertentu sebagai berikut:

a. Penelitian ini hanya menggunakan populasi siswa kelas X IPS SMA Negeri I Seputih Banyak semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

b. Kemampuan menganalisis materi sejarah di kelas X IPS SMA Negeri I Seputih Banyak semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup peneliti mencangkup semua apa yang dijadikan bahan atau permasalahan yang ada pada peneliti. Dari permasalahan di atas maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

(10)

1. Objek penelitian

a. Penggunaan model penemuan konsep ( X) b. Kemampuan menganalisis materi sejarah (Y) 2. Subjek penelitian siswa kelas X IPS

3. Sifat penelitian kuantitatif eksperimen

4. Materi yang digunakan tentang manusia purba Indonesia dan dunia 5. Tempat penelitian di SMA Negeri I Seputih Banyak

Gambar

Tabel  1.  Data  hasil  survei  nilai  ulangan  harian    semester  ganjil  mata  pelajaran  sejarah  siswa  kelas  X  IPS  I  SMA  Negeri  I  Seputih  Banyak Tahun Pelajaran 2016/2017

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis kuesioner kepada responden berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel mengenai keputusan pembelian kemasan makanan jajanan kaki

a) Persepsi, merupakan hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan proses pemaknaan. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden atau 88,9% menyatakan sangat setuju bahwa distribusi atau penjualan yang mereka berikan sangat

Dimana pencairan kearah bawah lebih cepat oleh produksi tofografi daerah rendah “diamict” supraglacial pada prosese sedimentasi ulang secara umum diakibatkan oleh aliran

studi pustaka tentang keseiamatan bangunan yang disertai dengan studi kasus yang diuraikan secara terstruktur dan berisi analisa permasaiahan gedung bioskop yang dikaitkan dengan

Juanda, Gambir, Jakarta Menu Spesial : Gulai Kepala Kakap - Indonesian... Batu Tulis

1. Dengan ini menyatakan bersedia menjadi calon Gubernur/Wakil Gubernur *) secara berpasangan dengan calon Gubernur/Wakil Gubernur *) atas nama ………... dari perseorangan dalam

Dalam makalah ini akan dibuat suatu sistem yang mampu memberikan rekomendasi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang ada dengan melakukan implementasi algoritma text similarity