• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN ASAM AMINO PADA TEMPE GUDE (Cajanus cajan (L.) Millps. )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN ASAM AMINO PADA TEMPE GUDE (Cajanus cajan (L.) Millps. )"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN ASAM AMINO PADA TEMPE GUDE

(Cajanus cajan (L.) Millps. )

Yuni Sine1 dan Endang S. Soetarto2 Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada1

Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 5528, Indonesia1 Email: Yuni_sine@yahoo.com1

Abstrak

Tempe adalah makanan tradisional terfermentasi dengan kualitas gizi tinggi, yang pada umumnya dengan bahan dasar kedelai dan melibatkan aktivitas kapang Rhizopus oligosporus. Mengingat keterbatasan ketersediaan kedelai di Indonesia, maka perlu eksplorasi bahan dasar alternatif untuk pembuatan tempe. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan kandungan asam amino pada tempe biji gude (Cajanus cajan (L.) Millsp) hasil fermentasi kapang Rhizopus sp. Penelitian diawali dengan ekstrak tempe biji gude hasil fermentasi kapang Rhizopus sp dan ekstrak biji gude sebagai sampel, kemudian dianalisis dengan metode HPLC. fermentasi tempe biji gude terjadi peningkatan konsentrasi asam amino: glutamate (103,71%), dan penurunan methionin (35,88%), tyrosin (1, 65%) dan alanin (15, 99%,)

Kata kunci: Tempe, Asam Amino, Cajanus cajan (L.) Millsp.

Pendahuluan

Tempe adalah makanan fermentasi tradisional yang dibuat melalui aktivitas mikrobia (jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae) dengan melepaskan berbagai enzim untuk memfermentasi kedelai (Nakajima et al., 2005); tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedelai (Glycine soja). Kedelai saat ini sangat tergantung pada import karena tidak selalu tumbuh di berbagai pulau di Indonesia. Beberapa jenis biji-bijian mempunyai potensi sebagai substrat alternatif untuk pembuatan tempe atau tahu. Salah satunya adalah biji gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) banyak tumbuh dan cukup melimpah.

Biji gude pada umumnya toleran terhadap kekeringan, polong tidak mudah pecah dan sesuai untuk berbagai jenis tanah, sehingga tanaman gude telah dikembangkan di daerah-daerah kering dan tandus. Komposisi biji gude dalam 100 gram biji yaitu 20.7 gr protein; 1,4 gr lemak dan 62.0 gr karbohidrat, air 12.2 gr (Taylor, 2005 dan Haliza, 2007). Biji gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) memiliki kadar lemak yang lebih rendah serta memiliki kandungan vitamin B cukup tinggi, dengan komposisi

(2)

dikembangkan menjadi bahan dasar alternatif fermentasi tempe. Secara biokimia, tempe mempunyai ciri spesifik, yaitu mengandung asam amino tertentu (isoleusin, leusin, lisin triptofan dan metionin) (Purawisastra et al.,1993), Asam-asam amino dapat memberikan karakteristik flavor yang berbeda, hal ini tentunya sesuai dengan sifat asam amino masing-masing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kandungan asam amino pada tempe biji gude hasil fermentasi kapang Rhizopus sp. Mengingat keterbatasan kedelai di Indonesia, maka biji gude dapat dimanfaatkan sebagai substrat alternatif untuk pembuatan tempe.

Metode

Biji gude disiapkan sebagai subtrat bagi kapang untuk difermentasi menjadi tempe, sebagian keping biji gude langsung dianalisis kandungan asam aminonya. Biji gude dan tempe biji gude masing-masing dihaluskan, kemudian ditimbang sebanyak 60 mg ditambahkan dengan 4 ml HCL 6N dipanaskan selama 24 jam dengan suhu 110°C. Didinginkan sampai suhu kamar, selanjutnya dinetralkan (pH 7) dengan NaOH 6N selanjutnya masing-masing sampel biji gude dan tempe biji gude ditambah aquabides sampai volume 10ml, dan disaring dengan kerta saring whatman 0,2 µm. Sampel biji gude dan tempe biji gude masing-masing diambil 50µl ditambah larutan OPA (Orthophaladehid) sebanyak 300µl diaduk selama 5 menit selanjutnya dimasukkan ke injector High Performance Liquid Chromatography (HPLC) sebanyak 20µl. Kemudian hasil yang diperoleh di buat kurva strandar dengan regresi linear untuk setiap jenis asam amino pada masing-masing sampel.

Hasil dan Pembahasan

Biji gude adalah spesies biji-bijian yang berasal dari India. Yang toleran terhadap kekeringan dan memiliki kandungan gizi yang cukup baik (Taylor, 2005 dan Haliza, 2008). Pembuatan tempe biji gude dilakukan melaui beberapa tahapan penting yaitu penyortiran biji biji gude sebagai substrat, hidrasi biji biji gude, perebusan, inokulasi kapang (usar tempe) pada substrat dan kemudian difermentasi selama 48 jam. Setelah fermentasi dilakukan analisis asam amino untuk mengetahui perubahan

(3)

Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non-esensial dapat diproduksi dalam tubuh (Sitompul 2004). Asam amino esensial terdiri dari lysin, methionin, valin, histidin, fenilalanin, arginin, isoleusin, threonin, leusin, dan triptofan. Asam amino non-esensial terdiri dari asam aspartat, asam glutamat, alanin, tirosin, sistin, glisin, serin, prolin, hidroksilin, glutamin, dan hidroksiprolin (Abun 2006).

Biji gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) merupakan salah satu sumber substrat yang baik bagi mikrobia (kapang Rhizopus sp), sehingga pada saat fermentasi kapang mampu menghasilkan enzim protease yang dapat memecah protein menjadi asam amino, sehingga selama proses fermentasi tempe biji gude, asam amino bebas akan mengalami peningkatan.

Tabel 1. Komposisi Asam amino pada Biji Gude dan Tempe Gude Jenis Asam

Amino

Biji Gude Tempe Gude

Waktu retensi (menit) Konsentrasi (mg/L) Jumlah (%) bahan Waktu retensi (menit) Konsentrasi (mg/L) Jumlah (%) asam amino Asam aspartat 2.593 81.31661881 1.355209 2.619 126.082089 2.101263 Asam glutamat 5.883 126.0103492 2.100067 5.189 256.7008617 4.278134 Serin 11.840 46.7674932 0.779419 11.924 63.49664348 1.058224 Histidin 13.308 39.58480913 0.659714 13.353 52.4025974 0.873333 Glisin 15.751 34.43013968 0.573807 15.780 43.24121326 0.720651 Threonin 16.520 34.88631523 0.58141 16.569 44.29086794 0.738144 Arginin 17.882 57.45291068 0.957501 17.940 79.50691219 1.325049 Alanin 20.016 76.03518212 1.26719 19.490 63.87820778 1.064584 Tirosin 22.230 60.643484 1.010674 22.361 59.63838822 0.993923 Methionin 26.345 20.5467998 0.34243 26.460 13.17478523 0.219569 Valin 27.612 38.36815793 0.639437 27.687 41.4938149 0.691529 Phenilalanin 28.932 56.9810494 0.949637 29.006 93.52957608 1.558748 Isoleusin 30.537 33.39531591 0.556561 30.623 35.60365084 0.593365 Leusin 31.356 69.78219688 1.162978 31.356 83.97463752 1.399507 Lisin 40.979 64.04989007 1.067445 40.979 88.48046677 1.474601 Total 14.00348 19.09062

(4)

Berdasarkan hasil analisis asam amino, kedua sampel yaitu biji gude dan tempe biji gude memiliki 15 jenis asam amino dengan kandungan yang bervariasi, terdiri dari asam amino essensial dan asam amino non essensial. Jika dibandingkan dengan tempe kedelai terdapat 18 jenis asam amino (Purawisastra et al., 1993). Asam amino prolin, sistein dan triptofan tidak terdektesi pada sampel biji gude maupun tempe biji gude. Sedangkan ketiga jenis asam amino tersebut terdeteksi pada tempe kedelai (Purawisastra et al., 1993). Terjadi peningkatan konsentrasi pada beberapa jenis asam amino pada tempe gude jika dibandingkan dengan biji gude (Tabel 1). Beberapa asam amino memiliki konsentrasi yang tinggi seperti pada asam glutamat, asam aspartat, phenilalanin, lisin, leusin, dan arginin (Tabel 1), sedangkan asam amino dengan konsentrasi yang sedang terdapat pada alanin, serin, tirosin, histidin, threonin, glisin, dan valin.

Konsentrasi yang kecil pada isoleusin dan methionin (Tabel 1). Terjadi penurunan kandungan asam amino dari biji gude ketika difermentasi menjadi tempe pada asam amino alanin sebesar 15, 99%, tirosin sebesar 1,65%, dan methionin sebesar 35,88%. Sedangkan terjadi kenaikan kandungan asam amino pada asam aspartat sebesar 55,05%, Asam glutamate 103,71%, Serin 35,78%, Histidin 32,39%, Glisin 25,60%, Threonin sebesar 26,95, arginin sebesar 38,39%, valin sebesar 8,15%, Phenilalanin sebesar 64,14%, isoleusin sebesar 6,61%, leusin sebesar 20,33%, dan lisin sebesar 38,14%.

Hal ini disebabkan karena selama fermentasi tempe berlangsung, Kapang yang tumbuh pada biji gude menghasilkan enzim-enzim yang mampu mengubah protein menjadi asam amino sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh (Adam, 2009). semakin besar produksi enzim oleh kapang, semakin tinggi proses pemecahan protein menjadi komponen lebih sederhana yaitu peptida dan asam amino. Enzim protease menghidrolisis rantai peptida protein menjadi peptida sederhana dan asam amino, sehingga mengubah orientasi molekul protein secara keseluruhan, yaitu rantai samping hidrofobik, non polar ditata ke permukaan dalam dan rantai samping hidrofilik polar berada pada bagian luar untuk meningkatkan kelarutannya dalam air sebagai pelarut polar (Hasseltine and Wang 1972). Kapang yang tumbuh pada

(5)

(Adam, 2009). Walaupun terjadi penurunan pada beberapa jenis asam amino, namun avaibilitas gizi asam amino pada tempe lebih mudah tercerna dibandingkan pada biji gude karena melalui proses fermentasi terjadi hidrolisis protein.

Asam amino juga dapat diubah menjadi komponen sel atau asam amino lain. Selama fermentasi terjadi perubahan kandungan asam-asam amino; sehingga terjadi kenaikan asam amino pada tempe biji gude (Tabel 1). Asam-asam amino terutama asam glutamate merupakan prekursor flavor savory non volatile yang memberikan kontribusi rasa gurih. Rasa gurih juga karena asam-asam amino hidrofobik lainnya seperti phenilalanin, tirosin, leusin, isoleusin dan valin (Yong and wood 1974). Asam-amino ini memberikan kontribusi rasa gurih karena kadarnya yang cukup tinggi.

Asam-asam amino dapat memberikan karakteristik flavor yang berbeda, hal ini tentunya sesuai dengan sifat asam amino masing-masing. Jenis asam amino asam yakni asam aspartat dan asam glutamat jika dalam jumlah yang tinggi akan dominan memberikan rasa asam karena memiliki gugus karboksilat, demikian pula rasa pahit dapat disumbangkan oleh arginin, lisin dan prolin atau oleh adannya asam amino netral dan mempunyai gugus alkil besar, asam amino yang mempunyai gugus alkil besar dan kecil atau dua asam amino aromatik dalam jumlah dominan (Arrai et al., 1987). Sedangkan rasa manis menurut Lane and Nurstein (1983) disumbangkan oleh asam amino glisin, alanin, prolin, lisin, valin, alanin, threonin, serin dan asam glutamat serta gula-gula glukosa, fruktosa, ribosa (Nakata et al. 1995) yang berasal dari perubahan karbohidrat menjadi monosakarida oleh enzim amilase.

Kesimpulan

Kandungan asam amino pada tempe gude mengalami peningkatan pada beberapa jenis asam amino, sedangkan Kadar asam amino alanin, tirosin dan methionin mengalami penurunan. Walaupun terjadi penurunan pada beberapa jenis asam amino, namun avaibilitas gizi asam amino pada tempe lebih mudah tercerna dibandingkan pada biji gude karena melalui proses fermentasi terjadi hidrolisis protein menjadi senyawa lebih sederhana yaitu dipeptida hingga asam aminonya.

(6)

Daftar Pustaka

Abun. 2006. Protein dan Asam Amino Pada Unggas. Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi Ternak Unggas dan Monogastrik. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran. Adam. 2009. Tempe dan Proses Pembuatannya. http://www.ad4msan.com//Diakses

pada tanggal 21 april 2015.

Arrai S., Yamashita M., Noguchi M. dan Fujimaki. 1987. Taste of L-glutamyl

oligopeptides in relation to their chromatographic properties.

Agric.Biol.Chem 37 (1). 151-156.

Haliza, W., Purwani, Endang Y., dan Thahir, R. 2007. Pemanfaatan Biji-Bijian Lokal

Sebagai Substitusi Bahan Baku Tempe dan Tahu. Buletin teknologi pascapanen

pertanian vol. 3 2007. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

Hasseltine,C.W. and H.L. Wang. 1972. Fermented Soybean Food Products, dalam

Soybean. Chemistry and Technolog. Vol 1. 300-419. Avi Publishing Co.

Westport.Comn.

Lane, MJ and Nurstein, HE. 1983. The variety of odors produced in Maillard model

systems and how they are influenced by reaction conditions, in Maillard Reaction and Food and Nutrition. ACS symp. series, 215, 141–158.

Nakata T., Takhashi M., Nakatani M., Kuramitsu R., Tamura M. and Okai H. 1995.

Role of basic and acidic fragments in delicious peptides (Lys-Gly-Asp-Glu-Glu-Ser-Leu-Ala) and taste behavior of sodium and potassium salts in acidic oligopeptides. Biosci Biotech Biochem 59 (4) 689-693.

Nakajima, N., Nozaki, N., Ishihara, K., Ishikawa, A., Tsuji, H. 2005. Analysis of

Isoflavon Content in Tempeh, a Fermentation Soybean, and Preparation of a New Isoflavone-Enriched Tempeh. Journal of bioscience and bioengineering.

Vol.100, no 6.685-687.

Purawisastra, S; Slamet Dewi S; dan Soetrisno Uken S S. 1993. Perubahan kandungan

protein dan komposisis asam amino kedelai pada waktu pembuatan tempe dan tahu. Peneliti Gizi Makanan. Article.php.pdf. Diakses pada senin, 14 april

2015.

Sitompul S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil kedelai. Buletin Teknik Pertanian. 9(1): 33-37.

Taylor, L. 2005. Tropical Plant Database: GUANDU (Cajanus cajan). www.raintree.com/guandu.htm. Diakses pada Senin, 14 april 2015.

Yong, FM and Wood, BJB. 1974. Microbiology and Biochemistry of Soy Sauce

Gambar

Tabel 1.  Komposisi Asam amino pada Biji Gude dan Tempe Gude  Jenis Asam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh di lapangan, terdapat dua dampak positif dan satu dampak negatif yang ditimbulkan dari perkawinan endogami ( Siala

Bagi siswa SMA kelas X, penjurusan merupakan hal yang harus mereka alami ketika akan beranjak ke kelas XI. Inilah tahap yang sangat strategis karena memilih

Dua jenis neraca laboratorium masing-masing memiliki kepekaannya sendiri untuk mengukur massa suatu zat yang digunakan dalam percobaan ini. Berilah nama setiap jenis

Survei yang dilakukan untuk evaluasi struktur perkerasan meliputi data primer yaitu survei Inventarisasi Jalan, Survei LHR (lalu lintas harian rata-rata), Survei

Dengan berfungsinya sekolah melakukan program learning organization maka seluruh pihak disekolah dapat mengembangkan dan mempersiapkan diri secara terus menerus dalam

GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN. TAHUN ANGGARAN

Hasil penelitian adalahl peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang

Secara singkat, masalah-masalah yang sering muncul sehubungan dengan perkembangan remaja pada aspek kognitif adalah bersikap negatif terhadap guru mata pelajaran,