• Tidak ada hasil yang ditemukan

- 8 - BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "- 8 - BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran umum kondisi daerah memberikan gambaran sejauh mana keberhasilan pembangunan di Kota Madiun dan mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian keberhasilan pembangunan. Adapun Indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang utama meliputi aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, dan aspek pelayanan umum, lebih lanjut analisis dari masing-masing aspek dimaksud sebagaimana uraian berikut.

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

Secara geografis, Kota Madiun terletak pada koordinat 1110 BT – 1120

BT dan 70 LS – 80 LS, berada pada daratan dengan ketinggian 63 hingga 67

meter dari permukaan laut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air laut terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan air laut terletak di sebelah selatan. Rentang temperatur udara antara 2000C hingga 3500C. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2014 di Kota Madiun antara 229 mm sampai 413 mm. Rata-rata curah hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan awal tahun dan akhir tahun, sedangkan rata-rata curah hujan rendah terjadi pada pertengahan tahun. Kota Madiun berada di tengah-tengah Kabupaten Madiun, sehingga wilayahnya berbatasan langsung dengan beberapa kecamatan di Kabupaten Madiun dan Magetan, diantaranya:

1. perbatasan sebelah utara : Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun, 2. perbatasan sebelah selatan : Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, 3. perbatasan sebelah timur : Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, dan 4. perbatasan sebelah barat : Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun dan

(2)

Sumber: madiunkota.go.id

Gambar 2. 1.

Peta Administratif Kota Madiun

Kota Madiun mempunyai luas wilayah sebesar 33,23 km2 yang terbagi

dalam 3 (tiga) kecamatan, yaitu meliputi Kecamatan Manguharjo dengan luas 10,04 km2, Kecamatan Taman dengan luas 12,46 km2 dan Kecamatan

Kartoharjo dengan luas 10,73 km2. Masing-masing kecamatan di Kota Madiun terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan, sehingga terdapat 27 Kelurahan.

Sementara itu, dari aspek demografi, berdasarkan hasil registrasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, jumlah penduduk Kota Madiun sampai dengan akhir Tahun 2013 sebanyak 207.381 jiwa, tersebar di tiga kecamatan diantaranya Kecamatan Kartoharjo 57.090 jiwa, Kecamatan Manguharjo 62.086 jiwa, dan Kecamatan Taman 88.205 jiwa. Rincian jumlah penduduk Kota Madiun per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 1.

Jumlah Penduduk Kota Madiun per Kecamatan Tahun 2009 s/d 2013

No. Kecamatan Tahun/Jiwa

2009 2010 2011 2012 2013

1 Kartoharjo 54.071 54.473 55.332 55.970 57.090 2 Manguharjo 55.412 49.682 60.804 60.712 62.086 3 Taman 79.532 80.031 85.951 86.575 88.205 Total 189.015 184.186 202.087 203.257 207.381 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, Tahun 2014

(3)

Sementara itu, menurut tingkat pendidikan sampai dengan akhir Tahun 2013 menunjukkan bahwa penduduk terbesar Kota Madiun merupakan tamat SLTA, yaitu sebesar 70.230 jiwa. Tabel berikut juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kota Madiun yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari SLTA lebih sedikit, diantaranya :

a. tamat D-I/II 531 jiwa; b. tamat D-III 5.591 jiwa; c. tamat S-1 18.699 jiwa; d. tamat S-2 1.104 jiwa, dan e. tamat S-3 17 jiwa.

Secara lengkap, jumlah penduduk Kota Madiun menurut tingkat pendidikan tahun 2009 s/d 2013 dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. 2.

Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 s/d 2013

Uraian 2009 2010 2011 Tahun 2012 Sept’2013

Penduduk Berdasarkan Pendidikan : a. Belum Sekolah; b. Tidak Tamat SD; c. Tamat SD; d. Tamat SLTP; e. Tamat SLTA; f. Tamat D-I/II; g. Tamat D-III; h. Tamat S-1; i. Tamat S-2; j. Tamat S-3. 28.374 11.700 32.589 27.704 64.772 406 5.015 17.437 1.001 17 29.836 12.303 34.268 29.131 68.170 427 5.273 18.336 1.053 19 30.321 12.503 34.825 29.605 69.317 434 5.359 18.634 1.070 19 29.751 15.062 33.571 29.660 69.515 438 5.447 18.731 1.067 15 30.394 16.588 33.683 29.937 70.230 531 5.591 18.699 1.104 17 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, Tahun 2014

Sedangkan jumlah penduduk Kota Madiun sampai dengan akhir tahun 2013 menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 3.

Jumlah Penduduk Kota Madiun Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2009 s/d 2013

Uraian 2009 2010 2011 Tahun 2012 Sept’2013

Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan : a. Belum/Tidak b. PRT c. Pelajar/Mahasiswa d. Pensiunan e. PNS f. TNI g. POLRI h. Jasa i. Karyawan j. Buruh k. Wiraswasta l. Lain-lain 39.495 31.864 32.575 6.424 7.327 1.772 973 6.692 37.513 4.388 19.347 644 41.530 33.524 44.253 6.755 7.712 1.863 1.023 7.041 39.458 4.617 20.362 678 42.231 34.069 34.810 6.865 7.848 1.895 1.040 7.155 40.100 4.692 20.693 689 39.935 34.131 37.768 6.692 7.709 1.901 1.040 8.918 40.920 4.900 18.753 590 39.525 34.560 40.077 6.655 7.708 1.938 1.062 7.723 41.871 5.054 20.039 562 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, Tahun 2014

(4)

Menurut jenis pekerjaan, selama Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013, komposisi penduduk terbesar adalah penduduk yang belum/tidak bekerja. Namun tahun pada tahun-tahun berikutnya posisi terbesar diduduki oleh penduduk dengan pekerjaan sebagai karyawan. Hal ini membuktikan bahwa penduduk Kota Madiun lambat laun memiliki SDM yang cukup memadai unuk masuk ke dalam bursa pasar tenaga kerja.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pembangunan ekonomi Kota Madiun terus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya total PDRB setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Madiun pada Tahun 2009 s/d 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 4.

Pertumbuhan PDRB Kota Madiun Tahun 2009 s/d 2013

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan PDRB (Rp) Pertumbuhan (%)

2013 7.327.602,22 2.640.372,65 8,07 2012 6.419.845,13 2.443.200,18 7,79 2011 5.689.253,62 2.266.725,63 7,18 2010 4.996.338,32 2.114.843,99 6,93 2009 4.380.550,11 1.977.780,63 6,06 Sumber: BPS Kota Madiun, Tahun 2014

PDRB Kota Madiun terus mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Terlihat dari nilai PDRB pada Tahun 2009 atas dasar harga berlaku sebesar 4,38 triliun rupiah dan terus meningkat hingga mencapai 7,33 triliun rupiah pada Tahun 2013. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai PDRB Kota Madiun naik sebesar 12,39 persen, dimana Tahun 2012 PDRB Kota Madiun sebesar 6,42 triliun rupiah. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang yang terjadi di Tahun 2013 dan naiknya nilai produksi di beberapa sektor ekonomi diantaranya sektor perdagangan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor industri.

Sejalan dengan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan juga terus mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Tahun 2009 sebesar 1,98 triliun rupiah terus meningkat menjadi 2,44 triliun rupiah Tahun 2012. Tahun 2013 kembali meningkat menjadi 2,64 triliun rupiah atau meningkat sebesar 8,07 persen.

(5)

Di sisi lain, perkembangan pendapatan per kapita penduduk Kota Madiun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada Tahun 2009 pendapatan perkapita Kota Madiun sebesar Rp.25,71 Juta meningkat pada Tahun 2010 menjadi Rp.29,22 Juta. Dan peningkatan tersebut terjadi sampai Pada tahun 2012 dimana pendapatan perkapita Kota Madiun mencapai Rp.37,25 Juta meningkat dari Tahun 2011 yang sebesar Rp.33,09 Juta.

Tabel 2. 5.

Perkembangan Beberapa Agregat dan PDRB PerKapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Madiun Tahun 2009 s/d 2013 (Rp. Juta)

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013*

1 PDRB 4.380.550,11 4.996.338,32 5.689.253,62 6.419.845,13 7.327.602,22

2 Penyusutan 163.908,68 182.355,91 202.879,30 225.712,51 251.115,50

3 PDRN 4.216.641,43 4.813.982,41 5.486.374,32 6.194.132,62 7.076.486,71

4 Pajak Tak Langsung 100.815,14 113.401,51 127.559,23 143.484,49 161.397,95

5 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor Produksi 4.115.826,29 4.700.580,90 5.358.815,09 6.050.648,13 6.915.088,76 6 PDRB Per Kapita 25,71 29,22 33,09 37,25 42,09 7 PDRN Per Kapita 24,15 27,49 31,17 35,11 39,72 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 170.406 170.694 171.929 172.351 174.114

Sumber: BPS Kota Madiun, Tahun 2014 ( 2013* : Angka Sementara )

Sementara itu, pendapatan perkapita yang dilihat dari PDRB ADHK lebih rendah dari pendapatan perkapita berdasarkan atas PDRB ADHB. Tren yang terjadi selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2009 pendapatan perkapita Kota Madiun sebesar Rp.11,61 Juta, meningkat pada Tahun 2010 menjadi Rp.12,37 Juta. Peningkatan pendapatan perkapita tersebut juga terjadi pada tahun-tahun selanjutnya, dimana pada Tahun 2011 meningkat mencapai Rp.13,18 Juta dan pada Tahun 2012 mencapai Rp.14,18 Juta.

Tabel 2. 6.

Perkembangan Beberapa Agregat dan PDRB PerKapita Atas Dasar Harga Konstan Kota Madiun Tahun 2009 s/d 2013 (Rp. Juta)

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013*

1 PDRB 1.977.780,63 2.114.843,99 2.266.725,63 2.443.200,18 2.640.372,65

2 Penyusutan 78.967,79 83.857,61 89.050,21 94.564,35 100.419,93

3 PDRN 1.898.812,84 2.030.986,38 2.177.675,41 2.348.635,82 2.539.952,72

4 Pajak Tak Langsung 46.863,63 49.668,03 52.640,25 55.790,33 59.128,91

5 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor

Produksi 1.851.949,20 1.981.318,35 2.125.035,17 2.292.845,50 2.480.823,80

6 PDRB Per Kapita 11,61 12,37 13,18 14,18 15,16

7 PDRN Per Kapita 10,87 11,59 12,36 13,30 14,25

Jumlah Penduduk

Pertengahan Tahun 170.406 170.694 171.929 172.351 174.114

Sumber: BPS Kota Madiun, Tahun 2014 ( 2013* : Angka Sementara )

(6)

b. Fokus Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan masyarakat diukur dengan prosentase tahapan keluarga sejahtera. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu keluarga berdasarkan pemenuhan kebutuhan keluarga. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan suatu keluarga semakin tinggi pula tingkat kebutuhan keluarga yang dapat dipenuhi. Tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga dibagi ke dalam 5 kategori tahapan yaitu:

1. Keluarga Pra-sejahtera, 2. Keluarga Sejahtera I, 3. Keluarga Sejahtera II, 4. Keluarga Sejahtera III dan 5. Keluarga Sejahtera III Plus.

Seperti dapat dilihat sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 2. 7.

Total Pra KS, KS-I, KS-II, KS-III, dan KS III Plus Kota Madiun Tahun 2009 – 2013 Kategori Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Pra KS 921 755 673 503 503 KS-I 7503 8025 7759 7805 7805 KS-II 15145 15247 14996 15643 15643 KS-III 23164 23080 23047 24244 24244 KS-III Plus 2126 2219 2392 2662 2662

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun Tahun 2013

Secara umum diketahui bahwa jumlah keluarga miskin yang mencakup Pra KS dan KS-I di Kota Madiun selama tiga tahun ini mengalami penurunan. Penduduk dalam kelompok KS-I sempat mengalami peningkatan sebesar 7% di tahun 2010, akan tetapi angka tersebut kembali menurun di tahun 2011. Di tahun 2011, total jumlah keluarga Pra KS dan KS-I yakni sebesar 16,82% atau 8.432 KK. Angka ini dapat dikatakan cukup baik sebab telah memenuhi target RPJMD Kota Madiun Tahun 2009 – 2014 yang mencanangkan jumlah keluarga Pra KS dan KS-I kurang dari 20% dari jumlah penduduk Kota Madiun hingga tahun 2014 ke depan.

Pencapaian lain di Tahun 2012 adalah mayoritas penduduk Kota Madiun berada dalam kelompok KS-II dan KS-III. Di tahun tersebut, total penduduk yang tergolong KS-II mencapai 30,75% atau 15.643 Kepala Keluarga (KK), dan kelompok KS-III sebesar 46,82% atau setara dengan 24.244 Kepala Keluarga (KK). Angka tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya di mana kelompok KS-III mencapai 46,76% atau setara dengan 23.047 Kepala Keluarga (KK). Selain itu, jumlah penduduk KS-III plus juga meningkat 1,14% dibandingkan dengan tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan kesejahteraan penduduk Kota Madiun lebih baik dari tahun sebelumnya.

(7)

Selain indikator Pra-sejahtera, KS-I, KS-II, KS-III dan KS-III Plus, indikator kesejahteraan sosial juga dapat dilihat dengan persentase jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Indikator ini membandingkan jumlah masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial dengan jumlah penduduk Kota Madiun. Indikator ini juga menunjukan komitmen pemerintah Kota Madiun dalam upaya mengentaskan Kelompok masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui program-program pemberdayaan dan bantuan modal untuk usaha.

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Madiun, Tahun 2013

Gambar 2. 2.

Persentase Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial terhadap Jumlah Penduduk Kota Madiun

Tahun 2009 – 2013

Pada Tahun 2013, jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Madiun mencapai 1,12% dari total penduduk Kota Madiun. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,7% dibandingkan dengan PMKS di Tahun 2012. Dari jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang ada pada Tahun 2013, semua telah mendapat penanganan dari pemerintah Kota Madiun. Penanganan PMKS di Tahun 2013 meliputi pembinaan, pengiriman ke panti rehabilitasi sosial dan pemulangan ke tempat asal/keluarga apabila Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) tersebut berasal dari hasil sidak di jalanan. Selain itu, persentase PMKS terhadap jumlah penduduk setiap tahun memiliki tren penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah masyarakat Kota Madiun yang mengalami masalah kesejahteraan sosial menurun semenjak Tahun 2009.

2009 2010 2011 2012 2013

1,52% 1,48%

1,18% 1,19% 1,12%

Persentase Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial Terhadap

(8)

c. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Indikator-indikator pengukur kemajuan seni, budaya dan olahraga diantaranya adalah keikutsertaan dan prestasi dalam even regional dan nasional, jumlah event/kegiatan budaya, jumlah pembinaan generasi muda, dan jumlah prestasi olahraga. Keikutsertaan dan prestasi dalam event Regional dan Nasional Tahun 2013 meningkat dibandingkan Tahun 2012, yaitu 4 kali even yang diantaranya:

a. Festival Pedalangan, b. Festival Karya Tari,

c. Lomba Bina Kreatifitas SDLB dalam rangka Hari Anak Nasional dan d. Pekan Seni Pelajar yang terdiri dari 8 jenis lomba Tingkat SD/MI, 6 jenis

lomba tingkat SMP, dan 4 jenis lomba tingkat SMA.

Di sisi lain, dalam mewujudkan sasaran meningkatnya jumlah kegiatan budaya sebagai pendorong kegiatan pariwisata, Pemerintah Kota Madiun telah melaksanakan event seni budaya dalam Tahun 2013 sebanyak 8 even. Hal ini tidak berbeda dengan tahun sebelumnya yang juga hanya 8 even, diantaranya:

a. Hari Anak Nasional (HAN) Tingkat Kota Madiun, b. Grebeg maulud Nabi Muhammad Saw,

c. Geguritan Pitutur Budi Pekerti bagi guru SD dan SMP, d. Pembinaan Seniman,

e. Pentas Seni Secara Periodik,

f. Lomba Keroncong dan Campursari Tingkat Kota, g. Pentas Dalang Kecil, dan

h. Pagelaran Wayang Kulit.

Indikator ini menunjukkan jumlah even seni dan budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah secara tahunan. Semakin banyak even wisata, seni dan budaya mengindikasikan semakin meningkatnya kehidupan budaya dan pariwisata di Kota Madiun, sekaligus menunjukkan kemampuan penyediaan kesempatan berkreatifitas di urusan seni budaya.

Sementara itu, pembinaan generasi muda di Kota Madiun pada Tahun Anggaran 2013 telah dilaksanakan dalam 6 (enam) kegiatan. Perkembangan prestasi olahraga pelajar pada Tahun 2013 di Tingkat Nasional belum ada, sedangkan prestasi olahraga pelajar untuk Tingkat Nasional dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Kota Madiun memperoleh sejumlah 5 medali yang diantaranya berupa medali emas dan perak.

(9)

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

Secara lebih spesifik, aspek pelayanan umum akan dijabarkan dalam fokus layanan urusan wajib dan pilihan sebagai berikut.

1. URUSAN PENDIDIKAN

Perkembangan penyelenggaraan urusan pendidikan di Kota Madiun pada Tahun 2013 dapat dilihat dari sasaran dan indikator kinerja berikut:

a) Sasaran Peningkatan Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Non formal pada Tahun 2013 mencapai 25,25% atau mengalami peningkatan sebesar 1,76 poin apabila dibandingkan dengan APK PAUD Non Formal Tahun 2012 yang sebesar 23,49%. Untuk APK TK atau PAUD Formal mencapai 70.65% pada Tahun 2013, hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 0.51 poin apabila dibandingkan dengan Tahun 2012 yang sebesar 70,14%. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya anak-anak usia 0 sampai dengan 6 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yaitu lembaga PAUD baik yang diselenggarakan pada jalur formal maupun nonformal. Hal ini juga menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yaitu jenjang pendidikan dasar.

Pada jenjang SD/MI capaian APK pada Tahun 2013 adalah 112,09% menurun 3,01 poin dari capaian Tahun 2012 yaitu 115,10%. Menurunnya capaian Tahun 2013 disebabkan berkurangnya jumlah siswa jenjang pendidikan dasar secara keseluruhan dari 21.596 siswa pada tahun 2012 menjadi 21.502 siswa dan disisi lain jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun pada Tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 19.182 orang dari jumlah penduduk pada Tahun 2012 yaitu 18.762 orang. Namun demikian capaian APK tetap di atas 100% yang artinya semua penduduk usia sekolah dasar di Kota Madiun telah mendapatkan pelayanan pendidikan dasar capaian di atas 100% ini disebabkan antara lain oleh:

(10)

1. makin meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dasar dengan adanya program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun dengan tersedianya dana BOS dari Pemerintah Pusat dan dana Penyelenggaraan Sekolah Dasar dari APBD Pemerintah Kota Madiun; dan

2. terdapat siswa dari luar Kota Madiun yang bersekolah di Kota Madiun.

Untuk capaian APK SMP/MTs/Paket B pada Tahun 2013 adalah

101.41% menurun 13.58 poin dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 sebesar 114.99%. Hal ini disebabkan oleh adanya

peningkatan jumlah penduduk usia 13 – 15 tahun dari 9.487 orang menjadi 10.063 sedangkan jumlah siswa jenjang SMP Tahun 2013 lebih sedikit yaitu 10.205 siswa dibandingkan Tahun 2012 sejumlah 10.909 siswa. Namun demikian realisasi capaian APK ini di atas 100%. yang menunjukkan bahwa penduduk Kota Madiun usia SMP sudah terlayani pendidikan semua. Tercapainya APK di atas 100% tersebut selain didukung adanya program BOS dari dana APBN juga adanya program Penyelenggaraan SMP dari dana APBD Pemerintah Kota Madiun.

Indikator kinerja APK Sekolah Menengah Atas yang meliputi SMA/MA/SMK pada Tahun 2013 capaiannya adalah 162,78% menurun sebesar 10,97 poin dibanding capaian Tahun 2012 sebesar 173,75%. Menurunnya capaian Tahun 2013 disebabkan karena adanya penambahan jumlah penduduk usia 16 – 18, yang cukup banyak jika dibandingkan dengan penambahan jumlah siswa jenjang menengah. Namun demikian realisasi ini melampaui target yang ditetapkan yaitu 132%. Capaian APK yang melampaui target ini disebabkan oleh

beberapa faktor seperti terdapat anak di bawah dan di atas usia 16 – 18 tahun yang bersekolah di jenjang Sekolah Menengah dan

terdapat penduduk dari luar Kota Madiun yang bersekolah di Kota Madiun terutama pada jenjang SMK. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Madiun masih menjadi rujukan pendidikan menengah bagi kabupaten di sekitarnya.

(11)

Untuk realisasi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A capaiannya adalah 103,19% menurun 1,93 poin dibanding capaian Tahun 2012 yang sebesar 105,12%. Namun demikian realisasi ini masih melampaui target yang ditetapkan yaitu 100%. Realisasi APM di atas 100% menunjukkan bahwa banyak anak yang bersekolah di jenjang pendidikan dasar sudah tepat usia. Hal ini juga disebabkan antara lain semakin meningkatnya pelayanan akses pendidikan anak usia dini baik PAUD formal ataupun PAUD Nonformal sehingga anak-anak yang berusia di bawah 7 Tahun mengenyam pendidikan terlebih dulu di jenjang pendidikan anak usia dini.

Untuk Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B realisasi Tahun 2013 adalah 93,52% menurun 1,03 poin dibanding capaian Tahun 2012 yang sebesar 94,55%. Hal ini disebabkan peningkatan jumlah penduduk usia 13 tahun sampai dengan 15 tahun lebih banyak jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah siswa. Untuk jumlah penduduk Tahun 2013 menjadi 10,063 dari Tahun 2012 yang sebesar 9.487 siswa, sedangkan disisi lain peningkatan jumlah siswa hanya sedikit. Realisasi APM di bawah 100% menunjukkan bahwa masih terdapat penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah tidak sesuai dengan usianya pada jenjang SMP, yaitu ada yang masih sekolah di jenjang SD ataupun sudah ada yang sekolah di jenjang SMA/SMK contohnya anak-anak yang bersekolah di program akselarasi.

Pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK mengalami

penurunan dari 128,20% Tahun 2012 menjadi 102,48% pada Tahun 2013 namun tetap melampaui target yang ditetapkan sebesar

100%. Penurunan ini disebabkan karena secara keseluruhan jumlah siswa pendidikan menengah atas berkurang namun demikian justru mendekati capaian ideal yaitu 100% yang artinya penduduk bersekolah sudah sesuai dengan usia sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah. Capaian di atas 100% disebabkan adanya penduduk luar Kota Madiun yang bersekolah di Kota Madiun.

(12)

Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar (APS) digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah dasar yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Untuk usia Sekolah Dasar yaitu 7-12 Tahun capaian pada Tahun 2013 adalah 109.27% menurun 4 poin dari capaian Tahun 2012 yang sebesar 113.27%. Penurunan capaian ini disebabkan ada penurunan pada jumlah siswa, namun demikian tetap melampaui target yang ditetapkan yaitu 100%. Capaian di atas 100% menunjukkan bahwa penduduk dengan usia sekolah dasar atau 7-12 tahun sudah tertampung semua pada sekolah jenjang pendidikan dasar baik SD ataupun SMP.

Untuk APS usia sekolah menengah pertama yaitu 13-15 tahun pada Tahun 2013 realisasinya sebesar 106,76% menurun dibanding dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 135,61%. Namun demikian capaian tersebut masih di atas 100% yang menunjukkan bahwa sudah semua penduduk usia sekolah menengah pertama atau 13-15 tahun bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan baik jenjang SD, SMP dan SMA/SMK. Secara umum APS ini menunjukkan bahwa semua anak usia sekolah pendidikan dasar di Kota Madiun telah mendapatkan akses layanan pendidikan di berbagai jenjang pendidikan baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs ataupun SMA/SMK dan capaian yang melebihi 100% dikarenakan ada siswa pada usia sekolah pendidikan dasar yang berasal dari luar Kota Madiun.

Angka Partisipasi Sekolah pendidikan menengah Tahun 2013

mencapai 114,19% menurun 21,42 poin jika dibanding capaian Tahun 2012 yang sebesar 135,61%. Namun capaiannya masih di atas

100% yang menunjukkan bahwa semua penduduk usia 16 – 18 tahun sudah terlayani akses pendidikan di berbagai jenjang sekolah baik SD, SMP ataupun SMA dan SMK. Capaian yang melebihi 100% dikarenakan ada siswa pada usia sekolah pendidikan menengah yang berasal dari luar Kota Madiun.

Angka rasio siswa SMK dibanding SMA adalah 60:40 sama dengan capaian Tahun 2012 atau masih belum memenuhi target RPJMD yaitu 70:30. Hal ini disebabkan kurangnya minat penduduk Kota Madiun untuk bersekolah di jenjang SMK dan lebih berminat untuk sekolah di SMA dan penduduk luar kota cenderung ke SMK dan juga pada Tahun 2013 penduduk luar Kota Madiun yang sekolah di SMK berkurang sehingga mempengaruhi jumlah siswa SMK yang cukup signifikan.

(13)

b) Sasaran Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

Indikator kinerja prosentase guru, kepala sekolah dan pengawas bersertifikat capaiannya pada Tahun 2013 sebesar 70,70% mengalami peningkatan sebesar 4,70 poin dibanding capaian pada Tahun 2012 yang sebesar 66%. Kenaikan ini disebabkan karena setiap tahunnya ada tambahan guru yang lulus uji Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dan mendapatkan sertifikasi pendidik. Pagu sertifikasi pendidik setiap tahunnya tergantung pada kuota yang diberikan oleh Pemerintah Pusat. Pemenuhan sertifikasi bagi guru sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.

Angka Melek Huruf Usia 15 tahun ke atas sampai dengan 59 tahun, sesuai dengan indikator dari Kementrian Pendidikan Nasional

dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2013 sudah mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Madiun usia 15 tahun ke atas sampai dengan usia 59 tahun semua bisa membaca.

Indikator Angka Pendidikan Dasar yang ditamatkan adalah untuk mengetahui berapa besar penduduk yang telah mengenyam pendidikan pada jenjang pendidikan dasar. Capaian Tahun 2013 adalah 30,68% turun 0,43 poin jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 31,11%. Sedangkan untuk capaian Angka Pendidikan

Menengah yang ditamatkan Tahun 2012 sebesar 34,20% dan Tahun 2013 turun menjadi 33,95%. Penurunan ini lebih disebabkan

karena adanya kenaikan jumlah penduduk yang signifikan pada Tahun 2013 yaitu dari 203.257 jiwa pada Tahun 2012 menjadi 207.381

jiwa pada Tahun 2013, sedangkan jumlah penduduk yang tamat

pendidikan dasar meningkat menjadi 63.636 jiwa dibanding Tahun 2012 yang sebesar 63.231 jiwa, dan untuk yang tamat

pendidikan menengah meningkat menjadi 70.414 jiwa Tahun 2013 dari Tahun 2012 yang sebesar 69.515 jiwa.

Angka kelulusan (AL) SD/MI pada Tahun 2013 sudah mencapai 100% sama dengan capaian Tahun 2012. Untuk Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs capaiannya pada Tahun 2013 adalah 99,88% mengalami penurunan dibandingkan capaian Tahun 2012 yang sebesar 99,97%. Untuk tahun 2012 peserta yang lulus ujian nasional sebanyak 3.246 siswa dari 3247 siswa peserta Ujian Nasional. 1 (satu) siswa dinyatakan tidak lulus dikarenakan nilai akhirnya tidak memenuhi persyaratan kelulusan yaitu siswa SMP Terbuka. Untuk Tahun 2013 dari peserta sebanyak 3525 siswa yang tidak lulus sebanyak 8 orang dengan rincian siswa SMPN 8 sebanyak 1 orang, siswa SMPN 10 sebanyak 1 orang dan siswa SMP Terbuka sebanyak 6 orang.

(14)

Sedangkan untuk Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA capaian Tahun 2013 adalah 100% dengan jumlah peserta Ujian nasional sebanyak 4.823 siswa, capaian ini sama dengan capaian Tahun 2012.

Angka Melanjutkan (AM) menunjukkan persentase jumlah lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk Capaian Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SLTP sampai dengan Tahun 2013 sudah melewati target RPJMD yang sebesar 100%. Capaian Tahun 2013 sebesar 102,46% menurun dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 111,54%. Namun capaiannya tetap di atas 100% dan capaian di atas 100% karena adanya siswa SD/MI yang berasal dari penduduk luar Kota Madiun. Angka Melanjutkan (AM) dari SLTP ke SLTA sampai dengan Tahun 2013 juga sudah melampaui target RPJMD yang sebesar 100% yaitu Tahun 2013 sebesar 145,18% menurun dari capaian Tahun 2012 yang sebesar 163,28%. Capaian di atas 100% karena adanya siswa SLTP yang melanjutkan ke jenjang SMA/SMK berasal dari penduduk luar Kota Madiun.

Indikator kinerja akreditasi sekolah yang merupakan proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan pada satuan pendidikan. Capaian Tahun 2013 mencapai 97% meningkat dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 95,37%. Namun demikian capaian ini belum sesuai dengan target RPJMD yang sebesar 100% disebabkan karena adanya penambahan lembaga sekolah swasta pada baik pada jenjang TK, SD, SMP ataupun SMK pada Tahun 2011, Tahun 2012, dan Tahun 2013. Sesuai dengan salah satu persyaratan untuk akreditasi sekolah bahwa sekolah yang baru berdiri bisa diakreditasi setelah meluluskan

siswanya. Sekolah baru tersebut terdapat pada jenjang Taman Kanak-kanak sebanyak 3 lembaga, SD sebanyak 1 lembaga, SMP

sebanyak 1 lembaga, SLB sebanyak 1 lembaga dan SMK sebanyak 3 lembaga. Untuk semua satuan pendidikan dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah yang lama sudah melaksanakan akreditasi. Penetapan kuota lembaga yang diakreditasi setiap tahun ditentukan oleh Badan Akreditasi Provinsi Jawa Timur dengan masa akreditasi 5 (lima) tahun sekali.

(15)

Sarana Prasarana Sekolah memenuhi Standar Nasional Pendidikan sampai dengan Tahun 2013 sudah mencapai 75% mengalami peningkatan 5 poin jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 70%. Peningkatan ini disebabkan karena adanya penambahan anggaran untuk kegiatan rehabilitasi bangunan, pengembangan sarana dan prasarana serta peningkatan mutu di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan pembiayaan yang bersumber dari dana APBN (DAK), APBD Provinsi dan APBD Pemerintah Kota Madiun. Penyediaan sarana pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan merupakan persyaratan bagi terselengaranya layanan pendidikan yang mendidik sesuai dengan prinsip pembelajaran berpusat pada peserta didik, teori pembelajaran konstruktif dan holistik, serta proses pembelajaran kontekstual. Penyediaan sarana belajar yang mendidik diperlukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam pembelajaran yang produktif. Kebijakan penyediaan sarana belajar yang mendidik mencakup pengadaan dan rehabilitasi ruang belajar, buku pembelajaran, laboratorium, perpustakaan, dan sarana multimedia yang diperlukan untuk membantu peserta didik dan pendidikan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran yang produktif dan efektif.

Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV sampai dengan Tahun 2013 mencapai 95% atau sebanyak 3741 guru dari jumlah

keseluruhan sebanyak 3.931 guru baik PNS ataupun Non PNS. Capaian ini meningkat sebanyak 3,62% jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 91,38%. Capaian Tahun 2013 ini sudah mencapai target RPJMD yang sebesar 95%. Sebagai suatu profesi maka kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan dalam menyelenggarakan layanan pendidikan terus ditingkatkan sesuai dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu guru terus didorong untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan yang linear dengan mata pelajaran yang diampunya.

Indikator kinerja Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia pendidikan dasar adalah untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini juga bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan jenjang perdidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan. Capaiannya adalah 38 yang berarti 1 (satu) lembaga pada jenjang pendidikan dasar menampung 38 siswa. Ini menunjukkan bahwa sekolah jenjang pendidikan dasar yang ada di Kota Madiun sudah sangat mencukupi.

(16)

Rasio guru terhadap murid pendidikan dasar capaian sampai dengan Tahun 2013 adalah 1 : 13 orang artinya satu orang guru

menangani 13 siswa. Capaian ini sesuai target RPJMD yang sebesar 1 : 13 yang mengindikasikan bahwa ketersediaan tenaga pengajar pada

jenjang pendidikan dasar di Kota Madiun sudah cukup bahkan di atas standar nasional karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru menyebutkan bahwa untuk SD dan SMP rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya adalah 1 guru berbanding 20 peserta didik.

Sedangkan rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata sampai dengan Tahun 2013 mencapai 2 orang artinya 2 orang guru menangani 1 kelas/rombel sudah sesuai dengan target RPJMD. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Namun demikian dengan adanya regulasi baru untuk capaian ini sudah menunjukkan rasio yang melebihi standar nasional yang ditentukan karena sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama Nomor : 05/X/PB/2011 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil bahwa rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya untuk jenjang pendidikan dasar 1 guru mengampu minimal 20 peserta didik/kelas.

Untuk peserta Ujian Nasional yang memiliki nilai rata-rata 6,00 pada semua jenjang sampai dengan Tahun 2013 sudah terpenuhi.

Untuk jenjang Sekolah Dasar rata-rata nilai ujian nasional pada Tahun 2013 adalah 7,40. dan capaian Tahun 2012 adalah 7,97. Untuk

jenjang SMP nilai rata-rata Ujian Nasional pada Tahun 2013 adalah 6,47. dan capaian Tahun 2012 adalah 8,17, menurun namun masih di atas rata-rata 6.00. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah pada SMA capaian tahun 2013 untuk program IPA sebesar 7,41 dan program IPS sebesar 7,03. mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2012 yaitu 8,41 untuk program IPA dan 8,02 untuk program IPS. Untuk SMK capaian Tahun 2013 adalah sebesar 6,95. menurun dari capaian pada Tahun 2012 yang sebesar 8,23.

Indikator kinerja Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk

usia pendidikan menengah capaiannya pada Tahun 2013 adalah 48 artinya 1 lembaga menampung 48 orang (per 10.000 penduduk usia

pendidikan menengah). Ini menunjukkan bahwa jumlah lembaga sekolah menengah yang ada di Kota Madiun mampu bahkan berlebih dalam menampung semua penduduk usia pendidikan menengah untuk bersekolah.

(17)

Rasio guru terhadap murid pendidikan menengah capaian pada Tahun 2013 adalah 10 orang dengan kata lain sudah memenuhi target RPJMD yang sebesar 1 : 13. Rasio ini mengindikasikan bahwa ketersediaan tenaga pengajar pada jenjang pendidikan menengah di Kota Madiun sudah mencukupi bahkan berlebih karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru menyebutkan bahwa jenjang SMA rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya adalah 20 peserta didik : 1 guru, dan SMK 15 peserta didik : 1 guru.

Kondisi sekolah pendidikan dasar kondisi bangunan baik capaian pada Tahun 2013 adalah sebesar 95% meningkat 2% jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 93%. Peningkatan ini didukung oleh meningkatnya anggaran untuk kegiatan rehabilitasi bangunan pada jenjang SD dan SMP baik dana yang bersumber dari APBN ataupun APBD. Dilihat dari jumlah ruang kelas SD dan SMP Negeri dan Swasta yang kondisi baik sebanyak 1146 dari jumlah total 1204. Sisanya sebanyak 58 rusak berat, sedang dan ringan dengan status milik dan bukan milik. Sedangkan untuk Sekolah pendidikan menengah kondisi baik sampai dengan Tahun 2013 mencapai 97% atau 554 ruang dari jumlah keseluruhan sebanyak 569 ruang. Capaian ini meningkat 1% jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 96%.

Tingkat buta aksara di atas usia 44 Tahun 2013 mencapai 0%, artinya sudah sesuai dengan target RPJMD. Capaian ini didukung dengan adanya program Pemberantasan buta huruf dengan metode Keaksaraan Fungsional (KF).

Untuk angka putus sekolah pendidikan dasar capaian Tahun 2013 adalah 0% mengalami penurunan jika dibanding dengan

capaian Tahun 2012 yang masih sebesar 0,0031% atau sebanyak 1 siswa.

Sedangkan angka putus sekolah pendidikan menengah capaian Tahun 2013 adalah sebesar 0,22% atau sebanyak 35 siswa mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 0,24% atau sebanyak 38 anak dengan berbagai alasan seperti bekerja mambantu orang tua, menikah ataupun mengundurkan diri.

Memiliki sekolah RSBI di setiap jenjang pendidikan untuk Tahun 2013 adalah tidak ada atau nol karena sesuai dengan regulasi

pemerintah yaitu Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 017/MPK/SE/2013 tentang Kebijakan Transisi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang menetapkan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional kembali menjadi sekolah reguler.

(18)

Untuk rasio buku terhadap siswa capaian Tahun 2013 yaitu 1 : 1, artinya satu buku untuk satu siswa sama dengan capaian Tahun 2012 dan sudah sesuai dengan standar pendidikan nasional.

Untuk prosentase guru berpendidikan S1 capaian Tahun 2013 adalah 95% meningkat sebanyak 3,62% jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2012 yang sebesar 91,38%. Peningkatan ini disebabkan karena tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

c) Sasaran Penguatan Tata Kelola dan Pencitraan Publik

Perkembangan pendidikan pada sasaran ketiga yaitu Penguatan tata kelola dan pencitraan publik dapat dilihat dari empat indikator kinerjanya. Indikator pertama yaitu Pangkalan data dan informasi pendidikan berbasis web capaiannya sampai dengan Tahun 2013 sudah mencapai 100% sesuai dengan target RPJMD. Pangkalan data dan informasi pendidikan merupakan pengembangan sistem dan teknologi informasi terpadu yang memuat seluruh data pendidikan dan menyediakan berbagai informasi pendidikan Tingkat Kota yang dapat dipergunakan untuk mendukung pengambilan kebijakan pendidikan bagi para pemangku kepentingan dan peyelenggara pendidikan secara tepat, transparan, akuntabel dan efisien.

Tahun 2013 semua pendataan sudah berbasis internet dan terkoneksi dengan Pusat Data dan Statistik Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional dimana semua bantuan blockgrant, BOS, Bantuan Siswa Miskin dan sertifikasi guru datanya bersumber pada Data pokok pendidikan. Data Pokok Pendidikan menjadi satu-satunya basis data bagi Kementrian Pendidikan Nasional dalam menentukan jumlah penerima dana BOS. Oleh karena itu keakuratan dan ketepatan data dari sekolah merupakan suatu keharusan dan harus diupdate terus menerus. Semua sekolah mulai jenjang SD, SMP dan SMA/SMK baik negeri ataupun swasta di Kota Madiun sudah berbasis web dan terkoneksi dengan server Kementrian Pendidikan Nasional.

Indikator Sekolah semua jenjang melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sampai dengan Tahun 2013 sudah mencapai 100% sesuai dengan target RPJMD. Pelaksanaan MBS di sekolah merupakan salah satu persyaratan untuk menjadi sekolah standar nasional. Penerapan MBS pada lembaga sekolah mulai SD, SMP dan SMA/SMK harus memiliki perencanaan yang dintaranya terdiri dari :

(19)

1. Sekolah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan;

2. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dan

3. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah.

RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/kota (untuk sekolah negeri) atau yayasan (untuk sekolah swasta). Untuk Kota Madiun semua sekolah sudah memiliki dokumen RKS, RKAS dan EOS.

Indikator kinerja Komite sekolah berfungsi capaiannya sampai dengan Tahun 2013 sudah 100% sesuai dengan target RPJMD. Capaian ini dapat dilihat dari peran serta Komite Sekolah dalam mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagai lembaga mandiri mempunyai peran dalam ikut serta meningkatkan mutu pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan berfungsi semakin baik sesuai dengan Perraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 Tahun 2002 tentang Dewan pendidikan dan Komite sekolah. Salah satu peran aktif Komite dapat dilihat dari keikutsertaan dalam penyusunan RKAS sekolah. Peran serta komite sekolah harus selalu ditingkatkan mengingat dinamisnya perkembangan dunia pendidikan dan munculnya regulasi-regulasi baru di dunia pendidikan.

Indikator Dewan Pendidikan Kota berfungsi dengan baik capaiannya adalah Baik sesuai dengan target RPJMD. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Madiun yang melibatkan dan bersinergi dengan Dewan Pendidikan seperti kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru dan workshop komite sekolah yang dilaksanakan juga oleh Dewan Pendidikan.

(20)

2. URUSAN KESEHATAN

Perkembangan sasaran penyelenggaraan urusan kesehatan di Kota Madiun pada lima tahun terakhir dapat dilihat dari indikator kinerja sasaran sebagaimana berikut.

a) Meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH)

Pada Tahun 2013 UHH Kota Madiun mencapai 71,36 atau meningkat dari Tahun 2012 yaitu 71,29. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Kota Madiun semakin meningkat, yang berarti pemerintah Kota Madiun telah berhasil meningkatkan pemenuhan distribusi dan ketersedian fasilitas kesehatan. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup bersih dan sehat, juga dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

b) Meningkatnya Kualitas Penanganan KIBBLA (Kesehatan Ibu, Balita dan Bayi Baru Lahir)

Angka kematian ibu (AKI) melahirkan pada Tahun 2013 mengalami penurunan 1,01 poin per 100.000 kelahiran hidup, yaitu sebesar 73,99 pada tahun 2012 menjadi 72,91 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2013. Berdasarkan data tersebut, Kota Madiun telah mencapai target Millenium Development Goal’s (MDG’s) ke-5, yaitu menurunkan angka kematian ibu hingga 102 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015.

Tabel 2. 8.

Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan

No Uraian 2012 2013

1. Ibu Hamil 2.974 3.017

2. Ibu Bersalin 2.838 2.880

3. Kematian Ibu Bersalin 2 2

4. Angka Kematian (per 100.000 LH) 73,99 70,50 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Sampai Tahun 2013, jumlah kematian ibu di Kota Madiun sebanyak 2 orang, dengan penyebab kematian yang hampir sama dengan Tahun 2012. Penyebab yang memicu kematian ibu tersebut dikarenakan usia ibu hamil yang lebih dari 40 tahun dan obesitas dimana 2 hal tersebut merupakan faktor risiko kehamilan yang menyebabkan kematian. Selain itu, diperlukan kerjasama lintas sektor utamanya dalam hal penyuluhan KB untuk mencegah terjadinya unmeet need (kehamilan yang tidak diinginkan) dan PUS 4T (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Banyak dan Terlalu Sering).

(21)

Tabel 2. 9.

Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB)

No Uraian 2012 2013

1. Bayi Lahir Hidup 2.703 2.837

2. Bayi Mati 34 24

3. Angka Kematian (per 1.000 LH) 12,58 8,46 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Angka kematian bayi pada Tahun 2013 sebesar 8,46 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun 3 (tiga) penyebab terbanyak kematian bayi tersebut adalah kelainan bawaan (33,33%); Asfiksia (25%) dan berat badan lahir rendah (BBLR) (20,8%). Jika dibandingkan antara AKB Tahun 2013 dengan target MDG’s (23 per 1000 kelahiran hidup), angka kematian bayi di Kota Madiun masih dibawah angka yang ditargetkan MDG’s.

Tabel 2. 10.

Perkembangan Status Gizi Balita Di Kota Madiun

No Uraian 2012 % 2013 %

1. Balita Yang ditimbang 9.625 86,00 11.268 83,99 2. Balita BB Naik 5.267 63,12 8.867 78,69

3. Balita BGM 245 2,94 78 0,69

4. Balita Gizi Buruk 26 0,23 23 0,20

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Prosentase balita yang ditimbang pada Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 4,85%, hal ini karena makin tingginya partisipasi masyarakat Kota Madiun untuk menimbangi balita diposyandu serta adanya kerjasama dengan HIMPAUDI untuk pemantauan status gizi anak balita melalui penimbangan tiap bulan di PAUD. Jumlah balita Bawah Garis Merah (BGM) dan balita gizi buruk juga mengalami penurunan. Hal ini karena pola asuh orang tua yang lebih memperhatikan makanan anak sehari-hari serta adanya bantuan pemberian makanan tambahan dari Pemerintah Kota Madiun.

Tabel 2. 11.

Perkembangan Persentase Cakupan Imunisasi Bayi

No Uraian 2012 2013 1. HB 0 89,66 % 98,77% 2. BCG 101,04 % 101,67% 3. POLIO 1 102,53 % 104,64% 4. DPT – HB 1 100,19 % 98,92% 5. POLIO 2 100,97 % 98,59% 6. POLIO 3 101,93 % 95,47% 7. DPT – HB 2 97,99 % 95,66% 8. DPT – HB 3 98,18 % 92,87% 9. POLIO 4 101,60 % 93,43% 10. CAMPAK 96,28 % 91,98%

(22)

Untuk menilai kelurahan sudah berhasil mencapai Universal Child Immunizatiun (UCI), maka cakupan 4 antigen sebagai indikator (BCG, DPT-HB3, POLIO 4 dan Campak) di kelurahan tersebut harus > 80%. Berdasar data tersebut sudah 100% kelurahan di Kota Madiun berstatus Kelurahan Universal Child Immunizatiun.

c) Meningkatnya Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan

Untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan di Kota Madiun, Pemerintah Kota Madiun memberikan premi asuransi bagi masyarakat miskin. Berikut perkembangan jumlah penduduk miskin Kota Madiun Tahun 2012-2013 yang memperoleh jaminan kesehatan. Pada Tahun 2013 program jamkesmasda berubah menjadi Jamkesmasta, dimana pemerintah Kota Madiun memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh penduduk Kota Madiun yang tidak memiliki jaminan kesehatan, baik yang miskin maupun tidak miskin dengan fasilitas kelas III.

Tabel 2. 12.

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin yang Memperoleh Jaminan Kesehatan No Uraian Satuan 2012 2013 1. Jamkesmas Orang 20.861 28.717 2. Jamkesda Orang 35.000 35.000 3. Jamkesmasda Orang 35.070 0 4. Jamkesmasta Orang 0 133.196

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Potensi sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kota Madiun untuk melayani penduduk Kota Madiun adalah seperti pada tabel berikut. Sarana pelayanan ini terdiri dari sarana milik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Pada jumlah apotek mengalami

penurunan dikarenakan 3 apotek berubah status menjadi klinik dan 1 apotek tutup usaha.

Tabel 2. 13.

Potensi Sarana Pelayanan Kesehatan

No Jenis Fasilitas Kesehatan 2012 2013

1. Rumah sakit pemerintah 2 2

2. Rumah sakit tentara 1 1

3. Rumah sakit swasta 3 3

4. Rumah sakit bersalin 3 3

5. Puskesmas 6 6 6. Puskesmas pembantu 18 18 7. Posyandu balita 272 270 8. Posyandu lansia 117 117 9. Klinik TNI AU 1 1 10. Balai pengobatan 7 7 11. Laboratorium Klinik 9 9 12. Apotek 67 63

13. Toko obat berijin 9 9

(23)

Survey indeks kepuasan masyarakat (IKM) yang dilakukan untuk mengetahui kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Kota Madiun, pada Tahun 2013 mencapai skor 81,68 yang berarti mengalami peningkatan dari Tahun 2012 yaitu 81,09.

Tabel 2. 14.

Perkembangan IKM Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan RSUD Kota Madiun

No Penyedia Jasa Layanan Kesehatan Th.2012 IKM Th.2013 IKM

1. RSUD Kota Madiun 78,53 80,04

2. Puskesmas Manguharjo 79,98 79,99

3. Puskesmas Banjarejo 80,51 80,55

4. Puskesmas Demangan 80,51 81,09

5. Puskesmas Patihan 78,80 78,83

6. Puskesmas Oro-oro ombo 81,11 81,77

7. Puskesmas Tawangrejo 79,14 79,14

8. Dinas Kesehatan 90,12 91,15

Rata-rata 81,09 81,68

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Rasio tenaga medis yang ditargetkan 40 per 100.000 penduduk pada Tahun 2014, pada Tahun 2013 mencapai 33,75 per 100.000 penduduk atau mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2012. Penurunan ini disebabkan oleh adanya tenaga memasuki masa pensiun dan sampai saat ini Kota Madiun belum mendapatkan alokasi untuk rekruitmen CPNS.

Tabel 2. 15.

Perkembangan Jumlah Tenaga Medis di Kota Madiun

No Uraian Satuan 2012 2013

1. Dokter Umum orang 20 20

2. Dokter Gigi orang 9 9

3. Bidan orang 42 41

Jumlah 71 70

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Berdasarkan rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, maka kecukupan tenaga kesehatan di Kota Madiun sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2. 16.

Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk di Kota Madiun

No Uraian Target per 100.000

penduduk Jumlah Rasio per 100.000 penduduk 1 Dokter Spesialis 9 5 2,46 2 Dokter Umum 30 34 16,73 3 Dokter gigi 11 10 4,92 4 Perawat 158 118 58,05 5 Bidan 75 67 32,96

(24)

d) Meningkatnya Kualitas Pencegahan, Pemberantasan Penanganan Penyakit

Pada Tahun 2013 terjadi peningkatan angka kesakitan akibat DBD, hal ini disebabkan pada awal Tahun 2013 indeks curah hujan di Kota Madiun cukup tinggi. Walaupun Indeks Curah Hujan tidak secara langsung mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk, tetapi berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Curah hujan ideal artinya air hujan tidak sampai menimbulkan banjir dan air menggenang di suatu wadah/media yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang aman dan relatif masih bersih (misalnya cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, ban bekas, atap atau talang rumah). Tersedianya air dalam media akan menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah 10 - 12 hari akan berubah menjadi nyamuk. Bila

manusia digigit oleh nyamuk dengan virus dengue maka dalam 4 - 7 hari kemudian akan timbul gejala DBD.

Tabel 2. 17.

Perkembangan Pemberantasan Penyakit Menular di Kota Madiun

No URAIAN 2012 2013 1. TB Paru a. Penderita b. Kesembuhan (thn-1) Orang % 91,37 139 95,42 166 2. DBD a. Penderita

b. Meninggal Orang Orang 47 2 110 1

3. AFP/Lumpuh Layu krg 15 th Orang 2 1

4. Penderita HIV/AIDS Orang 37 52

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Madiun Tahun 2013

Penemuan penderita HIV/AIDS mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan untuk menemukan seorang penderita HIV/AIDS harus didasarkan pada kesadaran suspect bahwa dirinya berisiko dan kesukarelaannya untuk memeriksakan diri di klinik VCT. Sehingga hal terpenting dalam penemuan penderita ini adalah peningkatan penjangkauan melalui kelompok berisiko dengan pendampingan dari kader HIV/AIDS.

Angka kesembuhan TB Paru pada Tahun 2013 sebesar 95,42% meningkat lebih baik dari Tahun 2012. Keberhasilan dalam penyembuhan penderita dipengaruhi oleh kegiatan Paguyuban TB,dimana para mantan penderita dan penderita TB berkumpul dan bersosialisasi untuk memberikan testimoni dan motivasi kepada para penderita TB baru untuk rutin minum obat. Motivasi sangat diperlukan dalam pengobatan TB, mengingat masa pengobatan TB yang cukup panjang yaitu 6-12 bulan secara terus menerus.

(25)

3. URUSAN PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Pelaksanaan Urusan Pekerjaan Umum yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Madiun selama kurun waktu Tahun 2013 dilakukan dalam rangka mencapai beberapa sasaran pemenuhan infrastruktur. Sasaran tersebut dijabarkan dalam beberapa indikator kinerja seperti meningkatnya kualitas pelayanan Transportasi dan meningkatnya kualitas pelayanan drainase dan pengendalian banjir, sanitasi dan air bersih.

a) Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Transportasi

Capaian Pemerintah Kota Madiun dalam hal menyediakan sarana jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah Kota Madiun sudah terpenuhi. Dan pencapaian ketersediaan jalan yang memudahkan masyarakat per individu melakukan perjalanan juga sudah terpenuhi.

b) Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Transportasi

 Rasio panjang jalan dengan penduduk

Data panjang jalan di Kota Madiun pada Tahun 2013 sepanjang 407.681 km dengan nilai Rasio Panjang Jalan dengan Penduduk sebesar 1.98 km/1000 penduduk.

 Rasio luas jalan dengan luas wilayah yang tersebar di seluruh bagian wilayah kota

Rasio luas jalan dengan luas wilayah di Kota Madiun Tahun 2013, sebesar 5.44%. Untuk informasi lebih rinci mengenai total panjang jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kota di Kota Madiun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 18.

Perkembangan Jalan di Kota Madiun (km)

Uraian 2012 2013

Panjang Jalan Negara 15,984 15,984

Panjang Jalan Provinsi 0,58 0,58

Panjang Jalan Kota 403,327 407.681

Panjang Jalan Total 419,891 424.245

(26)

Dalam Rangka menjaga kondisi jalan yang tetap mantap dan memadai, Pemerintah Kota Madiun telah Melaksanakan langkah-langkah pemeliharaan jalan setiap tahunnya dintaranya :

1. kondisi jalan baik dilaksanakan dengan sistem pemeliharaan rutin, 2. kondisi jalan sedang dilaksanakan dengan pemeliharaan berkala

dan

3. kondisi rusak dilaksanakan sistem pemeliharaan berkala atau dengan peningkatan jalan.

Panjang jalan kota pada Tahun 2013 adalah 407.681 km, dengan 86,83% dari total panjang jalan kota dalam kondisi baik, 12,23% dari total panjang jalan Kota Madiun berada dalam kondisi sedang, dan sisanya sebesar 0,037% dalam keadaan rusak ringan. Peningkatan kondisi jalan tersebut disebabkan karena adanya upaya pemeliharaan jalan baik yang bersifat Rutin maupun Berkala.

Tabel 2. 19. Jalan di Kota Madiun

NO TYPE

PERKERASAN

JALAN

KONDISI PANJANG RUAS

PANJANG TYPE KONDISI JALAN

(KM) JALAN TOTAL (KM)

Jalan Nasional di Kota Madiun

1 ASPAL a Baik 8.034 8.034

b Sedang 7.95 7.95

c Ringan Rusak - -

d Rusak Berat - -

TOTAL 15,984

Jalan Provinsi di Kota Madiun

1 ASPAL a Baik 0,58 0,58

b Sedang -

c Ringan Rusak -

d Rusak Berat -

TOTAL 0,58

Jalan Kotadi Kota Madiun

1 ASPAL a. Baik 353.975 405.351 b. Sedang 49.876 c. Ringan Rusak 1.5 d. Rusak Berat TANAH Rusak Ringan 2.33 2.33 TOTAL 407.681

(27)

230.308 131.233 21.804 0.0 383.345 249.747 119.888 18.309 0.0 387.944 258.327 121.388 13.534 0.0 393.249 324.710 65.738 12.879 -403.327 353.975 49.876 3.8300.0 407.681 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Panjang Jalan (Km) Tahun KONDISI JALAN KOTA DI KOTA MADIUN

((SK WALIKOTA MADIUN TAHUN 2009 = 198.850 Km) + (SK GUBERNUR = 184.495 Km) + ( PEMUTAKHIRAN DATA s/d DESEMBER 2013 = 23,216 Km) )

Kondisi Baik 230.308 249.747 258.327 324.710 353.975 Kondisi Sedang 131.233 119.888 121.388 65.738 49.876 Kondisi Rusak Ringan 21.804 18.309 13.534 12.879 3.830

Kondisi Rusak Berat 0.0 0.0 0.0 - 0.0

TOTAL PANJANG JALAN 383.345 387.944 393.249 403.327 407.681

2009 2010 2011 2012 2013

Dengan selesainya kegiatan pemeliharaan jalan, maka kegiatan penyelenggaraan jalan sekarang menjadi berubah penekanannya, jalan yang selesai dibangun ataupun setelah dilaksanakan pemeliharaan berkala pada tahun sebelumnya akan mengalami penurunan kondisi sesuai dengan bertambahnya umur sehingga dari jalan kondisi baik menjadi kondisi sedang, kondisi sedang menjadi kondisi rusak ringan, dan seterusnya.

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Madiun Tahun 2013

Gambar 2. 3.

Perkembangan Jalan Kota dalam Kondisi Baik

Sedangkan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan pada Tahun 2013 dilaksanakan pekerjaan :

1. Penambalan jalan berlubang, 2. Pengedukan Saluran,

3. Pengeprasan Bahu Jalan, 4. Pembersihan Trotoar,

5. Pembersihan semak disekitar jembatan,

6. Pemasangan trotoar keramik pada jembatan, Pengecatan Leuneng dan Kanstin.

Pemeliharaan Rutin Jembatan merupakan bagian penting dari kegiatan pembinaan jalan untuk mengurangi atau mencegah laju kerusakan jalan yang lebih besar. Konstruksi jembatan yang telah dibangun sangat diperlukan pemeliharaan rutin yang terencana, terprogram dan dilaksanakan sesuai ketentuan teknis sebagaimana mestinya agar dapat memenuhi fungsi nilai manfaat yang diharapkan.

(28)

Dari program kerja kegiatan selama ini, dimana kondisi jembatan yang mantap adalah jembatan yang dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun, yang dilaksanakan sesuai persyaratan teknis dan administrasi dengan baik dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan.

Mengacu pada peranan dan posisi pemeliharaan rutin jembatan pada saat ini dan akan datang serta berpedoman kepada pengalaman pelaksanaan pemeliharaan rutin jembatan di masa lalu, Dinas Pekerjaan Umum Kota Madiun khususnya pada bidang Bina Marga perlu mengambil langkah konkrit dalam pemantapan pemeliharaan rutin jembatan dengan melakukan evaluasi dan peningkatan kualitas terhadap kinerja kemampuan pelaksana pekerjaan dilapangan.

Diharapkan dalam kegiatan pemeliharaan rutin jembatan dapat menghasilkan kinerja jembatan yang sesuai dengan standar pelayanan minimum jembatan yang ditetapkan, dengan pemanfaatan pendanaan secara efektif dan efisien serta penggunaan tenaga, material dan peralatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabilitas.

c) Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Drainase dan Pengendalian Banjir, Sanitasi, dan Air Bersih

 Tinggi genangan yang terjadi

Pada RPJMD target kinerja yang ditetapkan sampai Tahun 2014 adalah tinggi genangan yang terjadi adalah dibawah 30 cm dengan lama genangan maksimal 2 jam. Capaian kinerja Tahun 2013 lama genangan maksimal 2 jam mengalami penurunan jika dibanding Tahun 2012 yang lama genangan mencapai 3 jam.

 Frekuensi terjadinya banjir

Pada RPJMD target kinerja yang ditetapkan sampai Tahun 2014

adalah bebas banjir. Capaian kinerja sasaran sampai dengan Tahun 2013 yaitu 1 kali dalam setahun, itupun bukan banjir besar,

melainkan genangan di beberapa tempat/wilayah, tidak di seluruh wilayah Kota Madiun.

Tabel 2. 20.

Perkembangan Saluran di Kota Madiun Tahun 2012-2013 (meter)

Tahun 2012 2013

Saluran Sekunder 59.686,00 60.151,30

Saluran Primer 14.884,00 14.884,00

Rehabilitasi Saluran Primer 235,00 664,00 Rehabilitasi Saluran Sekunder 2.270,70 4.457,00 Pembangunan Saluran

Sekunder 465,30 2.114,00

Total Saluran Primer 14.884,00 14.884,00 Total Saluran Sekunder 60.151,30 62.265,30 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Madiun Tahun 2013

(29)

Saluran eksisting pada Tahun 2012 yang digunakan untuk melayani drainase wilayah Kota Madiun adalah sepanjang 60.151,30 m. Dari total panjang tersebut, pada Tahun 2013 di rehabilitasi sepanjang 2.270,7 m berupa perbaikan dan perubahan dimensi.

Pada 2013 dibangun saluran baru sepanjang 2.114 m dimana total pembangunan dan perbaikan ini dapat mengurangi waktu genangan rata-rata dari 4 jam menjadi 3 jam. Hal ini telah memenuhi target pelayanan 2012. Diproyeksikan dengan laju pembangunan serta perbaikan infrastruktur serupa hingga 2014 maka genangan maksimum yang terjadi 2 jam sesuai dengan yang ditetapkan dalam SPM.

Sementara itu, pengukuran capaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas penataan ruang dan lingkungan hidup pada penyelenggaraan urusan tata ruang dapat dilihat dari indikator kinerja sasaran sebagaimana berikut.

Dari tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Terpasangnya dokumen/informasi/peta/Rencana tata ruang wilayah di tempat-tempat umum yang mudah di akses yang ditargetkan sebanyak 7 titik sampai dengan akhir

tahun perencanaan Tahun 2014. Sampai dengan Tahun 2013 dengan telah terpasangnya 7 peta rencana tata ruang wilayah di 6 (enam) lokasi strategis di Kota Madiun, yaitu di lokasi:

1. Alun-alun Madiun (2 titik), tepatnya disisi sebelah kanan dan kiri;

2. Kecamatan Manguharjo, tepatnya pada halaman gedung; 3. Kecamatan Taman, tepatnya pada halaman gedung; 4. Kecamatan Kartoharjo, tepatnya pada halaman gedung;

5. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun, tepatnya pada halaman gedung;

6. Gedung Graha Krida Praja,tepatnya di dekat pintu masuk lantai I

Dengan demikian, capaian indikator kinerja ini telah dapat memenuhi target sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kota Madiun 2009-2014.

(30)

b) Terkendalinya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW direpresentasikan dengan prosentase penyimpangan

pemanfaatan ruang yang ditargetkan maksimal 20% sampai

dengan akhir tahun perencanaan Tahun 2014. Sampai dengan Tahun 2013 tidak ada penyimpangan pemanfaatan ruang atau 0%

serta tidak ada ruang publik yang berubah peruntukannya (0%), sehingga pemanfaatan ruang masih terkendali dan sesuai dengan RTRW. Dengan demikian, capaian kinerja indikator ini sudah bisa

memenuhi target sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kota Madiun 2009-2014.

c) Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% luas wilayah Ruang Terbuka Hijau terdiri dari halaman sekolah,

lapangan olah raga, taman kota, makam, hutan kota, sempadan kali, sempadan rel, taman rekreasi, taman lingkungan, taman perkantoran, serta halaman rumah.

Luasan Ruang Terbuka Hijau di Kota Madiun sampai dengan Tahun 2013 baru mencapai kurang lebih 417,25 hektar atau sekitar 12,56% dari luas wilayah Kota Madiun yang mencapai

3.323 hektar. Sedangkan target RPJMD sampai dengan Tahun 2014 telah ditetapkan luasan Ruang Terbuka Hijau sebesar

lebih dari 30% luasan kota. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk indikator kinerja ini, target sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kota Madiun 2009-2014 masih belum bisa dicapai.

Yang dijadikan acuan dalam penyusunan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun Tahun 2010–2030 dalam menentukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, dimana sawah perkotaan tidak termasuk jenis RTH sehingga target yang direncanakan 30% dapat tercapai sampai dengan tahun 2030 sesuai yang termuat dalam RTRW Kota Madiun Tahun 2010-2030.

Penentuan target 30% pada RPJMD 2009-2014 dikarenakan regulasi yang digunakan dalam penentuan RTH saat itu adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dimana lahan pertanian perkotaan adalah salah satu jenis RTH sehingga Kota Madiun memiliki RTH lebih dari 30% dari luas kota.

(31)

d) Ruang Publik yang Berubah Peruntukannya

Dengan berkembangnya perumahan dan pemukiman serta perkembangan dunia usaha di Kota Madiun dikaitkan dengan perijinan pemanfaatan ruang untuk Kota Madiun disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang berlaku yaitu Perda Kota Madiun Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun tahun 2010–2030, sehingga dalam pemanfaatan ruang sesuai peruntukan ruang yang tertuang dalam perda tersebut di atas termasuk dalam hal ini tidak merubah ruang publik yang ada.

4. URUSAN PERUMAHAN

Pengukuran capaian kinerja sasaran pada penyelenggaraan urusan perumahan menggunakan indikator tingkat penyediaan sarana sanitasi, Rumah Tangga (RT) pengguna air bersih, persentase penduduk berakses air minum, Prosentase penduduk terlayani air bersih, Rumah tangga bersanitasi, Lingkungan Pemukiman Kumuh, dan Rumah Layak Huni.

a) Tingkat penyediaan sarana sanitasi

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kota perlu adanya pembangunan sanitasi lingkungan diantaranya adalah MCK. Pembangunan MCK sampai dengan Tahun 2012 telah dibangun sebanyak 64 Unit. Sedangkan peningkatan kualitas lingkungan pemukiman pada Tahun 2013 dilaksanakan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)/DAK Bidang Sanitasi dengan kegiatan Pembangunan MCK Plus di Kelurahan Pilangbango, Kelurahan Pagongangan, Kelurahan Rejomulyo dan Kelurahan Winongo.

Semua pekerjaan DAK Sub bidang Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM), dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat, mulai dari tahap Perencanaan pelaksanaan maupun pengawasannya (Dinas Pekerjaan Umum) disamping ada pendamping, meskipun ada pendamping, Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) baik dari Dinas teknis maupun Tenaga Fasilitator lapangan dari Masyarakat.

(32)

Diharapkan pasca terbangunnya MCK PLUS bangunan tersebut, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) dapat digunakan untuk mengurangi buang air sembarangan kesungai serta memelihara bangunan sehingga MCK yang sudah di bangun dapat berfungsi dengan baik dan optimal.

Indikator Kinerja Tingkat Penyediaan sarana sanitasi, pada Tahun 2013 terealisasi 94,14% atau mengalami peningkatan

sebesar 3,72 poin apabila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2012 sebesar 90,42%. Kondisi ini disebabkan karena

semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan dan adanya pembangunan jambanisasi di Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Manguharjo dan Kecamatan Taman.

b) Rumah Tangga (RT) pengguna air bersih

Indikator kinerja Rumah Tangga pengguna air bersih pada Tahun 2013 terealisasi 97,77% atau mengalami kenaikan 4,49% apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 sebesar 93,28%. Kondisi ini disebabkan karena kesadaran warga dan masyarakat untuk menggunakan air bersih meningkat dan adanya kegiatan pelaksanaan pembangunan sistem distribusi air minum (DAK) Tahun 2013.

c) Prosentase penduduk berakses air minum

Indikator kinerja penduduk berakses air minum, pada Tahun 2013 terealisasi 88,75% atau mengalami peningkatan 3,07 poin apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 sebesar 85,68%. Kondisi ini disebabkan karena semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air bersih. Disamping hal tersebut juga adanya bantuan Pemerintah Pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) sub bidang air minum pada kegiatan pengembangan sistem distribusi air minum dengan tiga (3) paket kegiatan yaitu :

1. Pembuatan Sumur Dalam;

2. Pengembangan jaringan pipa distribusi air minum diameter 75 mm;

3. Pengembangan jaringan pipa distribusi air minum diameter 100mm.

Gambar

tabel berikut.

Referensi

Dokumen terkait

BATU Kali/ UNTUK PONDASI/ rit colt rit BATU KALI/ UNTUK PONDASI BATU KALI/ UNTUK PONDASI/ RIT truck rit F.. BAHAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh varietas dan kelompok terhadap sifat agronomi tanaman gandum dengan analisis ragam peubah ganda dan mengetahui

Dari sekian banyak jenis warna dan bentuk diamond, penulis akan menggunakan diamond putih bening dengan bentuk bulat ( round brilliant ). Model round brilliant

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu

• Untuk Penanganan Kandungan Sedimen dan Sampah pada Intake, penanganan selain Relokasi intake dapat direkomendasikan. Relokasi intake tidak dapat direkomendasikan karena

t test and F test result with α = 10%, the effect is variable level of education, bussines duration, labor force, and capital, while the F-test indicates that the

C. Susunan tata-tempat pada sidang-sidang di Aula Bank Indonesia.. Seperti tertera dalojn rjurat keputusan Presidium Kabinet Kerdja tanjgal 26 Pebruari 196^!- No.Aa/C/ll/196AS