• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEAWETAN PAPAN PARTIKEL BERKERAPATAN SEDANG DARI TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DAN BAMBU BETUNG TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEAWETAN PAPAN PARTIKEL BERKERAPATAN SEDANG DARI TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DAN BAMBU BETUNG TERHADAP RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BETUNG TERHADAP RAYAP TANAH DAN

JAMUR PELAPUK KAYU

PRABU SATRIA SEJATI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

Prabu Satria Sejati. E24080082. Keawetan Papan Partikel Berkerapatan Sedang dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh dan Bambu Betung terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu. Di bawah bimbingan Dr. Lina Karlinasari, S.Hut., M.Sc.F.Trop dan Arinana, S.Hut., M.Si

Keunggulan papan partikel dibandingkan dengan kayu solid antara lain: tidak terdapat cacat berupa mata kayu dan retak-retak, ukuran dan kerapatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, dan lebih isotropik. Sifat papan partikel yang fleksibel ini dapat memungkinkan papan partikel dibuat dari partikel berbagai ukuran. Papan partikel disusun dari bahan berlignoselulosa, sehingga dapat diserang oleh organisme perusak kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keawetan papan partikel yang terbuat dari kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), manii (Maesopsis eminii Engl.), dan mangium (Acacia mangium Willd.) serta bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne) dengan berbagai ukuran partikel terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan jamur pelapuk kayu (Schizophyllum commune Fr.)

Tiga ukuran partikel penyusun papan partikel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partikel halus, sedang, dan ukuran wol. Perekat yang digunakan yaitu diphenylmethane diisocyanate (MDI) dengan kadar perekat 12% dari berat kering tanur partikel dan perekat semen khusus pada partikel wol dengan rasio kayu : semen : air adalah 2:1:1. Kerapatan target papan partikel adalah 0,8 g/cm3. Pengujian keawetan papan partikel terhadap rayap tanah dan jamur pelapuk kayu dilakukan berdasarkan metode SNI 01. 7201-2006.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kehilangan berat akibat serangan rayap tanah (C. curvignathus) dipengaruhi oleh jenis bahan baku dan ukuran partikel penyusun papan partikel terutama pada jenis mangium. Papan partikel berperekat isosianat (MDI) jenis mangium memiliki keawetan tertinggi (kelas awet I), diikuti papan partikel sengon (kelas awet II), dan papan partikel manii (kelas awet III), serta papan partikel bambu betung memiliki keawetan paling rendah (kelas awet IV). Perbedaan ukuran partikel tidak berpengaruh nyata terhadap ketahanan papan partikel oleh serangan rayap dan jamur pelapuk kayu. Papan partikel berperekat semen memiliki ketahanan terhadap rayap tanah yang lebih baik (kelas awet I) daripada papan partikel berperekat isosianat. Kehilangan berat akibat serangan jamur pelapuk (S. commune) terutama dipengaruhi oleh jenis bahan baku. Seperti halnya pengujian terhadap rayap tanah, papan partikel berperekat isosianat jenis mangium memiliki keawetan paling tinggi diikuti papan partikel sengon (kelas awet I), papan partikel manii (kelas awet II), dan papan partikel bambu betung memiliki keawetan paling rendah (kelas awet III).

(3)

ABSTRACT

Durability of Medium Density Particleboard from Three Fast Growing Species and Betung Bamboo on Subterranean Termites and

Wood Decay Fungi

Prabu Satria Sejati1, Lina Karlinasari2, Arinana2 1

Student of Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB

2

Lecturer of Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB

INTRODUCTION: The advantages of particleboard compared with solid wood are: no knots and cracks, size and density more flexible, and more isotropic. The flexible properties of particleboard allow it made from various sizes of particle. Particleboard composed of lignocellulotic material, therefore it can be attacked by wood deterioration organisms. The objective of this research was to determine the durability of medium density particleboard on subterranean termites (Coptotermes curvignathus Holmgren) and wood decay fungi (Schizophyllum commune Fr.) MATERIALS AND METHODS: There was three fast growing species namely sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), manii (Maesopsis eminii Engl.), mangium (Acacia mangium Willd.), and one species of bamboo (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne) were used in this research. Three particle sizes composed the particleboard were fine, medium, and wool sizes. The adhesives used were diphenylmethane diisocyanate (MDI) with adhesive content 12% based on oven dry weight of particles and cement adhesive was used specifically on wool particle with ratio of wood : cement : water, 2:1:1. The density target of medium density particleboard was 0.8 g/cm3. Testing the durability of particleboard on subterranean termites and wood decay fungi attack reffered by SNI 01. 7201-2006.

RESULT AND DISCUSSION: The results showed that the weight loss due to subterranean termites attack (C. curvignathus) was influenced by raw material and particle sizes mainly on the mangium particleboard. Particleboard made from isocyanate (MDI) adhesive revealed that mangium’s board possessed the highest durability (durability I), followed by sengon (durability II), manii (durability III), and bamboo betung (durability IV). Particle sizes were not statistically significant difference on particleboard resistance attacked by subterranean termites and wood decay fungi. The cement adhesive particleboard had better resistance on subterranean termites (durability I) than the isocyanate particleboard. Weight loss which attacked by wood decay fungi (S. commune) was mainly influenced by the raw material species. As well as testing on subterranean termites, mangium isocyanate particleboard had the highest durability followed by sengon (durability I) and manii (durability II). The lowest durability on wood decay fungi was possessed by betung bamboo (durabilty III).

Key word: Particleboard, Durability, Subterranean termites, Wood decay fungi. DHH

(4)

KEAWETAN PAPAN PARTIKEL BERKERAPATAN SEDANG

DARI TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DAN BAMBU

BETUNG TERHADAP RAYAP TANAH DAN

JAMUR PELAPUK KAYU

PRABU SATRIA SEJATI

E24080082

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Keawetan Papan Partikel Berkerapatan Sedang dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh dan Bambu Betung terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu

Nama : Prabu Satria Sejati

NRP : E24080082

Departemen : Hasil Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

Dr. Lina Karlinasari, S.Hut., M.Sc.F.Trop Arinana, S.Hut., M.Si NIP. 19731126 199802 2 001 NIP. 19740101 200604 2 014

Mengetahui,

Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc. NIP.19660212 199103 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Keawetan Papan Partikel Berkerapatan Sedang dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh dan Bambu Betung terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Prabu Satria Sejati NRP E24080082

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini sebagai tugas akhir yang berjudul ”Keawetan Papan Partikel Berkerapatan Sedang dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh dan Bambu Betung terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu”. Karya ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, dan Laboratorium Patologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dari bulan Juli hingga Desember 2011.

Papan partikel disusun dari bahan berlignoselulosa, sehingga dapat diserang oleh organisme perusak kayu. Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui keawetan papan partikel yang terbuat dari tiga jenis kayu cepat dan bambu betung dengan berbagai ukuran partikel terhadap serangan rayap tanah dan jamur pelapuk kayu. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang berguna mengenai keawetan papan partikel.

Penulis juga menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis sehingga penulis akan menjadi lebih baik lagi. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 21 Desember 1990 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Waidin, SH., MH dan Yuli Hastuti, S.Pd. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 1 Kober Kecamatan Purwokerto Barat, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Purwokerto, dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Purwokerto.

Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Purwokerto dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi / Mayor Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai ketua kelompok minat Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) periode 2010-2011, staf Human Resources and Development International Forestry Student Asociation (IFSA) periode 2009-2011. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Papandayan, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Intracawood Manufacturing Tarakan, Kalimantan Timur.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Keawetan Papan Partikel Berkerapatan Sedang dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh dan Bambu Betung terhadap Rayap Tanah dan Jamur Pelapuk Kayu di bawah bimbingan Dr. Lina Karlinasari, S.Hut., M.Sc.F.Trop. dan Arinana, S.Hut., M.Si

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Skripsi ini dapat diselesaikan atas kerja keras dan bantuan serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta atas seluruh kasih sayang, cinta, doa dan semangat yang

selalu mengalir tanpa henti. Kakak-kakakku tersayang (Mas Aji dan Mba Uka) atas semangat, dukungan, dan doa yang membuat percaya diri.

2. Ibu Dr. Lina Karlinasari, S.Hut., M.Sc.F.Trop. dan Ibu Arinana S.Hut., M.Si. selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan ilmu, nasehat, dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc. selaku dosen penguji pada ujian komprehensif dan Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut., M.Si. selaku ketua sidang pada ujian komprehensif.

4. Dosen-dosen dan staf Fakultas Kehutanan atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

5. Seluruh Laboran yang banyak memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis. Pak Kadiman Lab. Pengerjaan, Mas Irfan Lab. Rakayasa dan Desain Bangunan Kayu, Mba Esti Lab. Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Bu Tutin Lab. Patologi Hutan, dan Pak Anhari Lab. Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB.

6. Kanti Dewi Rizqiani atas doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman satu bimbingan: Rizki Agung, Farouq Ikhsan, Bagus Marteandi, Zulhijah, dan Rahmat Hidayat.

8. Teman-teman satu jurusan yaitu Ari S, Dewi P, Nadia S, Vebri R, Andri P, Muhran, Lizza V, Apreiska G, Arip W, Irfan M, dan keluarga THH 45 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan, semangat, dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB.

(10)

9. Teman-teman THH 43, 44, dan 46, serta teman-teman Fahutan 45 atas kebersamaan selama ini.

10. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan dukungan dicatat sebagai pahala oleh Allah SWT.

Bogor, Juni 2012

(11)

Hal.

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan Partikel ... 3

2.2 Diphenylmethane Diisocyanate (MDI) ... 4

2.3 Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ... 5

2.4 Manii (Maesopsis eminii Engl.) ... 6

2.5 Mangium (Acacia mangium Willd.) ... 7

2.6 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne) 8 2.7 Rayap ... 8

2.8 Pelapukan Kayu ... 9

2.9 Jamur Pelapuk Kayu ... 10

2.10 Keawetan Kayu ... 10

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 12

3.3 Metode Penelitian ... 13

3.3.1 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Rayap Tanah ... 13

3.3.2 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Jamur Pelapuk Kayu 15 3.4 Analisis Data ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Rayap Tanah (C. curvignathus) ... 20

(12)

4.1.1 Kehilangan Berat Contoh Uji (Weight Loss) Papan Partikel

terhadap Serangan Rayap Tanah (C. curvignathus)... 19

4.1.2 Mortalitas Rayap Tanah (C. curvignathus) ... 25

4.1.3 Bentuk Serangan Rayap Tanah (C. curvignathus) terhadap Contoh Uji ... 27

4.2 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Jamur Pelapuk Kayu (S. commune) ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(13)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan

penurunan berat SNI 01.7202-2006 yang kisarannya telah disesuaikan dengan batas urutan ... 15 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap jamur pelapuk berdasarkan

penurunan berat SNI 01.7202-2006 ... 17 3 Klasifikasi ketahanan papan partikel hasil penelitian pada berbagai jenis

bahan baku terhadap rayap tanah berdasarkan rata-rata penurunan berat SNI 01.7202-2006 ... 21 4 Klasifikasi ketahanan papan partikel hasil penelitian pada berbagai

ukuran partikel terhadap rayap tanah berdasarkan rata-rata penurunan

berat SNI 01.7202-2006 ... 23 5 Ringkasan analisis varian (ANOVA) pengaruh dari jenis bahan baku,

ukuran partikel, dan interaksi keduanya terhadap nilai kehilangan berat oleh rayap ... 24 6 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi jenis bahan baku dan

ukuran partikel terhadap kehilangan berat oleh serangan rayap

(perekat MDI) ... 25 7 Ringkasan analisis varian (ANOVA) pengaruh dari jenis bahan baku,

ukuran partikel, dan interaksi keduanya terhadap nilai mortalitas

rayap ... 27 8 Klasifikasi ketahanan papan partikel hasil penelitian pada berbagai jenis

bahan baku terhadap jamur berdasarkan penurunan berat SNI

01.7202-2006 ... 30 9 Klasifikasi ketahanan papan partikel hasil penelitian pada berbagai

ukuran partikel terhadap jamur berdasarkan penurunan berat SNI

01.7202-2006 ... 31 10 Ringkasan analisis varian (ANOVA) pengaruh dari jenis bahan baku,

ukuran partikel, dan interaksi keduanya terhadap nilai kehilangan

berat oleh jamur ... 31 11 Hasil uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan baku terhadap kehilangan

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1 Struktur kimia diphenylmethane diisocyanate (MDI) ... 4 2 Pengujian ketahanan papan partikel terhadap rayap tanah C.

curvignathus dengan metode SNI 01. 7201-2006 ... 14 3 Pengumpanan papan partikel terhadap rayap tanah C. curvignathus ... 14 4 Pembongkaran contoh uji ... 15 5 Contoh uji papan partikel pada beberapa jenis bahan baku dan ukuran

partikel ... 16 6 Pengujian ketahanan papan partikel terhadap jamur... 17 7 Pengujian ketahanan papan partikel terhadap jamur S. commune

dengan metode SNI 01. 7201-2006... 17 8 Presentase kehilangan berat papan partikel dan kontrol terhadap

serangan rayap... 20 9 Presentase mortalitas rayap C. curvignathus. ... 26 10 Bentuk serangan oleh rayap tanah pada (a) kayu kontrol (b) papan

partikel ... 28 11 Presentase kehilangan berat papan partikel terhadap serangan jamur

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1 Nilai kehilangan berat contoh uji terhadap serangan rayap ... 39

2 Nilai mortalitas rayap ... 42

3 Nilai kehilangan berat contoh uji terhadap serangan jamur ... 44

4 Hasil pengujian kenormalan data kehilangan berat pada pengujian terhadap rayap (perekat MDI) ... 47

5 Hasil pengujian keragaman pada pengujian terhadap rayap (perekat MDI) ... 48

6 Hasil uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan baku terhadap kehilangan berat oleh serangan rayap (perekat MDI) ... 49

7 Hasil pengujian keragaman interaksi antara jenis bahan baku dan ukuran partikel terhadap kehilangan berat pada pengujian terhadap rayap (perekat MDI)... 50

8 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi jenis bahan baku dan ukuran partikel terhadap kehilangan berat oleh serangan rayap (perekat MDI) ... 51

9 Hasil pengujian kenormalan data kehilangan berat pada pengujian terhadap rayap (perekat semen) ... 52

10 Hasil pengujian keragaman pada pengujian terhadap rayap (perekat semen) ... 53

11 Hasil pengujian kenormalan data mortalitas rayap (perekat MDI) ... 54

12 Hasil uji keragaman terhadap mortalitas rayap (perekat MDI) ... 55

13 Hasil pengujian kenormalan mortalitas rayap (perekat semen) ... 56

14 Hasil uji keragaman terhadap mortalitas rayap (perekat semen) ... 57

15 Hasil pengujian kenormalan data pada pengujian terhadap jamur (perekat MDI) ... 58

16 Hasil pengujian keragaman pada pengujian terhadap jamur (perekat MDI) ... 59

17 Hasil uji lanjut duncan pengaruh jenis bahan baku terhadap kehilangan berat oleh serangan jamur (perekat MDI) ... 60

18 Hasil pengujian kenormalan data pada pengujian terhadap jamur (perekat semen) ... 61

19 Hasil pengujian keragaman pada pengujian terhadap jamur (perekat semen) ... 62

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu pemanasan global telah mengubah pola hidup manusia masa kini menjadi lebih ramah lingkungan dalam setiap aktivitasnya. Penggunaan bahan baku yang diperoleh dari hasil penambangan seperti bahan logam, plastik, dan bahan sintesis lainnya dinilai kurang ramah lingkungan karena selain diperoleh dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dalam proses pengolahan bahan baku ini dibutuhkan energi yang besar. Kayu selalu memiliki masa depan dalam peranannya sebagai bahan baku karena kayu berasal dari proses fotosisntesis sehingga dapat diperbaharui dengan pengelolaan yang baik serta tidak membutuhkan energi yang besar dalam pengolahannya.

Departemen Kehutanan RI menyatakan bahwa total produksi kayu bulat di Indonesia sebesar 34,32 juta m3, sebanyak 55,22% (18,95 juta m3) diantaranya dihasilkan dari Hutan Tanaman Industri (HTI) dan 11,07% (3,80 juta m3) dihasilkan dari hutan rakyat dan kayu perkebunan (Departemen Kehutanan 2010). Karakteristik kayu yang dihasilkan dari hutan tanaman berbeda dengan karakteristik kayu dari hutan alam. Pohon yang ditanam adalah jenis cepat tumbuh (fast growing species) yang berdiameter kecil, memiliki sifat fisis dan mekanis rendah, umur tebang pendek dan keawetan yang rendah. Untuk mengatasi keterbatasan karakteristik kayu dari hutan tanaman ini perlu dilakukan peningkatan efisiensi dan kualitas kayu salah satunya dengan pembuatan produk komposit.

Menurut Maloney (1993) papan partikel merupakan produk komposit yang dapat memanfaatkan kayu berkualitas rendah sebagai bahan baku. Keunggulan papan partikel dibandingkan dengan kayu solid antara lain: tidak terdapat cacat berupa mata kayu dan retak-retak, ukuran dan kerapatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, dan lebih isotropik. Sifat papan partikel yang fleksibel ini dapat memungkinkan papan partikel dibuat dari partikel berbagai ukuran.

Sebagai bahan berlignoselulosa papan partikel juga dapat diserang organisme perusak kayu seperti rayap dan jamur. Kondisi iklim dan tanah

(17)

termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Lebih dari 80% daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan berbagai serangga ini (Nandika et al. 2003). Selain rayap, terdapat pula jamur perusak kayu yang hidup dengan merombak komponen-komponen kayu seperti selulosa, hemislulosa, dan lignin secara biokimia dengan bantuan enzim. Karena perombakan inilah sifat-sifat kayu berubah dan dapat bersifat menghancurkan dan membusukkan bahan organik kayu (Nandika et al. 1996).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keawetan papan partikel yang terbuat dari kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), manii (Maesopsis eminii Engl.), dan mangium (Acacia mangium Willd.) serta bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne) dengan berbagai ukuran partikel terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan jamur pelapuk kayu (Schizophyllum commune Fr.).

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku kayu yang semakin menurun kualitasnya dan memberikan referensi mengenai keawetan papan partikel kayu sengon (P. falcataria), manii (M. eminii), mangium (A. mangium), dan bambu betung (D. asper) dengan berbagai ukuran partikel terhadap serangan rayap tanah (C. curvignathus) dan jamur pelapuk kayu (S. commune) sehingga dapat dilakukan pengendalian yang tepat terhadap organisme perusak tersebut.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Papan Partikel

Dalam istilah umum papan partikel merupakan panel yang disusun dari bahan berlignoselulosa (biasanya kayu), terutama dalam bentuk potongan kayu atau partikel yang digabungkan dengan resin sintesis atau bahan pengikat lain dan diikat bersama dibawah kempa panas dimana ikatan antar partikel terjadi karena penambahan bahan pengikat, dan bahan lain mungkin ditambahkan untuk meningkatkan kualitas papan (Maloney 1993). Bentuk partikel dalam pembuatan papan partikel terdapat delapan macam (Bowyer et al. 2003), yaitu :

a. Pasahan (shaving) – partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu. Bervariasi dalam ketebalannya dan sering tergulung.

b. Serpih (flake) – partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang telah dikhususkan, seragam ketebalannya, dengan orientasi serat sejajar permukaan.

c. Tatal (chip) – sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang besar atau pemukul, seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.

d. Serbuk gergaji (saw dust) – dihasilkan oleh pemotongan gergaji.

e. Kerat (sliver) – hampir persegi potongan melintangnya, dengan panjang paling sedikit 4 kali ketebalannya.

f. Wol kayu (wood wool/exelsior) – keratan yang panjang, berombak, ramping. g. Untaian (strand) – pasahan panjang, tetapi pipih dengan permukaan yang

sejajar.

h. Bentuk biskit (wafer) – seperti serpih tetapi lebih besar. Biasanya lebih dari 0,025 inci tebalnya dan lebih dari 1 inci panjangnya. Mungkin meruncing ujungnya.

Menurut Maloney (1993) tahapan dalam proses pembuatan papan partikel secara berturut-turut adalah penyiapan partikel, pengeringan partikel, klasifikasi, pencampuran perekat, pembentukan lembaran, kempa pendahuluan, kempa panas, pendinginan (hotstacking), edge trimming dan sanding. Apabila dibandingkan

(19)

dengan kayu solid asalnya papan partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti bebas dari mata kayu, pecah dan retak, ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan keb

untuk dikerjakan, memiliki sifat isotropis dan kualitasnya mudah diatur.

Selain penggunaan pengikat sintetis bahan pengikat mineral (terutama semen Portland) digunakan dalam beberapa produk papan partikel. umumnya yang terpenting dari produk ini adalah produk berkerapatan rendah yang berpori yang dihasilkan dari kayu ekselsior (wol kayu). Produk ini sangat cocok untuk negara-negara berkembang karena dapat diproduksi dengan metode pembentukan secara man

pengikat mineral yang terdapat secara lokal. Papan wol semen cocok untuk permukaan dinding eksterior dan interior dan untuk pembuatan dek bangunan bangunan umum dan komersial (

2.2 Diphenylmethane

Perekat isosianat merupakan hasil dari rantai uretan. Molekul yang mengandung dua gugus isosianat disebut diisosianat. Isosianat dapat digolongkan sebagai aromatik seperti

kayu terhubung secara kimia dengan perekat ini sehingga menghasilkan ikatan yang sangat kuat. Ikatan ini tahan terhadap air, asam, dan cairan lain. Kelebihan perekat ini adalah tidak ada air yang terkandung dalam sistem. Semua resin diaplikasikan dan digunakan se

adalah biayanya yang lebih mahal. Isosianat harus ditangani dengan hati untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan pekerja (Maloney 1993). kimia MDI dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur kimia

dengan kayu solid asalnya papan partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti bebas dari mata kayu, pecah dan retak, ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan kerapatannya seragam serta mudah untuk dikerjakan, memiliki sifat isotropis dan kualitasnya mudah diatur.

Selain penggunaan pengikat sintetis bahan pengikat mineral (terutama semen Portland) digunakan dalam beberapa produk papan partikel. umumnya yang terpenting dari produk ini adalah produk berkerapatan rendah yang berpori yang dihasilkan dari kayu ekselsior (wol kayu). Produk ini sangat negara berkembang karena dapat diproduksi dengan metode pembentukan secara manual yang sangat sederhana, dengan menggunakan pengikat mineral yang terdapat secara lokal. Papan wol semen cocok untuk permukaan dinding eksterior dan interior dan untuk pembuatan dek bangunan bangunan umum dan komersial (Bowyer et al. 2003).

hane Diisocyanate (MDI)

Perekat isosianat merupakan hasil dari rantai uretan. Molekul yang mengandung dua gugus isosianat disebut diisosianat. Isosianat dapat digolongkan sebagai aromatik seperti diphenylmethane diisocyanaet (MDI). Bagian hidroksil rhubung secara kimia dengan perekat ini sehingga menghasilkan ikatan yang sangat kuat. Ikatan ini tahan terhadap air, asam, dan cairan lain. Kelebihan perekat ini adalah tidak ada air yang terkandung dalam sistem. Semua resin diaplikasikan dan digunakan sebagai perekat. Kelemahan penggunaan perekat ini adalah biayanya yang lebih mahal. Isosianat harus ditangani dengan hati untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan pekerja (Maloney 1993). kimia MDI dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur kimia diphenylmethane diisocyanate (MDI)

dengan kayu solid asalnya papan partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti bebas dari mata kayu, pecah dan retak, ukuran dan kerapatan papan partikel dapat utuhan, tebal dan kerapatannya seragam serta mudah untuk dikerjakan, memiliki sifat isotropis dan kualitasnya mudah diatur.

Selain penggunaan pengikat sintetis bahan pengikat mineral (terutama semen Portland) digunakan dalam beberapa produk papan partikel. Pada umumnya yang terpenting dari produk ini adalah produk berkerapatan rendah yang berpori yang dihasilkan dari kayu ekselsior (wol kayu). Produk ini sangat negara berkembang karena dapat diproduksi dengan metode ual yang sangat sederhana, dengan menggunakan pengikat mineral yang terdapat secara lokal. Papan wol semen cocok untuk permukaan dinding eksterior dan interior dan untuk pembuatan dek bangunan-

Perekat isosianat merupakan hasil dari rantai uretan. Molekul yang mengandung dua gugus isosianat disebut diisosianat. Isosianat dapat digolongkan (MDI). Bagian hidroksil rhubung secara kimia dengan perekat ini sehingga menghasilkan ikatan yang sangat kuat. Ikatan ini tahan terhadap air, asam, dan cairan lain. Kelebihan perekat ini adalah tidak ada air yang terkandung dalam sistem. Semua resin bagai perekat. Kelemahan penggunaan perekat ini adalah biayanya yang lebih mahal. Isosianat harus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan pekerja (Maloney 1993). Struktur

(20)

Menurut Pizzi (1983) senyawa kimia organik isosianat dasar dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1930 dan perekat berdasarkan isosianat digunakan pertama kali di pertengahan tahun 1940. Pelopor penggunaan diisocyanate sebagai perekat kayu adalah Deppe Ernst pada 1951. Sebagai konsekuensi pekerjaannya, pembuatan papan partikel komersial dengan menggunakan MDI dimulai di Jerman pada tahun 1975. Keuntungan menggunakan perekat isosianat dibandingkan perekat berbahan dasar resin adalah (Marra 1992):

a. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang sama.

b. Dapat menggunakan suhu kempa yang lebih rendah. c. Memungkinkan penggunaan kempa yang lebih cepat. d. Lebih toleran pada partikel berkadar air tinggi. e. Energi untuk pengeringan lebih sedikit dibutuhkan. f. Stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil. g. Tidak ada emisi formaldehid.

2.3 Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Kayu sengon memiliki nama lain jeunjing (Sunda), sengon laut (Jawa), tedehu pute (Sulawesi), rare, selwoku, seka, sika, sika bot, sikas, tawa sela, (Maluku), bae, bai, wahagon, wai (Papua) (Martawijaya et al. 2005). Menurut Krisnawati et al. (2011b) taksonomi sengon adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Familia : Fabaceae Subfamili : Mimosoideae Genus : Paraserianthes

(21)

Menurut Mandang & Pandit (2002) ciri utama kayu sengon adalah warna kayunya putih sampai coklat muda kemerahan, porinya soliter dan berganda radial, parenkima baur, dan kayunya lunak.

Sengon dapat tumbuh pada tanah yang tidak subur dan agak sarang, tanah kering maupun becek atau agak asin. Tanaman muda tahan kekurangan zat asam sampai 31,5 hari. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering, pada dataran rendah hingga ke pegunungan sampai ketinggian 1500 m dari permukaan laut (Martawijaya et al. 2005).

Menurut Pandit & Kurniawan (2008) kayu sengon memiliki berat jenis rata-rata 0,33 (0,24-0,49), dan kelas kuat IV-V. Kayu sengon dapat digunakan untuk bahan bangunan perumahan terutama di pedesaan, peti, papan partikel, papan serat, papan wol semen, kelom, dan barang kerajinan lainnya. Berdasarkan penelitian Ikhsan (2011) papan partikel sengon berkerapatan 0,8 g/cm3 memiliki nilai MOE (Modulus of Elasticity) 15756,67 kg/cm2 dan nilai MOR (Modulus of Rupture) 186,33 kg/cm2. Saat ini sengon memiliki nama latin lain Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes (Charomaini dan Ismail 2008).

2.4 Manii (Maesopsis eminii Engl.)

Kayu manii dikenal dengan nama lain kayu afrika karena jenis ini tumbuh alalmi di Afrika dari Kenya hingga Liberia antara 8o LU dan 16o LS, kebanyakan ditemukan di hutan tinggi dalam ekosistem antara hutan dan sabana. Ciri umum kayu manii antara lain kayu gubal bewarna putih sedangkan bagian teras memiliki warna kuning sampai kecoklatan. Hal tersebut mengidentifikasikan kandungan zat ekstraktif kayu manii lebih banyak pada kayu teras. Kayu manii memiliki berat jenis rata-rata 0,43 (0,34-0,46). Berdasarkan nilai berat jenis tersebut maka kayu manii dapat digolongkan ke dalam kayu dengan kekuatan rendah dan memiliki kelas kuat III-IV. Kayu manii memiliki kadar selulosa 47,19%, kadar lignin 20,45%, kadar abu 0,28-1,94%, dan kelarutan ekstraktif dalam air panas 2,75%. Kayu manii merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan serbaguna yang mempunyai kekuatan sedang hingga kuat, biasanya digunakan untuk konstruksi, kotak dan tiang (Wahyudi et al. 1996). Berdasarkan penelitian Ikhsan (2011) nilai

(22)

MOE dan MOR papan partikel manii berkerapatan 0,8 kg/cm3 berturut-turut adalah 9336 kg/cm2 dan 128,67 kg/cm2.

2.5 Mangium (Acacia mangium Willd.)

Kayu mangium memiliki nama lain kasia, kihia (Sunda), akasia (berlaku umum) (Mandang & Pandit 2002). Krisnawati et al. (2011a) taksonomi mangium adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Famili : Leguminoseae Subfamili : Mimosoideae Genus : Acacia

Spesies : Acacia mangium Willd.

Ciri utama kayu mangium adalah kayu berwarna coklat, pori soliter dan berganda radial, terdiri atas 2-3 pori, parenkima selubung, kadang-kadang bentuk sayap pada pori berukuran kecil, jari-jari sempit, pendek dan agak jarang (Mandang & Pandit 2002).

Kayu mangium bagian teras berwarna coklat pucat sampai cokla tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan bagian gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Kayu mangium memiliki corak polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Teksturnya halus sampai agak kasar dan merata, arah seratnya lurus, kadang-kadang berpadu, permukaan agak mengkilap dan licin. Berat jenis rata-rata kayu mangium adalah 0,61 (0,43-0,66), termasuk dalam kelas kuat II-III. Berdasarkan penelitian Ikhsan (2011) nilai MOE dan MOR papan partikel mangium berkerapatan 0,8 kg/cm3 adalah 14714 kg/cm2 dan 128,33 kg/cm2.

Biasanya kayu mangium digunakan untuk bahan konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jedela, lemari, lantai, papan, dinding, tiang, tiang pancang, gerobak, dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak dan

(23)

batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir, dan kayu lapis, pulp dan kertas, selain itu baik juga untuk kayu bakar dan arang (Pandit & Kurniawan 2008).

2.6 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne) Dendrocalamus asper disebut juga giant bamboo (Inggris), bambu betung, awi bitung (Sunda), buluh batung (Batak). Tersebar di Sumatera, Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Seram dan Papua Barat (Dransfield & Widjaja 1995). Menurut Balai Pustaka (1980) bambu betung merupakan jenis bambu yang banyak ditanam di Asia tropika. Asal usulnya tidak diketahui secara pasti. Bambu ini dapat, dijumpai dan tumbuh baik di tempat-tempat mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Jenis ini akan tumbuh dengan baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah beriklim tidak terlalu kering.

Bambu betung memiliki rumpun yang agak sedikit rapat. Tinggi buluhnya sampai 20 m dan bergaris tengah sampai 20 cm. buku-bukunya sering mempunyai akar-akar pendek yang menggerombol. Panjang ruas 40-60 cm. dinding buluh cukup tebal yaitu 1-1½ cm. cabang-cabang yang bercabang lagi hanya terdapat di buku-buku bagian atas. Cabang primer lebih besar dari cabang yang lain (Balai Pustaka 1980). Berdasarkan penelitian Lucky (2011) papan partikel bambu betung berkerapatan 0,6 g/cm3 memiliki nilai MOE berkisar antara 13380 kg/cm2-15193 kg/cm2 dan nilai MOR berkisar antara 116 kg/cm2-167 kg/cm2.

2.7 Rayap

Agen-agen biologis menjadi penyebab utama dalam kemunduran kualitas kayu, seperti cendawan yang menyebabkan noda, pelunakan, dan pembusukan; pengebor laut, terutama cacing laut dan kerang-kerang laut kecil; serangga termasuk rayap dan semut (Bowyer et al. 2003).

Menurut Nandika et al. (2003) rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta

(24)

mempunyai bentuk dan peran yang berbeda, yaitu: kasta prajurit, kasta pekerja, dan kasta reproduktif.

Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap. Tidak kurang dari 80-90% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-individu kasta pekerja. Kasta pekerja umumnya berwarna putih pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Kasta pekerja bertugas memberi makan ratu, mencari sumber makanan, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu; betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina (Nandika et al. 2003).

Secara umum aktivitas makan rayap dicirikan oleh beberapa hal penting, yaitu sumber makanan rayap adalah selulosa, adanya hubungan antara rayap dengan organisme simbion pada saluran pencernaannya, yaitu protozoa pada rayap tingkat rendah dan bakteri pada rayap tingkat tinggi (Famili Termitidae) dan perilaku trofalaksis (Nandika et al. 2003).

Rayap C. curvignathus dikenal sebagai hama tanaman yang utama. Beberapa jenis tanaman perkebunan yang banyak diserang hama tersebut adalah pohon kelapa, karet, coklat, dan kelapa sawit (Nandika et al. 2003).

Sejumlah serangga, khususnya rayap dan kumbang perusak kayu menyebabkan kerugian finansial yang besar dan menjai perhatian di daerah yang luas di Amerika Utara. Sejumlah besar serangga lain penting di daerah-daerah khusus di dunia karena perusakannya terhadap kayu tegakan, kayu bulat, dan produk-produk kayu dalam pemakaian (Bowyer et al. 2003).

2.8 Pelapukan Kayu

Cendawan yang menyebabkan pembusukan atau pewarnaan kayu dan bahan-bahan selulosa yang lain adalah tumbuhan-tumbuhan sederhana yang tidak mengandung klorofil. Karena tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, cendawan harus memperoleh energinya dari bahan-bahan organik yang lain.

(25)

Komponen karbohidrat dan lignin kayu memberikan makanan pada variasi cendawan yang luas. Benang-benang hifa (miselium) cendawan mengeluarkan enzim yang memecahkan bahan-bahan karbohidrat, dan kadang-kadang lignin, ke dalam senyawa-senyawa sederhana seperti gula yang dapat digunakan sebagai energi (dimetabolisasi). Untuk menggunakan selulosa, hemiselulosa, atau lignin sebagai makanan, cendawan harus dapat menguraikan komponen-komponen sel ini ke dalam molekul-molekul sederhana yang dapat dimetabolisasikan (Bowyer et al. 2003).

2.9 Jamur Pelapuk Kayu

Jamur subdivisi Basidiomycetes dapat termasuk dalam jamur pembusuk coklat (brown-rot) dan jamur pembusuk putih (white-rot). Pada pembusuk coklat terutama mendegradasi polisakarida kayu. Tetapi juga ada perubahan dan degradasi tertentu pada lignin. Kayu menjadi coklat dan rapuh. Kebanyakan jamur pembusuk coklat menyerang kayu lunak. Kekuatan mekanik berkurang setelah periode singkat inkubasi. Degradasi disertai dengan penyusutan longitudinal tak normal dan perubahan bentuk dinding-dinding sel. Pada pembusuk putih jamur mendegradasi lignin maupun polisakarida. Kayu yang terdegradasi menjadi putih dan lunak. Kebanyakan jamur pembusuk putih lebih suka pada kayu keras. Penyerangan oleh pembusuk putih menyebabkan penurunan sifat-sifat kekuatan dan pembengkakan (Fengel & Wegener 1983). Jamur pelapuk kayu Schizophyllum commune merupakan salah satu jamur kelas Basidiomycetes yang memiliki daya serang (virulensi) tinggi dan banyak ditemukan di Indonesia (Herliyana et al. 2011a).

2.10 Keawetan Kayu

Keawetan alami kayu adalah ketahanan alami kayu terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine borer, dan lain-lain. Karena sifat kayu yang sangat beragam, maka tingkat ketahanan kayu tersebut sangat beragam pula. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan kayu dari serangan faktor perusak yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar berkaitan dengan kondisi lingkungan

(26)

dimana kayu tersebut digunakan, sedangkan faktor dalam adalah pengaruh komponen kimia dari kayu yang bersangkutan. Kandungan zat ekstraktif di dalam kayu memang paling kecil dibandingkan dengan kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin, akan tetapi pengaruhnya cukup besar terhadap sifat kayu dan sifat pengolahannya, antara lain yang sangat penting adalah keawetan alami kayu (Syafii 1996).

(27)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, dan Laboratorium Patologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian keawetan papan partikel terhadap serangan rayap tanah antara lain oven, laminar flow, botol uji, timbangan elektrik, gelas ukur, cawan petri, desikator, bulu ayam, dan alat tulis. Pada penelitian keawetanan papan partikel terhadap serangan jamur pelapuk kayu alat yang digunakan antara lain autoclave, bunsen, gelas ukur, desikator, oven, penangas, cawan petri dan timbangan elektrik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian keawetan papan partikel terhadap serangan rayap tanah adalah papan partikel kayu sengon (Paraserianthes falcataria), kayu mangium (Acacia mangium), kayu manii (Maesopsis eminii), dan bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kerapatan target 0,8 g/cm3. Masing-masing jenis papan partikel tersusun dari partikel ukuran halus, sedang, dan wol. Partikel halus merupakan partikel dengan ukuran 10 mesh. Partikel sedang berukuran tebal 1 – 2 mm, lebar 2-3 mm, dan panjang ± 10 mm. Ukuran partikel wol berukuran tebal 5 mm, panjang 50 mm dan lebar 4-5 mm. Kadar perekat MDI 12% dari berat kering tanur partikel. Khusus untuk papan partikel wol juga digunakan perekat semen dengan panjang partikel wol 100 mm. Rasio kayu : semen : air adalah 2:1:1. Bahan lain yang digunakan adalah rayap tanah (Coptotermes curvignatus), pasir steril, air mineral, alkohol 70% dan aluminium foil.

(28)

Pada penelitian keawetan papan partikel terhadap serangan jamur pelapuk kayu bahan yang digunakan adalah contoh uji papan partikel seperti yang digunakan pada penelitian keawetanan papan partikel terhadap serangan rayap tanah, air suling, aluminium foil, miselium jamur pelapuk kayu Schizophyllum commune dan media agar / Potatoes Dextrose Agar (PDA).

3.3 Metode Penelitian

Pengujian keawetan papan partikel dilakukan dengan menggunakan metode berdasarkan Pengujian menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2006 mengenai uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu yang telah dimodifikasi berdasarkan penelitian Arinana et al. (2010). Dalam penelitian ini organisme perusak kayu yang dimaksud adalah rayap tanah dan jamur pelapuk kayu.

3.3.1 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Rayap Tanah

Contoh uji papan partikel dipotong dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dengan tebal menyesuaikan kondisi contih uji dan kayu kontrol berupa kayu solid dipotong dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 0,5 cm dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Contoh uji dioven pada suhu 60oC ± 2oC selama 48 jam untuk mendapatkan berat kayu sebelum pengujian (W1), serta dilakukan steriliasasi pada

pasir steril dan botol uji dengan memasukannya ke dalam laminar flow selama 48 jam.

Selanjutnya contoh uji dimasukan ke dalam botol uji sedemikian rupa sehingga salah satu bidang terlebar contoh uji menyentuh dinding botol uji. Kemudian ke dalam botol uji dimasukan pasir steril 200 g lalu ditambahkan air mineral sebanyak 50 ml. Sebanyak 200 ekor rayap tanah (C. curvignatus) kasta pekerja yang masih sehat dan aktif (Gambar 2 dan 3) dimasukan ke dalam botol uji selanjutnya botol uji ditutup aluminium foil dan disimpan dalam ruang gelap selama 4 minggu.

(29)

Gambar 2 Pengujian ketahanan papan partikel terhadap rayap tanah C. curvignathus dengan metode SNI 01. 7201-2006.

(a) (b) (c)

Gambar 3 (a) Penghitungan rayap (200 ekor rayap pekerja per botol uji), (b) rayap yang telah dimasukkan ke dalam botol, (c) pengumpanan dilakukan selama 4 minggu.

Setiap minggu aktifitas rayap dalam botol uji diamati. Setelah 4 minggu contoh uji dibongkar, dibersihkan dan dihitung jumlah rayap yang masih hidup untuk menentukan mortalitasnya (Gambar 4). Contoh uji dioven pada suhu 60oC ± 2oC selama 48 jam untuk mendapatkan berat akhir (W2). Nilai kehilangan berat

contoh uji akibat serangan rayap dihitung dengan persamaan berikut sesuai dengan penelitian Arinana et al. (2010):

P = X 100% W1-W2 W1

(30)

dimana :

P = Penurunan berat (%)

W1 = Berat kering oven kayu sebelum diumpan (g)

W2 = Berat kering oven kayu setelah diumpan (g)

(a) (b) (c)

Gambar 4 Pembongkaran contoh uji : (a) proses pembongkaran contoh uji, (b) proses pemisahan contoh uji, pasir, dan rayap, (c) rayap yang masih hidup.

Penentuan ketahanan dan kelas awet contoh uji terhadap rayap tanah diklasifikasikan berdasarkan penurunan berat sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat SNI 01.7202-2006 yang kisarannya telah disesuaikan dengan batas urutan

Kelas Ketahanan Penurunan berat (%)

I Sangat tahan <3,52

II Tahan 3,52-7,50

III Sedang 7,50-10,96

IV Buruk 10,96-18,94

V Sangat buruk 18,94-31,89

3.3.2 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Jamur Pelapuk Kayu Kayu contoh uji yang digunakan dalam metode ini berukuran 5,0 cm x 2,5 cm 1,5 cm (Gambar 5). Contoh uji dikeringkan di dalam oven pada suhu 103oC ± 2oC selama 24 jam untuk mendapatkan berat awal kayu (W1). Media biakan jamur

(31)

tertutup yang telah berisi media biakan jamur, kemudian disterilkan di dalam autoclave selama 30 menit dengan tekanan 15 psi. Setelah steril cawan tersebut diletakan mendatar sehingga biakan berada di bagian bawah cawan. Jamur penguji diinokulasikan setelah satu minggu.

Gambar 5 Contoh uji papan partikel pada beberapa jenis bahan baku dan ukuran partikel.

Contoh uji yang steril dimasukan ke dalam cawan petri yang sudah diisi biakan jamur penguji. Sebelumnya diperiksa dulu apakah biakan jamur penguji terkontaminasi atau tidak. Pengamatan dilakukan setelah 12 minggu. Selanjutnya contoh uji dibersihkan dari miselium. Contoh uji tersebut kemudian dioven pada suhu 103oC ± 2oC selama 24 jam untuk mendapatkan berat akhir (W2). Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7. Presentase kehilangan berat akibat serangan jamur dihitung berdasarkan persamaan berikut yang telah disesuaikan dengan penghitungan kehilangan berat pada rayap tanah:

P = X 100%

dimana :

P = Penurunan berat (%)

W1 = Berat kering tanur kayu sebelum diumpan (g)

W2 = Berat kering tanur kayu setelah diumpan (g)

W1-W2 W1 Halus Sedang Wol Wol semen

(32)

(a) (b) (c)

Gambar 6 Pengujian ketahanan papan partikel terhadap jamur : (a) media biakan jamur, (b) pengujian contih uji terhadap jamur pelapuk kayu setelah 12 minggu, (c) contoh uji yang telah dibersihkan dari miselium.

Gambar 7 Pengujian ketahanan papan partikel terhadap jamur S. commune dengan metode SNI 01. 7201-2006.

Penentuan ketahanan dan kelas awet contoh uji terhadap jamur pelapuk diklasifikasikan berdasarkan penurunan berat sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap jamur pelapuk berdasarkan penurunan berat SNI 01.7202-2006

Kelas Ketahanan Penurunan berat (%)

I Sangat tahan ≤1

II Tahan 1-5

III Agak tahan 5-10

IV Tidak tahan 10-30

V Sangat tidak tahan >30

3.4 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif sederhana dan menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL)

(33)

Faktorial. Pada papan partikel berperekat MDI digunakan 2 faktorial yang terdiri dari faktor α dan faktor β. Faktor α bertaraf 4, yaitu jenis bahan baku terdiri kayu sengon, manii, mangium, dan bambu betung. Faktor β bertaraf 3, yaitu jenis ukuran partikel halus, sedang, dan wol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Model rancangan percobaan dibuat untuk mengetahui pengaruh jenis bahan baku dan ukuran partikel terhadap kehilangan berat oleh rayap, mortalitas rayap, dan kehilangan berat oleh jamur pelapuk pengujian pada perekat MDI adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk

dimana :

Yijk = Kehilangan berat contoh uji akibat rayap / jamur / mortalitas rayap pada jenis kayu ke-i, ukuran partikel ke-j dalam ulangan ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh jenis kayu taraf ke-i

βj = Pengaruh jenis bahan baku penyusun taraf ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara jenis kayu taraf ke-i dan ukuran partikel penyususun taraf ke-j

εijk = Kesalahan percobaan pada jenis kayu ke-i, ukuran partikel penyusun ke –j, dan ulangan ke-k

Pada papan partikel berperekat semen rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL satu faktor α bertaraf 4, yaitu jenis bahan baku terdiri kayu sengon, manii, mangium, dan bambu betung untuk menganalisis pengaruh jenis bahan baku terhadap kehilangan berat akibat serangan rayap dan jamur serta mortalitas rayap. Model rancangan percobaan tersebut adalah :

Yij = µ + αi + εij

dimana :

Yij = Kehilangan berat contoh uji / mortalitas rayap pada jenis kayu ke-i, dalam ulangan ke-j

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh jenis bahan baku penyusun taraf ke-i

(34)

Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% dilakukan untuk mencari pengaruh perlakuan jenis bahan baku dan ukuran partikel terhadap nilai pengamatan kehilangan berat papan partikel. Jika berdasarkan hasil analisis ragam ditemukan faktor yang berpengaruh nyata terhadap nilai kehilangan berat contoh uji papan partikel, maka dilakukan analisis lanjutan menggunakan analisis perbandingan berganda Duncan.

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ketahanan Papan Partikel terhadap Serangan Rayap Tanah (C. curvignathus)

4.1.1 Kehilangan Berat Contoh Uji (Weight Loss) Papan Partikel terhadap Serangan Rayap Tanah (C. curvignathus)

Pengujian dengan metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006 merupakan bentuk pengujian keawetan kayu yang tidak memberikan pilihan makanan kepada rayap (no choice laboratory test), dimana tidak terdapat pilihan makanan lain selain contoh uji yang diberikan kepada rayap (Arinana et al. 2012). Aktivitas makan rayap C. curvignathus dapat diamati dengan melihat kehilangan berat contoh uji yang diumpankan kepada rayap tanah C. curvignathus. Berdasarkan hasil pengujian, nilai rata-rata presentase kehilangan berat papan partikel dari keempat jenis bahan baku pada masing-masing ukuran partikel berkisar antara 1,03-12,97%. Lebih lanjut data kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Presentase kehilangan berat papan partikel dan kontrol terhadap serangan rayap.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan presentasi kehilangan berat papan partikel pada masing-masing jenis bahan baku papan partikel. Pada papan partikel berperekat MDI dari bahan baku sengon nilai rata-rata kehilangan beratnya adalah 3,45%. Berdasarkan SNI 01.7202-2006 papan partikel sengon MDI masuk ke dalam kelas awet II. Pada papan partikel dari bahan baku kayu manii nilai

rata-0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00

Sengon Manii Mangium Bambu Kontrol

K e h il a n g a n B e ra t (% )

Jenis Papan Partikel

halus MDI sedang MDI wol MDI wol semen kontrol kayu sengon

(36)

rata kehilangan beratnya 9,21%. Berdasarkan data yang diperoleh papan partikel manii MDI masuk ke dalam kelas awet III. Pada papan partikel berbahan baku kayu mangium MDI memiliki nilai rata-rata kehilangan berat terendah yaitu 3,10% atau masuk ke dalam kelas awet I. Papan partikel berbahan baku bambu betung MDI memiliki nilai kehilangan berat tertinggi 12,36% atau termasuk dalam kelas awet IV. Kehilangan berat pada papan partikel berperekat semen jenis bahan baku sengon, manii, mangium, dan bambu betung berturut-turut adalah 1,06%, 1,87%, 1,03%, dan 1,14%. Keempat papan partikel berperekat semen ini tersusun dari partikel wol dan termasuk ke dalam kelas awet I. Sedangkan kontrol kayu solid sengon memiliki kehilangan berat 28,81% atau masuk dalam kelas awet V.

Secara umum papan partikel berbahan baku mangium memiliki ketahanan terhadap rayap tanah lebih baik, dilanjutkan dengan bahan baku sengon, manii, dan bambu betung. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai ketahanan terhadap rayap tanah dengan standar yang sama. Berdasarkan penelitian Tutirin (2011) papan partikel sengon kerapatan 0,6 kg/cm3 berperekat urea formaldehida (UF) termasuk dalam kelas awet II, namun berdasarkan penelitian Fajriani (2011) papan partikel mangium kerapatan 0,8 kg/cm3 berperekat UF termasuk ke dalam kelas awet II. Lebih lanjut penggolongan ketahanan papan partikel hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Klasifikasi ketahanan papan partikel hasil penelitian pada berbagai jenis bahan baku terhadap rayap tanah berdasarkan rata-rata penurunan berat SNI 01.7202-2006

Jenis bahan baku Jenis perekat Kelas awet Ketahanan Sengon

MDI

II Tahan

Manii III Sedang

Mangium I Sangat tahan

Bambu betung IV Buruk

Sengon

Semen

I Sangat tahan

Manii I Sangat tahan

Mangium I Sangat tahan

(37)

Komposisi bahan kimia penyusun kayu yang berbeda pada setiap jenis papan partikel diduga berpengaruh terhadap kehilangan berat contoh uji. Masing-masing jenis kayu memiliki komposisi selulosa, hemiselulosa, lignin, dan ekstraktif dalam jumlah yang berbeda. Syafii (1996) menyatakan bahwa faktor yang sangat penting dalam ketahanan kayu dari serangan organisme perusak kayu adalah komponen kimia kayu. Ekstraktif memiliki peran dalam ketahanan kayu dari serangan organisme perusak kayu.

Contoh uji papan partikel pada penelitian ini memiliki ukuran partikel yang berbeda. Pada contoh uji papan partikel berperekat MDI dari bahan baku sengon kehilangan berat untuk partikel halus adalah 3,67%, partikel sedang 3,60%, dan partikel wol 3,08%. Pada contoh uji papan partikel manii kehilangan berat untuk partikel halus 9,35%, partikel sedang 8,97%, dan partikel wol 9,29%. Contoh uji papan partikel mangium kehilangan berat untuk partikel halus adalah, sedang, dan wol berturut-turut adalah 0.91%, 3,16%, dan 5,23%. Sedangkan contoh uji papan partikel bambu betung kehilangan berat untuk partikel halus adalah, sedang, dan wol berturut-turut adalah 12,97%, 12,41%, dan 11,71%. Rata-rata kehilangan berat papan partikel berperekat MDI keempat jenis bahan baku untuk ukuran partikel halus adalah 6,73%, untuk ukuran partikel sedang adalah 7,04%, dan ukuran partikel wol adalah 7,33%. Sedangkan rata-rata kehilangan berat papan partikel wol berperekat semen adalah 1,27%. Berdasarkan SNI 01.7202-2006 papan partikel dengan ukuran partikel halus, sedang, dan wol termasuk dalam kelas awet II, sedangkan partikel wol semen tergolong dalam kelas awet I. Secara umum papan wol semen memiliki ketahanan yang paling baik diikuti partikel halus, sedang, dan wol. Lebih lanjut penggolongan kelas ketahanan papan partikel pada setiap ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 4.

(38)

Tabel 4 Klasifikasi ketahanan papan partikel hasil penelitian pada berbagai ukuran partikel terhadap rayap tanah berdasarkan rata-rata penurunan berat SNI 01.7202-2006

Ukuran partikel Kelas awet Ketahanan

Halus MDI II Tahan

Sedang MDI II Tahan

Wol MDI II Tahan

Wol semen I Sangat tahan

Papan partikel berperekat MDI menunjukan kelas awet yang lebih rendah dibandingkan dengan papan partikel berperekat semen. Islami (2011) menyatakan bahwa perekat isosianat tidak disukai rayap, sehingga mempengaruhi pada aktivitas makan rayap yang berakibat pada penurunan kehilangan berat yang sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kawai (1998) dalam Daud et al. (2009) bahwa perekat isosianat banyak digunakan dalam industri papan partikel karena memiliki sifat reaktivitas, daya rekat, dan keawetan yang tinggi. Hal ini tidak berlaku pada papan partikel wol semen yang ditunjukan dengan nilai rata-rata kehilangan berat yang paling kecil diantara ukuran partikel lain. Diduga rayap tidak dapat menembus semen yang melapisi partikel sehingga menghasilkan penurunan kehilangan berat yang lebih kecil. Souza et al. (1997) menyatakan bahwa papan partikel semen sangat tahan terhadap serangan rayap karena rayap tidak dapat bertahan hidup. Semen tidak bersifat racun, namun rayap mati karena kelaparan. Sukartana et al. (2000) menyatakan bahwa rayap adalah perusak kayu dan menjadikan kayu sebagai bahan makanan. Penggunaan semen sebagai perekat akan mengurangi akses rayap menuju sumber makanannya.

Hasil analisis secara statistik pada selang kepercayaan 95% (Tabel 5) menunjukan bahwa perlakuan jenis bahan baku dan interaksi antara jenis bahan baku dan ukuran partikel papan partikel berperekat MDI memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehilangan berat kayu akibat serangan rayap tanah C. curvignathus. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan jenis bahan baku papan partikel (sengon, manii, mangium, dan bambu betung) dan juga interaksinya dengan ukuran partikel (halus, sedang, dan wol) akan menghasilkan presentase kehilangan berat papan partikel yang berbeda pula. Namun perlakuan ukuran

(39)

partikel pada papan partikel berperekat MDI dan perlakuan jenis bahan baku pada papan partikel berperekat semen tidak memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukartana et al. (2000) bahwa tidak ada perbedaan antara papan semen kayu dan bambu dalam ketahanan terhadap serangan rayap.

Tabel 5 Ringkasan analisis varian (ANOVA) pengaruh dari jenis bahan baku, ukuran partikel, dan interaksi keduanya terhadap nilai kehilangan berat oleh rayap

Sumber Nilai probabilitas (p) kehilangan berat Perekat MDI Perekat Semen

Jenis Bahan Baku (A) 0,000** 0,200ts

Ukuran Partikel (B) 0,309ts -

Interaksi A dan B 0,001** -

Keterangan : ** = memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% ts = tidak memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%

Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perlakuan jenis bahan baku papan partikel terhadap kehilangan berat dilakukan Uji Duncan. Hasil Uji Duncan (Lampiran 6) menunjukan bahwa kehilangan berat papan partikel mangium berbeda nyata dengan kehilangan berat papan partikel manii dan bambu betung, namun tidak berbeda nyata dengan kehilangan berat papan partikel sengon. Sehingga dapat dijelaskan bahwa perlakuan jenis bahan baku papan partikel yang berbeda akan memberikan hasil kehilangan berat yang berbeda pula. Hal ini diduga karena karakteristik dari masing-masing jenis bahan baku papan partikel yang berbeda satu sama lain sehingga mempengaruhi perilaku makan pada rayap. Menurut Supriana (1983) dalam Islami (2011) satu jenis kayu mungkin sangat peka terhadap satu jenis rayap dan menimbulkan respon relatif kuat dibandingkan dengan jenis kayu lainnya karena adanya karakteristik sifat anatomi, fisik dan kimia kayu.

Uji Duncan dilakukan untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perlakuan interaksi antara jenis bahan baku papan partikel dan ukuran partikel terhadap kehilangan berat. Hasil Uji Duncan menunjukan bahwa kehilangan berat papan partikel mangium halus berbeda nyata dengan papan partikel mangium sedang, dan mangium wol. Sedangkan perbedaan yang nyata ditunjukan antara kehilangan

(40)

berat papan partikel sengon, manii dan bambu, namun kehilangan berat antar ukuran partikel pada setiap jenis bahan baku papan partikel tidak berbeda nyata. Tabel Uji Duncan pengaruh interaksi jenis bahan baku dan ukuran partikel berperekat MDI dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi jenis bahan baku dan ukuran partikel terhadap kehilangan berat oleh serangan rayap (perekat MDI)

Perlakuan N Subset 1 2 3 4 5 mangium halus 3 0,9140 sengon wool 3 3,0767 mangium sedang 3 3,1637 sengon sedang 3 3,5993 3,5993 sengon halus 3 3,6677 3,6677 mangium wool 3 5,2310 manii sedang 3 8,9717 manii wool 3 9,2917 manii halus 3 9,3523 bambu wool 3 11,7067 bambu sedang 3 12,4100 bambu halus 3 12,9700 Sig. 1,000 0,488 0,053 0,643 0,130

4.1.2 Mortalitas Rayap Tanah (C. curvignathus)

Parameter lain yang dapat digunakan dalam pengujian tingkat keawetan kayu adalah mortalitas rayap. Presentase mortalitas rayap diperoleh dari perhitungan rayap yang mati selama pengujian papan partikel. Menurut Supriana (1983) yang diacu dalam Islami (2011) perilaku makan rayap di alam berbeda dengan di laboratorium. Di alam rayap bebas untuk memilih sendiri lingkungan yang paling sesuai bagi hidupnya. Sedangkan di laboratorium, rayap dipaksa makan (forced feeding test). Dalam keadaan terpaksa, rayap akan memakan bahan (umpan) yang diberikan. Pada awalnya rayap tanah akan menyesuaikan diri

(41)

dengan lingkungan pada botol uji. Kemudian rayap akan mulai mencoba memakan contoh uji yang diberikan. Rayap yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkunan yang baru umumnya mati pada awal pengujian. Bagi rayap yang lebih tahan, akan memilih untuk tidak makan, kemudian lambat laun rayap akan bertambah lemah dan mati.

Gambar 9 Presentase mortalitas rayap C. curvignathus.

Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa semua nilai mortalitas rayap pada papan partikel di atas 95% (Gambar 9). Papan partikel kayu sengon MDI memiliki rata-rata nilai mortalitas 97,33%, papan partikel kayu mangium menghasilkan rata-rata mortalitas rayap tanah 98,39%, serta papan partikel manii dan bambu memiliki rata-rata nilai mortalitas 100% atau tidak ada rayap yang hidup pada saat pembongkaran contoh uji. Sedangkan nilai mortalitas papan partikel sengon, manii, mangium, dan bambu betung berperekat semen berturut-turut adalah 99,50%, 100%, 94,33%, dan 100%. Namun nilai mortalitas pada kontrol kayu solid sengon menunjukan nilai mortalitas rayap yang lebih baik yaitu 85,17%. Berdasarkan ukuran partikel penyusun pada papan partikel halus menunjukan rata-rata nilai mortalitas rayap tanah tertinggi 100%, papan partikel sedang memiliki rata-rata nilai mortalitas 98,71%, dan papan partikel wol memiliki rata-rata nilai mortalitas paling rendah, yaitu 98,08%, sedangkan nilai

0 20 40 60 80 100 120

Sengon Manii Mangium Bambu Kontrol

M o r ta li ta s (% )

Jenis Papan Partikel

halus MDI sedang MDI wol MDI wol semen kontrol kayu sengon

(42)

mortalitas 98,46% dihasilkan oleh papan partikel wol semen. Hasil analisis secara statistik pada selang kepercayaan 95% (Tabel 7) menunjukan bahwa perlakuan jenis bahan baku, ukuran partikel dan interaksi antara keduanya pada papan partikel berperekat MDI dan semen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas rayap tanah C. curvignathus.

Tabel 7 Ringkasan analisis varian (ANOVA) pengaruh dari jenis bahan baku, ukuran partikel, dan interaksi keduanya terhadap nilai mortalitas rayap

Sumber Nilai probabilitas (p) mortalitas rayap Perekat MDI Perekat Semen

Jenis Bahan Baku (A) 0,211ts 0,465ts

Ukuran Partikel (B) 0,326ts -

Interaksi A dan B 0,396ts -

Keterangan : ts = tidak memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%

Tingginya nilai mortalitas rayap tanah pada pengujian ini diduga disebabkan oleh ketidaksesuaian kondisi lingkungan hidup alami rayap. Mortalitas rayap juga dipengaruhi oleh adanya kandungan perekat MDI pada papan partikel. Diduga rayap mati karena pengaruh senyawa kima yang terdapat pada perekat isosianat karena rayap pada sebagian besar botol uji terlihat mati pada pengamatan minggu ke dua. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya aktivitas rayap yang terlihat pada bagian bawah botol uji tempat contoh uji diletakkan. Senyawa kimia yang termakan oleh rayap diduga mengakibatkan rayap teracuni sehingga menghasilkan nilai mortalitas yang tinggi.

4.1.3 Bentuk Serangan Rayap Tanah (C. curvignathus) terhadap Contoh Uji

Rayap menggunakan kayu sebagai tempat berlindung dan untuk memperoleh sumber makannya (Bowyer et al. 2003). Aktivitas rayap C. curvignatus selama pengujian menimbulkan perubahan pada contoh uji. Pada contoh uji papan partikel terdapat kerusakan akibat berupa lubang-lubang yang terdapat pada bagian permukaan dan sisi contoh uji (Gambar 10). Hal ini diduga karena pada bagian isi contoh uji terdapat permukaan yang tidak terlapisi oleh perekat akibat proses pemotongan contoh uji sehingga rayap masih dapat

Gambar

Gambar 1  Struktur kimia
Gambar 3  (a)  Penghitungan  rayap  (200  ekor  rayap  pekerja  per  botol  uji),  (b)  rayap  yang  telah  dimasukkan  ke  dalam  botol,  (c)  pengumpanan  dilakukan selama 4 minggu
Tabel 1   Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan  berat SNI 01.7202-2006 yang kisarannya telah disesuaikan dengan batas  urutan
Gambar 5  Contoh uji papan partikel pada beberapa jenis bahan baku dan ukuran  partikel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Pendidikan Islamiyah atau Yayasan Pendidikan Islamiyah Buduran dirintis sejak tahun 1958 dengan dibukanya lembaga pendidikan setingkat SD yaitu Madrasah Ibtida’iyah

Finansial secara simultan terhadap Perilaku Kerja Karyawan mempunyai tingkat pengaruh dan determinasi yang lebih signifikan dibandingkan dengan pengaruh variabel

110% 1 Mening- katnya produksi Padi 1 Persentase peningkatan produksi padi 0.6 0,6 0,6 0,6 0,6 Meningkatka n Intensitas Pertanaman (IP) dan produktivitas Program peningkatan

Inti pemikiran Gadamer yang bertumpu pada “pemahaman” merujuk pada bahwa dalam memahami sesuatu yang sifatnya telah lampau pun, pemahaman ini bisa digunakan untuk

Ada beberapa hal yang bisa kita analisis terhadap prinsip maskulinitas yang terinternalisir dalam diri feminisme dominan, diantaranya; feminisme liberal

Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Efektivitas Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Kontribusinya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Penerapan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2)

Dalam pengujian bobot 1 dilakukan dengan mengganti nilai bobot pada kriteria pertama menjadi 80% dan untuk kriteria yang lain mempunyai nilai bobot yang sama yaitu 1.82%,