• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BANDURA TERHADAP KINERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BANDURA TERHADAP KINERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BANDURA

TERHADAP KINERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD

L. Ade Sri Lestari

1

, Md. Sumantri

2

, Kd. Suartama

3

1,2

Jurusan PGSD,

3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ade_lestari13@yahoo.co.id1, madesumantripgsd@yahoo.co.id2, deksua@undiksha.gmail.com3

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini dilihat dari rata-rata capaian siswa antara 66 hingga 76,dengan KKM 70. Jika di konversi ke PAP skala lima, nilai siswa tersebut tergolong baik dan cukup. Selain itu, pembelajaran IPA yang dialami siswa, jarang melibatkan kinerja ilmiah. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) kinerja ilmiah antara siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran Bandura dan konvensional, (2) hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran Bandura dan konvensional, (3) kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan penerapan model pembelajaran Bandura dan konvensional. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD di gugus IX kecamatan Buleleng sebanyak 207 siswa. Sampel penelitian ini antara lain kelas IVA dan IVB SD No. 1 Astina. Data yang digunakan adalah data

post-test kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa. Data kinerja ilmiah dikumpulkan dengan

menggunakan lembar observasi sedangkan data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t dan Manova. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan: (1) kinerja ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Bandura dan konvensional dengan signifikansi 0,47<0,05; (2) hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Bandura dan konvensional dengan signifikansi 0,000<0,05; dan (3) kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Bandura dan konvensional dengan signifikansi kurang dari 0,05.

Kata kunci: Bandura, Kinerja Ilmiah, Hasil Belajar IPA Abstract

The problem in this study was the low of student science learning outcomes. It can be seen from the average performance of students between 66 to 76, with the KKM 70. If the conversion to PAP skala lima, scores of student are classified as good and enough. In addition, students experienced learning science, rarely involves the scientific performance of this study. Therefore, this experiment aimed to determine: (1) the scientific performance differences between students who were thaught by using Bandura’s learning model and conventional learning model, (2) the differences of science learning outcomes between students who were thaught by using Bandura’s learning model and conventional learning model, (3) the performance of scientific and science learning outcomes differences between students who were thaught by using Bandura’s learning model and conventional learning model. The experiment was a quasi-experiment. The population of this experiment was the whole fourth grade students at Gugus IX Kecamatan Buleleng who were 207 students. The samples of this experiment were the class of IVA and IVB in SD No. 1 Astina. The data were used in the experiment was a data post-test of scientific performance and science learning outcomes. The data of scientific performance were collected by using observation sheets and the data of science learning outcomes were collected by using achievement

(2)

test. The collected data were analyzed by using t-test and Manova. The result of analysis showed that: (1) there was differences in scientific performance between students who were thaught by using Bandura’s learning model and conventional learning model with significance at 0.47<0.05; (2) there was differences in science learning outcomes between students who were thaught by using Bandura’s learning model and conventional learning model with significance at 0.000<0.05; and (3) there was differences in scientific performance and science learning outcomes between students who were thaught by using Bandura’s learning model and conventional learning model with significance less than 0.05.

Keywords: Bandura, Scientific Performance, Science Learning Outcomes PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan seleksi, pengaturan, dan penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut. Belajar juga dikatakan sebagai proses multi segi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks, akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari yang lainnya (Gredler, 2011). Belajar adalah hal yang penting karena belajar merupakan dasar bagi kemajuan masyarakat di masa mendatang. Mengingat pentingnya belajar, maka masyarakat maupun individu tidak bisa mengabaikan proses pendidikan begitu saja. Dalam proses pendidikan ini, pengajaran yang berlangsung melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pebelajar.

Dalam melakukan pembelajaran, guru harus menentukan metode maupun model pembelajaran yang akan diterapkan. Penentuan atau pemilihan metode tersebut, hendaknya melalui pertimbangan-per-timbangan yang matang sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan sesuai dengan sasaran yaitu proses belajar siswa dan luaran yang dihasilkan.

Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, guru menggunakan pemikiran yang praktis yang mudah diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sudah terbiasa me-laksanakan pembelajaran dengan meng-gunakan model pembelajaran konvensional yang menempatkan guru sebagai pusat dalam pembelajaran. Pelaksanaannya, siswa di sekolah hanya mendapat teori-teori dari penjelasan guru, tanpa dapat

meng-ekspresikan kemampuannya dalam materi yang dipelajari.

Hal ini terjadi pada siswa di sekolah dasar di gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil observasi (wawancara dan pengamatan) awal yang dilakukan, didapatkan bahwa cara mengajar guru masih menggunakan

teacher center atau pembelajaran yang

berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, hal ini juga ber-pengaruh pada tingkat hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar yang dicapai siswa pada gugus tersebut termasuk kategori baik dan cukup pada konversi skala lima. Namun, kebanyakan sekolah di gugus IX ini berada pada kategori cukup. Kisaran skor rata-rata capaian siswa yaitu 66 hingga 76.

Berdasarkan kegiatan observasi awal dapat diketahui bahwa masih terdapat permasalahan pada pelaksanaan pem-belajaran khususnya pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar di gugus IX Kecamatan Buleleng ini. Hal ini didasarkan pada metode pengajaran guru yang tidak menempatkan siswa sebagai pebelajar yang mampu mengeksplorasi pengetahuan-nya. Selain itu, karakteristik dari mata pelajaran IPA yaitu pembelajaran yang ber-pusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif, belum dipenuhi sehingga perolehan hasil belajar siswa tergolong rendah.

Dengan melihat karakteristik siswa yang mampu mengeksplorasi pengetahuan-nya sendiri, dan memperhatikan karakteristik IPA, maka terdapat ketidak-sesuaian dengan penerapan model pem-belajaran konvensional yang turun temurun dijalankan tersebut. Sudah saatnya guru mencari dan menerapkan model

(3)

pem-belajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajarannya. Dengan memperhatikan karakteristik siswa dan mata pelajaran inilah guru juga bisa disebut praktis dalam hal memilih model pem-belajaran yang akan diajarkan. Seperti halnya pendapat Ginnis (2008:18) bahwa guru menginginkankan ide-ide praktis dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian guru harus dapat mem-buka wawasannya untuk dapat mengetahui manfaat yang didapatkan oleh pendidik untuk mengetahui alasan terkait dengan sesuatu berjalan, atau tidak. Hal tersebut akan berguna apabila guru-guru mem-punyai prinsip-prinsip untuk menuntun dalam merancang pelajaran, dan juga akan bermanfaat bila mengetahui cara siswa belajar sehingga guru tidak selalu bertindak secara otomatis dari cara pembelajaran yang rutin ia jalankan yaitu pembelajaran dengan ceramah penuh.

Dengan demikian, guru hendaknya memikirkan model pembelajaran yang akan digunakan sehingga model yang dipilih sesuai dengan materi yang akan dipelajari siswa, dan juga sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. Melalui pertimbangan-pertimbangan itulah guru dapat dikatakan berhasil karena telah menemukan model pembelajaran yang tepat dan berhasil menerapkannya dalam pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari hasil capaian siswa ketika model tersebut telah dijalankan. Dalam Uno (2010) dipaparkan bahwa model pembelajaran dapat berperan sebagai pola atau dasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru sudah memuat teori-teori yang dapat digunakan sebagai panduan atau tuntunan dalam melaksana-kan pembelajaran. Teori-teori yang dimuat khususnya berkenaan dengan strategi pem-belajaran, metode pempem-belajaran, teknik pembelajaran, dan pendekatan pembelajar-an.

Berdasarkan berbagai pengertian dan pemahaman tentang belajar dan model pembelajaran di atas, model pembelajaran yang diangkat dalam penelitian ini adalah model Pembelajaran Bandura. Pem-belajaran yang menggunakan model pem-belajaran Bandura ini akan mengarahkan

siswa untuk aktif dalam proses pem-belajaran sehingga pempem-belajaran tidak lagi menitik beratkan pada aktivitas guru. Hal ini sangat baik untuk perkembangan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuan yang ia dapatkan dalam proses pembelajaran.

Bandura merupakan nama dari seorang ahli psikologi yaitu Albert Bandura. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosialnya yang merupakan salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang di-kemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap model. Albert Bandura yang merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial memandang bahwa ketika sisa belajar mereka dapat me-representasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model

deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga

faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif, dan lingkungan yang cocok dengan mata pelajaran IPA yang mengarah pada lingkungan siswa itu sendiri. Ketiga faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan pengaruhi perilaku, faktor perilaku mem-pengaruhi lingkungan, dan faktor person/ kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tidak mempunyai ke-cenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Dalam Winarto (2011) dijelaskan bahwa model pembelajaran Bandura, dipengaruhi oleh faktor prilaku, person/ kognitif, dan lingkungan. Faktor yang ber-peran penting dari ketiganya adalah faktor

person (kognitif). Menurut teori Bandura ini,

proses mengamati dan meniru baik perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar yang dapat

(4)

dilakukan oleh setiap individu. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosialnya.

Penerapan model pembelajaran Bandura tidak lagi menempatkan guru sebagai pusat pelaksanaan pembelajaran, melainkan siswa yang mengobservasi melalui model yang telah disiapkan oleh guru. Peran guru hanya menyediakan model, fasilitator, mengarahkan, dan mem-bimbing siswa. Siswalah yang berperan penting dalam mengkonstruksi pengetahu-an dpengetahu-an pemahampengetahu-annya melalui pengamat-an atau observasi dpengamat-an modeling atau imitasi dari model yang disediakan.

Dengan demikian, dari kenyataan pembelajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah, data capaian hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA, dan teori dari model pembelajaran Bandura, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Bandura terhadap kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tersebut dilakukan dengan menganalisis perbedaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Bandura dengan model pembelajaran konvensional terhadap kinerja ilmiah dan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dikarenakan untuk meneliti atau mengetahui ada tidaknya pengaruh, akan dilihat pada ada tidaknya perbedaan hasil yang diperoleh setelah menerapkan suatu model baru terhadap model lama yang diterapkan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kuasi

eksperimen. Rancangan kuasi penelitian ini

berfungsi untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang diperoleh dengan eksperimen dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengadakan kontrol atau manipulasi

ter-hadap semua variabel yang relevan (Noor, 2011:118). Penelitian ini menggunakan

Post Test Only Group Design. Desain ini

merupakan desain yang paling sederhana dari desain eksperimen, karena responden benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya (Noor, 2011). Desain ini telah memenuhi kriteria dari penelitian kuasi eksperimen, yakni melibatkan kegiatan manipulasi variabel, pemilihan kelompok yang diteliti secara random, dan seleksi perlakuan. Mengacu dari teori tersebut, dalam rancangan ini digunakan dua kelompok. Satu kelompok diberi perlakuan tertentu yang disebut dengan kelompok eksperimen yakni kelompok yang mendapat perlakuan Model Pembelajaran Bandura. Sementara kelompok yang satunya lagi dijadikan kelompok kontrol yakni kelompok yang, hanya menggunakan model pem-belajaran konvensional yang biasa diterapkan di sekolah tersebut.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IX kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Gugus IX di kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng ini meliputi SD No. 1 Astina, SD No. 1 Banjar Jawa, SD No. 3 Banjar Jawa, dan SD No. 5 Banjar Jawa. Banyaknya populasi dalam penelitian ini yaitu 207 siswa. Sebelum ditentukannya sampel penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t pada populasi. Setelah dilakukan uji ke-setaraan, kemudian dilakukan random pada pasangan kelas sebagai sampel penelitian. Setelah pasangan kelas didapat, kemudian pasangan tersebut dirandom kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Sampel dari hasil random yang dilakukan adalah SD No. 1 Astina Singaraja dengan kelas IVA dan IVB sebagai kelas eksperimen dan kontrol. Banyaknya siswa pada kelas eksprimen yaitu kelas IVA adalah 24 siswa dan kelas kontrol yaitu kelas IVB adalah 20 siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) instrumen kinerja ilmiah yaitu dengan lembar observasi; dan (2) instrumen hasil belajar IPA dengan tes hasil belajar. Sebelum instrumen

(5)

diguna-kan, terlebih dahulu diuji oleh dua ahli (judgest) yakni dosen yang membidangi IPA. Instrumen kinerja ilmiah juga diseleksi oleh judgest sehingga indikator-indikator yang dinilai pada lembar observasi tersebut layak untuk diterjunkan pada kegiatan post

test. Pada instrumen hasil blajar IPA,

soal-soal pada tes hasil belajar IPA diseleksi, dan dilakukan revisi hingga soal-soal pada tes hasil belajar tesebut siap untuk dilaku-kan uji coba. Uji coba dilakudilaku-kan di SD No. 3 Banjar Jawa pada kelas VA, VC, dan IVB. Jumlah siswa yang dilibatkan dalam validasi soal sebanyak 99 siswa dengan 50 butir soal. Dari 50 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak 31 butir soal dinyatakan valid sehingga dilakukan random untuk mengeliminasi 1 butir soal karena soal yang digunakan pada post test sebanyak 30 butir. Selain analisis validitas yang

dilakukan, dilakukan juga analisis reliabilitas. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan reliabilitas tes sebesar 0,85 dan tergolong pada reliabilitas tinggi sehingga soal-soal yang valid tersebut layak untuk

digunakan pada kegiatan post test. Analisis yang digunakan pada pengujian hipotesis pertama (untuk mengetahui perbedaan kinerja ilmiah antara kelompok eksperimen dan kontrol) dan hipotesis kedua (untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kontrol) menggunakan uji-t dua ekor. Sedangkan uji hipotesis ketiga (untuk mengetahui per-bedaan kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kontrol) menggunakan MANOVA yang terdiri dari uji

Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotteling’s Trace, dan Roys Largest Root dengan

bantuan program SPSS-PC 16 for Windows (Priyatno, 2009:126).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk dapat mendeskripsikan hasil penelitian, dilakukan analisis statistik deskriptif pada masing-masing variabel terikat kelas eksperimen dan kontrol. Adapun rekapitulasi hasil perhitungan statistik deskriptif tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan tabel tersebut, kinerja

ilmiah pada kelompok eksperimen diketahui Modus<Median<Mean sehingga kurva pada kelompok ini adalah kurva juling positif (Koyan, 2012:19). Kurva tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di samping ini.

Tabel 1 tersebut di atas juga dapat diketahui kinerja ilmiah pada kelompok kontrol. Kurva kinerja ilmiah kelompok ini adalah tidak mengikuti kurve juling positif dengan Modus<Median<Mean. Selain itu, kurve kinerja ilmiah kelompok ini juga tidak mengikuti kurve juling negatif dengan Modus>Median>Mean. Hal ini dikarenakan kurve kinerja ilmiah kelompok konvensional menggambarkan Modus>Median, Modus> Mean, dan Median<Mean. Kurva kinerja Tabel 1. Rekapitulasi hasil perhitungan statistik deskriptif

Statistik Deskriptif

Kinerja Ilmiah Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean Median Modus Varians Standar Deviasi Skor Maksimum Skor Minimum 79,50 77,44 67,53 89,95 9,48 91,88 67,53 73,21 71,10 88,31 118,80 10,90 88,31 55,84 85,14 86,67 93,33 94,67 9,73 96,67 63,33 65,00 66,67 50,00 140,94 11,87 63,33 40,00

(6)

ilmiah kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Selain kinerja ilmiah, hasil belajar IPA siswa juga dapat diketahui dengan melihat tabel 1 di atas. Hasil belajar IPA siswa eksperimen digambarkan dengan Modus> Median>Mean sehingga didapatkan kurva juling negatif (Koyan, 2012:19). Kurva tersebut dapat dilihat pada gambar 3 di samping ini.

Kurva hasil belajar IPA kelompok konvensional juga dapat digambarkan ber-dasarkan tabel 1 di atas. Dari data tersebut, didapatkan kurva seperti gambar 4 di bawah ini.

Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif, kemudian dilakukan analisis hipotesis. Namun sebelum analisis hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilaku-kan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan uji prasyarat yang dilakukan, diperoleh bahwa data kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelompok eksprimen dan kontrol normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan analisis hipotesis pertama dan kedua dengan menggunakan t. Rangkuman uji-t dapauji-t dilihauji-t pada uji-tabel 2 berikuuji-t ini.

Pengambilan keputusan uji-t ber-dasarkan sig. (2-tailed) dilakukan dengan membandingkan skor sig. 2-tailed dengan sig. 0,05. Apabila sig. 2-tailed sama dengan atau lebih kecil dari 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok. Dan apabila skor sig. (2-tailed) diatas 0,05, artinya tidak terdapat per-bedaan yang signifikan diantara dua kelompok tersebut. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji-t kinerja ilmiah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

skor sig. (2-tailed) kinerja ilmiah siswa kelompok eksprimen dan kontrol adalah 0,047, dan skor sig. 2-tailed hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah 0,000. Kedua sig. 2-tailed tersebut <0,05 sehingga hipotesis pertama dan hipotesis kedua diterima.

Setelah uji-t dilakukan, selanjutnya dilakukan uji hipotesis terakhir yaitu hipotesis ketiga dengan analisis Manova. Rangkuman analisis Manova disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Gambar 3. Kurva hasil belajar IPA eksperimen

Gambar 2. Kurva kinerja ilmiah kontrol

Gambar 4. Kurva hasil belajar IPA kontrol Tabel 3. Rangkuman analisis Manova

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept Pillai's Trace .985 1.311E3a 2.000 41.000 .000

Wilks' Lambda .015 1.311E3a 2.000 41.000 .000

.000

Hotelling's Trace 63.967 1.311E3a 2.000 41.000

Roy's Largest Root 63.967 1.311E3a 2.000 41.000 .000

X Pillai's Trace .547 24.733a 2.000 41.000 .000

.000

Wilks' Lambda .453 24.733a 2.000 41.000

Hotelling's Trace 1.206 24.733a 2.000 41.000 .000

.000

Roy's Largest Root 1.206 24.733a 2.000 41.000

a. Exact statistic

b. Design: Intercept + X

Tabel 2. Rangkuman uji-t

Uji-t (Sig. 2-tailed)

Kinerja Ilmiah Hasil Belajar IPA

(7)

Tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi dari Pillai’s Trace, Wilk’s

Lambda, Hotteling’s Trace, dan Roys Largest Root adalah<0,05, sehingga hipotesis ketiga dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dideskripsikan bahwa kinerja ilmiah siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor kinerja ilmiah siswa dan kemiringan kurve histogram. Rata-rata skor kinerja ilmiah siswa kelompok eksperimen adalah 79,50 yang berada pada kategori tingkat penguasaan baik (berdasarkan pedoman konversi skala lima) dan skor kinerja ilmiah siswa pada kelompok kontrol adalah 73,21 yang juga berada pada kategori baik (berdasarkan pedoman konversi skala lima). Skor kinerja ilmiah siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik histogram tampak kurva sebaran data merupakan juling positif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cendrung rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Akan tetapi, dilihat dari sebaran data yang diperoleh siswa klompok eksperimen, skor siswa tidak tergolong cenderung rendah dan jika dikonversi ke PAP skala lima, maka skor siswa berada pada kategori memuaskan. Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil skor kinerja ilmiah siswa digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurva sebaran data tidak mengikuti kurve juling positif maupun juling negatif sehingga data skor siswa tidak cenderung rendah maupun tinggi. Namun, jika dilihat dari sebaran skor siswa, dapat dikatakan bahwa skor kinerja ilmiah siswa pada kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan dengan skor siswa pada kelompok eksperimen walaupun sama-sama berada pada kategori memuaskan. Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa jika siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran Bandura, setidaknya terjadi kenaikan skor dilihat dari rata-rata capaian siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Selain data kinerja ilmiah, data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Hal ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa

dan kemiringan kurve histogram. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 85,14 yang berada pada katagori tingkat penguasaan sangat memuaskan dan skor hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol adalah 65,00 yang berada pada kategori cukup. Skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik histogram tampak kurve sebaran data merupakan kurve juling negatif yang menyatakan bahwa sebagian besar skor cendrung tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol, skor hasil belajar IPA siswa yang digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurve sebaran data tidak mengikuti kurve juling positif maupun juling negatif sehingga data skor siswa tidak cenderung rendah maupun tinggi. Namun, jika dilihat dari sebaran skor siswa, dapat dikatakan bahwa skor hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol tergolong rendah.

Setelah data dianalisis dengan uji statistik deskriptif, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan uji-t yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua, didapatkanlah hasil sebagai berikut: (1) Uji-t independent pada kinerja ilmiah siswa kelas eksperimen dan kontrol menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja ilmiah siswa kelas ekperimen yang belajar melalui pe-nerapan model pembelajaran Bandura dan siswa kelas kontrol yang belajar melalui penerapan model pembelajaran konven-sional dengan signifikansi yang didapat sebesar 0,47<0,05. Dengan signifikansi yang kurang dari 0,05 inilah maka H1 diterima yakni terdapat perbedaan kinerja ilmiah antara siswa yang belajar meng-gunakan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IX kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014; dan (2) Uji-t independent pada hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dan kontrol menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan data hasil belajar IPA siswa kelas ekperimen yang belajar melalui penerapan model pembelajaran Bandura dan kontrol yang belajar melalui

(8)

penerapan model konvensional dengan signifikansi yang di-dapat sebesar 0,000<0,05. Dengan capaian signifikansi yang kurang dari 0,05 itulah maka H2 diterima yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar meng-gunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IX kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Berbeda dengan uji hipotesis pertama dan kedua, uji hipotesis ketiga dilakukan dengan analisis Manova. Pada analisis ini didapatkan bahwa signifikansi semuanya (empat jenis analisis: uji Pillai’s Trace, Wilks’ Lamda, Hotelling’s Trace, Roy’s Largest, dan Root) 0,00<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran terhadap kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dengan penerapan model pem-belajaran Bandura dan kelas kontrol dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Uji selanjutnya pada analisis Manova ini adalah uji probabilitas (signifikansi) untuk menyelidiki ada tidaknya perbedaan. Uji ini menghasilkan capaian signifikansi kurang dari 0,05 sehingga dikatakan H3 diterima yaitu terdapat per-bedaan kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar menggunakan model pem-belajaran konvensional pada siswa kelas IV sekolah dasar di gugus IX kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ter-jadinya perbedaan kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol secara teori, yaitu pada teknis pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol yang dirapkan sehari-hari oleh guru cenderung lebih berpusat pada guru (teacher center).

Sudjana (2009:13) menyatakan bahwa konvensional merupakan suatu cara yang diterapkan dalam penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah pendengar. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran yang menerapkan model

konvensional di suatu sekolah ditandai dengan kegiatan berceramah oleh guru terhadap siswa-siswanya. Kegiatan ini ber-pusat pada guru, dan komunikasi terjadi bersifat searah. Dengan pembelajaran yang demikian, siswa menjadi cepat bosan sehingga konsentrasi siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut berkurang dan ke-bermaknaan pembelajaran menjadi sangat kurang bagi siswa. Siswa yang belajar dengan model konvensional ini hanya sekadar mengikuti pembelajaran dan guru juga hanya menuntut hasil yang dicapai siswa tanpa mempertimbangkan proses yang dilalui siswa, sehingga dampaknya terlihat pada kinerja dan hasil belajar yang dicapai siswa menjadi kurang maksimal.

Berbeda dengan kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan penerapan model pembelajaran Bandura. Siswa di kelas ini diajak untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran atau yang sering disebut dengan student center dan peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak terus-terusan diceramahi materi oleh guru, melainkan siswa diajak untuk meng-eksplorasi kemampuan yang ia miliki, dibiasakan untuk belajar dalam lingkungan tempat ia tumbuh, dan juga dibiasakan untuk bekerja secara ilmiah sehingga pem-belajaran yang diterapkan menjadi ber-makna bagi siswa. Keberber-maknaan ini terjadi karena siswa lebih memahami materi yang dipelajari yang kemudian dikaitkan dengan kehidupan siswa sehingga bukan hanya sekadar teori yang diketahui siswa, melainkan juga penerapan dalam ke-hidupannya sehari-hari. Dampak yang di-berikan melalui penerapan model pem-belajaran ini sangat terlihat baik dari kinerja maupun hasil belajar yang dicapai siswa secara maksimal.

Terjadinya peningkatan kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa yang di-belajarkan dengan penerapan model pem-belajaran Bandura sejalan dengan pendapat Piaget (dalam Hergenhahn & Matthew, 2009:388) bahwa pembelajaran sangat perlu materi konkret di tangan siswa (bukan sekadar gambar) dan siswa perlu menyusun hipotesis dan memverifikasi

(9)

materi itu (atau tidak memverifikasinya) secara langsung.

Teori Bandura dapat membuat siswa lebih memahami dan berkontribusi dalam pembelajaran. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa pemodelan dari model pembelajaran Bandura itulah yang ber-fungsi untuk memberikan gambaran awal kepada siswa terkait dengan apa yang harus ia lakukan kedepannya. Melalui pemodelan siswa akan mendapat gambar-an ygambar-ang harus ia kerjakgambar-an, dgambar-an akhirnya siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan-nya dengan mengembangkan model yang ia amati. Dari pengamatan tersebut siswa akan memantapkan pengetahuannya dengan cara menghubungkan pengalaman baru yang ia dapatkan dengan pengalaman sebelumnya dengan pengulangan-pengulangan yang dilakukannya. Dengan terpenuhinya unsur-unsur penting yang mendasari penerapan model pembelajaran Bandura ini, maka pembelajaran yang di-laksanakan akan menjadi bermakna bagi siswa sehingga bisa meningkatkan kinerja ilmiah dan hasil belajarnya. Berdasarkan hasil yang dicapai pada penelitian ini dan juga secara teori, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Bandura lebih unggul daripada model pembelajaran konvensional.

Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yoda, dkk., Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, FOK Universitas Pendidikan Ganesha, dalam Penelitian Pengembangan Pendidikan pada Desember 2011 berjudul “Pengembangan Modul Bermuatan Model Pembelajaran Bandura untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penjasorkes dan Kecerdasan Kinestetik Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian Yoda, dkk., menunjukkan terjadi- nya peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran bandura yang di-terapkan. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian ini yang menerapkan model pembelajaran bandura pada siswa kelas IV juga dapat meningkatkan kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa. Terbukti dengan meningkatnya skor capaian siswa baik secara kinerja ilmiah maupun hasil belajar. Peningkatan skor capaian siswa ini disebabkan oleh cara membelajarkan siswa

yang berbeda. Dengan pembelajaran Bandura, siswa dituntut untuk aktif bukan hanya dari segi mencari informasi atau teori, melainkan secara aktivitas. Siswa dituntut untuk melakukan percobaan sehingga dari percobaan tersebut siswa akan lebih memahami teori yang ia pelajari. Dengan demikian, maka pembelajaran dengan model Bandura berpengaruh positif terhadap capaian siswa.

Temuan-temuan yang membuktikan adanya pengaruh positif yang merupakan akibat dari penerapan model pembelajaran Bandura yakni dipaparkan sebanyak empat poin. Poin pertama, siswa aktif mengikuti pembelajaran. Mulai dari timbulnya rasa ingin tahu yang terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang di-tanyakan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga aktif mengamati pemodelan yang ditampilkan dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Dengan pengerjaan tugas yang diselesaikan secara pribadi maupun ber-kelompok ini akan berdampak pada penge-tahuan yang didapat siswa akan lebih di-ingat daripada pengetahuan yang diberikan oleh guru secara langsung dengan cara ceramah. Hal ini dikarenakan siswa akan memahami materi dengan baik melalui proses yang harus dilalui untuk men-dapatkan jawaban dari pertanyaan-per-tanyaan, bukan mendapatkannya secara instan.

Poin kedua, mengasah kemampuan kinerja ilmiah siswa. Penerapan model pembelajaran Bandura ini mengarahkan siswa untuk melakukan observasi. Dengan diadakannya observasi lebih banyak, maka siswa akan menjadi lebih terampil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ilmiah se-jenis observasi ilmiah. Dan hasil observasi yang didapatkan akan lebih bermakna.

Poin ketiga, meningkatnya interaksi antar siswa, maupun interaksi siswa dengan guru. Hal ini terlihat dari interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru pada saat melakukan kegiatan ilmiah. Selain memberikan bimbingan, guru juga memberikan arahan bahwa kegiatan ilmiah yang dilakukan berkaitan dengan kejadian yang terjadi dilingkungannya. Begitu pula interaksi siswa dalam kelompok lebih kondusif. Hal ini juga ditandai dengan

(10)

peran guru dalam penyampaian materi yang semakin berkurang.

Dan terakhir yaitu poin keempat, terbukti bahwa kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa dapat meningkat sebagai akibat dari pengaruh model pembelajaran Bandura. Hal ini didasarkan pada pem-belajaran Bandura yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan mengarahkan siswa untuk me-lakukan observasi atau pengamatan dan analisis terhadap materi yang dipelajari dengan lingkungan sekitar siswa. Dengan demikian siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajarannya. Keterlibatan langsung siswa dalam pem-belajaran tersebut, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk meng-gunakan pengetahuan yang telah dimiliki atau pengetahuan awal siswa pada kegiatan berinteraksi antar kelompok serta dapat juga meningkatkan keterampilan ilmiah siswa dalam mengerjakan kegiatan ilmiah yang diberikan. Selain itu pem-belajaran yang dilakukan akan lebih ber-makna, karena melalui kegiatan ilmiah yang diberikan akan memberikan pengalaman langsung bagi siswa, sehingga akan ber-dampak pada meningkatnya kinerja ilmiah dan hasil belajar siswa.

Ini berarti bahwa terdapat perbedaan kinerja ilmiah dan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar pada kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar pada kelas kontrol dengan pe-nerapan model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan ini menunjukan bahwa penerapan model pem-belajaran Bandura berpengaruh terhadap kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA siswa. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan kinerja ilmiah antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional; (2) terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional; dan (3) terdapat perbedaan kinerja ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Bandura dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disampaikan be-berapa saran sebagai berikut: (1) bagi pendidik, agar dapat menerapkan model pem-belajaran Bandura khususnya dalam pembelajaran IPA agar tercapai kompetensi secara maksimal, tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPA; (2) bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran Bandura diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran khususnya IPA, sehingga pemahaman materi juga meningkat dan meningkatkan hasil belajar dan kinerja siswa; dan (3) bagi peneliti dan mahasiswa, agar dapat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pem-belajaran Bandura dengan mem-pertimbangkan kendala-kendala yang di-alami dalam penelitian ini sebagai acuan perbaikan.

DAFTAR RUJUKAN

Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik

Mengajar: Strtegi Meningkatkan Pencapaian Pengajarandi Kelas.

Terjemahan Wasi Dewanto.

Teacher’s Toolkit: Classroom Achievement with Strategies for Every Learner. 2008. Jakarta:PT

Indeks.

Gredler, Margaret E. 2011. Teori dan

Aplikasi Edisi Keenam. Terjemahan

Tri Wibowo. Learning and Instruction. 2011. Jakarta: Kencana.

Hergenhahn, B. R. dan Matthew H. Olson. 2009. Theories of Learning, Edisi

Ketujuh. Terjemahan Tri Wibowo. Theories of Learning. 2009. Jakarta: Kencana.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan:

Teknik Analisis Data Kuantitatif.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

(11)

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Priyatno, Duwi. 2009. SPSS untuk Analisis

Korelasi, Regresi, dan Multivariate.

Yogyakarta: Gava Media.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses

Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Uno, H. Hamzah B. 2010. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarto, Joko. 2011. Teori Belajar Sosial

Albert Bandura. Tersedia pada

http://edukasi.kompasiana.com (diakses tanggal 28 November 2013).

Yoda, I Ketut., dkk. 2011. Pengembangan

Modul bermuatan Model

Pembelajaran Bandura untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penjasorkes dan Kecerdasan Kinestetik Siswa Sekolah Dasar.

Penelitian Pengembangan (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, FOK. UNDIKSHA Singaraja.

Gambar

Gambar 2. Kurva kinerja ilmiah kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Airport di Medan. Hal ini memperlihatkan bahwa Undang- Undang Kebahasaan belum diterapkan dan belum diindahkan oleh kalangan bandara. Akan tetapi, ada bandara yang

Dokumen ini dipakai hanya untuk teknisi dari talagasoft ataupun level admin yang telah menguasai secara menyeluruh terhadap software mypos, karena perubahan terhadap salah

Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap

Los investigadores encontraron que las personas con conocimientos sobre determinado tema tenían menos miedo y caían menos en el heurístico del afecto que los individuos que no

dampak variabel-variabel risiko dilihat dari sudut pandang frekuensi faktor risiko terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek serta respon resiko yang akan

Ronaldo memiliki keterampilan dalam membintangi iklan produk sepatu olahraga 1LNH´ GLSHUROHK QLODL UDWD ± rata sebesar 3,86 yang masuk kriteria setuju, ini berarti secara

Aacheson dan Gall (1987) mengemukakan dasar supervisi klinis, meliputi (1) meningkatkan kualitas keterampilan intelektual dan performan guru secara spesifik; (2)

Pemuka adat adalah penegak hukum adat sebagai pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat untuk menjaga keutuhan hidup