• Tidak ada hasil yang ditemukan

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BOYOLALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO

KABUPATEN BOYOLALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang kesehatan sesuai dengan standar rumah sakit, perlu disusun restribusi pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan aspek kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan diperlukan dalam komponen pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyudono Kabupaten Boyolali;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3029);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

(2)

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

8. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

13. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(3)

15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik

(4)

23. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 12 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 1988 Seri D Nomor 1);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 93);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 101);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 107);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 111);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI dan

BUPATI BOYOLALI MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Boyolali.

(5)

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya ,lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

7. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD, adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali.

8. Instalasi adalah unit kerja fungsional rumah sakit.

9. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Boyolali.

10. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

11. Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali.

12. Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan pelayanan yang terkait dengan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, berkenaan dengan pengobatan, pemulihan kesehatan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pendidikan dan latihan dalam rangka peningkatan kemampuan, serta pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.

13. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

14. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan lainnya dan keuntungan penjualan obat dan bahan habis pakai setelah dikurangi harga pokoknya.

15. Jasa sarana adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas dan bahan.

16. Jasa bahan adalah biaya penyediaan pemakaian obat-obatan, bahan kimia, alat kesehatan habis pakai yang digunakan secara langsung dalam rangka pencegahan, observasi, diagnosis, pengobatan dan konsultasi, rehabilitasi medik dan pelayanan lainnya.

(6)

17. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

18. Pelayanan medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh tenaga medik.

19. Visite dokter adalah kunjungan pemeriksaan dokter kepada pasien yang dirawat.

20. Tindakan medik operatif adalah tindakan pembedahan pasien yang menggunakan pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan.

21. Tindakan medik non operatif adalah tindakan kepada pasien tanpa pembedahan untuk membantu penegakan diagnosis dan terapi.

22. Pelayanan medik gigi dan mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di rumah sakit.

23. Asuhan keperawatan adalah bantuan bimbingan perlindungan yang diberikan perawat dalam praktek profesinya, untuk memenuhi kebutuhan pasien.

24. Tindakan Keperawatan adalah tindakan medik yang didelegasikan kepada paramedik keperawatan sesuai dengan kompetensi.

25. Perawatan adalah pengobatan dan pemeliharaan orang sakit oleh tenaga medis dan Paramedis dengan menggunakan fasilitas-fasilitas Rumah Sakit.

26. Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di rumah sakit.

27. Pelayanan rawat darurat adalah pelayanan kedaruratan medik yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi resiko kematian atau kecacatan.

28. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan/atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit.

29. Pelayanan rawat sehari (one day care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur kurang dari 24 jam.

30. Pelayanan rawat siang hari (day care) adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau pelayanan kesehatan lain maksimal 12 jam.

31. Tindakan medik non operatif adalah tindakan kepada pasien tanpa pembedahan.

32. Pelayanan penunjang medik adalah pelayanan kepada pasien untuk membantu penegakan diagnosa dan terapi.

33. Pelayanan penunjang non medik adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik antara lain hostel, administrasi, laundry dan lain-lain.

(7)

34. Pelayanan rehabilitasi medik dan rehabilitasi mental adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medik dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya.

35. Pelayanan cito adalah pelayanan yang dilaksanakan karena kondisi kesehatan harus segera diselenggarakan dengan cepat dan tepat tindakan medis atau penunjang medis dalam rangka penegakan diagnosa dan atau penyelamatan jiwa pasien.

36. Pelayanan konsultasi khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi psikologi, gizi dan konsultasi lainnya.

37. Pelayanan medico legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum.

38. Pelayanan pemulasaraan/perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan rumah sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan.

39. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

40. Unit cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan pelayanan yang

diberikan rumah sakit yang dihitung berdasarkan standard akutansi biaya rumah sakit.

41. Penjamin adalah badan hukum/orang sebagai penanggung biaya pelayanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan/mendapat pelayanan di rumah sakit.

42. Orang yang tidak mampu adalah:

a. mereka yang tidak mampu membayar keseluruhan dari biaya pelayanan yang dibuktikan dengan surat keterangan dari desa/kalurahan dan diketahui camat atau dinas terkait;

b. mereka yang dikelola oleh badan sosial/rumah yatim piatu dengan membawa surat keterangan dari badan/instansi yang berwenang; c. orang-orang terlantar dan tidak diketahui identitasnya.

43. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

44. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.

45. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

46. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk Kepala Daerah.

(8)

47. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

48. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda.

49. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang untuk menegur atau memperingatkan Penanggung Retribusi untuk melunasi utang retribusinya, setelah tanggal jatuh tempo pembayaran utang retribusinya.

50. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan.

51. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

52. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS, adalah Pejabat Penyidik Pengawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikan dasar hukum bagi Pemerintah Daerah dalam pemungutan Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD.

Pasal 3

Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah : a. meningkatkan pelayanan kesehatan di RSUD.

b. memberikan kepastian hukum dan transparansi retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD sebagai salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah.

BAB III

NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB RETRIBUSI Pasal 4

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi atas Pelayanan Kesehatan pada RSUD.

(9)

Pasal 5

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di RSUD Banyudono. (2) Dikecualikan dari Objek Retribusi adalah pelayanan pendaftaran.

Pasal 6

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan kesehatan pada RSUD Banyudono.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Pelayanan kesehatan pada RSUD Banyudono.

BAB IV

GOLONGAN RETRIBUSI DAN CARA PENGUKURAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 7

Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD di digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Pasal 8

Tingkat Penggunaan Jasa pelayanan kesehatan di RSUD dihitung berdasarkan jumlah penggunaan jasa dari kelompok dan jenis pelayanan kesehatan di RSUD.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 9

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyediaan pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(3) Biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipikul bersama oleh masyarakat (pasien) dan Pemerintah dengan memperhatikan kemampuan keuangan Negara dan sosial ekonomi masyarakat.

(10)

(4) Biaya penyediaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas biaya belanja operasional, biaya pemeliharaan, dan belanja modal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 10

(1) Retribusi pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit meliputi biaya pelayanan kesehatan pada unit pelayanan fungsional yang besarannya ditentukan/dihitung berdasarkan unit cost.

(2) Retribusi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jasa sarana, jasa bahan dan jasa pelayanan.

Pasal 11

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VII

JENIS DAN TATA CARA PELAYANAN Bagian Kesatu

Jenis Pelayanan Kesehatan Pasal 12

(1) Pelayanan kesehatan di RSUD dilaksanakan oleh tenaga medis, tenaga para medis keperawatan, tenaga para medis non keperawatan, dan tenaga non medis pada unit-unit pelaksana fungsional.

(2) Pelayanan di RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan jenis layanan terdiri dari :

a. pelayanan medik;

b. pelayanan penunjang medik;

c. pelayanan kebidanan dan kandungan; d. pelayanan penunjang non medik;

e. pelayanan rehabilitasi medik dan mental; f. pelayanan konsultasi;

g. pelayanan medico legal; dan

h. pemulasaraan/perawatan jenazah.

(3) Unit-unit Pelaksana fungsional di RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(11)

b. instalasi rawat inap dengan kelas pelayanan Teladan, I, II, dan III; c. instalasi gawat darurat;

d. instalasi rawat high care unit/perinatal resiko tinggi; e. instalasi laboratorium;

f. instalasi farmasi;

g. instalasi rehabilitasi medik; h. instalasi rekam medik; i. instalasi radiologi;

j. instalasi kamar operasi; k. instalasi gizi;

l. instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit; m. instalasi pemulasaraan jenazah; dan

n. instalasi pelayanan ambulance dan mobil jenazah.

(4) Pelayanan penunjang medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:

a. Pelayanan Laboratorium: 1) pemeriksaan hematologi; 2) pemerikasaan urinalisa; 3) pemeriksaan kimia darah;

4) pemeriksaan faeses dan sperma; 5) pemeriksaan serologi/imunologi; 6) pemeriksaan mikrobiologi; dan

7) pemeriksaan kultur dan sensitivitas. b. Pelayanan Radiodiagnostik:

1) foto rontgen polos; dan

2) foto rontgen dengan kontras. c. Pelayanan elektromedik:

1) EKG; 2) USG; dan

3) pelayanan elektromedik lainnya. d. Pelayanan Farmasi

e. Pelayanan Gizi:

1) pelayanan gizi; dan 2) konsultasi gizi.

f. Pelayanan penunjang lainnya.

(5) Pelayanan penunjang non medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, meliputi:

a. pelayanan ambulance dan mobil jenazah; b. pelayanan laundry;

c. pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit; dan d. pelayanan non medis lainnya.

(6) Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a adalah:

a. rawat jalan tingkat pertama dilaksanakan oleh dokter umum/dokter gigi; dan

(12)

b. rawat jalan tingkat lanjutan dilaksanakan oleh dokter spesialis. Bagian Kedua

Tata Cara Pelayanan Kesehatan Pasal 13

(1) Pelayanan kesehatan di RSUD bagi pasien dapat dilaksanakan dengan cara pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.

(2) Pelayanan rawat jalan dilaksanakan di Instalasi rawat jalan ataupun di Instalasi Gawat Darurat.

(3) Penentuan pasien untuk dilaksanakan rawat inap ditentukan oleh Dokter pemeriksa di Instalasi rawat jalan atau di Instalasi Gawat Darurat atau rujukan rawat inap dari Dokter praktek swasta, puskesmas dan institusi lain serta atas persetujuan pasien/keluarga pasien.

(4) Penentuan kelas pelayanan rawat inap bagi perawatan pasien diserahkan pada pasien/keluarga pasien dan dinyatakan secara tertulis pada waktu pendaftaran pasien rawat inap.

(5) Penentuan penghitungan hari rawat pasien rawat inap dihitung mulai jam 00.00 WIB.

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 14

Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.

BAB IX

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 15

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu saat mendapatkan pelayanan-pelayanan yang dikenai Retribusi Jasa Umum atau ditetapkan lain oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

(13)

Pasal 16

(1) Pembayaran retribusi dilakukan oleh wajib retribusi terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dengan menggunakan dokumen yang telah ditetapkan.

(2) Tempat pembayaran retribusi pelayanan kesehatan diselenggarakan di Loket RSUD atau Bank Pemerintah yang ditunjuk.

(3) Pembayaran retribusi pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan cara pembayaran langsung tunai pada awal pemeriksaan rawat jalan dan pada akhir perawatan pasien rawat inap.

(4) Pembayaran retribusi pelayanan kesehatan yang ditanggung pihak ketiga dibayar sesuai dengan klaim pelayanan kesehatan yang disepakati dalam kerjasama operasional pelayanan kesehatan.

BAB XI

TATA CARA PENAGIHAN PIUTANG PEMBAYARAN PASIEN

Pasal 17

(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Direktur RSUD.

BAB XII

KEDALUWARSA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 18

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi daerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan surat teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(14)

(3) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(4) Piutang retribusi sudah kedaluwarsa dihapuskan sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

BAB XIII

KERINGANAN, PENGURANGAN, DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 19

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pengurangan dan keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan melihat kemampuan Wajib Retribusi.

(3) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIV

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua per seratus) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XV

INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 21

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi diberi insentif sebesar 5 % (lima persen) dari realisasi penerimaan retribusi atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

XVI

PENGELOLAAN PENERIMAAN Pasal 22

(1) Seluruh penerimaan rumah sakit disetor ke kas daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja kemudian digunakan untuk belanja operasional RSUD.

(15)

(2) Tata cara pengelolaan penerimaan rumah sakit (pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran, pemanfaatan, serta pelaporan) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB XVII

PENGEMBANGAN DAN PENAMBAHAN LAYANAN BARU

Pasal 23

Pengembangan dan penambahan layanan baru dari jenis pelayanan kesehatan dan besaran tarif retribusi layanan kesehatan yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati atas persetujuan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB XVIII

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 24

PENYIDIKAN

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi;

(16)

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali.

Ditetapkan di Boyolali

pada tanggal 26 Desember 2011 BUPATI BOYOLALI,

SENO SAMODRO

Diundangkan di Boyolali

pada tanggal 27 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOYOLALI,

SRI ARDININGSIH

(17)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

I. UMUM

Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan akan selalu diwujudkan dalam peningkatan pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, karena peningkatan pelayanan kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat, perbaikan gizi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.

Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka peran masyarakat dalam peningkatan pelayanan kesehatan sangat diharapkan.

Dalam rangka menjamin kepastian hukum dalam pemungutan restribusi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyudono Kabupaten Boyolali perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah sakit Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.

(18)

Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Biaya belanja operasional meliputi belanja bahan habis pakai, belanja sarana prasarana dan jasa pelayanan.

Pasal 10 Ayat (1)

yang dimaksud unit cost adalah perhitungan total biaya operasional pelayanan yang diberikan.

Penghitungan unit cost kelas III, total fixed cost secara aturan tidak boleh diperhitungkan.

Penghitungan Unit Cost dihitung berdasarkan rumus: PxQ = TFC + (UVCxQ) +DI

Penjelasan rumus di atas: P = Tarif (harga)

Q = Volume pelayanan terjual

TFC (Total Fixed Cost) = biaya tetap berupa investasi barang modal seperti bangunan gedung, alat medis dan barang modal lainnya.

UVC (Unit Variabel

Cost) = biaya yang harus ditanggung oleh rumah sakit dengan besaran yang berbeda sesuai dengan volume pelayanan.

DI (Desired Income) = laba yang diinginkan rumah sakit.

Karena RS pemerintah termasuk rumah sakit publik di mana harus bersifat nirlaba maka tidak boleh ada keuntungan. Dalam perhitungan ini diasumsikan biaya pemeliharaan gedung dan alat medis penunjang lainnya. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas.

(19)

Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Bank Pemerintah yang ditunjuk adalah Bank yang kepemilikan sahamnya baik sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh pemerintah/pemerintah daerah yang ditunjuk sebagai tempat pembayaran retribusi pelayanan kesehatan. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat proses pemeliharaan terdapat beberapa kendala diantaranya, terjadi kematian induk sebanyak 69 ekor selama proses pemeliharaan, Selain itu terdapat

Pada proses pembuatan tiang penjepit, material awal dengan ukuran panjang 150 mm, lebar 120 mm dan tebal 8 mm, kemudian diukur dan dibagi dua dengan ukuran 137x72mm setelah benda

Untuk mengatasi permasalahan tingginya biaya produksi dalam budidaya ikan terutama pakan dilakukan dengan menggunakan bahan baku pakan yang murah dan mudah didapatkan, salah

ALLELU&A BAIT PENGANTA

Membuat media presentasi dalam bentuk makalah dan power point terkait jenis-jenis energi, perubahan jenis energi dan pemanfaatan energi ; jenis-jenis Fluida, karakteristik

KOH adalah senyawa yang bersifat basa sehingga untuk mengidentifikasi reaksi abu kayu dengan air menghasilkan KOH adalah dengan menggunakan indikator phenolptalein yang

berkepentingan (interested party). Dengan sebab itu, perlakuan jenayah rasuah sukar dikesan. Faham Materialistik Yang Semakin Menebal - Terlalu menumpukan perhatian terhadap

Pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur melalui kenaikan besar dalam volume atau nilai produksi barang dan jasa yang secara otomatis akan dapat meningkatkan