1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah lebih dari 70 tahun semenjak Indonesia menyatakan kemerdekaan, namun masih banyak permasalahan yang belum dapat terselesaikan. Salah satu permasalahan terbesar bagi Bangsa Indonesia yaitu belum meratanya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Pembangunan ekonomi terus menjadi masalah fenomenal di negara-negara berkembang termasuk Negara Indonesia di dalamnya.
Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Lincolin Arsyad, 1997). Pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila mampu meningkatkan kesejahteraan dalam arti luas. Salah satunya penduduk yang mempunyai kualitas yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya penduduk yang mempunyai kualitas yang rendah akan membebani pembangunan itu sendiri.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 2003). Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar
2 pertumbuhan angkatan kerja terlebih untuk negara yang sedang berkembang terutama Negara Indonesia dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat yaitu : Pertama, pertumbuhan penduduk dinegara berkembang cenderung tinggi sehingga melebihi pertumbuhan kapital. Kedua, demografi lebih muda sehingga lebih banyak penduduk yang masuk lapangan kerja. Ketiga, struktur industri di negara berkembang cenderung mempunyai deversifikasi kegiatan ekonomi rendah serta keterampilan penduduk belum memadai membuat usaha penciptaan lapangan kerja menjadi semakin kompleks.
Pembangunan dapat dikatakan berhasil jika dapat memberikan sumber penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Dengan demikian diusahakan agar
perekonomian dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perekonomian tersebut.
Dalam pembangunan dan kegiatan berproduksi, peranan tenaga manusia banyak di tentukan oleh kualitas dan ,jumlah tenaga kerja yang tersedia di berbagai bidang kegiatan. Selain itu proses pendidikan di negara-negara yang sedang berkembang melalui proses yang cukup dilema, upaya yang dilakukan untuk memperluas pendidikan guna pencapaian pemerataan hasil-hasil pendidikan ternyata tidak diiringi oleh dengan peningkatan kualitas tamatannya. Efek ganda dari dilema tersebut adalah semakin banyaknya pencari kerja berusia muda dan berpendidikan (Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004).
Permasalahan yang selalu dihadapi pada sektor ketenagakerjaan nasional adalah tingginya angka partisipasi angkatan kerja tetapi tidak sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 diketahui angka pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2008
3 mencapai 9.294.515 jiwa, 2009 jumlahnya 8.962.617 jiwa, 2010 sebanyak 8.319.779 jiwa, 2011 dan 2012 adalah 7.700.086 jiwa dan 7.244.956 jiwa. Walaupun angka pengangguran 5 tahun terakhir mengalami penurunan, namun penurunan tersebut tidak cukup signifikan. Karena hingga tahun 2012, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia masih sekitar 6,32%. Angka tersebut masih belum sesuai dengan target pemerintahan dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunkan tingkat angka pengangguran menjadi 5% hingga 6%.
Masih banyak provinsi yang memiliki angka pengangguran yang tinggi bahkan melebihi angka pengangguran nasional, salah satunya adalah provinsi Sumatera Barat. Menurut data BPS, dari 4.957.719 jumlah penduduk Sumatera Barat tahun 2012, 2.179.826 jiwa adalah angkata kerja yang terdiri dari 2.037.642 jiwa penduduk bekerja dan 142.184 jiwa pengangguran terbuka, dengan presentase tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,25%.
Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Barat pada tahun 2012 dari sisi penawaran jumlah angkatan kerja mencapai 2.179.826 orang dari jumlah penduduk usia kerja. Penawaran tenaga kerja tersebut dipengaruhi oleh faktor demografi, sosial dan ekonomi. Salah satu demografi yang mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja adalah jumlah penduduk usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja semakin besar pula penawaran tenaga kerja. Selama rentan tahun 2008 sampai 2012 pertumbuhan penduduk usia kerja rata-rata pertahunnya relative rendah yaitu 1%. Pada tahun 2012 jumlah penduduk usia kerja di Sumatera Barat tercatat sebanyak 3.380.892 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 64,47%. TPAK ini berkaitan dengan factor sosial
4 ekonomi dan pendidikan, jenis pekerjaan yang tersedia, kesetaraan gender dan lain-lain.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Di Kota Padang secara total adalah 57,43 persen. Angka tersebut menunjukan keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam kegiatan-kegiatan ekonomi berdasarkan proporsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja, baik yang bekerja maupun yang mencari pekerjaan 57,43 persen.
Provinsi Sumatera Barat sebenarnya sangat banyak lagi yang dapat kita kembangkan untuk mengatasi angka penawaran tenaga kerja seperti potensi pariwisata yang memang sudah dikenali oleh seluruh wisatawan domestik maupaun mancanegara. Wisata alam, wisata sejarah, wisata rohani serta wisata kuliner yang ada di Sumatera Barat selalu menjadi hal yang menarik untuk dikunjungi, karena 19 Kabupaten/ Kota yang ada di Sumatera Barat memiliki ciri khas masing- masing yang tentunya menawarkan berbagai macam sensasi yang luar biasa di bidang pariwisata (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatera Barat, 2012).
Berbicara mengenai wisata Sumatera Barat menyediakan berbagai macam wisata kuliner yang menawarkan berbagai masakan dan makanan yang memiliki rasa yang khas yang tentu dapat kita kembangkan lagi. Kota Payakumbuh terkenal dengan “Batiah dan Gelamai”, Kota Bukittinggi terkenal dengan “Kerupuk Sanjai” dan Kabupaten Padang Pariaman yang terkenal dengan “Pinyaram”nya. Namun secara umum potensi wisata kuliner yang paling tenar di Sumatera Barat adalah “Rendang”. Bahkan UNESCO sudah menobatkan rendang sebagai salah satu makanan terlezat di dunia yang berasal dari Indonesia. Jadi tidak heran jika
5 makanan yang yang bahan utamanya santan dan daging ini diminati dan disukai oleh banyak orang.
Namun saat ini masyarakat Sumatera Barat sudah mengembangkan masakan rendang. Sehingga saat ini terdapat banyak sekali industri kecil yang memproduksi produk rendang. Dengan menjamurnya industri kecil, maka persaingan antara satu industri dengan industri lainnya tentunya sangat ketat. Oleh karena itu perlu dirancang suatu strategi pengembangan usaha pada industri kecil yang masih berstatus informal ini agar mampu bertahan dan terus berkembang.
Mungkin juga sudah tidak asing bagi kita mendengar sate Padang. Sate ini berbeda dengan jenis sate-sate lainnya yang menggunakan daging ayam atau kambing. Untuk sate Padang biasanya dagingnya terbuat dari daging sapi, sepeti lidah atau jeroannya. Sate Padang sangat menarik untuk di kembangkan juga sebagai salah satu ikon kuliner asal Sumatera Barat. Selain untuk mengembangkan pembangunan ekonomi dari angkatan kerja yang berusaha di bidang berdagang sate ini yang statusnya masih informal dan tentu juga akan memperkuat karakter kebudayaan dari Sumatera Barat.
Sektor informal sangat menarik karena kemandiriannya dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan menyediakan barang/jasa murah serta reputasi sebagai katup pengaman yang dapat mencegah merajalelanya pengangguran dan keresahan sosial (Simanjuntak ,1985). Disampaing itu sektor informal juga sangat menarik karena dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kecendrungan sosial ekonomi kepada pelaku ekonomi.
6 Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : Analisis Pendapatan Sektor Informal (Studi Kasus : Pedagang Sate Di Kota Padang).
1.2 Rumusan Masalah
Seperti halnya sektor informal ini pada umumnya, masalah sektor informal seringkali dilihat dari sisi tingkat pendapatan yang belum menjanjikan kesejahteraan pelaku usaha itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka hal yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang sate yang berada di Kota Padang?
2. Dari faktor-faktor tersebut, faktor apa yang dominan mempengaruhi belum tingginya pendapatan pedagang sate yang berada di Kota Padang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat pendapatan pedagang sate yang berada di Kota Padang?
2. Menganalisis penyebab belum tingginya tingkat pendapat pedagang sate yang berada di Kota Padang?
7 1.4 Manfaat Penelitian
1. Kegunaan secara akademik
Menambah pengetahuan di bidang sektor informal dan penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan secara praktis
Secara prkatis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dimasa datang, seperti : pemerintah, pengusaha, dan angkatan kerja (Calon
Enterprenership).
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa tingkat pendapatan pedagang sate di Kota Padang. Populasi dari penelitian ini adalah orang yang berusaha atau berdagang sate yang berada di Kota Padang. Penelitian menggunakan kalitatif dengan menggunakan survey dalam mengumpulkan data dan informasi. Pengumpulan data primer menggunakan metode wawancara langsung (tatap muka) dengan responden. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara ini adalah kuesioner yang terstruktur.
1.6 Sistematika Penulisan
Bagian ini akan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang sistematika dalam penulisan skripsi. Pada Bagian isi skripsi disusun atas enam bab utama, yaitu :
8 BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari enam sub bab yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Literatur
Didalam bab ini dibahas tentang teori-teori dan literatur pendukung yang berkaitan dengan perilaku ekonomi sosial pedagang sate dalam menjalankan usaha sate. Selain itu, juga dipaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian, akan disusun suatu hipotesa yang menjadi jawaban sementara atas rumusan masalah.
BAB III: Metodologi Penelitian
Bagian ini terdiri dari beberapa bagian sub bab yang meliputi data dan sumber data, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik analisis data, serta tahap analisis data menggunakan metode crosstabulation yang terdiri dari chi-square test dan contingency
test.
BAB IV: Gambaran Umum
Pada bagian ini dijelaskan mengenai gambaran umum Kota Padang dan deskripsi karakteristik responden.
BAB V : Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini dibahas hasil penelitian dan analisa yang telah didapatkan dari hasil pengolahan data. Penjelasan hasil dibagi kepada
9 tiap-tiap variabel, dengan menjelaskan analisis crosstabulation, hasil uji
chi-square dan hasil uji contingency secara berurutan.
BAB VI : Penutup
Bagian akhir ini terdiri dari kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang diperoleh dari pengolahan data.