• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya dalam lapangan agraria, tanah merupakan barang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya dalam lapangan agraria, tanah merupakan barang yang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai Negara yang bersifat agraris masyarakat Indonesia yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dalam lapangan agraria, tanah merupakan barang yang berharga dalam kehidupannya. Dalam hal ini maka untuk memberikan jaminan yang kuat akan pemilikan tanah perlu kejelasan tentang status tanah agar memberi kepastian hukum pada orang yang menguasai sebidang tanah.

Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai pendaftaran tanah Peraturan Pemerintah 24 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1997 dan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696 jo Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang sejak dikeluarkannya Tahun 1961 mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah sebagaimana diperintahkan pasal 19 UUPA Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960).

Pasal 19 UUPA Nomor 5 Tahun 1960, menyebutkan:

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.

2. Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini, meliputi : a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah

(2)

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya menurut pertimbangan Menteri Agraria

4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.1

Pelaksanaan pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960 mengandung sistem publikasi yaitu bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan untuk memberi kepastian hukum dibidang pertanahan, serta sistem publikasinya adalah sistem atau azas negatif yang mengandung unsur-unsur positif dikarenakan lahirnya tanda bukti hak sebagai alat bukti yang kuat seperti diterangkan Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2) UUPA dan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Pelaksanaan pendaftaran tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah di tentukan bahwa :

1

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960), selanjutnya disingkat dengan UUPA

1. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi kegiatan a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik

(3)

b. Pembuktian hak dan pembuktian data fisik. c. Penerbitan sertifikat

d. Penyajian data fisik dan data yuridis e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen. 2. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran meliputi :

a. Pendaftaran peralihan dan pembebanan Hak

b. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.2

Pemilikan hak atas tanah adalah hal yang pokok dan penting dalam kehidupan manusia oleh karena itu perlu diadakan pendaftaran tanah untuk memperjelas tentang status tanah. Dalam UUPA Nomor 5 Tahun 1960 telah ditentukan bahwa tanah-tanah diseluruh wilayah republik Indonesia harus di inventarisasikan sedemikian rupa sehingga benar-benar membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan Keadilan Sosial.3

Lebih lanjut Boedi Harsono mengatakan bahwa:

Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh Negara/Pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya.4

2

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 3.

Harun Al.Rasyid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 82 4

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Hukum Tanah Nasional), Jilid 1, Djambatan, Revisi 2003, hal. 72

Dalam hal pendaftaran tanah kegiatannya meliputi pendaftaran tanah yang pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia, pendaftaran tanah untuk pertama kali (Initial Registration), yang meliputi 3 (tiga) bidang yaitu:

(4)

2. bidang yuridis

3. penerbitan dokumen tanda bukti hak.

Pendaftaran untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran pertama kali terhadap sebidang tanah yang semula belum pernah di daftar menurut ketentuan peraturan pendaftaran tanah. Objek pendaftaran tanah adalah satuan-satuan bidang tanah yang disebut Persil (Parcel), yang merupakan bagian-bagian permukaan bumi yang terbatas dengan ukuran luas yang umumnya dinyatakan dengan meter persegi.

Adapun kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu:

a. Secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek wilayah suatu desa/kelurahan. Hal ini diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik, pendaftaran tanah dilaksanakan secara sporadik.

b. Secara Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara Individual atau massal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya.5

5

Ibid,hal. 74

Pentingnya pelaksanaan pendaftaran tanah sehingga tanah itu terdaftar dan memiliki surat bukti hak (sertifikat), guna kepentingan peningkatan ekonomi masyarakat termasuk dalam lapangan pertanian. Dengan pendaftaran tanah akan terlihat manfaat dari tanah tersebut yaitu dapat dipergunakan untuk peningkatan usaha pemiliknya dan memberikan kejelasan serta kepastian hukum agar tidak menimbulkan sengketa atas tanah tersebut dikemudian hari.

(5)

Hasil yang diberikan pendaftaran tanah ini yang dikenal dengan istilah kadaster hak adalah peta dan daftar mengenai bidang tanah yang dijelaskan tentang status hukum bidang-bidang tanah serta luasnya, letak lokasinya, alas haknya semula, histori pemilikan tanah, perbuatan hukumnya, serta perubahan-perubahan batas akibat perbuatan hukum atas tanah tersebut.6

Dalam penjelasan UUPA Nomor 5 Tahun 1960 bahwa tujuan UUPA adalah: a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang

akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur;

b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan;

c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.7

6

Sayuti Thalib, Hubungan Tanah Adat Dengan Hukum Agraria di Minangkabau, Bina Aksara, 1985, hal. 19

7

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta, 1982, hal. 87

Tujuan UUPA ini kemudian diwujudkan dalam tujuan pendaftaran tanah yang terakhir dalam Peraturan Pemerintah 24 Tahun 1997 Pasal 3 berbunyi:

Pendaftaran tanah bertujuan:

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

(6)

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar;

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertahanan. Dari penjelasan pasal-pasal disebut sebagai berikut:

Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a merupakan tujuan utama pendaftaran tanah yang diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA.8

Boedi Harsono mengemukakan bahwa:

Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai bidang-bidang tanah yang dipertegas dengan dimungkinkannya pembukuan bidang-bidang tanah yang data fisik dan atau data yuridisnya belum lengkap atau masih disengketakan, walaupun untuk tanah-tanah demikian belum dikeluarkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya.9

8

AP. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia (PP 24 Tahun 1997), Diktat, 1997, hal. 8

9

Boedi Harsono, Op.cit, hal 476

Dalam hal membuktikan adanya suatu hak atas tanah secara hukum adalah melakukan pendaftaran hak atas tanah itu, yang mana pendaftaran tanah dimaksud yang diajukan kepada Kantor Pertanahan, agar tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh seseorang atau badan hukum terdaftar identitasnya dikantor pertanahan dan kepada pemilik yang sah diberikan sertifikat tanah.

MP. Siahaan, mengemukakan bahwa dalam pendaftaran tanah yang terpenting adalah adanya catatan identitas atas tanah yang dimiliki dan dikuasai. Identitas tanah adalah keterangan-keterangan mengenai sebidang tanah sehingga sebidang tanah tersebut jelas jenis haknya, luasnya, batas-batasnya, keadaannya, letaknya, siapa yang memiliki atau menguasai dan ciri-ciri khas lainnya.10

(7)

Pengertian pendaftaran tanah oleh pemerintah ’rechtkadaster’ dan bukan suatu pendaftaran tanah demi kepentingan pajak dan bukan pula suatu kadaster ekonomi yang ditemukan dibeberapa Negara.

Chadidjah Dalimunthe, mengemukakan mengenai penjelasan Pasal 19 UUPA Nomor 5 Tahun 1960, menyebutkan bahwa:

Untuk menjamin kepastian hukum, hak-hak atas tanah harus didaftarkan. Pendaftaran tanah berfungsi untuk melindungi sipemilik, disamping itu pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan, dan sebagainya, dengan kata lain pendaftaran tanah bersifat land information dan geographis information system.11

Dalam rangka pelaksanaan Pasal 19 UUPA, pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24

10

MP. Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, (Teori dan Praktek), PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2003, hal. 16

11

Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, Fakultas Hukum USU Press, 2000, hal. 132

Tahun 1997 yang mengatur lebih lanjut mengenai penegasan hak dengan pendaftaran tanah sebagai wujud nyata dari penjabaran semangat yang terkandung dalam UUPA Nomor 5 Tahun 1961 yaitu kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan nasional serta memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat.

AP. Parlindungan dalam komentarnya mengenai ketentuan Pasal 19 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 yakni:

a. Dengan diterbitkannya sertifikat hak atas tanah maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum;

b. Di zaman reformasi ini maka Kantor Pertanahan sebagai kantor garis depan harus dipelihara dengan baik setiap informasi yang diperlukan untuk sesuatu bidang

(8)

tanah, baik untuk pemerintah sendiri sehingga dapat merencanakan pembangunan Negara dan juga bagi masyarakat sendiri. Informasi tersebut penting untuk dapat memutuskan sesuatu yang diperlukan dimana terlibat tanah, yaitu data fisik dan yuridisnya termasuk satuan rumah susun. Informasi tersebut bersifat terbuka untuk umum artinya dapat memberikan informasi apa saja yang diperlukan atas sebidang tanah/bangunan yang ada.

c. Sehingga untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan suatu hal yang wajar.12

Dalam melakukan pembaharuan hukum agraria Sayuti Thalib, mengemukakan bahwa “hal ini terbukti bahwa pelaksanaan perombakan hukum agraria secara totaliter dan menyeluruh itu hanya dapat dilihat secara riil (nyata)

12

A.P. Parlindungan, op. cit, hal. 2

apabila tanah diseluruh wilayah Indonesia telah terdaftar sesuai dengan Pasal 19 UUPA.13 Pendaftaran tanah yang dilakukan oleh orang atau badan hukum akan mendapat tanda bukti hak atas tanah berupa sertifikat yang mempunyai kekuatan dan diterima sebagai suatu alat bukti dari hak atas bidang tanah yang sah dan kuat.

Chadidjah Dalimunthe, mengemukakan bahwa:

Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah diberikan penegasan tentang sejauh mana kekuatan pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat. Untuk itu dikatakan bahwa selama sebelum dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang dicantumkan didalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa di Pengadilan sepanjang data tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Ukur dan Buku Tanahnya.14

Tanah yang didaftar pada akhirnya oleh yang berwenang diberikan sertifikat, namun dalam pemberian ini harus dengan tindakan yang teliti dari proses sebelum

(9)

dikeluarkannya sertifikat atas bidang tanah yang akan didaftar, sesuai prosedur yang ditetapkan, agar tidak memberatkan kepada kepentingan rakyat.

Karenanya pemerintah dalam melaksanakan pendaftaran atas tanah harus dengan teliti dan terarah sehingga tidak mungkin melakukan tindakan asal saja, apalagi tujuan pendaftaran tanah bukan sekedar menerbitkan bukti pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada pemegang haknya demikian juga kepada objek pendaftaran tanah (luas dan batasnya) yang dapat menghindarkan persengketaan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

13

Sayuti Thalib, op. cit, hal. 19 14

Chadijah Dalimunthe, op. cit, hal. 135

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis mengatakan:

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila masalah pertanahan yang muncul dari hak atas tanah akan semakin banyak dan semakin beragam. Salah satu penyebabnya adalah belum terdaftarnya seluruh bidang tanah yang ada. Bahkan yang sudah terdaftar saja masih menyimpan masalah apalagi yang belum atau yang tidak didaftar, sehingga belum tercipta kepastian dan perlindungan hukum terhadap hak-hak atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat dan bahkan Negara.15

Pendaftaran ini sebenarnya dapat berfungsi lebih luas sebagai pusat informasi data sehingga pemerintah dan pihak yang berkepentingan dapat dengan mudah mengetahui data-data bidang tanah. Data yang disimpan di Kantor Pertanahan baik mengenai subjek maupun objek hak atas tanah disusun sedemikian rupa dan diteliti agar dikemudian hari memudahkan siapapun yang ingin memperoleh data-data tentang suatu bidang tanah baik calon pembeli, kreditur maupun pemerintah sendiri dalam rangka memperlancar setiap peralihan hak atas tanah.

Pelaksanaan pendaftaran tanah yang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik seperti yang diharapkan Pasal 19 UUPA yang pada gilirannya menimbulkan keruwetan

(10)

tentang bidang-bidang tanah yang ada baik yang sudah terdaftar maupun yang belum yang dapat menimbulkan masalah dalam bidang pertanahan.

Sebagaimana disebutkan terdahulu, betapa kegiatan pendaftaran tanah yang belum dapat dilaksanakan secara maksimal dapat mengakibatkan terjadinya masalah pertanahan, sebaliknya dengan kesuksesan pelaksanaan pendaftaran tanah dapat menjadi salah satu obat mujarab untuk menyelesaikan persoalan pertanahan karena dengan selesainya persoalan pertanahan termasuk dengan pemberian tanda bukti hak (sertifikat) sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran tanah, maka pada gilirannya akan dapat meningkatkan nilai (value) dari

15

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 7

tanah itu sendiri dan dapat menggerakkan ekonomi serta memakmurkan rakyatnya.16

Maka dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa tujuan pendaftaran tanah adalah: a. Penyediaan data-data penggunaan tanah untuk pemerintah ataupun untuk

masyarakat;

b. Jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah.

Bachtiar Effendi, mengemukakan bahwa keterangan-keterangan mengenai data-data pertanahan yang dihimpun di Kantor Pertanahan, dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kelompok Yuridis, yang menghimpun data-data tentang nama hak atas tanah, siapa pemegangnya, peralihan dan pembebanannya jika ada, semuanya ini dihimpun dalam Buku Tanah;

2. Kelompok Teknis, yang menghimpun data-data tentang letak tanah dimana, panjang atau lebar tanah serta batas-batas tanah semuanya ini dihimpun dalam Surat Ukur.

Berdasarkan keterangan-keterangan (data-data pertanahan) didalam kedua kelompok diatas, diterbitkanlah sertifikat tanah. Jadi dengan demikian sertifikat tanah adalah salinan dari Buku Tanah dan salinan dari Surat Ukur yang keduanya kemudian dijilid menjadi satu serta diberi sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri.17

(11)

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, mengatakan bahwa:

Dengan demikian tugas pendaftaran tanah itu jelas sebagai tugas administrasi hak yang dilakukan oleh Negara dalam memberikan kepastian hak atas tanah di Indonesia. Artinya Negara bertugas untuk melakukan

16

Ibid, hal. 17

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksananya, Alumni, Bandung, 1993, hal. 25

administrasi dibidang pertanahan, dan dengan administrasi ini Negara memberikan bukti hak atas telah dilakukannya administrasi tanah tersebut.Negara hanya memberi jaminan yang kuat atas bukti yang dikeluarkannya berdasarkan bukti formal yang dimohonkan. Bahkan memberikan hak atas tanah kepada seseorang tetapi kepada pemohon atas dilakukannya administrasi atas tanah diberikan bukti adminstrasi berupa sertifikat. Jadi bukti hak disini tidak memberikan jaminan materil atas tanah seseorang tetapi hanya sebagai jaminan formal saja. Ini yang selalu menjadi permasalahan dalam pemberian sertifikat di Negara yang tercinta ini.18

Sertifikat tanah berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat atas penguasaan sebidang tanah. Kuat disini berarti bahwa sertifikat tanah itu tidaklah merupakan alat bukti yang mutlak satu-satunya, jadi sertifikat tanah menurut sistem pendaftaran tanah yang dianut UUPA masih dapat digugurkan atau dibatalkan sepanjang dapat dibuktikan di Pengadilan Negeri bahwa sertifikat tanah tersebut dipersengketakan adalah tidak benar.19

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, mengemukakan bahwa: Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa Belanda ‘Certificaat’ yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu.

Maka sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada sesorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat instansi yang berwenang.20

Pendaftaran hak atas tanah yang diselenggarakan bertujuan memberikan kepastian hak yaitu:

1. Untuk memungkinkan orang-orang yang memegang hak atas tanah itu dapat dengan mudah membuktikan dirinya bahwa dialah yang berhak atas tanah tersebut, apa hak yang dipegangnya, letak dan luas tanah.

(12)

2. Untuk memungkinkan kepada pihak siapapun guna dapat mengetahui dengan mudah hal-hal apa saja yang ia ingin ketahui berkenaan dengan

18

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, op.cit, hal. 108 19

Bachtiar Effendi, op.cit, hal. 25 20

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, op.cit.hal. 132

sebidang tanah, misalnya calon pembeli tanah, calon kreditur dan lain sebagainya.21

Boedi Harsono mengemukakan bahwa:

Dengan diadakannya pendaftaran tanah maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah mengetahui status dan kedudukan hukum dari tanah-tanah tertentu yang dihadapinya, luas dan batasnya, siapa yang memiliki dan beban hak atas tanah. Sehubungan dengan itu dibidang administrasi pertanahan, masalah utama yang dihadapi adalah belum tersedianya data pertanahan yang lengkap dan menyeluruh baik mengenai pemilikan, penguasaan hak, maupun pendaftarannya. 22

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pentingnya pendaftaran tanah dari hak-hak atas tanah tersebut. Dengan tindakan ini berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan baik dibidang ekonomi maupun pertanian karena dengan memiliki sertifikat maka masyarakat dapat meningkatkan usahanya dengan memperoleh modal kerja dari Bank dengan sertifikat sebagai hak tanggungannya.

Dengan adanya hubungan dengan jaminan kepastian hukum dalam pendaftaran tanah maka tidak kurang pentingnya adalah alat bukti kepemilikan tanah yang digunakan sebagai dasar bagi pendaftaran tanah.

Karena begitu banyak fungsi sertifikat tanah bagi masyarakat sebagai pemegang hak atas tanah maka sudah selayaknya setiap pemegang hak atas tanah mendaftarkan tanahnya guna memperoleh sertifikat tanah. Artinya “setiap pemegang hak atas tanah yang telah bersertifikat akan lebih tenang karena memiliki kepastian hukum dengan adanya pengakuan Negara atas haknya tersebut dan dapat dipertahankan secara mutlak terhadap siapa pun.23

(13)

21

Ibid, hal. 25 22

Boedi Harsono, op.cit, hal.462 23

MP. Siahaan, op.cit, hal. 162

Namun dalam kenyataannya tujuan dan cita-cita UUPA belum terlaksana dengan baik, karena mengalami hambatan walaupun UUPA telah lahir 49 tahun yang lalu. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya bidang tanah yang belum terdaftar di seluruh Indonesia.

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis mengatakan bahwa:

“Selama lebih dari 37 tahun dalam pelaksanaan UUPA pendaftaran tanah dengan landasan kerja dan landasan hukum Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, hanya dapat mendaftar sebanyak 16, 5 juta bidang tanah (30%) dari bidang-bidang tanah yang diperkirakan sebanyak 55 juta bidang tanah sehingga perlu terobosan baru dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah.”24

“Sayangnya bila tujuan idealis dari realisasi dari jumlah tanah yang terdaftar di negara ini yang sampai tahun 2005 masih terdaftar 31 % atau masih 22.985.559 persil, keadaan ini menunjukkan masih banyak status tanah yang kurang mendapat kepastian hukum di Negara ini sehingga antara kegiatan yang seharusnya (das solen) dengan yang seadanya (das sein) sangat menyolok didalamnya. ”25

B. Permasalahan

Dari latar belakang sebagaimana telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali (recording of title) di Kantor Pertanahan Kota Medan?

2. Bagaimana upaya untuk meminimalisir hambatan dan kendala pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan?

24

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahman Lubis, op. cit, hal. 91 25

(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan memperjelas pemahaman tentang pendaftaran tanah demi kepastian hukum. Maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya kendala yang terjadi dalam pendaftaran tanah pertama kali atau recording of title di Kantor Pertanahan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui upaya meminimalisir terjadinya kendala pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dibidang ilmu hukum terutama hukum agraria khususnya tentang pendaftaran tanah. 2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijaksanaan dibidang hukum pertanahan, khususnya dibidang pendaftaran tanah.

(15)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berjudul “Kendala Pelaksanaan Pendaftaran Hak Atas Tanah

Pertama Kali (Studi Kasus di Kantor Pertanahan Kota Medan)” yang diketahui

berdasarkan penelusuran atas hasil penelitian, khususnya dilingkungan Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Hukum belum pernah dilakukan penelitian tentang kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan azas-azas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi a. Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaiman yang dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro bahwa “untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran teoritis.26

Tugas pokok hukum adalah untuk menciptakan ketertiban, sebab ketertiban merupakan suatu syarat dari adanya masyarakat yang teratur. Hal ini berlaku bagi masyarakat manusia dalam segala bentukya, oleh karena itu pengertian manusia, masyarakat dan hukum tidak akan mungkin dipisah-pisahkan.27

26

Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghali, 1982, hal. 37 27

Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta, Binacipta, 1983, hal. 42

Agar tercapai ketertiban dalam masyarakat, diusahakan untuk mengadakan kepastian. Kepastian disini diartikan sebagai kepastian dalam hukum dan kepastian oleh

(16)

karena hukum. Hal ini disebabkan karena pengertian hukum mempunyai dua segi, segi pertama adalah bahwa ada hukum yang pasti bagi peristiwa yang konkrit, segi kedua adalah adanya suatu perlindungan hukum dari kesewenang-wenangan.

Tujuan hukum pendaftaran tanah tidak terlepas dari tujuan hukum pada umumnya. Tujuan hukum menurut teori konvensional adalah mewujudkan keadilan (rechtsgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtszekerheid).28

Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum (rechtzekerheit) dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu terhadap pihak yang lain.29 Van Apeldoorn juga sependapat, dimana dengan adanya kepastian hukum berarti

ada perlindungan hukum.

Hukum pertanahan Indonesia menginginkan kepastian mengenai siapa pemegang Hak Milik. Kebutuhan masyarakat akan suatu peraturan kepastian hukum terhadap tanah, sehingga setiap pemilik dapat terjamin haknya dalam mempertahankan Hak Miliknya dari gangguan luar.30 Apa yang dinamakan hak itu sah karena dilindungi

oleh peraturan hukum.

28

Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Jakarta, PT. Gunung Agung, Tbk, 2002, hal. 85

29

M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum, ( Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana USU), hal 17

30

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, ( Jakarta: PT. Intermasa, 1980) ,hal 2

Van Apeldoorn dalam bukunya Inleding toot de Studies van het Nederlands Recht, mengatakan:

(17)

Tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki kedamaian. Kedamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang tertentu yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta dan sebagainya terhadap yang merugikannya. Kepentingan individu dan kepentingan golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain. Pertentangan kepentingan-kepentingan ini selalu akan menyebabkan pertikaian-pertikaian dan kekacauan satu sama lain, kalau tidak diatur olehhukum untuk menciptakan kedamaian. Dan hukum pertahankan kedamaian dengan mengadakan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi, dimana setiap orang harus memperoleh sedapat mungkin yang menjadi haknya.31

Dalam perkembangan masyarakat modern yang ditandai dengan kemajuan pola pikir dan teknologi dalam kehidupan masyarakat terutama dalam dunia usaha. Sertifikat tanah sebagai suatu barang berharga yang dapat dipakai untuk memajukan suatu usaha yang berdampak pada lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 suatu peraturan pendaftaran tanah yang menghasilkan sertifikat yang dibutuhkan tadi. Namun kendala pelaksanaan pendaftaran tanah akan berdampak pada dunia usaha.

Untuk tidak menimbulkan ketidakpastian hukum khususnya dalam pelaksanaan pendaftaran tanah pemerintah harus mencari solusi bagaimana agar pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia dapat lebih cepat dan terarah agar tidak

bermunculan masalah-masalah pertanahan dalam masyarakat.

31

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (Terjemahan Inleding tot de Studies van het Nederlands Recht, Cetakan ke-4 oleh M. Oetarid Sadino), Jakarta: Noordhoff-kolff NV, 1958, hal. 20

Timbulnya masalah-masalah pertanahan dalam masyarakat, hal ini tidak terlepas dari ketidakpastian akan pemilikan tanah. Ketidakpastian ini muncul karena tanah-tanah yang dimiliki itu belum terdaftar.32

(18)

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami istilah atau konsep yang digunakan maka dapat diberikan definisi operasional sebagaimana disebut dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah sebagai berikut:

Pendaftaran tanah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah

yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu

yang membebaninya.33

Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang terbatas.34Hak atas tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA.35

32

Ibid, hal. 7 33

Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 34

Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 35

Pasal 1 angka (2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.36

Data Yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan pihak-pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.37

(19)

Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.38

Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang pendaftaran tanah atau peraturan pemerintah ini.39

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.40

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau masal.41

37

Pasal 1 angka (5) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 38

Pasal 1 angka (6) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 39

Pasal 1 angka (7) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 40

Pasal 1 angka (8) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 41

Pasal 1 angka (9) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,

daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.42

Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian.43

(20)

Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data fisik dan data yuridis suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.44

Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.45

Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu.46

G. Metode Penelitian

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode ini menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.47

42

Pasal 1 angka (12) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 43

Pasal 1 angka (17) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 44

Pasal 1 angka (19) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 45

Pasal 1 angka (20) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 46

Pasal 1 angka (24) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah 47

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT. Gramedia, 1977, hal. 16

Berikut ini akan dikemukakan metode penelitian yang digunakan pada proposal penelitian ini sebagai berikut:

a. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam Peraturan Perundang-undangan.48

(21)

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis sebab penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan azas-azas dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian setelah itu diadakan telaah secara kritis, dalam arti memberikan penjelasan-penjelasan atas fakta atau gejala tersebut, baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi dan berdasarkan pada aspek yuridis. Dengan demikian akan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.

b. Pendekatan Penelitian

Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dengan pendekatan tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Penelitian ini sendiri akan menggunakan metode pendekatan Normatif dan Undang-Undang (statute approach). Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah berbagai Undang-

48

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 1

Undang dan Regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang menjadi objek penelitian ini.49

Selain itu untuk mendukung penyelesaian permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, evaluasi serta eksplorasi dari kebijakan pertanahan yang telah dilaksanakan secara operatif, yang mana data penelitian yang diperoleh dari lapangan adalah merupakan bagian dari data sekunder. Pendekatan yuridis sosisologis dimaksud untuk membantu pemecahan

(22)

permasalah yang merupakan isu hukum yang diangkat dalam penelitian ini yaitu untuk meninjau bagaimana pelaksanaan pendaftaran tanah di Kota Medan juga untuk melihat apakah pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan mengenai landreform sudah sesuai dengan perintah Undang-Undang.

c. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, didasarkan pada penelitian kepustakaan (library research), yang dilakukan dengan menghimpun data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yaitu:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoratif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan per-undang-undangan .

2. Bahan hukum sekunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

49

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, hal. 2

primer berupa buku-buku hukum,skripsi, tesis, disertasi hukum, majalah dan jurnal-jurnal ilmiah yang ada relevansinya dengan penelitian ini serta wawancara pada para informan, nara sumber yang berkompeten dibidangnya serta hasil inventarisasi instansi Pemerintah yang berkaitan dengan pelaksanaan Pendaftaran Tanah.

3. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum dan bahan-bahan diluar bidang ilmu hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi hasil penelitian.

(23)

d. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini adapun teknik yang digunakan adalah dengan penelitian kepustakaan (library research) yaitu meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam tesis ini seperti buku-buku hukum, majalah hukum, artikel-artikel, peraturan per-undang-undangan yang sifatnya normatif. Disamping itu mengumpulkan data-data yang berasal dari hasil inventarisasi survei lapangan dari instansi yang berkaitan dengan topik tesis ini. Wawancara berupa pertanyaan pada para informan dan nara sumber yang berkaitan dengan permasalahan dalam tesis ini.

e. Analisis Data

Seluruh data yang telah diperoleh dan dikumpulkan, selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis secara kualitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan pemilihan pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang Pendaftaran Tanah kemudian membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tetap mengacu pada pelaksanaan Pendaftaran Tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil uji yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak kental dari bakteri Gram negatif lebih rendah daripada Gram

Energi listrik yang dihasilkan dari angin akan digunakan untuk substitusi alat-alat elektronik yang ada di dalam kereta sehingga dapat mengurangi penggunaan energi fosil?.

Pengesahan sebagai dasar Bendahara Pengeluaran membuat $ek untuk membayar Belanja "& yang didanai B"UD. Berdasarkan &PM Pengesahan tersebut# &ubbagian %kuntansi

hasil yang didapat oleh peneliti nantinya akan lebih maksimal. Sejumlah langkah yang lain di tahapan ini ialah; a) Penetapan terlebih dahulu standar kompetensi,

Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja pemuatan dengan bahu adalah sebesar 7 untuk bagian kanan dan skor sebesar 8 untuk bagian tubuh

Pengamatan dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan akar dan tunas dengan membongkar bibit dalam polybag yang telah ditentukan secara acak.Hasil penelitian menunjukkan

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase larutan kapur sirih terbaik untuk bahan perendaman pada pembuatan keripik talas ketan adalah 20% dan lama