• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN NILAI ESTIMASI VO 2 MAX, ASUPAN GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK PADA KELOMPOK PENARI DAN BUKAN PENARI PEREMPUAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN NILAI ESTIMASI VO 2 MAX, ASUPAN GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK PADA KELOMPOK PENARI DAN BUKAN PENARI PEREMPUAN TAHUN 2014"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN NILAI ESTIMASI VO

2

MAX, ASUPAN GIZI, DAN

AKTIVITAS FISIK PADA KELOMPOK PENARI DAN BUKAN PENARI

PEREMPUAN TAHUN 2014

Ayunda Cahyaning Nurani, Yvonne M. Indrawani

Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail: Ayundanurani@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai estimasi VO2max, asupan gizi (energi, protein, lemak dan karbohidrat), dan aktivitas fisik antara kelompok penari dan kelompok bukan penari. Penelitian ini menggunakan desain ecological study. Pengambilan data dilakukan pada bulan April – Mei 2014 pada Griya Seni Ekayana, Sanggar Seni Betawi Setu Babakan, dan Mahasiswi S1 Reguler FKM UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada aktivitas fisik (p = 0,035) antara kelompok penari dan bukan penari.

The Differences of VO2max Estimated Value, Nutritional Intakes, and Physical Activity

in Woman Dancer and Non-Dancer 2014

Abstract

The purpose of this study is to prove the differences VO2max, nutritional intakes (energy, protein, fat, and carbohydrates), and physical activity between woman dancer and non-dancer. This research is an ecological study. Data were collected from April-May 2014 in Griya Seni Ekayana, Sanggar Seni Betawi Setu Babakan and colleges at FKM UI. The result of this study showed that there were significant differences in physical activity (p = 0,035) between woman dancer and non-dancer.

Key Words : 1 mile walk test, dancer, nutritional intakes, physical activity, VO2max

Pendahuluan

Nilai VO2max sebagai pencerminan daya tahan kardiorespiratori merupakan salah satu faktor kuat penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular yang menempati peringkat ke-empat dalam daftar penyebab kematian WHO (WHO, 2009 dalam Lee, et al. 2010). Di dalam tubuh manusia, jaringan dan organ membutuhkan oksigen untuk melakukan fungsinya (Hoeger dan Hoeger, 2011). Oksigen digunakan untuk mengubah karbohidrat dan lemak menjadi adenosine trifosfat (ATP) yang akan digunakan untuk kontraksi otot dan produksi panas

(2)

(Nieman, 2011). Kapasitas maksimum oksigen yang dihirup oleh tubuh dan dapat dimanfaatkan oleh jaringan merupakan indikator terbaik untuk mengetahui fungsi kardiorespiratori (Bucher dan Prentice,1985 dalam Komala, 2013). Studi di Belanda menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara nilai VO2max dengan resiko penyakit kardiovaskular (Twisk et al, 2000).

Menurut Hoeger dan Hoeger (2009), nilai VO2max untuk wanita berusia dibawah 29 tahun dapat dikatakan baik jika menunjukkan nilai 39-48,9 ml/kg/menit. Banyak fakta yang memperlihatkan bahwa nilai VO2max pada wanita dewasa masih rendah, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian di Iran rata-rata VO2max wanita berusia 25-45 tahun sebesar 34,5 ml/kg/menit (Ossanloo et al, 2012). Selain itu, penelitian yang dilakukan di India pada wanita paruh baya yang bekerja menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max sebesar 35,19 ml/kg/menit (Jaywant, 2013). Penelitian di FKM UI, menunjukkan bahwa rata-rata VO2max mahasiswi sebesar 28,8 ml/kg/menit (Sinamo, 2012). Selain itu, penelitian yang dilakukan pada perempuan usia 18-25 tahun menunjukkan nilai VO2max sebesar 37,2 ml/kg/menit (Sendayung, 2013).

Individu yang terbiasa melakukan aktivitas fisik tinggi seperti menari, bersepeda, ataupun melakukan kegiatan ekstrakurikuler, maka nilai VO2max akan menjadi berbeda. Berdasarkan penelitian di Wrightson Dance Studio, Perth, Australia (1988) menunjukkan bahwa nilai VO2max pada pedansa perempuan (ballroom dancing) adalah 42,0 ml/kg/menit. Penelitian Sakamoto (2006) yang membandingkan penari perempuan, eks-penari, pesepak bola wanita, eks-pesepakbola wanita dan non-atlet menunjukkan bahwa nilai VO2max penari masih lebih tinggi daripada eks-penari, eks-pesepakbola dan non-atlet (42,3 ml/kg/menit) (Sakamoto, 2006. Pada penelitian Kostic et al (2006) juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok penari dan bukan penari.

Penelitian mengenai VO2max pada penari di Indonesia masih sangat jarang ditemukan. Padahal Indonesia memiliki banyak kelompok tari yang melakukan berbagai macam jenis tarian dari tari modern, tari balet ataupun tari tradisional. Penari sebagai performa atlet di atas panggung dikategorikan sebagai seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat. Penari dituntut untuk memiliki daya tahan kardiorespiratori yang baik selama berlangsungnya pertunjukan. Selain itu, penari juga menunjukkan tingkat mobilitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan atlet maupun non-atlet (Wyon, 2005; Desfor, 2003; Gannong, 1999; Redding, 2000 dalam Sakamoto, 2006). Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat perbandingan VO max, status gizi, asupan gizi dan aktivitas fisik pada

(3)

kelompok penari dan bukan penari. Kelompok penari yang dipilih adalah penari tradisional di Griya Seni Ekayana dan Sanggar Seni Betawi Setu Babakan karena menurut survey pendahuluan, rata-rata nilai VO2max pada penari tradisonal tersebut sebesar 47,33 ml/kg/menit (Nurani, 2014). Selain itu, kedua sanggar tari tersebut memiliki durasi latihan yang sama setiap minggunya. Sedangkan kelompok bukan penari yang dipilih adalah mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2014 dikarenakan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai VO2max pada mahasiswa FKM UI masih rendah yaitu 28,8 ml/kg/menit (Sinamo, 2012).

Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain, diketahuinya rata-rata estimasi VO2max pada kelompok penari dan bukan penari, diketahinya nilai rata-rata asupan gizi dan aktivitas fisik pada kelompok bukan penari dan bukan penari, diketahuinya perbedaan nilai rata-rata estimasi VO2max antara kelompok penari dan bukan penari, dan diketahuinya perbedaan rata-rata asupan gizi dan aktivitas fisik pada kelompok penari dan bukan penari

Tinjauan Teoritis

Kapasitas VO2max adalah jumlah oksigen maksimum yang dapat digunakan oleh tubuh per-menit saat melakukan aktivitas fisik (Hoeger dan Hoeger, 2009). VO2max merupakan tingkat tertinggi oksigen yang dapat dikonsumsi tubuh selama seseorang melakukan proses latihan atau tingkat maksimal oksigen yang dapat diserap, didistribusikan, dan digunakan oleh tubuh selama melakukan aktivitas fisik (Nieman, 2011). Nilai VO2max dinyatakan dalam ml/kg/menit (mililiter oksigen yang digunakan per kilogram berat badan per menit).

Asupan Gizi

Salah satu faktor penting dalam menentukan nilai VO2max adalah asupan gizi. Peran zat gizi makro sangat penting dalam menyediakan energi untuk melakukan aktivitas fisik. Energi akan digunakan oleh otot jantung dan pernafasan, untuk metabolisme sel, dan mempertahankan suhu tubuh (Sharkey, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan akan karbohidrat meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas latihan (Benardot, 2006). Depkes menyatakan bahwa konsumsi tinggi karbohidrat 60-70% akan meningkatkan daya tahan (Depkes, 2002). Untuk individu dengan aktivitas fisik berat, asupan karbohidrat disarankan 400-600 gram dalam sehari, sedangkan untuk individu dengan latihan intensitas tinggi direkomendasikan untuk mengkonsumsi 70% dari total kalori atau 8-10 gram per kilogram berat badan (Katch, 2011). Burke (2006) juga menyatakan bahwa asupan karohidrat

(4)

yang tinggi akan meningkatkan pemulihan dan ketahanan kinerja selama 24-72 jam (Burke, 2006, dalam Coleman 2011). Menurut Coleman (2011) karbohidrat merupakan bahan bakar yang baik dalam memenuhi kebutuhan latihan dengan intensitas penggunaan VO2max di atas 65%.

Menurut Kemenkes, diet tinggi protein bermanfaat terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Depkes, 2002). Protein merupakan zat pembangun tubuh dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Hoeger dan Hoeger, 2010). Asam amino tertentu dapat diubah menjadi glukosa dan dimetabolisme untuk memberikan ATP, sementara yang lainnya dapat disimpan sebagai lemak yang kemudian dapat di katabolisme untuk memberikan ATP. Protein juga merupakan komponen penting dalam mengontrol volume cairan dan osmolaritas darah dan jaringan tubuh (Benardot, 2006).

Lemak juga dapat mempengaruhi daya tahan kardiorespiratori. Asupan lemak 20-35% dari total asupan kalori diperlukan untuk menjamin kecukupan energi dan asupan nutrisi. Lemak dibutuhkan oleh metabolisme vitamin-vitamin larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K. Selain itu, asam lemak esensial juga dibutuhkan oleh fungsi-fungsi tubuh tertentu (Benardot, 2006). Penelitian yang dilakukan di Finlandia menunjukkan kelompok dengan daya tahan kardiorespiratori lebih tinggi memiliki level asam lemak jenuh lebih rendah dan asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi daripada kelompok dengan daya tahan kardiorespiratori lebih rendah (Konig et al, 2003). Namun, asupan lemak yang diasup berlebihan tidak akan memberikan efek positif dalam performa fisik, komposisi tubuh dan juga berat badan. Dari sudut pandang olahraga, peningkatan konsumsi lemak mungkin dilakukan dalam meningkatkan kinerja atletik. Atlet yang membutuhkan 4000 kalori setiap hari untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan, latihan, dan pemeliharaan, memerlukan kenaikan moderat dalam asupan lemak (Benardot, 2006).

Penelitian menyebutkan bahwa penari, baik modern ataupun balet, mengkonsumsi lebih sedikit kalori untuk melaksanakan aktivitas. Sebuah penelitian di Beijing menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada asupan energi dan asupan lemak antara kelompok penari dengan kelompok bukan penari (Yang et al, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris terhadap mahasiswi jurusan tari menunjukkan tingkat asupan energi mereka rata-rata di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (Koutedakis, 2004).

(5)

Aktivitas Fisik

Menurut Hoeger dan Hoeger (2010) aktifitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran energi dan menghasilkan manfaat progresif. Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan pembakaran kalori (Depkes, 2002). Nilai VO2max seseorang akan meningkat sebesar 6-20% dengan melakukan aktivitas fisik (Katch et al, 2011). Nilai VO2max yang meningkat akan membuat jumlah oksigen yang dapat digunakan selama melakukan aktivitas juga meningkat secara signifikan. Hal ini membuat individu dapat melakukan latihan lebih lama dan lebih intensif sebelum merasa kelelahan (Hoeger dan Hoeger, 2010). Semakin tinggi aktivitas fisik seseorang, akan menyebabkan tubuh bernafas lebih cepat sehingga meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Oksigen yang masuk ke paru-paru akan disalurkan ke dalam darah, kemudian jantung akan memompa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh sehingga otot mampu menyerap lebih banyak oksigen dari dalam darah. Selain itu, tingginya daya tahan tahan kardiorespiratori berhubungan dengan tingginya kebiasaan dalam menjalankan aktivitas fisik (ACSM, 2006).

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian ecological study karena mengamati perbedaan pada tingkat kelompok. Nilai estimasi VO2max kelompok penari akan dilihat perbedaannya dengan kelompok bukan penari. Hal yang sama juga dilakukan pada variabel asupan gizi dan aktivitas fisik. Penelitian ini menggunakan data primer untuk mengetahui perbedaan VO2max, asupan gizi, dan aktivitas fisik pada kelompok penari dan bukan penari.

Penelitian untuk kelompok penari dilakukan di Griya Seni Ekayana dan Sanggar Seni Betawi Setu Babakan pada hari Senin-Minggu sesuai hari latihan. Pada kelompok bukan penari, lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tepatnya di Boulevard UI. Penentuan jadwal ditentukan melalui koordinasi dengan responden terpilih. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan April – Mei 2014. Populasi studi dari peneltian ini adalah penari Griya Seni Ekayana, Sanggar Seni Betawi Setu Babakan dan mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun 2014 yang berjenis kelamin perempuan usia 18-25 tahun. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu merupakan penari yang hadir setiap latihan rutin dua kali seminggu ditempat latihannya dan memiliki nilai IMT 18,5-30 kg/m2, sedangkan untuk kelompok bukan penari yaitu mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun 2014

(6)

yang aktif mengikuti perkuliahan, tidak tergabung dalam komunitas tari apapun dan memiliki nilai IMT 18,5-30 kg/m2. Kriteria eksklusi untuk kedua kelompok tersebut adalah calon responden yang memliki penyakit tertentu (seperti penyakit jantung, asma) yang tidak memungkinkan responden mengikuti test untuk menentukan nilai estimasi VO2max. Pemilihan sampel pada kelompok penari dilakukan dengan metode purposive sampling sedangkan kelompok bukan penari yaitu mahasiswa FKM UI tahun 2014 dilakukan dengan cara simple random sampling (sampel acak sederhana) (Lemeshow, 1990).

Data primer didapatkan dari pengukuran antropometri untuk mendapatkan nilai IMT sebagai kriterian inklusi, wawancara food recall 2x24 hours untuk mendapatkan data asupan gizi, pengisian kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk mendapatkan data aktivitas fisik, dan pengukuran estimasi VO2max dengan 1 mile walk test. Data dianalisis dengan menggunakan metode univariat antara lain data IMT, asupan energi total, asupan zat gizi makro, aktivitas fisik dan VO2max yang akan ditampilkan dengan nilai rata-rata, standar deviasi dan nilai maksimal minimal untuk masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan dengan uji T independen untuk mengetahui perbedaan rata-rata atau mean pada dua kelompok data independen. Bila p value <0,05 maka terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok, namun bila p value > 0,05 berarti data yang ada tidak dapat membuktikan perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok

Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, sampel yang didapatkan adalah 44 responden pada kelompok penari dan 44 responden pada kelompok bukan penari. Namun, terdapat beberapa data responden yang ekstrem sehingga dikeluarkan dari penelitian. Maka, total sampel yang didapat adalah 36 responden pada kelompok penari dan 30 responden pada kelompok bukan penari.

(7)

Tabel 1. Distribusi Usia, IMT, Nilai Estimasi VO2max dan Asupan Gizi Kelompok

Penari dan Bukan Penari

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia kelompok penari adalah 19,9 ± 1,73 dan rata-rata usia kelompok bukan penari adalah 19,7 ± 0,95. Rentang usia responden keseluruhan pada penelitian iniadalah 18-24 tahun. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa rentang usia responden pada kedua kelompok sesuai dengan kriteria responden yang digunakan.

Rata-rata status gizi yang diukur menurut IMT pada kelompok penari adalah 21,92 ± ,34 kg/m2 dan rata-rata IMT kelompok bukan penari adalah 23,04 ± 2,81 kg/m2. Dapat dilihat pada Tabel 1, bahwa nilai IMT responden pada kedua kelompok sesuai dengan kriteria inklusi yang digunakan, yaitu 18,5-30 kg/m2.

Kelompok penari memiliki nilai rata-rata estimasi VO2max sebesar 40,54±2,39 ml/kg/menit dan kelompok bukan penari memiliki nilai rata-rata VO2max sebesar 39,62 ± 3,10 ml/kg/menit dengan nilai minimum sebesar 30,17 ml/kg/menit dan maksimum sebesar 47,07 ml/kg/menit. Dapat dilihat bahwa nilai estimasi VO2max pada kelompok penari lebih tinggi sebesar 0,85 daripada kelompok bukan penari. Kelompok penari memiliki nilai minimum yang lebih tinggi daripada kelompok bukan penari, namun nilai maksimumnya menunjukkan angka yang lebih rendah dari kelompok bukan penari.

Variabel Kelompok Penari (n=36) Bukan Penari (n=30)

Mean ± SD Min – Max Mean ± SD Min - Max

Usia (tahun) 19,9 ± 1,73 18 – 24 19,7 ± 0,95 18 – 21

IMT (kg/m2) 21,92 ± 2,34 18,52-26,34 23,04 ± 2,81 18,50 – 28,04

VO2max (ml/kg/menit) 40,54 ± 2,39 34,51 – 46,07 39,69 ± 3,10 30,17 – 47,07 Asupan Energi (Kkal) 1123,1 ± 303,02 570-1826,75 1108,9 ± 318,51 621,5–2109,8

Asupan Protein (g) 35,87 ± 11,06 20 – 79,7 39,26 ± 12,16 23,55 – 79,70

Asupan Lemak (g) 44,82 ± 13,73 20 – 67,95 41,59 ± 16,45 16,45 – 83,90

(8)

Kelompok penari memiliki nilai rata-rata asupan energi per-hari sebesar 1123,1 ± 303,02 kkal, rata-rata asupan protein hari sebesar 35,87 ± 11,06 gram, rata-rata asupan lemak per-hari sebesar 44,82 ± 13,73 gram, dan rata-rata asupan karbohidrat kelompok penari per-per-hari adalah 147,70 ± 45,99.

Kelompok bukan penari memiliki nilai rata-rata asupan energi per-hari sebesar 1108,9 ± 318,51 kkal, rata-rata asupan protein per-harinya adalah 39,26 ± 12,16 gram, rata-rata asupan lemak per-harinya adalah 41,59 ± 16,45 gram, dan rata-rata asupan karbohidrat per-harinya adalah 146,70 ± 45,67 gram. Rata-rata asupan energi, lemak, dan karbohidrat pada kelompok penari lebih tinggi daripada kelompok bukan penari. Namun, untuk asupan protein, kelompok bukan penari memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kelompok penari.

Tabel 2. Distribusi Nilai Tengah Aktivitas Fisik Kelompok Penari dan Bukan Penari

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa data yang disajikan pada tabel tersebut adalah nilai median atau nilai tengah MET-menit/minggu. Hal ini dikarenakan pada saat uji normalitas, data aktivitas fisik memiliki distribusi data yang tidak normal. Nilai median skor aktivitas fisik pada kelompok penari adalah 1560 ± 1233,5 sedangkan nilai tengah skor aktivitas fisik kelompok bukan penari adalah 620 ± 1443,5. Nilai tengah skor aktivitas fisik pada kelompok penari jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tengah skor aktivitas fisik pada kelompok bukan penari.

Perbedaan Rata-Rata Nilai Estimasi VO2max

Tabel 3. Distribusi Rata-rata Nilai Etimasi VO2max Kelompok Penari dan Bukan

Penari Variabel Kelompok Penari (n=36) Bukan Penari (n=30)

Median ± SD Min – Max Median ± SD Min - Max

Aktivitas Fisik (MET-menit/minggu) 1560 ± 1233,5 480 –4800 620 ± 1443,5 100 – 5580 Variabel Kelompok P Value Penari (n=36) Bukan Penari (n=30) Mean ± SD Mean ± SD VO2max (ml/kg/menit) 40,54 ± 2,39 39,69 ± 3,10 0,216

(9)

Rata-rata nilai estimasi VO2max kelompok penari dan bukan penari pada Tabel 3 terlihat memiliki perbedaan. Rata-rata nilai VO2max pada kelompok penari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bukan penari. Namun, hasil uji T-test dengan nilai p value sebesar 0,216 menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna pada rata-rata nilai VO2max antara kelompok penari dan bukan penari.

Perbedaan Rata-Rata Asupan Gizi

Tabel 4. Distribusi Rata-rata Asupan Gizi Kelompok Penari dan Bukan Penari

Terlihat perbedaan rata-rata asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pada kedua kelompok. Uji T-test dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada kelompok penari dan bukan penari. Hasil menunjukkan bahwa p value ketiga variabel tersebut masing-masing adalah 0,854; 0,240; 0,387; dan 0,930 yang memiliki arti bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai rata-rata asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada kedua kelompok.

Perbedaan Skor Aktivitas Fisik

Tabel 5. Distribusi Perbedaan Nilai Tengah Aktivitas Fisik Kelompok Penari dan Bukan Penari

*p value < 0,05

Pada variabel aktivitas fisik, dapat dilihat adanya perbedaan rata-rata nilai skor aktivitas fisik pada kelompok penari dan bukan penari. Skor aktivitas fisik pada kelompok penari lebih

Variabel Kelompok P Value Penari (n=36) Bukan Penari (n=30) Mean ± SD Mean ± SD

Asupan Energi (Kkal) 1123,1 ± 303,02 1108,9 ± 318,51 0,854

Asupan Protein (g) 35,87 ± 11,06 39, 26 ± 12,16 0,240 Asupan Lemak (g) 44,82 ± 13,73 41,59 ± 16,45 0,387 Asupan Karbohidrat (g) 147,70 ± 45,99 146,70 ± 45,67 0,930 Variabel Kelompok P Value Penari (n=36) Bukan Penari (n=30) Median ± SD Median ± SD Aktivitas Fisik 1560 ± 1233,5 620 ± 1443,5 0,035*

(10)

tinggi dibandingkan dengan kelompok bukan penari. Uji Non-parametric Mann Whitney dilakukan untuk melihat p value pada variabel ini dikarenakan distribusi data yang tidak normal. Dengan menggunakan uji Mann Whitney, didapatkan p value sebesar 0,035 yang memiliki arti adanya perbedaan rata-rata skor aktivitas fisik yang bermakna antara kelompok penari dan bukan penari.

Pembahasan

Perbedaan Rata-Rata Nilai Estimasi VO2max

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai estimasi VO2max kelompok penari dan kelompok bukan penari. Dapat dilihat dari hasil uji T-test bahwa didapatkan nilai p value sebesar 0,216 (< 0,05). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Kostic et al (2006) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai VO2max kelompok penari dan bukan penari. Terdapatnya perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan kurang bervariasinya data yang didapat dan adanya bias pada saat pengambilan data VO2max, baik pada saat melakukan tes berjalan ataupun saat pengukuran denyut nadi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jaywant (2013) yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara nilai VO2max kelompok penari dan bukan penari. Jika dilihat dari nilai rata-ratanya, Rata-rata nilai estimasi VO2max pada kelompok penari lebih tinggi yaitu sebesar 40,54 ml/kg/menit daripada kelompok bukan penari yaitu sebesar 39,69 ml/kg/menit. Hal ini sejalan dengan penelitian Sakamoto (2006) yang menyatakan bahwa penari memiliki nilai VO2max lebih tinggi daripada bukan penari. Jika dilihat dari aspek biologis, meski memiliki perbedaan yang tidak bermakna, masih terdapat perbedaan sebesar 0,85% antara nilai VO2max kelompok penari dan bukan penari.

Perbedaan Rata-Rata Asupan Gizi

Tidak ada perbedaan rata-rata asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat antara kelompok penari dan bukan penari. Hasil uji T-test menyatakan bahwa ketiga data tersebut memiliki p value > 0,05. Rata-rata asupan energi, karbohidrat, dan lemak lebih tinggi pada kelompok penari, sedangkan rata-rata asupan protein lebih tinggi pada kelompok bukan penari. Hal ini bertentangan dengan yang dikatakan oleh Chmelar dan Fitt (1990) bahwa penari mengonsumsi lebih sedikit asupan energi dan karbohidrat namun tinggi lemak dan protein dibandingkan dengan kelompok bukan penari. Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan penelitian Yang et al (2010) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada asupan energi dan asupan lemak antara kelompok penari dan kelompok bukan penari.

(11)

penelitian Yang et al (2010) lebih banyak dan perbedaan metode yang digunakan dalam pengambilan data. Selain itu, adanya bias dalam pengambilan data food recall juga dapat menyebabkan perbedaan hasil kedua penelitian ini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Smith (2013) yang menunjukkan tidak adanya perbedaan asupan pada kelompok penari dan kelompok bukan penari. Penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan antara asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pada kelompok penari dan bukan penari. Tidak terdapatnya perbedaan yang bermakna ini dikarenakan rata-rata asupan kelompok penari dan kelompok penari hampir homogen.

Perbedaan Skor Aktivitas Fisik

Hasil uji Non-parametric Mann Whitney pada variabel aktivitas fisik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada skor aktivitas fisik antara kelompok penari dan kelompok bukan penari dengan p value sebesar 0,035 (< 0,05). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian O Neill et al (2011) yang menyimpulkan bahwa kelompok yang berkontribusi dalam kelas menari memiliki tingkat aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkontribusi dalam kelas menari. Tingginya nilai VO2max seseorang berhubungan dengan tingginya kebiasaan dalam menjalankan aktivitas fisik. Pada hasil analisis aktivitas fisik diketahui bahwa rata-rata skor aktivitas fisik kelompok penari lebih tinggi daripada kelompok bukan penari. Semakin tinggi aktivitas fisik seseorang, akan menyebabkan tubuh bernafas lebih cepat sehingga meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Oksigen yang masuk ke paru-paru akan disalurkan ke dalam darah, kemudian jantung akan memompa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh sehingga otot mampu menyerap lebih banyak oksigen dari dalam darah (ACSM, 2006).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi nilai VO2max dengan tes berjalan 1 mil (1 mile walk test) tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil VO2max kelompok penari dan kelompok bukan penari. Pada variabel asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidart), tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara asupan gizi kelompok penari dan bukan penari, baik pada asupan energi, protein, lemak, maupun karbohidrat. Selain itu, terdapat perbedaan yang bermakna antara skor aktivitas fisik pada kelompok penari dan kelompok bukan penari dengan. Median atau nilai tengah kelompok penari menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada kelompok bukan penari.

(12)

Saran

 Sebaiknya para pelatih ataupun pengurus sanggar harus mempertahankan dan lebih memperhatikan nilai VO2max ataupun tingkat kebugaran penarinya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan penari untuk melalui setiap proses latihan dan setiap melakukan gerakan tari. Selain itu, para penari sebaiknya dapat meningkatkan aktivitas fisik mereka dengan memperbanyak durasi latihan dan melakukan latihan secara rutin. Hal ini dapat berpengaruh dalam meningkatkan nilai VO2max kelompok penari.

 Diperlukan perhatian lebih untuk meningkatkan nilai VO2max pada mahasiswa FKM UI. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas fisik pada mahasiswa FKM UI. Mahasiswa dapat meningkatkan aktivitas fisik mereka dengan melakukan olahraga yang disukai ataupun mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang cukup meningkatkan denyut nadi seperti UKM seni tari.

 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan instrument dan metode yang lebih tepat, seperti menggunakan metode pengukuran VO2max secara langsung, untuk mengukur nilai VO2max responden agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

 Perlunya pengendalian yang lebih ketat terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan bias dalam penelitian seperti waktu pengambilan data dan motivasi responden dalam menyelesaikan lintasan sejauh 1 mil untuk mendapatkan hasil yang akurat.

 Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan melakukan penelitian pada rentang usia yang berbeda ataupun menggunakan instrument maupun metode yang berbeda dalam pengukuran asupan gizi dan aktivitas fisik.

Daftar Pustaka

American College of Sport Medicine. (2006). ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Precription 7th Edition. USA: Lipincott Williams and Wilkins.

Bernadot, D. (2006). Advance Sport Nutrition. USA: Human Kinetics,

Coleman, Ellen. (2011). “Carbohydrate Requirements for Exercise.” Nutrition Dimention, Inc. Depkes RI. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes. Lee, et al. (2010). “Mortality Trends in the General Population: The Importance of

(13)

Hoeger, W.W.K, dan Hoeger, S.A.. (2009). Fitness and Wellness 8th Edition Edition. USA: Wadsworth.

_____________________. (2010). Principles and Labs for Physical Fitness 7th Edition. USA: Wadsworth.

_____________________. (2011). Fitness and Wellness 9th Edition Edition. USA: Wadsworth.

Indrawagita,Larasati. (2009). Hubungan AntaraStatus Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009. Depok, Skripsi Program Sarjana FKM UI.

Jaywant, PJ. (2013). “ Effect of Aerobic Dance on the Body Fat Distribution and Cardiovascular Endurance in Middle Age Women.” Journal of Exercise Science and Physiotherapy 1: 6-10.

Katch, McArdle dan Katch. (2011). Essentials of Exerciese Physiology 4th Edition. USA: Lipincott Williams and Wilkins.

Komala, Ramadhana. (2013). Perbedaan Status Kebugaran Berdasarkan Status Gizi, Aktvitas Fisik, dan Asupan Gizi pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2013. Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI.

Konig, D., et al. (2003). “ Cardiorespiratory Fitness Modifies the Association Between Dietary Fat Intake and Plasma Fatty Acid.” European Journal of Clinical Nutrition 57:810-815.

Kostic, et al. “ Changes in The Cardiovascular Fitness And Body Composition of Women Under The Influence of the Aerobic Dance.” Physical Education and Sport 4(2006):59-71.

Koutedakis, Yiannis dan Jamurtas, Athanasios. (2004). “ The Dancer as Performing Athlete; Physiological Considerations.” Sports and Medicine 34:651-661.

Kusnadi. (2009). Penunjang Pembelajaran Seni Tari untuk SMP dan MTs. Solo: Tiga Serangkai.

Lemeshow, S. et al. (1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies. Chicester: John Wiley & Sons.

(14)

Nieman, David C. (2011). Exercise Testing and Prescription, a Health Related Approach 7th Edition. New York, USA: McGraw-Hill Companies.

O Neill, et al. (2011). “The Contribution of Dance to Daily Physical Activity Among Adolescent Girls.” Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 8:87

Ossanloo, Zafari dan Najar. (2012). “ The Effects of Combined Training ( Aerobic Dance, Step Exercise and Resistance Training) on Body Composition in Sedentary Females”. Annals of Biological Research 7:3667-3670.

Rostika, Tika. (2013). Perbedaan VO2max, Aktivitas Fisik, Status Gizi, Asupan Gizi Antara Kelompok Pesepeda dan Bukan Pesepeda Tahun 2013. Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI.

Sakamoto, Kendra. (2006). Comparing the Fitness of Current and Former Dancers And Soccer Players. Brooklyn: A Master’s Thesis of Long Island University.

Sendayung, Mega Ranty. (2013). Perbandingan Estimasi Nilai VO2max, Asupan Giz, Status Gizi dan Aktivitas Fisik Antara Vegetarian dan Non-Vegetarian Tahun 2014. Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI.

Sharkey, B.J dan Gaskill, S.E. (2007). Fitness and Health 6th Edition. Champaign: Illinois, USA: Human Kinetics.

Sharkey, B.J. (2011). Kebugaran dan Kesehatan. Trans. E. D Nasution. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sinamo, Eko Cipako. (2012). Hubungan Antara Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan VO2max pada Mahasiswa Program Studi Gizi FKM UI tahun 2012. Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI.

Smith, Rondha Lavonne. (2013). Eating Behavior, Dietary Intake, and Weight-Height Status of Amateur Dancers and Non-Dancers of African Descent in Nursing and Allied Health Science Majors Historically Black University. Washington: A Dissertation of Howard University.

Spadafora, Alison Ann. (2010). Predictors of Eating Pathology in Adolescents: A Comparasion of Ballet Dancers and Non-Dancers. Ontario : A Dissertation of Windsor University

(15)

Twisk, Kemper, dan Mechelen. (2000) “Tracking of Activity and Fitness and the Relationship with Cardiovascular Risk Factors.” Journal of American College of Sports Medicine :1455-1461.

Twitchett, Koutedakis, dan Wyon. (2009). “Physiological Fitness and Professional Classical Ballet Perfrmance: A Brief Review.” Journal of Strength and conditioning Research 9:2732-2740.

WHO. (2010). Global Recommendations on Physical Activity for Health. WHO: Library Cataloguing-in-Publication Data.

Yang, et al. (2010). “Relatively High Bone Mineral Density in Chinese Adolescent Dancers Despite Lower Energy Intake and Menstrual Disorder.” Biomedical and Environmental Sciences 23(2):130-136

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia kelompok penari adalah 19,9 ± 1,73 dan rata-rata  usia  kelompok  bukan  penari  adalah  19,7  ±  0,95
Tabel 2. Distribusi Nilai Tengah Aktivitas Fisik Kelompok Penari dan Bukan Penari
Tabel 4. Distribusi Rata-rata Asupan Gizi Kelompok Penari dan Bukan Penari

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dari Dewi (2012) menunjukkan bahwa kurang optimalnya implementasi TIK dalam surveilans anemia pada kehamilan serta masih belum optimalnya ketrampilan

Stakeholders tersebut dapat merupakan sistem sosial yang terdiri atas tokoh masyarakat, kontak tani, penyuluh, dan unit pelayanan teknis (UPT). Selain itu, dukungan sumberdaya

Kemudian adanya kajian penyebaran stasiun hujan terhadap debit banjir rancangan diharapkan menjadi temuan baru yang memberikan kemudahan dalam analisis debit

Pertama, menurut dari pada sifat pengenaan dan tarif pajak atas jasa penghasilan dari usaha jasa konstruksi menetapkan bahwa atas penghasilan wajib pajak dan bentuk

Oleh itu, keputusan nilai m (sekurang- kurangnya sembilan pemboleh ubah yang mempengaruhi siri masa kepekatan O 3 pada Monsun Timur Laut dan lapan pemboleh ubah pada Monsun

l= Panjang elektroda yang ditanam(m) d= Diameter batang elektroda pentanahan(m) Jadi sistem pentanahan yang dipakai untuk Rumah Mewah ini menggunakan elektroda batang

Analisa yang digunakan adalah analisa beban statis untuk mengetahui karakteristik dan letak tegangan terbesar pada konstruksi internal ramp berdasarkan empat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan pengaruh variasi panjang dan jumlah lapisan geotekstil dengan perbandingan jarak pondasi ke tepi lereng dan lebar