• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI KLEDOKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI KLEDOKAN"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI KLEDOKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

BENIDECTUS DHIMAS KAWISWARA NIM: 121134163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberkatiku

Bapak dan Ibu tercinta sebagai rasa Hormat dan Baktiku

Adikku Nimas dan Wuri yang memberi dukungan dan motivasiku

Novia yang selalu mendukung dan memberi semangat untukku

Sahabat-sahabatku yang menjadi tempat curhat dalam menghadapi berbagai persoalan

(5)

MOTTO

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut manusia

ialah menundukkan diri sendiri (Ibu Kartini)

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada

pengertianmu sendiri. Aklah DIA dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaiamana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Oktober 2018 Peneliti

Benidectus Dhimas Kawiswara

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Benidectus Dhimas Kawiswara

Nomor Mahasiswa : 121134163

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peningkatan Kedisiplinan Dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Matematika Untuk Siswa Kelas V SDN Kledokan”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Oktober 2018 Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar

Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Matematika

Untuk Siswa Kelas V SDN Kledokan.

Benidectus Dhimas Kawiswara Universitas Sanata Dharma

2018

Kedisiplinan siswa Kelas V SD N Kledokan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui langkah-langkah pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dalam materi pokok bangun datar pada siswa kelas V SDN Kledokan. (2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kedisiplinan siswa melalui penggunaan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Matematika dalam materi pokok bangun datar pada siswa kelas V SDN Kledokan. (3) Meningkatan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui penggunaan pendekatan kontekstual dalam materi pokok bangun datar pada siswa kelas V SDN Kledokan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan dan siklus ke 2 terdiri dari 1 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD N Kledokan Tahun Ajaran 2017/2018. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan kontekstual. Objek penelitian ini adalah kedisiplinan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Data kedisiplinan diperoleh dari lembar Observasi yang di isi oleh observer pada setiap pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa meningkat dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Peningkatan nilai dan persentase kedisiplinan siswa dari kondisi awal sampai capaian siklus II. Siklus 1 kondisi awal 40 dan 35% dengan target capaian 70 dan 70% hasil capaian siklus I 87,14 dan 96,66% capaian siklus II meningkat menjadi 95,79 dan 100%. Peningkatan prestasi belajar siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal 25%, pada siklus I 66%, dan pada siklus II yaitu 86%, sehingga dapat disimpulkan peningkatan dari siklus I ke siklus II mencapai 18%.

Kata Kunci : kedisiplinan, prestasi belajar, pendekatan kontekstual.

(9)

ABSTRACT

The Increasing of Self-Discipline and Learning

Achievement using Contextual Approach in Mathematics

for 5

th

Grade

Students of Kledokan State Elementary School

.

Benidectus Dhimas Kawiswara Sanata Dharma University

2018

The self-discipline of 5th GradeStudents of Kledokan State Elementary School was lack. The aims of this study were (1) to know the steps of contextual approach in order to increase self-discipline and students learning achievement in plane figure material, (2) to increase and know the increasing of self-discipline through the use of contextual approach in Mathematics subject especially in plane figure material, (3) to increase and know the increasing of students learning achievement through the use of contextual approach in Mathematics subject especially in plane figure material in 5th GradeStudents of Kledokan State Elementary School.

This study was Classroom Action Research that conducted in two cycles. The first cycle consisted of two meetings and second cycle consisted of one meeting. The subject of this study were 5th Grade Students of Kledokan State Elementary School academic year 2017/2018. The contextual approach was used in this study. The objects of this study were self-discipline and students learning achievement in Mathematics subject. The self-discipline data was obtained from observation sheet filled by the observers in every meetings.

The result of this study showed that self-discipline was increasing by contextual approach. The increasing of value and self-discipline percentage from the first condition until the achievement of second cycle. The first condition of first cycle were 40 and 35% with the target achievement were 70 and 70%. The result of the achievement first cycle were 87,14 and 96,66%. The achievement of second cycle increased into 95,79 and 100%. The increasing of students learning achievement that reached the KKM in the first condition was 25% in the first cycle was 66% and in the second cycle was 86%. The conclusion was the increasing of the first cycle into second cycle reached 18%.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kedisiplinan Dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Matematika Untuk Siswa Kelas V SDN Kledokan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak lain, maka pada kesempatan ini peneliti ingin penyampaian terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, S.Pd.,M.Pd. Selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sana Dharma.

4. Ibu Andri Anugrahana, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dukungan, semangat, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing II sekaligus selaku dosen pembimbing akademik yang juga dengan sabar dan tulus telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik serta membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

(11)

7. Rahmat Pandoyo Susanto, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kledokan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan memberikan banyak bantuan bagi penulis.

8. Ibu Esti Sulaimah, S. Pd. selaku guru wali kelas V SD Negeri Kledokan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di kelas V.

9. Siswa siswi kelas V SDN Kledokan tahun ajaran 2017/2018.

10. Orang tua yang tercinta, Antonius Waris Haryana dan Anastasia Budiarti yang selalu memberikan doa, semangat, perhatian dan segala kebutuhan yang saya butuhkan selama merantau menempuh pendidikan.

11. Yustina Hersa Bertha Novia yang selalu memberikan doa, semangat dan selalu menemani, serta teman cerita keluh dan kesah.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran agar tulisan ini menjadi lebih baik. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Yogyakarta, 18 Oktober 2018 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan Masalah... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Definisi Operasional... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka... 7

2.1.1 Kedisiplinan ... 7

2.1.2 Prestasi Belajar ... 9

2.1.3 Pendekatan Kontekstual ... 12

2.1.4 Pengertian Matematika... 15

2.2 Penelitian yang Relevan ... 18

2.3 Kerangka berpikir... 19

2.4 Hipotesis Tindakan... 21

BAB III Metode Penelitian ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Setting Penelitian ... 25

3.3 Desain Penelitian... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5 Instrumen Penelitian... 35

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 40

3.7 Teknik Analisis Data ... 60

3.8 Jadwal Penelitian... 64

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 65

4.1 Deskripsi Penelitian ... 65

4.2 Hasil Penelitian ... 76

4.2.1 Kedisiplinan Siklus I dan siklus II ... 78

4.2.2 Prestasi Belajar Siklus I dan Siklus II ... 87

4.3 Pembahasan ... 90

(13)

4.3.1 Kedisiplinan ... 93

4.3.2 Prestasi Belajar ... 93

4.3.3 Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 95

BAB V... 119 5.1 Kesimpulan ... 119 5.2 Keterbatasan Penelitian ... 120 5.3 Saran... 120 DAFTAR PUSTAKA ... 121 BIODATA PENELITI ... 206

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Kedisiplinan PAP tipe II... 34

Tabel 3.2 Kisi kisi Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Validasi... 35

Tabel 3.3 Kisi kisi Soal Evaluasi Siklus I Sesudah Validasi ... 36

Tabel 3.4 Kisi kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi ... 37

Tabel 3.5 Kisi kisi Soal Evaluasi Siklus II Sesudah Validasi ... 37

Tabel 3.6 Kisi kisi pedoman wawancara... 38

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kedisiplinan Siswa ... 39

Tabel 3.8 Hasil validitas silabus ... 43

Tabel 3.9 Hasil validitas RPP ... 45

Tabel 3.10 Hasil validitas bahan ajar ... 46

Tabel 3.11 Hasil validitas LKS ... 48

Tabel 3.12 Hasil validitas evaluasi ... 49

Tabel 3.13 Hasil Validitas lembar observasi kedisiplinan ... 51

Tabel 3.14 Hasil validasi soal siklus I... 53

Tabel 3.15 Hasil validasi soal siklus 2 ... 54

Tabel 3.16 Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas ... 55

Tabel 3.17 Hasil reliabilitas siklus I... 56

Tabel 3.18 Hasil reliabilitas siklus II ... 57

Tabel 3.19 Klasifikasi indeks kesukaran... 58

Tabel 3.20 Indeks kesukaran siklus I ... 58

Tabel 3.21 Indeks kesukaran siklus II ... 59

Tabel 3.22 Jadwal Penelitian... 64

Tabel 4.1 Hasil observasi kedisiplinan siklus I pertemuan 1 ... 77

Tabel 4.2 Hasil observasi kedisiplinan siklus I pertemuan 2 ... 78

Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus 1 ... 79

Tabel 4.4 Hasil observasi kedisiplinan siklus II pertemuan 1... 82

Tabel 4.5 Hasil observasi kedisiplinan siklus II pertemuan 2... 83

Tabel 4.6 Hasil Observasi Siklus 2 ... 84

Tabel 4.7 Hasil Tes UTS 2017-2018... 87

Tabel 4.8 Hasil Skor Tes Trestasi Belajar Siklus I ... 88

Tabel 4.9 Hasil Skor Tes Trestasi Belajar Siklus II ... 89

Tabel 4.10 Hasil Capaian Kedisiplinan Siklus I dan II ... 91

Tabel 4.11Peningkatan Rata-rata Prestasi Belajar Siswa... 93

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Trapesium sama kaki... 17

Gambar 2.2 Rumus luas trapesium ... 17

Gambar 2.3 Gambar layang-layang ... 17

Gambar 2.4 Rumus luas layang-layang ... 17

Gambar 2.5 Literature Map ... 19

Gambae 3.1 Skema pelaksanaan tindakan PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 23

Gambar 3.2 Rumus Korelasi Product Moment ... 52

Gambar 3.3 Rumus Cronbach’s Alpha ... 56

Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran Soal... 57

Gambar 4.1 Grafik Nilai Hasil Capaian Kedisiplinan Siswa Siklus I... 81

Gambar 4.2 Grafik Persentase Hasil Capaian Kedisiplinan Siswa Siklus I... 81

Gambar 4.3 Grafik Nilai Hasil Capaian Kedisiplinan Siswa Siklus II ... 86

Gambar 4.4 Grafik Persentase Hasil Capaian Kedisiplinan Siswa Siklus II ... 86

Gambar 4.5 Grafik Persentase Hasil Capaian Prestasi Belajar Siklus I... 89

Gambar 4.6 Grafik Persentase Hasil Capaian Prestasi Belajar Siklus II ... 90

Gambar 4.7 Grafik Hasil Nilai Kedisiplinan... 92

Gambar 4.8 Grafik Persentase Peningkatan Kedisiplinan ... 93

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Siswa yang Lulus KKM ... 94

Gambar 4.10 Kontruktivisme dengan Tanya Jawab Lagu ... 96

Gambar 4.11 Siswa Bertanya ... 96

Gambar 4.12 Siswa Menemukan Pengetahuan ... 97

Gambar 4.13 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 98

Gambar 4.14 Pemodelan ... 99

Gambar 4.15 Siswa Berefleksi ... 100

Gambar 4.16 Penilaian Sebernarnya ... 101

Gambar 4.17 Kontruktivisme dengan Tanya Jawab ... 102

Gambar 4.18 Siswa Bertanya ... 102

Gambar 4.19 Siswa Menemukan Pengetahuan ... 103

Gambar 4.20 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 104

Gambar 4.21 Pemodelan ... 105

Gambar 4.22 Siswa Berefleksi ... 106

Gambar 4.23 Penilaian Sebernarnya ... 107

Gambar 4.24 Kontruktivisme dengan Tanya Jawab ... 108

Gambar 4.25 Siswa Bertanya ... 109

Gambar 4.26 Siswa Menemukan Pengetahuan ... 109

Gambar 4.27 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 110

Gambar 4.28 Pemodelan ... 111

Gambar 4.29 Siswa Berefleksi ... 112

Gambar 4.30 Penilaian Sebernarnya ... 113

Gambar 4.31 Kontruktivisme dengan Tanya Jawab ... 114

Gambar 4.32 Siswa Bertanya ... 114

Gambar 4.33 Siswa Menemukan Pengetahuan ... 115

Gambar 4.34 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 116

Gambar 4.35 Pemodelan ... 116

Gambar 4.36 Siswa Berefleksi ... 117

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 124

Lampiran 3 Silabus Pembelajarn ... 125

Lampiran 4 RPP Siklus 1 pertemuan 1 ... 127

Lampiran 5 RPP Siklus 1 pertemuan 2 ... 131

Lampiran 6 RPP Siklus 2 pertemuan 1 ... 136

Lampiran 7 RPP Siklus 2 pertemuan 2 ... 140

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I... 149

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II ... 151

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ... 153

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II ... 154

Lampiran 12 Kondisi awal Nilai UTS Tahun 2017-2018 ... 156

Lampiran 13 Soal Latihan Siklus I Pertemuan I ... 157

Lampiran 14 Soal Latihan Siklus I Pertemuan II... 161

Lampiran 15 Soal Latihan Siklus II Pertemuan I... 165

Lampiran 16 Soal Latihan Siklus II Pertemuan II ... 168

Lampiran 17 Intrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ... 170

Lampiran 18 Lembar Observasi Kedisiplinan Siklus I Pertemuan I... 187

Lampiran 19 Lembar Observasi Kedisiplinan Siklus I Pertemuan II ... 189

Lampiran 20 Lembar Observasi Kedisiplinan Siklus II Pertemuan I ... 191

Lampiran 21 Lembar Observasi Kedisiplinan Siklus II Pertemuan II ... 193

Lampiran 22 Validasi Insttumen Kedisiplinan ... 198

Lampiran 23 Hasil validasi soal pilihan ganda siklus I... 204

Lampiran 24 Hasil validasi soal pilihan ganda siklus II ... 205

(17)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan pengertian.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang fundamental untuk suatu negara. Manusia dapat berubah menjadi pribadi yang bermutu dan berkualitas melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana seseorang untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat dengan aktif mengembangkan potensi diri, sehingga siswa mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara (Permendikbud No 65 Tahun 2013).

Pendidikan sendiri tidak bisa terlepas dari proses pembelajaran. Proses

pembelajaran merupakan pengembangan kemampuan intelektual yang

berlangsung secara sosial dan budaya sehingga mendorong siswa untuk membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri (Aunurrahman 2012: 2). Pembelajaran dapat dilakukan secara formal dan informal. Pembelajaran formal merupakan pembelajaran di kelas dengan pemberian materi-materi pelajaran. Materi pembelajaran di Sekolah Dasar diantaranya adalah IPA, IPS, Matematika, PKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, Penjaskes, Pendidikan Agama dan Muatan Lokal.

(18)

Mengajarkan mata pelajaran Matematika di Kelas V Sekolah Dasar bukanlah hal yang mudah. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran Matematika sangat menjenuhkan dan membosankan. Hal ini diketahui dari wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa siswa. Kebanyakan pengajar hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan Matematika.

Metode ceramah saja akan membuat siswa bosan, kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan kurang mampu dalam mengolah pembelajaran yang dapat membangkitkan kedisiplinan belajar siswa. Sehingga mengakibatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa kurang optimal. Kedisiplinan dalam proses kegiatan belajar mengajar ini sangat diperlukan untuk menjaga suasana belajar mengajar agar berjalan dengan lancar. Akibatnya, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Matematika. Sebaiknya siswa didekatkan dengan dunia nyata sehingga siswa akan mudah memahami peranan pengetahuan yang diperolehnya itu.

Pengajar hanya menggunakan metode ceramah dengan hanya berpedoman kepada buku LKS dalam mengajarkan Matematika. Penggunaan metode ceramah ini diketahui dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Oktober 2017 pada guru di sekolah. Metode ceramah saja akan membuat siswa bosan, kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan kurang mampu dalam mengolah pembelajaran yang dapat membangkitkan kedisiplinan belajar siswa. Akibatnya kedisiplinan dan prestasi belajar siswa kurang optimal. Kedisiplinan dalam proses kegiatan belajar mengajar ini sangat diperlukan karena bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi, dan mencegah timbulnya permasalahan, serta berusaha menciptakan situasi yang

(19)

menyenangkan dalam pembelajaran sehingga dapat mengapai hasil belajar yang optimal (Mulyasa, 2008: 192). Hasil analisis data lembar observasi sebagai kondisi awal terdapat 40 % dari 30 siswa yang dinyatakan disiplin. Akibatnya, siswa masih mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Matematika. Sebaiknya siswa didekatkan dengan dunia nyata sehingga siswa akan mudah memahami peranan pengetahuan yang diperolehnya itu.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V SDN Kledokan diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi pada mata pelajaran Matematika. Hal ini diperkuat dengan data nilai siswa SDN Kledokan dua tahun yang lalu. Hasil rata-rata nilai siswa sebagai kondisi awal yaitu 69. Peneliti mendapatkan data bahwa hanya 23% dari 30 siswa mencapai KKM, sedangkan nilai KKM pada mata pelajaran Matematika telah ditentukan yaitu 75. Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi masalah prestasi belajar dalam pembelajaran Matematika. Masalah dalam pembelajaran Matematika juga disebabkan kurangnya kedisiplinan siswa saat belajar di kelas. Pernyataan ini didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti untuk melihat kedisiplinan siswa. Dari analisis data sebagai kondisi awal hanya terdapat 40 % siswa yang dinyatakan minimal cukup disiplin.

Berdasarkan masalah yang ditemukan, peneliti mencari solusi untuk pembelajaran Matematika di kelas V dengan menggunakan pendekatan kontekstual dimana siswa belajar dari benda-benda dan keadaan yang nyata sehingga memudahkan siswa untuk menerima materi pelajaran. Siswa diharapkan dapat menerapkan tentang konsep yang diajarkan. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memberikan masalah-masalah yang kontekstual dalam

(20)

kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka (Trianto, 2011: 104). Dengan menggunakan pendekatan kontekstual peneliti ingin meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dalam materi bangun datar di SD N Kledokan.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini difokuskan pada penggunaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Matematika. Dalam penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD N Kledokan. Pada materi geomteri Kompetensi Dasar: “3.1 menghitung luas trapesium dan 3.2 menghitung luas layang-layang dengan menggunakan pendekatan kontekstual”.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam upaya

meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika pada siswa kelas V SD N Kledokan?

1.3.2 Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam materi Matematika pada siswa kelas V SD N Kledokan?

1.3.3 Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi Matematika pada siswa kelas V SD N Kledokan tahun ajaran?

(21)

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Mengetahui penggunaan pendekatan kontekstual dalam upaya

meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dalam materi Matematika pada siswa kelas V SD N Kledokan tahun ajaran?

1.4.2 Mengetahui apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan kedisiplinan siswa dalam materi Matematika pada siswa kelas V SD N Kledokan tahun ajaran?

1.4.3 Mengetahui apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi Matematika pada siswa kelas V SD N Kledokan tahun ajaran?

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Siswa

Siswa dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas trapesium dan layang-layang dengan suasana yang menyenangkan.

1.5.2 Bagi Guru

Dapat memperoleh inspirasi melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5.3 Bagi Peneliti

Peneliti bisa mendapatkan pengalaman dalam melakukan PTK dalam kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas trapesium dan layang-layang menggunakan pendekatan kontekstual.

(22)

Menambah bahan bacaan terkait dengan penelitian tindakan kelas menggunakan pendekatan kontekstual.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada peraturan.

1.6.2 Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang dilakukan dan berujud dari skor yang diperoleh siswa.

1.6.3 Pendekatan Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari mereka.

1.6.1 Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang memerlukan cara benalar untuk meningkatkan berpikir dan penglaman belajar peserta didik.

(23)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.1 Kedisiplinan

2.1.1.1Pergertian Kedisiplinan

Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati (Mulyasa, 2008: 191). Menurut Dictionary of Education (dalam Mulyasa, 2008: 191) menyebutkan bahwa definisi disiplin sekolah adalah keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Mustari, (2014: 35) berpendapat bahwa disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Menurut Fathurrohman, dkk (2013 : 125) “Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan”. Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu bentuk kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan karena didorong oleh kesadaran yang ada dalam diri dengan perasaan senang hati.

2.1.1.2 Cara-Cara Menanamkan Kedisiplinan

Kesadaran ini diperoleh melalui latihan-latihan. Hurlock (1989: 93) mengemukakan bahwa terdapat beberapa cara menanamkan disiplin kepada anak : (1) Cara mendisiplin yang otoriter yaitu peraturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan. (2) Cara mendisiplin yang permisif yaitu biasanya disiplin yang permisif ini tidak membimbing anak untuk berperilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. (3) Cara disiplin yang demokratis

(24)

yaitu dalam metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran sehingga dapat membantu anak dalam memahami alasan-alasan perilaku tersebut.

Diharapkan sikap disiplin ini akan tumbuh melalui pembinaan, latihan, pendidikan dalam keteladanan-keteladanan tertentu yang harus dimulai sejak ada di dalam lingkungan keluarga, masa kanak-kanak dan terus berkembang menjadi disiplin yang semakin kuat. Menurut Schaefer (1990: 4) cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak dengan penggunaan pendekatan yang positif, dengan contoh teladan, persuasi, dorongan, pujian, dan hadiah. Agar efektif, pendisiplinan itu haruslah memenuhi tiga syarat yaitu (1) menghasilkan suatu keinginan perorangan atau pertumbuhan pada diri anak; (2) tetap terpelihara harga diri anak; (3) selalu ada hubungan yang dekat antara orang tua dengan anak.

Cara meningkatkan kedisiplinan menurut Mustari, (2014: 41) adalah (1) Melihat setiap

kesempatan baru sebagai pengalaman hidup baru yang menyenakan; (2) mengerjakan ,

lebih cepat lebih baik, sehingga tidak menganggu pikiran teru menerus; (3) membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai; (4) menghindari mengulur-ulur waktu; (5) Berusaha untuk menyempurnakan tugas; (6) menghindari kecemasan; (7) menyiapkan diri akan tugas yang akan datang; (8) meninta tolong pada ahlinya apabila tidak bisa dan sudah berusaha; (9) mengambil risiko yang terukur dalam rangka kemajuan; (10) sering-sering bertaya jika kurang jelas; (11) merencanakan yang akan datang dengan tetap menhadapi masa sekarang.

Dengan demikian menurut Mulyasa, (2008: 192) disiplin sekolah bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem- problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga dapat mengapai hasil belajar yang optimal.Dalam rangka menyukseskan pendidikan karakter, guru haru mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama disiplin diri (Mulyasa, 2014: 26).

8

(25)

2.1.1.3 Aspek-Aspek Kedisiplinan

Aspek-aspek kedisiplinan menurut Sobur (1985: 64) kedisiplinan mengandung aspek kontrol diri yaitu menguasi tingkah laku diri sendiri, dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas serta aturan-aturan yang sudah menjadi miliknya tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar. Sedangkan menurut Abu (1989: 37) disiplin memiliki aspek ketertiban terhadap peraturan. Ketertiban pada peraturan dapat berupa peraturan tertulis maupun peraturan tidak tertulis.

Dari pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan indikator kedisiplinan menjadi 3 yaitu (1) Melaksanakantatatertib yang berlaku di sekolah denganbaik; (2) Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku; (3) Menguasai diri dan instrospeksi.

2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1 Pengertian Prestasi

Menurut Sulastri (2009:51) prestasi adalah suatu hasil dari hal-hal yang telah diusahakan dengan menggunakan daya atau kekuatan. restasi sangat penting bagi siswa karena dapat membuat bangga, mengharumkan nama baiksekolah dan keluarga, dan membuat lebih percaya diri serta bersemangat. Salahsatu contoh prestasi seorang siswa adalah memperoleh nilai yang memuaskan. Prestasi diperoleh berkat ketekunan dalam belajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2000:859) mengartikan prestasi sebagai hasil yang telah dicapai dari hal-hal yang dilakukan atau dikerjakan. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Menurut KBBI (2005: 895) prestasi didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya.

(26)

2.1.2.2 Pengertian Belajar

Menurut Gagne dalam (Susanto, 2013: 1) belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan menurut Travers dalam (Sudjana, 2005: 98) belajar adalah suatu proses yang menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Menurut Abdilah dalam (Aunurahman, 2012: 35) belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan pengalaman yang menyangkut aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memeproleh tujuan tertentu. Suyono (2011: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Sukmadinata dalam (Suyono, 2011: 13) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari pengalaman. Peneliti menyimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau penglaman tertentu, hasil interaksi dengan lingkungan atau sumber sumber pembelajaran yang ada disekitarnya.

Djamarah (1994: 21) mengutarakan bahwa prestasi belajar merupakan apa yang telah dapat diciptakan, hasil kerja, hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dangan jalan keletan kerja. Dilihat dari sisi guru, proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, prestasi belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak dari proses belajar. Bagi siswa, prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki setelah siswa menerima pengalaman belajarnya yang berbentukpengetahuan sikap dan keterampilan yang dapat diukur.

2.1.2.3 Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Mulyasa (2006: 190) Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, seperti bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, kondisi

(27)

peserta didik. Pendapat tersebut kemudain di perkuat oleh Bloom (dalam Reni, 2006: 68) prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.

Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menyimpulkan prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan selama kehidupannya manusia (pengalaman langsung) menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Ahmadi (1991:130-139), menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interkasi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam (faktor internal) maupun faktor luar (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik- baiknya. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya :

1. Faktor Internal

Contoh dari faktor internal adalah faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh. Ke dua adalah faktor psikologis seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan berbagai situasi sosial. Contoh, Sekolah, masyarakat, teman, lingkungan keluarga, dan lain-lain. Faktor non-sosial bukan menyangkut seperti keadaan fisik

(28)

atau lingkungan alam, melainkan lebih ke keadaan rumah, fasilitas belajar, ruang belajar, dan lain-lain.

2.1.3 Pendekatan Kontekstual

2.1.3.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Contextual Teaching and Learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 253)

Pendekatan kontekstual sebagai pendekatan yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya (Komalasari, 2010: 7).

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka (Trianto, 2011: 104).

Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan kontesks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 67).

Nurhadi (2002: 4) mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut.

a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru acting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”.

b. Pembelajaran harus berpusat pada „bagaimana cara‟ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

(29)

Bern dan Erickson (2001 : 5-11)mengemukakan lima strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan ketrampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan.

b. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan yang memusat pada perinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata.

d. Pembelajaran pelayanan (service learning), pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan ketrampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

e. Pembelajaran berbasis kerja (work-based learning), pendekatan dimana tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dan bisnis.

2.1.3.2 Komponen Kontekstual

Menurut Sanjaya (2006: 262) CTL memiliki tujuh asas atau yang sering disebut juga komponen-komponen CTL. Komponen-komonen tersebut antara lain:

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam

struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan ini memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.

(30)

Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa memahami sendiri pengetahuannya dengan cara menghubungkan pengalaman yang telah diperoleh siswa sebelumnya.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan proses belajar yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dalam inkuiri pengetahuan merupakan hasil dari proses penemuan sendiri. Guru bertugas mempersiapkan rancangan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Proses inkuiri dapat dilakukan untuk berbagai topik dalam dalam setiap mata pelajaran.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya dan menjawab pertanyaan pada dasarnya merupakan hakikat dalam belajar.Bertanya adalah refleksi dari keingintahuan setiap siswa.Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya menyampaikan informasi saja, tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, atar teman, antar kelompok. Hakikat dari masyarakat belajar adalah masyarakat yang saling membagi.Contoh kegiatan pembelajaran di dalam kelas yaitu siswa dibagi kedalam kelompok diskusi.Pembagian dilakukan secara heterogen. Jadi siswa satu dengan yang lain dapat saling bertukar pikiran.

5. Pemodelan (Modelling)

Asas modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses pemodelan tidak terbatas dari guru saja,

(31)

akan tetapi guru juga dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Pemodelan yang paling terlihat dapat diwujudkan dalam bermain peran.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses CTL setiap akhir proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.

7. Penilaian Otentik (Authentic Assesment)

Penilaian otentik adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dialami siswa. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan berlangsung. Oleh karena itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Dalam penelitian ini saya menggunakan langkah-langkah CTL berupa 7 aspek yaitu

konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar (Learning Community),

pemodelan, refleksi, penilaian otentik.

2.1.4 Pengertian Matematika

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP, 2007:143) “Matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempumyai

peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Menurut

untaian tersebut dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu pasti yang harus dikuasai atau dipelajari oleh setiap orang yang berkaitan dengan penalaran (logika) yang mendasari perkembangan teknologi modern dan berperan penting memajukan daya pikir manusia. Menurut Hudojo (2001:45) menyatakan bahwa matematika adalah sebuah ilmu yang memerlukan cara bernalar secara deduktif, formal, dan abstrak. (Susanto, 2013:185)

(32)

menambahkan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah.

Pengukuran adalah suatu proses memberikan bilangan kepada kualitas fisik panjang, kapasitas volunje, luas, sudut, berat massa) dan suhu. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang di ukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan (Kennedi dan Tipps, 1994). Pembelajaran matematika juga sangat berpengaruh dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika dapat mengembangkan pola pikir yang rasional dan logis. Dapat membatu memecahkan masalah yang berkaitan dengan panjang, luas, berat.

Menurut beberapa pendapat ahli yang ada di atas maka peneliti menyimpulkan pembelajaran matematika adalah sebuah ilmu tentang logika yang memerlukan cara benalar untuk meningkatkan berpikir dan penglaman belajar peserta didik. Peneliti dalam penelitian ini memilih KD 3.1 Menghitung luas trapezium dan layang-layang untuk dijadikan materi ke dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

2.1.4 Bangun datar

2.1.4.1 Pengertian bangun datar

Menurut Astuti dan Sunardi (2009: 129), bangun datar adalah bangun geometri yang mana seluruh bagiannya terletak pada satu bidang. Bangun datar juga bisa disebut bangun dua dimensi karena bangun datar memiliki dua ukuran yakni panjang dan lebar (Wiratno, Vijaya, Subijanto, dan Nasir,2011 : 50). Bangun yang termasuk dalam bangun datar itu sendiri yaitu bangun persegi empat, trapesium, belah ketupat, jajar genjang, lingkaran, segitiga, segi enam.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bangun datar adalah bangun dua dimensi yang mempunyai panjang dan lebar.

(33)

2.1.4.2 Luas Trapesium

Menurut Utomo, Dwi (2009) trapesium merupakan bangun datar yang mempunyai dua garis sejajar yang berbeda ukurannya atau segiempat yang sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

D C

A B

Gambar 2.1 Trapesium sama kaki

Luas trapesium = Jumlah sisi sejajar x tinggi 2

Gambar 2.2 Rumus Luas trapesium

2.1.4.3 Luas layang layang

Menurut Saepudin, Aep., Babudin, Dedi, Adang (2009: 95) layang-layang merupakan sebuah bangun yang mempunyai dua buah diagonal. Pada gambar laying- layang ABCD di samping diagonalnya adalah garis AB dan garis CD.

Gambar 2.3 Gambar layang-layang

Luas Layang-layang = 1 (d1 x d2) 2

(34)

2.2 Penelitian yang relevan

Suprianto (2013) melakukan penelitian berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kedisiplinan dan Hasil

Belajar Siswa SMAN Plus Sukowono Jember”. Penelitian tindakan kelas ini menunjukkan peningkatan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas X-1 SMAN Plus Sukowono Jember pada pelajaran ekonomi menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dari pra-siklus (56,3%) meningkat setelah siklus 1 (62,5%) dan siklus 2 (87,5%).

Yulius Adi Baskoro dengan judul”Peningkatan minat dan presentasi belajar matematika tentang penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI siswa kelas V SDN Glagahombo 1” hasil penelitian menunjukkan bahwa: penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa di kelas VA SDN Glagahombo 1 kabupaten Sleman tahun ajaran 2011/2012 pada materi Matematika tentang penjumlahan pecahan. Hal ini ditunjukkan pada hasil evaluasi siklus 1 45% dari 20 dan meningkatkan pada siklus ii yaitu 85% dari 20 siswa sudah menguasai materi penjumlahan pecahan.

Elisabeth E Sinaga (2011) mengemukakan penelitian yang berjudul Meningkatkan keterlibatan dan prestasi belajar IPS melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan keterlibatan siswa. Hal ini terbukti dari kondisi awal nilai ulangan rata-rata materi kenampakan alam sebesar 28 % yang lolos KKM, Indikator keterlibatan bertanya berupa aktif bertanya, menjawab,kerjasama dalam kelompok, dan partisipasi. Dari hasil penelitian pretes dengan indikator tersebut disebutkan bahwa masing-masing 36 %, 28 %, 52 %, dan 48 %. Setelah dilakukan siklus I Peningkatan masing-masing indikator sebesar 40 % untuk indikator aktif bertanya, 52 % aktif menjawab pertanyaan, 36 % untuk indikator kerjasama, dan 36 % untuk

(35)

indikator partisipasi. Hasil penelitian prestasi belajar siswa dari siklus I meningkat menjadi 44 %, dan siklus II sebesar 80 %.

Penelitian-penelitian tentang kedisiplinan, prestasi belajar dan pendekatan kontekstual yang telah diungkapkan di atas menunjukan bahwa pendekatan kontekstual dapat membantu siswa dalam menunjukkan perannya dalam pembelajaran, meningkatkan kedisiplinan siswa serta mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan kontekstual terhadap peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika di SDN Kledokan.

Suprianto (2013) Penerapan Metode Pembelajaran Student Teams Achievement

Division (STAD) untuk Meningkatkan Kedisiplinan

dan Hasil Belajar Siswa SMAN Plus Sukowono

Jember

Yang diteliti :

Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Matematika Untuk Siswa Kelas V SDN Kledokan.

Gambar 2.5 Literature Map

2.3 Kerangka Berpikir

Mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa pada pendidikan formal atau di sekolah tidak hanya satu. Salah satu mata pelajaran itu adalah pelajaran Matematika. Pelajaran matematika adalah ilmu tentang logika yang memerlukan penalaran serta pengalaman belajar peserta didik. Matematika juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Matematika tidak terlepas dari permasalahan yang ada. Nilai mata pelajaran Matematika juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Elisabeth E Sinaga (2011) Meningkatkan keterlibatan dan prestasi

belajar IPS melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta. Yulius Adi Baskoro

(2013) Peningkatan minat dan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI

siswa kelas V SDN Glagahombo 1.

(36)

Pembelajaran matematika di sekolah dasar sering mengalami kendala terutama pada Kelas V mengenai materi menghitung luas trapesium dan layang-layang. Menurut wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti penyebabnya adalah kurangnya keikutsertaan siswa dalam pembelajaran karena kurang terkait dengan keseharian siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mendekatkan dengan kehidupan keseharian siswa.

Siswa SD dengan rentang usia 6-12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Siswa belum mampu mempelajarai matematika secara abstrak. Siswa membutuhkan pendekatan belajar yang dapat membantu dalam memahami permasalahan pada matematika. Pendekatan tersebut baiknya dapat menyajikan berbagai permasalahan nyata yang dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari hari, sehingga siswa dapat membayangkannya.

Pendekatan yang dirasa cocok diterapkan dalam pembelajaran tersebut adalah kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang memberikan kebermaknaan belajar bagi siswa yang mengaitkan pembelajaran dengan konteks dunia nyata. Pendekatan kontekstual membuat siswa untuk lebih banyak berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, dan siswa mencari sendiri jawaban dari suatu masalah. Pendekatan kontekstual menggunakan menggunakan langkah- langkah yaitu (1) konstruktivisme (contruktivisme), (2) bertanya (questioning), (3) menemukan (inkuiri), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan

(modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Berdasarkan manfaat yang dimiliki pendekatan kontekstual, guru dapat menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatan kemampuan kedisiplinan dan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN Kledokan.

(37)

2.4 Hipotesis Tindakan

2.4.1 Penggunaan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika dalam materi bangun datar trapesium dan layang-layang untuk siswa kelas V SDN Kledokan menggunakan langkah-langkah yaitu (1) konstruktivisme (contruktivisme), (2) bertanya (questioning), (3) menemukan

(inkuiri), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6)

refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).

2.4.2 Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kedisiplinan pada mata pelajaran Matematika dalam materi bangun datar trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V SDN Kledokan.

2.4.2 Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dalam materi bangun datar trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V SDN Kledokan.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III berisikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, desain tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam bahasa Inggris disebut dengan Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah & Dwitagama, 2010: 9). Aqib (2011: 3) mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Kunandar (2008: 45) juga menambahkan bahwa PTK memiliki tujuan utama yaitu untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Jadi, penelitian ini dilakukan secara nyata oleh guru sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pembelajaran di kelas.

Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini untuk memecahkan atau memperbaiki permasalahan yang peneliti temukan di kelas. Peneliti melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang

(39)

muncul, selanjutnya peneliti merencanakan suatu pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan oleh peneliti.

Peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart dalam penelitian ini. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang pernah dikemukakan oleh Lewin. Skema penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Aqib, 2011: 16) dapat dilihat pada gambar 3.1.

Pelaksanaan SIKLUS I Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II Refleksi Sumber: Aqib (2011: 16)

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut model Kemmis dan Mc. Taggart

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa ada empat tahap dalam setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penjelasan empat tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Observasi

Observasi Perencanaan

(40)

3.1.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan sarana untuk mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis meningkatkan pembelajaran di kelas. Tahapan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan awal mengenai situasi kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

3.1.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat. Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh peneliti. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu kesesuaian pembelajaran dengan perencanaan, kelancaran proses pembelajaran atau tindakan, ketepatan dalam penanaman konsep pada siswa, dan ketercapaian tujuan pembelajaran dalam suasana belajar yang membuat siswa semangat.

3.1.3 Observasi

Peneliti melakukan pengamatan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan permasalahan yang terdapat di kelas. Peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsung di kelas serta kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan yang peneliti lakukan juga digunakan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

3.1.4 Refleksi

Peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk mengingat dan melihat kembali tindakan atau treatment yang telah dilakukan serta pencapaian indikator yang direncanakan. Refleksi juga berguna untuk menentukan perlu tidaknya penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.

(41)

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Kledokan yang beralamatkan di Jln. Garumi III, Kledokan , Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Bangunan sekolah tersebut terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas satu sampai enam, ruang BK, ruang UKS, perpustakaan, kantin sekolah, ruang komputer, lapangan olah raga, taman bermain, serta toilet guru dan siswa. 3.2.2 Subjek Penelitian

SDN Kledokan memiliki jumlah keseluruhan siswa sebanyak 169 siswa dengan jumlah 19 siswa kelas I , 29 siswa kelas II, 32 siswa kelas III, 29 siswa kelas IV, 30 siswa kelas V, dan 30 siswa kelas VI. Penelitian ini mengambil siswa kelas V di sekolah tersebut dengan jumlah 30 siswa laki-laki 10 dan 20 siswa perempuan.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kedisiplinan dan prestasi belajar siswa

menggunakan pendekatan kontekstual di SDN Kledokan pada mata pelajaran

Matematika Kompetensi Dasar menghitung luas trapesium dan layang-layang. 3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018 di SDN Kledokan, yaitu minggu pertama bulan agustus sampai minggu keempat bulan september.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas mengacu pada permasalahan yang ada dalam kelas. Masalah yang peneliti temukan adalah rendahnya kedisiplinan dan prestasi belajar

(42)

siswa dalam pelajaran Matematika khususnya materi menghitung luas trapesium dan layang-layang. Peneliti melakukan beberapa langkah yaitu persiapan, rencana tindakan setiap siklus, pengamatan, dan refleksi.

3.3.1 Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: 1) Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SDN Kledokan untuk melakukan penelitian di SD tersebut, 2)Melakukan observasi pada siswa kelas V untuk mengetahui karakteristik siswa serta kedisiplinan dan prestasi belajar Matematika, 3) Melakukan wawancara kepada guru kelas V dan beberapa siswa untuk mengetahui kondisi awal siswa dan permasalahan yang dialami ketika di kelas, 4) Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yaitu tentang kurangnya kedisiplinan dan prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan materi pemeliharaan lingkungan, 5) Merumuskan masalah, 6) Mengkaji materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, 7) Menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen penilaian, 8) Pembuatan instrumen penelitian.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus

Penelitian ini menggunakan siklus PTK model Kemmis dan Mc. Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus. Model Kemmis dan Mc. Taggart mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi.

3.3.2.1 Siklus I 1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum memberikan tindakan kepada siswa meliputi : (a) mempersiapkan rancangan perangkat pembelajaran yang meliputi

(43)

pembuatan silabus dan RPP tentang menghitung luas trapesium , (b) pembuatan media pembelajaran, (c) menyusun lembar kerja siswa (LKS), (d) menyusun lembar observasi, (e) menyusun lembar penilaian prestasi siswa. Pada siklus pertama, kegiatan pembelajaran akan difokuskan pada menghitung luas trapesium.

2. Pelaksanaan

Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan untuk pembelajran dan satu kali evaluasi. Pada siklus I menggunakan materi tentang menyebutkan jenis-jenis trapesium. Media yang digunakan karton trapesium.

Pertemuan pertama diawali dengan berdoa bersama, memberikan kontrak belajar, dan tanya jawab tentang bangun sederhana trapesium dengan menggunakan media yang sudah dibawa. Setelah itu Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak. Guru memberikan sebuah media trapesium disetiap kelompoknya. Selanjutnya siswa secara berkelompok mendiskusikan sifat dan bagian-bagian dalam bangun datar trapesium dengan media terebut. Kemudian secara bergantian setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Konstruktivisme terlihat ketika siswa menggali informasi dari media yang guru bawa, sedangkan inkuiri terlihat pada kegiatan siswa ketika mengisi lembar tugas kelompok. Penilaian yang dilakukan guru yaitu penilaian LKS dan soal evaluasi akhir pertemuan. Akhir kegiatan pada pertemuan pertama mengadakan refleksi.

Pertemuan kedua juga dilaksanakan sesuai RPP yang telat dibuat. Media yang digunakan gambar trapesium, dan benda-benda berbentuk trapesium. Setelah itu siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya

(44)

terdiri dari 4-5 anak. Siswa secara berkelompok membuat dan memotong bangun- bangun trapesium yang kongruen, kemudian membentuknya menjadi bangun jajargenjang dan menemukan luasnya. Selanjutnya siswa secara berkelompok bekerjasama memotong sebuah trapesium menjadi bangun yang berbentuk segitiga dan segi empat kemudian menyusunnya kembali sehingga membentuk bangun segi empat atau persegi panjang kemudian dihitung luasnya. Kemudian secara bergantian setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Konstruktivisme terlihat ketika siswa menggali informasi dari media bangun datar yang dibawa guru, sedangkan inkuiri terlihat pada kegiatan siswa ketika mengisi lembar tugas kelompok. Penilaian yang dilakukan guru yaitu penilaian LKS dan soal evaluasi akhir pertemuan. Akhir kegiatan pada pertemuan yang kedua juga mengadakan refleksi.

Pertemuan ketiga digunakan untuk evaluasi akhir siklus I. Siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam siklus I. soal yang dikerjakan oleh siswa adalah soal pilihan ganda berjumlah 15 soal.

3. Observasi Siklus I

Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman sejawat untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal-hal yang menjadi fokus pengamatan peneliti adalah peran serta siswa dalam pembelajaran terutama dalam hal kedisiplinan siswa mengikuti pembelajaran. Dari sinilah peneliti mampu mengamati secara langsung perkembangan siswa dalam pembelajaran.

(45)

4. Refleksi Siklus I

Peneliti bersama dengan guru merefleksikan hasil pemberian tindakan pada siklus yang pertama. Analisis yang dilakukan yaitu dengan membandingkan antara kondisi awal, KKM, kondisi akhir mengenai ada tidaknya kemajuan yang timbul. Selain itu, hasil yang diperoleh direfleksikan kembali apakah ada kendala-kendala yang terjadi pada siklus pertama. Hasil tersebut juga digunakan sebagai acuan atau keputusan apakah penelitian akan dilanjutkan ke siklus yang kedua atau diberhentikan berdasarkan indikator keberhasilan.

3.3.2.2 Siklus II 1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I yaitu mempersiapkan perangkat pembelajaran dari RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), mempersiapkan materi dalam bentuk media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, dan menyusun lembar penilaian prestasi siswa. Pada siklus II ini fokus membahas materi tentang menghitung luas layang-layang.

2. Pelaksanaan

Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan untuk pembelajran dan satu kali evaluasi. Pada siklus II menggunakan materi menghitung luas layang-layang. Media yang digunakan adalah layang-layang.

Pertemuan pertama diawali dengan memberikan kontrak belajar, dan tanya jawab tentang bangun sederhana layang-layang dengan menggunakan media yang sudah dibawa. Setelah itu Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak. Guru memberikan media layang-layang di

(46)

setiap kelompok. Selanjutnya siswa secara berkelompok mendiskusikan sifat dan bagian-bagian dalam bangun datar layang-layang. Kemudian secara bergantian setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Konstruktivisme terlihat dari media bangun datar layang-layang yang dibawa guru, sedangkan inkuiri terlihat pada kegiatan siswa ketika mengisi lembar tugas kelompok. Penilaian yang dilakukan guru yaitu penilaian LKS dan soal evaluasi akhir pertemuan. Akhir kegiatan pada pertemuan pertama mengadakan refleksi.

Pertemuan kedua juga dilaksanakan sesuai RPP yang telat dibuat. Media yang digunakan adalah gambar layang-layang. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan kedua serupa dengan pertemuan pertama yaitu Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai bangun datar layang-layang. Setelah itu Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak. Selanjutnya siswa secara berkelompok mendiskusikan bangun disekitar kelas yang berbentuk layang-layang, dan memotong .bangun datar layang-layang yang disediakan menjadi bangun yang berbentuk segitiga dan segiempat kemudian menyusunnya kembali sehingga membentuk bangun segi empat dan menghitung luasnya. Kemudian secara bergantian setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Konstruktivisme terlihat ketika siswa menggali informasi bangun di sekitar kelas yang berbentuk layang-layang, sedangkan inkuiri terlihat pada kegiatan siswa ketika mengisi lembar tugas kelompok. Penilaian yang dilakukan guru yaitu penilaian LKS dan soal evaluasi akhir pertemuan. Akhir kegiatan pada pertemuan yang kedua juga mengadakan refleksi.

(47)

Pertemuan ketiga digunakan untuk evaluasi akhir siklus II. siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam siklus II. soal yang dikerjakan oleh siswa adalah soal pilihan ganda berjumlah 15 soal.

3. Observasi Siklus II

Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman sejawat untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal-hal yang menjadi fokus pengamatan peneliti adalah peran serta siswa dalam pembelajaran terutama dalam hal kedisiplinan siswa mengikuti pembelajaran. Dari sinilah peneliti mampu mengamati secara langsung perkembangan siswa dalam pembelajaran.

4. Refleksi Siklus II

Peneliti menganalisa hasil tindakan pada siklus yang kedua berdasarkan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal-hal yang direfleksikan meliputi hambatan- hambatan dan kesulitan yang dialami pada saat melaksanakan pembelajaran, melakukan perbandingan skor antara kondisi awal dan kondisi akhir, membandingkan hasil yang telah dicapai pada siklus II dengan indikator keberhasilan. Menilai apakah pada siklus II kedisiplinan dan prestasi belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan atau belum. Jika sudah mencapai target sesuai indikator pembelajaran dan terjadi peningkatan dari siklus I maka pembelajaran di siklus II dihentikan dan kemudian diambil kesimpulan tentang peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar Matematika siswa menggunakan pendekatan kontekstual. Meskipun demikian, bila belum mencapai target sesuai indikator pembelajaran, maka penelitian dapat

(48)

dilanjutkan dalam siklus berikutnya. Apabila dalam hasil penelitian ini masih dirasa perlu perbaikan, bisa menjadi masukan bagi penelitian yang selanjutnya.

3.3.3 Observasi

Observasi dilakukan pada saat tindakan berlangsung. Observasi dibantu oleh teman sejawat dengan cara memberi nilai sesuai rubrik pada lembar observasi yang sudah disiapkan oleh peneliti. Observer juga membantu mendokumentasikan proses pembelajaran dengan menggunakan kamera handphone. Guru kelas di sini bertugas sebagai pengamat dalam proses pembelajaran.

3.3.4 Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setiap siklusnya dengan guru kelas. Hal-hal yang direfleksikan meliputi hambatan-hambatan dan kesulitan yang dialami pada saat melaksanakan pembelajaran, memberi nilai atas pekerjaan siswa, dan melakukan perbandingan skor antara kondisi awal dan kondisi akhir untuk mengetahui peningkatan yang terjadi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan teknik nontes dan tes.

3.4.1 Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Taniredja & Mustafidah, 2011: 50). Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Matematika

Gambar

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut model Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa terdapat 15 soal pilihan ganda yang valid dan  digunakan oleh peneliti untuk penelitian
Tabel 3.6 menunjukkan tentang pedoman wawancara yang digunakan peneliti  untuk mengetahui permasalahan yang ada di kelas V
Tabel 3.7 menunjukkan tentang kedisiplinan siswa selama proses pembelajaran  berlangsung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa diberikan prestest dan posttest, dimana pretest untuk melihat uji normalitas dan homogenitas soal, sedangkan posttest untuk mengetahui perbedaan hasil

Disisi lain perkembangan pinjaman, simpanan masyarakat serta nisbah pinjaman terhadap masyarakat pada BRI Udes, LDKP dan Bank pasar dalam kurun waktu terakhir menunjukkan

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan pada kelas XC yang diajar dengan menggunakan model

Menurut Zimmerman (2002), salah satu fase dalam regulasi diri dalam belajar adalah fase forethought (perencanaan) yakni fase dimana seorang pembelajar akan

Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa berlatih memecahkan masalah adalah model problem based learning.Model pembelajaran ini didasari banyak permasalahan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang manajemen penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan dana yang diterima oleh Badan Amil Zakat Daerah

an Arus Kas berdasarkan PSAK 109... Tingkat Pengungkapan Laporan Arus Kas No.. Terdapat pada empat OPZ yang tidak mengungkapkan informasi Laporan Arus Kas, yaitu LAZ PZU

Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi