• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. untuk diperhatikan para investor dan analis. Untuk mendapatkan keuntungan dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. untuk diperhatikan para investor dan analis. Untuk mendapatkan keuntungan dari"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pasar Modal

Dalam dunia pasar modal, pergerakan harga saham merupakan hal yang esensial untuk diperhatikan para investor dan analis. Untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang ditanamkan, para investor harus mempunyai kemampuan dalam menganalisa pergerakan harga saham di masa mendatang. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pergerakan harga saham, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu pengertian pasar modal.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri” (h. 1). Pasar modal di Indonesia dikelola oleh Bapepam di bawah pengendalian menteri keuangan Republik Indonesia. Bapepam merupakan lembaga otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Tugas pokok Bapepam adalah membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi Bapepam adalah :

1. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal 2. Penegakan peraturan di bidang Pasar Modal

(2)

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, pendaftaran dari Bapepam, dan pihak yang bergerak di bidang pasar modal

4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten dan perusahaan publik

5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga Penyimpanan dan Penyelasaian (LPP)

6. Penetapan ketentuan Akuntansi di bidang Pasar Modal, dan

7. Pengamanan teknis pelaksanaan tugs pokok Bapepam sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana.

Pasar modal di Indonesia untuk saat ini ada dua, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Darmadji dan Fakhruddin juga menjelaskan “Bursa efek adalah lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan/menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai

(3)

perusahaan/perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di bursa efek” (h. 17).

II.2 Investasi Dalam Sekuritas Saham

Dalam usaha mengembangkan perusahaan yang dikelola, pengusaha membutuhkan dana yang cukup besar. Salah satu cara untuk memperoleh dana, perusahaan meminjam dari masyarakat atau pihak lain dan menjanjikan pengembalian yang lebih besar dari dana awal yang dipinjam. Sehingga muncul apa yang dinamakan investasi, di mana seseorang atau badan usaha menanamkan sejumlah dana yang dimiliki kepada suatu perusahaan dengan harapan mendapatkan pengembalian yang lebih besar dibanding dana awal yang ditanamkannya.

Salah satu media investasi yang paling umum adalah saham. Untuk mengetahui pembahasan mengenai pergerakan harga saham, sebaiknya dibahas terlebih dahulu mengenai pengertian saham itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai prediksi pergerakan harga saham yang lebih komprehensif.

II.2.1 Definisi Saham

Pengertian saham berbeda-beda menurut para ahli, tetapi pada dasarnya memiliki maksud yang sama. Saham (stock) menurut Dahlan Siamat (2001) adalah “Surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas” (h. 268). Sedangkan, Darmadji dan Fakhruddin mendefinisikan saham (stock) sebagai “Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas” (h. 5). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan dalam suatu

(4)

perseroan terbatas yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian memberi hak atas deviden dan lain-lain sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perusahaan tersebut.Dalam pasar modal Indonesia, ada beberapa jenis efek yang diperdagangkan, antara lain saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, right, waran. Dalam skripsi ini, Penulis membatasi pembahasan hanya pada saham biasa, karena saham biasa merupakan instrumen pasar modal yang paling banyak diminati oleh investor. Darmadji dan Fakhruddin juga mendefinisikan “Saham biasa (common stock) sebagai saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi” (h.6). Beberapa karakteristik saham biasa antara lain:

1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.

2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote).

3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.

5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

II.2.2 Macam-macam Saham

Mengacu pada bukunya, Tjiptono dan Fakhruddin (2001) menjelaskan macam-macam saham jika ditinjau dari kinerja perdagangannya.

(5)

1. Blue-Chip Stocks

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiiki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2. Income Stocks

Adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

3. Growth Stocks

Adalah saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4. Speculative Stocks

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

5. Counter Cyclical Stocks

Adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat.

(6)

II.2.3 Risiko dan Pengembalian

Salah satu motif investor melakukan investasi adalah harapan pengembalian dana yang lebih tinggi dibandingkan dana awal yang ditanamkan. Pengembalian ini biasa disebut return. Halim (2003) mendefinisikan, “Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi” (h. 30).

Return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan yang kedua, return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang. Komponen return meliputi:

1. Capital gain (loss), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. 2. Yield, merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu hasil investasi

selama satu periode. Untuk investasi dalam saham, yield merupakan jumlah dividen yang diperoleh selama satu periode, biasanya dinyatakan dengan persentase dari harga pokok.

Adapun faktor yang membuat return tidak pasti adalah risiko (risk). Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang diperolehnya dari investasi yang dilakukan karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, maka ia harus siap untuk menanggung risiko yang tinggi pula. Jones (2002) menyatakan, “Risk is the change that the actual outcome from an investment will differ from the expected outcome” (p. 131).

(7)

Mengacu pada bukunya, Halim (2003) menjelaskan pada konteks portfolio risiko, ada dua risiko yang timbul ketika melakukan proses investasi, yaitu:

1. Risiko sistematis (systematic risk), merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya ada perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sifat risiko ini disebut juga undiversiable risk.

2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar, misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dsb. Risiko ini disebut juga diversiable risk.

Sedangkan risiko-risiko yang dapat terjadi dan perlu dipertimbangkan investor dalam membuat keputusan investasi antara lain :

1. Risiko bisnis (business risk)

Adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten) membayar bunga atau dividen.

(8)

2. Risiko pasar (market risk)

Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain. 3. Risiko likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 4. Risiko mata uang (currency risk)

Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya Rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dolar AS).

5. Risiko tingkat bunga

Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya, kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrumen pasar modal. Risiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan menurunkan harga-harga di pasar modal.

6. Risiko daya beli (purchasing power risk)

Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.

II.3 Metode Analisis Pergerakan Harga Saham

Bermain saham tanpa mengetahui analisa berarti kita melakukan perjudian di dalamnya. Pada umumnya, dengan perjudian, maka akan berujung pada kerugian. Apabila mengalami keuntungan, maka hal itu karena faktor luck, dan biasanya tidak

(9)

bertahan lama. Karena itu, kemampuan melakukan analisis sangat penting dalam bermain saham. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis).

Menurut Hendra Syamsir (2004), “Analisis fundamental pada dasarnya dapat dikatakan sebuah analisa yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham dengan menggunakan analisis yang meliputi: (1) analisis perekonomian internasional, (2) analisis perekonomian nasional, (3) analisis industri, (4) analisis perusahaan. Sedangkan Pring (2001) menyatakan “The art of technical analysis is to try to identify trend changes at an early stage and maintain an investment or trading posture until the weight of the evidence shows or proves that the trend has reversed” (p. 5). Dahlan Siamat juga menjelaskan mengenai analisis fundamental sebagai “Penilaian suatu efek sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya (emiten). Menurut para penganut analisis fundamental, harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian suatu saham menurut pendekatan fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio” (h. 277).

Syamsir dalam bukunya menjelaskan bahwa “Analisis teknikal dapat dikatakan sebagai sebuah analisis tentang pergerakan harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri di masa yang lalu” (h. 5). Sedangkan menurut Tedy Fardiansyah (2003), analisis teknikal merupakan “Suatu pemanfaatan data historis (harga dan volume perdagangan saham) yang tersedia di pasar. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu tren atau pola berulang dari pergerakan harga saham dan kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan” (h. 90).

(10)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan analisis fundamental merupakan analisis yang dilakukan dengan menganalisis perekeonomian secara makro dan mikro lalu ditarik kesimpulan untuk mendapatkan proyeksi harga di masa mendatang. Sedangkan analisis teknikal adalah analisis yang dilakukan dengan cara membuat analisis harga dari fluktuasi harga di masa lampau dan memproyeksikan harga tersebut untuk masa mendatang. Kita dapat melihat pembagiannya pada diagram di bawah ini.

Gambar II.1 Metode Analisis Saham

Sumber : http:\\www.belajarforex.com

II.3.1 Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)

Setelah melihat uraian di atas, maka kita lanjutkan dengan penjabaran mengenai analisis fundamental lebih lanjut. Analisis fundamental sering disebut juga share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Dalam membuat model peramalan harga saham

Stock Analysis Fundamental Analysis Technical Analysis Macro Analysis Elliot Wave Fibonacci Sequence Industry Analysis Company Analysis Indicators Moving Average RSI

(11)

tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan dividen, pemerintah, bursa, dsb.) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Secara garis besar, analisis fundamental sebuah perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar II.2 Proses Analisis Fundamental

Sumber : buku Solusi Investasi di Bursa Saham

Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham dengan pendekatan fundamental :

1. Pendekatan melalui rasio-rasio keuangan yang biasa dipakai untuk memproyeksikan harga saham di masa mendatang. Rasio-rasio tersebut antara lain : debt to equity ratio, net profit margin, dividen payout ratio, price earning ratio, laju pertumbuhan pendapatan

2. Pendekatan dividen

Penulis tidak membahas mengenai pendekatan dividen ini untuk membatasi pembahasan sesuai dengan ruang lingkup.

II.3.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham di waktu yang lalu.

International Economics Environment Domestic Economics Environment

Business Environment Industry Environment

(12)

Berbeda dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dsb.) yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar).

Mengacu pada bukunya, Hendra Syamsir (2004) menjelaskan, analisis teknikal sering disebut juga sebagai visual analysis atau chart analysis. Walaupun secara teoritis agak bertentangan dengan metode analisis dan teori yang telah ada dan lebih dipercaya sebelumnya, para analis teknikal (technicians) meyakini bahwa jika metode tersebut diterapkan secara benar bisa memberikan keuntungan yang lebih optimal kepada pemodal di industri sekuritas manapun di dunia. Secara prinsip bahkan oleh salah satu pakar analisis teknikal (John J. Murphy) disebutkan bahwa “Chartists are cheating, because it is a short cut form of fundamental analysis”.

Asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga sangat ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap saham itu sendiri, di mana jika terjadi ekses supply (kelebihan supply atas demand) maka harga akan jatuh dan demikian sebaliknya, jika terjadi ekses demand, maka harga akan naik. Asumsi-asumsi lain yang berlaku dalam analisis ini antara lain :

1. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.

2. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu. 3. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.

(13)

4. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar.

5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.

II.4 Analisis Teknikal Konvensional

Perangkat analisis teknikal yang biasa digunakan oleh para analis dan investor adalah dengan Moving Average (MA) dan Relative Strength Index (RSI). Namun, berbicara tentang analisis teknikal, kita akan dihadapkan kepada beberapa istilah yang sangat sering digunakan, antara lain : chart, trend, support dan resistance. Karena itu, Penulis membahas pengertian chart, trend, support dan resistance masing-masing terlebih dahulu agar didapat pemahaman yang komprehensif.

II.4.1 Chart, Trend, Support dan Resistance

Data pergerakan harga saham apabila dirunut akan membentuk suatu grafik (chart). William J. O’Neil mendefinisikan “Charts are graphic depictions of historical price and trading volume behaviour. They allow you to identify current behaviour in relation to a stock’s recent history” (p. 44). Mengacu pada bukunya, Pring (2001) menjelaskan beberapa metode untuk mentransformasikan data saham ke grafik saham (plotting charts), yakni bar chart, line chart, point-and figure chart, dan cpoint-andlestick chart.

1. Bar Chart

Pada bar chart, data yang digunakan adalah harga tertinggi (high price), harga terendah (low price) dan harga penutupan (close price).

(14)

Contoh bar chart dapat dilihat pada gambar II.3 di bawah ini. Gambar II. 3 Bar Chart

3 10 2006 17 24 31 7 August 14 22 28 4 11 September 18 25 2 9 October 16 30 6 13 November 20 27 4 11 December 18 262 8 2007 15 22 29 5 12 February 19 26 5 March 12 6700 6800 6900 7000 7100 7200 7300 7400 7500 7600 7700 7800 7900 8000 8100 8200 8300 8400 8500 8600 8700 8800 8900 9000 9100 9200 9300 9400 9500 9600 9700 9800 9900 10000 10100 10200 10300 10400 10500 10600 10700 10800 10900 11000 11100 8 bulan (9,600.00, 9,000.00, 8,550.00, 8,900.00, -200.000) sumber : http://www.telkom.co.id 2. Line Chart

Pada line chart, data yang digunakan hanya harga penutupan (close price) saja. Karena itu grafik ini hanya membentuk garis saja. Bentuk line chart dapat dilihat pada gambar II.4 berikut :

Gambar II.4 Line Chart

3 10 2006 17 24 31 7 August 14 22 28 4 11 September 18 25 2 9 October 16 30 6 13 November 20 27 4 11 December 18 262 8 2007 15 22 29 5 12 February 19 26 5 March 12 6700 6800 6900 7000 7100 7200 7300 7400 7500 7600 7700 7800 7900 8000 8100 8200 8300 8400 8500 8600 8700 8800 8900 9000 9100 9200 9300 9400 9500 9600 9700 9800 9900 10000 10100 10200 10300 10400 10500 10600 10700 10800 10900 11000 11100 8 bulan (9,600.00, 9,000.00, 8,550.00, 8,900.00, -200.000) sumber : http://www.telkom.co.id 3. Candlestick Chart

Pada candlestik chart, data yang digunakan lebih banyak dibandingkan pada line chart, yaitu harga pembukaan (open price), harga penutupan (close

(15)

price), harga terendah (low price), dan harga tertinggi (high price). Contoh candlestick chart dapat dilihat pada gambar II.5 berikut.

Gambar II.5 Candlestick Chart

3 2006 10 17 24 31 August 7 14 22 28 4 September 11 6900 6950 7000 7050 7100 7150 7200 7250 7300 7350 7400 7450 7500 7550 7600 7650 7700 7750 7800 7850 7900 7950 8000 8050 8100 8150 8200 8250 OKT (7,900.00, 8,000.00, 7,800.00, 7,900.00, +0.0) sumber : http://www.telkom.co.id 4. Point and Figure Chart

Point and figure charts menampilkan simbol "X" saat harga naik dan menmpilkan simbol "O" saat harga mengalami penurunan. Chart ini jarang digunakan oleh chartist, karena cenderung sulit dalam membacanya. Contoh point and figure charts disajikan pada gambar II.6 berikut.

Gambar II.6 Point and Figure Chart

2006 05 07 10 13 14 17 21 25 26 28 Aug 07 08 11 15 16 22 29 31 Sep 04 05 06 07 08 11 12 13 14 6900 6950 7000 7050 7100 7150 7200 7250 7300 7350 7400 7450 7500 7550 7600 7650 7700 7750 7800 7850 7900 7950 8000 8050 8100 8150 8200 8250 OKT (46.000x138.000-H/L) (7,900.00, 8,000.00, 7,800.00, 7,900.00, +0.0) sumber : http://www.telkom.co.id

(16)

Masih mengacu pada bukunya, Syamsir mendefinisikan trend sebagai “Kecenderungan pergerakan dalam satu arah harga” (h. 10). Sedangkan Pring (2001) menjelaskan macam-macam trend dalam bukunya, yaitu short-term trends, intermediate-term trends, dan long-term trends. Pring juga menjelaskan macam-macam pola pergerakan harga, yaitu:

1. Triangle

Pola triangle ada beberapa macam, ada descending triangle, ascending triangle dan symmetrical triangle. Pada pola triangle, terdapat tekanan antara seller dan buyer. Pola descending triangle sering dijumpai pada keadaan downtrend, dan biasanya diikuti dengan kenaikan volume penjualan. Pada pola descending triangle, pemenang harga adalah seller, karena harga semakin rendah. Pola descending triangle dapat dilihat pada gambar II.7 di bawah ini.

Gambar II.7 Pola Descending Triangle

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

Sedangkan pola ascending triangle merupakan kebalikan dari descending triangle, dapat dilihat pada gambar II.8 di halaman berikutnya.

(17)

Gambar II.8 Pola Ascending Triangle

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

Pola symmetrical triangle terjadi akibat tekanan antara seller dan buyer yang seimbang. Pola ini terjadi juga diikuti dengan kenaikan volume perdagangan. Pada saat pola ini terjadi, akan tercerminkan trend yang sedang berlangsung, sehingga pola ini disukai oleh para trader dan merupakan bonus. Pola symmetrical triangle dapat dilihat pada gambar II.9 berikut ini.

Gambar II.9 Pola Symmetrical Triangle

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com 2. Flags and Penants

Pola flags dan penants biasanya terlihat setelah adanya pergerakan harga yang cukup besar. Penants memiliki bentuk yang hampir sama dengan symmetrical triangle, namun volumenya lebih kecil dan memiliki periode yang lebih singkat. Pola flags dan penants dapat dilihat pada gambar II.10 di halaman berikutnya.

(18)

Gambar II.10 Pola Flags and Penants

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com 3. Wedges

Pola wedges hampir mirip dengan triangle, pada saat pola ini terjadi, trend yang sedang berlangsung akan tetap berlanjut. Pola wedges dapat dilihat pada gambar II.11 di bawah ini.

Gambar II.11 Pola Wedges

(19)

4. Head and Shoulder

Pola head and shoulder sering disebut juga reversal pattern. Pola ini lebih sering terjadi pada kondisi uptrend. Pada gerak balik kepala dan bahu, yang perlu diperhatikan adalah garis lehernya yang tidak selalu harus berupa garis datar, kemudian adanya titik penembusan dan titik reversal pada garis leher. Selanjutnya yang penting adalah sasaran harga (price objective) yang berada pada jarak yang sama antara garis leher dan jarak demikian mulai dari puncak pola ini. Pola head and shoulder dapat dilihat pada gambar II.12 berikut ini.

Gambar II.12 Pola Head and Shoulder

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

Tetap mengacu pada bukunya, Syamsir menjelaskan level support adalah “Sebuah level harga (titik/tingkat/range) di mana pada titik/tingkat/range harga tersebut, akan timbul minat beli yang lebih kuat daripada minat jual” (h. 44). Sebaliknya, level resistance merupakan “Batas atas/range/titik di mana pada titik /level/range tersebut akan timbul penguatan minat jual yang lebih besar dibandingkan dengan minat beli” (h. 44).

(20)

II.4.2 Moving Average

Sekarang Penulis mencoba mengulas sedikit mengenai moving average, namun tidak terlalu mendalam, karena Penulis tidak menggunakannya dalam penelitian. Teddy Fardiansyah (2003) menjelaskan “Moving Average digunakan para technician untuk memperhalus fluktuasi pergerakan harga dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai tren pergerakan harga” (h. 109). Ada berbagai tipe dari moving average, yakni simple moving average, weighted moving average dan exponential moving average.

1. Simple Moving Average (SMA)

Simple Moving Average (SMA) adalah metode yang paling sederhana dan banyak digunakan dalam analisis teknikal harga saham.Metode ini dibentuk oleh nilai rata-rata dari n periode terakhir.

2. Weighted Moving Average (WMA)

Metode ini dibuat atas dasar kelemahan yang terdapat pada metode SMA. Metode SMA menyimpan kelemahan, yaitu seringkali menghasilkan signal yang terlambat. Dengan menggunakan WMA, data terakhir (terbaru) selalu mendapat bobot penilaian lebih besar dibandingkan data yang sebelumnya (lebih lama).

3. Exponential Moving Average (XMA)

Exponential Moving Average (XMA) adalah bentuk lain dari penyempurnaan SMA yang diciptakan untuk mengeliminir kelemahan SMA yaitu keterlambatan.

(21)

II.4.3 Oscillator Relative Strength Index (RSI)

Menurut Jeremy Kurniawan (2007), “Oscillator adalah sebuah leading indikator yang cara kerjanya bergerak naik dan turun di antara dua buah level. Sinyal beli atau sinyal jualnya adalah sewaktu harga menyentuh salah satu level dan mulai berbalik arah” (h.32).

Masih mengacu pada bukunya, Jeremy Kurniawan menjelaskan ada beberapa indikator oscillator, diantaranya adalah Stochastics, RSI dan William %R. Setiap indikator jenis oscillator diciptakan untuk bisa mengindikasikan trend reversal atau perubahan arah pergerakan saham atau mata uang.

Namun, untuk membatasi ruang lingkup, Penulis hanya akan membahas oscillator jenis RSI saja yang relatif mudah pengaplikasiannya dan sering digunakan.

Relative Strength Index (RSI) pertama kali dibuat oleh J Welles Wilder dan diperkenalkan kepada khalayak melalui bukunya yang berjudul “New concepts in Technical Trading System”.

Syamsir (2004) menjelaskan “Indikator RSI ini menghitung perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan ke dalam indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100” (h. 186). Karena nilainya yang tetap (antara 0-100), maka RSI dikelompokkan ke dalam salah satu alat analisis oscillator indicator (RSI hanya bisa bergerak/oscillate di antara nilai tersebut).

Analisis kekuatan relatif ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lain pada saat bull

(22)

market, atau mengalami penurunan harga yang lebih lambat pada saat bear market jika dibandingkan dengan saham lain. Dengan memilih investasi pada saham seperti itulah seorang investor akan mendapatkan return tertinggi, karena kekuatan relatif tersebut cenderung tidak berubah dari waktu ke waktu. Mengenai periode penghitungan yang digunakan, Wilder dalam bukunya menganjurkan untuk menggunakan periode penghitungan sebanyak 14 periode. Namun, Penulis menggunakan periode 5 hari, untuk mendapatkan sinyal dalam jangka waktu relatif singkat.

II.5 Analisis Teknikal Dengan Metode Fibonacci

Untuk mengetahui pembahasan mengenai analisis teknikal dengan metode Fibonacci, sebaiknya dibahas terlebih dahulu mengenai Fibonacci itu sendiri agar diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.

II.5.1 Deret Fibonacci

Deret Fibonacci ditemukan oleh seorang matematikawan Italia bernama Leonardo Pisano Fibonacci pada tahun 1175. Bilangan Fibonacci diambil dari deret 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dst. Di mana suku ke n merupakan penjumlahan dari n-1 dan n-2. Deret angka tersebut terkenal dengan Deret Fibonacci (Fibonacci Sumation Series). Rosen (2000) menyatakan “The Fibonacci sequence is defined recursively by

f

1 = 1,

f

2 = 1, and

f

n=

f

n−1+

f

n−2 for n 3≥ ” (p. 25).

Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, maka akan didapatkan sebuah

(23)

angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut dan angka ini dikenal sebagai Rasio Emas (golden ratio). Golden ratio berjumlah 1,618. Rasio ini sering disebut juga PHI. Ini adalah contoh deret perhitungannya:

233 / 144 = 1,618 610 / 377 = 1,618 377 / 233 = 1,618 987 / 610 = 1,618

PHI memiliki peranan yang luas dalam kehidupan di alam raya ini. Fischer (1997) menyatakan phi merupakan “The most important mathematical presentation of natural phenomena ever discovered” (p. 3). Deret Fibonacci diterapkan pada hampir seluruh hukum alam. Deret ini dapat kita temukan pada tubuh kita sendiri. Tubuh manusia rata-rata adalah jika antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618 unit. Lalu jarak antara ujung jari dan siku dibandingkan dengan jarak antara pergelangan tangan dan siku, jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala dibandingkan panjang kepala, jarak antara pusar dan lutut dibandingkan dengan jarak antara lutut dan telapak kaki, semua itu menghasilkan PHI. Selain itu PHI juga kita temukan pada lebah, dalam setiap sarang lebah, lebah betina jumlahnya selalu lebih banyak dibandingkan lebah jantan, perbandingan lebah betina dengan lebah jantan menghasilkan rasio yang sama yaitu PHI. Pada tumbuhan, PHI juga ditemukan pada bunga matahari. Biji bunga matahari tumbuh dengan melawan spiral, rasio dari setiap diameter rotasi ke rotasi berikutnya berjumlah sama yakni phi. Hampir semua ciptaan Tuhan di muka bumi ini dipengaruhi oleh PHI. Mengacu pada bukunya, Fischer juga menyatakan bahwa deret Fibonacci ditemukan pada pyramid, kerang laut spiral, sampai lukisan Leonardo Da Vinci

(24)

yang terkenal, Monalisa. Pada wajah Monalisa dan bahkan wajah kita sendiri terdapat rasio emas ini. Panjang wajah dibandingkan dengan lebar wajah, jarak antara bibir dan titik di mana kedua alis mata bertemu dibandingkan panjang hidung, panjang wajah dibandingkan jarak antara ujung rahang dan titik di mana kedua alis mata bertemu, panjang mulut dibandingkan lebar hidung, dsb.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa deret Fibonacci menjadi acuan hukum alam (nature’s law). Berdasarkan penelitian, deret Fibonacci dapat digunakan sebagai salah satu cara analisa teknikal untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang. Hal itu dikarenakan fluktuasi harga di pasar merupakan refleksi dari perilaku manusia, perilaku manusia memiliki relasi yang kuat dengan fenomena alam, dan hukum alam dapat diukur dengan deret Fibonacci.

Dalam analisis teknikal kita menggunakan kedua rasio tersebut, yakni PHI dan phi. Phi merupakan kebalikan dari PHI. Sedangkan phi merupakan direct ratio dari PHI, yaitu

PHI

1 sehingga hasil yang didapat adalah 0,618.

Rasio-rasio inilah yang akan kita pakai dalam analisis teknikal. Phi digunakan untuk menentukan besarnya koreksi dalam support dan resistance.

II.5.2 Swing High dan Swing Low

Dalam analisis teknikal menggunakan deret Fibonacci, kita harus dapat mengidentifikasi swing high dan swing low. Jeremy Kurniawan (2007) menjelaskan “Swing high adalah candlestick yang terletak di antara candlestick-candlestick yang lebih rendah di sebelah kanan dan kirinya sedangkan, swing low

(25)

adalah kebalikannya” (h.7). Jadi, dapat disimpulkan bahwa swing high dan swing low adalah titik ekstrem terendah dan tertinggi dari suatu pergerakan harga saham.

II.5.3 Dasar Analisis Saham dengan Fibonacci

Sejalan dengan perkembangan dunia pasar modal, indikator Fibonacci berkembang menjadi empat bagian besar, yakni Fibonacci Retracement, Fibonacci Expansion, Fibonaci Fan, dan Fibonacci Arc. Namun, untuk membatasi ruang lingkup, Penulis hanya akan membahas mengenai Fibonacci

Retracement sebagaimana akan digunakan dalam penelitian.

Para chartist biasanya menggunakan Fibonacci Retracement untuk menentukan level support dan resistance. Pada Fibonacci Retracement terdapat beberapa level yaitu 0.00, 0.236, 0.382, 0.500, 0.618, 0.100, dan 1.618. Mengacu pada bukunya, Fischer (2007) menjelaskan asal dari angka-angka tersebut sebagai berikut :

0.00 merupakan angka pertama dari deret Fibonacci 0.236 merupakan pembagian fn dengan fn+3

0.382 merupakan hasil dari

PHI phi = 618 , 1 618 , 0 .

0.500 merupakan setengah dari 1 0.618 merupakan direct ratio

PHI 1 = 618 , 1 1

(26)

Sebagai tambahan, deret Fibonacci tidak hanya dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga, tapi juga dapat digunakan untuk memprediksi waktu. Waktu di sini diartikan dengan kapan harga berada pada titik terendah atau titik tertinggi. Sehingga trader dapat menentukan posisi jual atau posisi beli. Fischer (1997) menyatakan, “Timing is the most essential element. What to buy is important, when to buy is more important” (p.127). Masih mengacu pada bukunya, Fischer membuat rumusan untuk menentukan waktu saat harga saham berada pada harga terendah atau harga tertinggi, dan ia menyebutnya Time Goal Day (TGD). Rumusnya sebagai berikut :

C = B + 1.618 x (B-A) Keterangan :

A : harga saham berada pada titik tertinggi atau terendah B : harga saham berada pada titik tertinggi atau terendah kedua C : time goals day

Gambar

Gambar II.1 Metode Analisis Saham
Gambar II. 3 Bar Chart
Gambar II.5 Candlestick Chart
Gambar II.7 Pola Descending Triangle
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada uji efektivitas bakterisida nabati, minyak serai wangi konsentrasi 1 - 2% menunjukkan daya hambat yang lebih tinggi dibanding minyak cengkeh dengan konsentrasi yang sama..

Kerusakan rumah dilaporkan sebanyak 2.900 rumah dengan kategori rusak ringan 746 rumah, rusak sedang 953 rumah dan rusak berat sebanyak 1.201 rumah (BPS Halmahera Selatan, 2019). Hal

Rumah tahanan Negara Kelas II B sinjai merupakan salah satu unit pelaksana Teknis (UPT) di bidang pemasyarakatan pada wilayah kerja kantor kementrian Hukum dan

Tidak semua Komunitas atau orang yang memiliki kepercayaan Tridharma menghormati dan melalukan penyembahan ritual kepada Dewa Dapur.. Karena suatu bentuk penghormatan

Disetiap toko harus tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, Kedap air dan dengan jumlah yang cukup (V)b. Di setiap blok harus tersedia tempat pengumpulan sampah

Adapun tahapan yang dilalui untuk mendapatkan nilai persentase ikatan protein plasma adalah kadar mula – mula larutan zat sebelum dicampur dengan protein plasma dibuat sebesar 100

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah penjelasan mengenai konstruksi atau pembingkaian berita khususnya