• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, banyak hal yang menyebabkan yaitu kurangnya modal yang dimiliki para nelayan, teknologi yang dimiliki, rendahnya akses pasar dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolahan sumber daya alam. Ada penyebab lain yang non ekonomis atau biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat kesehatan serta alasan lain seperti sarana dan prasaranan umum di wilayah pesisir. Kurangnya perencana spasial yang mengakibatkan tumpang tindihnya beberapa sektor suatu kawasan, polusi dan kerusakan lingkungan.

Dengan melimpahnya sumber daya ikan maka seharusnya pendapatan nelayan sangatlah memadai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun dalam realita tidaklah demikian, kemiskinan masih banyak melanda kehidupan nelayan. Dari sisi ekonomi hasil tangkapan nelayan masih jauh dari memadahi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan karena minimnya modal yang dimiliki nelayan, tekanan dari pemilik modal, sistem bagi hasil yang tidak adil, perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan (dikuasai tengkulak) dan otoritas tidak punya wibawa untuk mengatur dan menegakkan aturan. Serta pola atau budaya kerja yang masih apa adanya.

Kemiskinan juga dapat dilihat dari nelayan, sebagian nelayan yang bermata pencaharian mencari ikan di laut belum dapat meningkatkan taraf hidup dan pendapatannya. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya wilayah pesisir

(2)

pantai yang merupakan penduduk miskin. Dimana penduduk desa pantai atau nelayan yang daerahnya langsung berhadapan dengan lautan, yang sumber penghidupan dari hasil laut, memiliki taraf hidup tergolong rendah (miskin).

Kota-kota besar di Indonesia seperti kota Medan saat ini memang masih menjanjikan kesempatan yang luas bagi masyarakat desa untuk memperoleh peningkatan pendapatan secara signifikan. Hal inilah yang menjadi “daya tarik” utama mobilisasi masyarakat pedesaan ke kota-kota besar di Indonesia atau urbanisasi. Selain itu, kondisi langka dan sempitnya kesempatan kerja di pedesaan juga menjadi daya dorong mobilisasi masyarakat pedesaan.

Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2009 s/d 2014

200,400 212,300 204,190 201,060 209,690 200,320 9.12% 9.64% 9.33% 9.63% 10.05% 9.58% 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 0 2 4 6 8 10 12 14

Jumlah Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan

Sumber: BPS, Provinsi Sumatera Utara dalam Angka 2016 (Data Diolah)

Gambar 1.1. Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2009-2014

Dari data jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan walaupun pada tahun 2010 terjadi kenaikan tingkat kemiskinan di Kota Medan, akan tetapi pada tahun 2014 upaya penanggulangan kemiskinan telah mampu menurunkan tingkat

(3)

kemiskinan dari tingkat 10,05% menjadi 9,12% di tahun 2014. Dimana jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 adalah sebesar 212.300 jiwa menjadi 200.320 jiwa penduduk miskin di tahun 2014.

Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapat penghasilan bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya/tanaman air. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagaian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum (KFM) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya.

Nelayan-nelayan kecil/tradisional pada umumnya sangat bergantung dengan sumber pendapatan langsung dari laut yang dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga setiap pendapatan harian dari laut merupakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga pada hari itu.

Untuk melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup, di beberapa daerah pesisir Indonesia mempunyai karakteristik masing-masing yang dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, teknologi, biologi dan faktor alam.

Kota Medan merupakan salah satu Kota di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah pesisir dan laut. Berdasarkan defenisi wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat kaya akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Sumberdaya

(4)

pesisir sendiri terdiri dari sumber hayati dan nonhayati dimana unsur hayati dan nonhayati terdiri dari sumber daya mineral dan abiotik lain dilahan pesisir, permukaan air, di kolom air dan didasar laut.

Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Kota Medan cenderung meningkat, akan tetapi tingkat pertumbuhan produksi ikan di Kota Medan belum berarti, jika dibandingkan dengan kondisi potensi dan teknologi yang digunakan.

Tabel 1.1. Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB Tahun 2012 s/d 2015 Kota Medan atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Tahun Jumlah (Miliar Rp) Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2012 1.210,98 1,15%

2013 1.224,19 1.10%

2014 1.292,41 1,10%

2015 1.367,62 1,10%

Sumber: BPS, Kota Medan dalam Angka 2016 (Data Diolah).

Data pada Tabel 1.1, menunjukkan adanya kecendrungan penurunan kontribusi relatif sub sektor perikanan terhadap PDRB Kota Medan. Namun, dengan memperhatikan data dari Dinas Pertanian dan Kelautan. Statistik Perikanan Tangkap di Kota Medan setiap tahun mengalami penurunan. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara dalam Angka 2016, Produksi ikan di Kota Medan pada tahun 2015 sebesar 86.003 ton yang berarti tingkat pendapatan nelayan tentu menurun yang tercermin dari kehidupan nelayan itu sendiri, karena produksi berhubungan dengan pendapatan, namun pada kenyataan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan masyarakat nelayan di Kota medan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan masyarakat nelayan di Kota Medan belum mencerminkan tingkat pendapatan nelayan itu lebih baik.

Besar kecilnya pendapatan nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan tidaklah sama. Hal itu bergantung kepada manajemen tiap-tiap tangkahan dan pemilik kapal. Pada umumnya nelayan di PPS Belawan merupakan

(5)

nelayan buruh yang mendapatkan penghasilan mereka dari gaji harian. Dalam hal ini perlu digaris bawahi bahwa nelayan yang ada di PPS Belawan tidak seperti nelayan pada umumnya yang mendapatkan pendapatan dari menjual hasil tangkapan ikan langsung. Besar kecilnya pendapatan nelayan tergantung kepada alat tangkap yang dioperasikan dan jabatan masing-masing di kapal perikanan.

Tabel 1.2. Pendapatan Nelayan Untuk Tiap Alat Tangkap per Bulan Alat Tangkap

PS Jabatan

dalam

Kapal Gaji Bagi Hasil PI SN GN

ABK 1.440.000 1.800.000 1.125.000 1.075.000 1.050.000

Nahkoda 15.000.000 13.803.000 11.100.000 11.100.000 3.675.000 *PS: Purse seine (pukat cincin); PI: pukat ikan; SN: Seine Net; GN: Gillnet (jaring insang)

Sumber: PPS Belawan, 2015

Rendahnya produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan khususnya yang ada didaerah pesisir di Kecamatan Medan Belawan. Jika tidak bekerja, nelayan tidak akan mendapatkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan semakin menurun.

Curah jam kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan. Pendapatan atau upah yang diperoleh seseorang dari suatu pekerjaan melalui besarnya curahan jam kerja yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Semakin lama seseorang mencurahkan waktunya untuk bekerja maka pendapatannya yang diperoleh juga akan meningkat.

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan pendapatan yang diperoleh seseorang relatif rendah sedangkan tingkat pendidikan tinggi maka orang tersebut akan mempunyai kemampuan untuk mengahadapi hidup dimana dengan pendidikan yang diperoleh seseorang dapat berbuat usaha dan bekerja guna memperoleh pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup serta memperbaiki

(6)

keadaan hidup dalam arti mempunyai kesempatan kerja guna mencapai kesejahteraan yang digunakan.

Besarnya jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena dapat mempengaruhi pola konsumsi dan biaya hidup rumah tangga. Suatu rumah tangga yang mempunyai anggota keluarga relatif lebih banyak tentu akan melakukan konsumsi lebih besar daripada rumah tangga yang mempunyai anggota keluarga lebih sedikit, meskipun pendapatan yang ditrerima sama besar.

Kurangnya modal usaha juga merupakan hal yang mempengaruhi randahnya pendapatan nelayan. Dengan tidak tersedianya modal yang memadai maka nelayan tidak akan mampu meningkatkan produksi karena nelayan tidak bisa membeli perahu, alat tangkap dan peralatan lainnya, serta biaya operasional juga tidak akan terpenuhi dan akan menjadikan produktifitas nelayan menurun, sehingga pendapatan akan mengalami stagnasi bahkan akan mengalami penurunan secara rill jika terjadi inflasi.

Kurangnya pengetahuan tentang teknologi modern juga merupakan salah satu hal yang menghambat peningkatan pendapatan nelayan. Dengan terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki oleh para nelayan maka dibutuhkan teknologi untuk membantu meningkatkan produksi karena dengan adanya teknologi, maka proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien.

Faktor tenaga kerja masuk kedalam penelitian ini karena pendapatan sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori faktor produksi jumlah output/produksi yang nantinya berhubungan dengan pendapatan bergantung pada jumlah tenaga kerja.

Dalam perkembangannya pendapatan para nelayan di Kota Medan dalam setiap melakukan kegiatan penangkapan ikan tidak dapat ditentukan. Hal ini

(7)

tergantung pada faktor pendukung seperti faktor musim, harga ikan, tingkat pendidikan, umur, curahan waktu yang digunakan, beban tanggungan keluarga.

Dengan adanya fenomena karakteristik nelayan yang berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam memperoleh pendapatan, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh karakteristik nelayan terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Belawan Kota Medan, sebagai salah satu wilayah pesisir yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka dimana sebagian besar penduduknya mancari nafkah sebagai nelayan dan mempuyai karakteristik kegiatan perikanannya adalah kegiatan Perikanan Tangkap dan masih dilakukan secara sederhana.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1)

Bagaimanakah pengaruh curahan waktu kerja terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan?

2) Bagaimanakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan?

3) Bagaimanakah pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan?

4) Bagaimanakah pengaruh modal terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan?

5) Bagaimanakah pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan?

(8)

6) Bagaimanakah pengaruh teknologi terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain untuk:

1) Menganalisis pengaruh curahan waktu kerja terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.

2) Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan di Kecamatan Medan Belawan.

3) Menganalisis pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.

4) Menganalisis pengaruh modal terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.

5) Menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.

6) Menganalisis pengaruh teknologi terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:

1) Memberikan informasi kepada pemerintah untuk perencanaan pembangunan dan mengambil kebijakan dalam merumuskan perencanaan pembangunan di wilayah pengembangan Utara Kota Medan khususnya bagi masyarakat nelayan di Kecamatan Medan Belawan.

(9)

2) Memberikan informasi bagi masyarakat nelayan tentang faktor-faktor pendukung yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan, agar kehidupan nelayan menjadi lebih baik.

3) Bagi Ilmu Pengetahuan, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan teori maupun bahan masukan untuk melakukan kegiatan penelitian selanjutnya.

Gambar

Gambar 1.1.  Tingkat  Kemiskinan  dan Jumlah Penduduk Miskin Kota  Medan Tahun 2009-2014
Tabel 1.1. Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB Tahun 2012  s/d 2015 Kota Medan atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010  Tahun  Jumlah (Miliar Rp)  Kontribusi Terhadap PDRB (%)
Tabel 1.2.  Pendapatan Nelayan Untuk Tiap Alat Tangkap per Bulan  Alat Tangkap

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Kinerja Pengelola ini untuk mengetahui kualitas pelayanan dan tingkat kinerja terhadap tingkat kepuasaan nelayan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.. Dalam

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, untuk meningkatkan kinerja dari mesin rapid prototyping dengan mengurangi dimensi output filament dilakukan pengembangan dengan cara

Saran dari peneliti adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kota Semarang perlu melakukan evaluasi terhadap tarif kapitasi yang ditetapkan karena

Dalam hal ini adalah menelaah karya sastra Kabanti Bula Malino yang di tulis oleh Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin yang berkaitan dengan nilai-nilai Local Wisdom yang

Perbedaannya adalah wilayah tempat meneliti berbeda, skripsi ini meneliti di Kota Banjarmasin sedangkan skripsi Khoniatul Mufidah di Kabupaten Blitar, dan skripsi

Sebagaimana telah diketahui bahwa urusan kebudayaan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Daerah Istimewa Yogyakarta diatur dalam dua undang- undang yang berbeda, tentunya

Dari hasil diatas menunjukkan bahwasanya kualitas pelayanan sangat berpengaruh terhadap kepuasan anggota travel umrah, hal ini dibuktikan dengan indikator kualitas

Pada Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan laporan Tugas Akhir, identifikasi masalah-masalah yang muncul di tempat pengamatan, pencarian permasalahan yang terkait