• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN: ADAT ISTIADAT SEBAGAI LANDASAN GERAKAN SOSIAL SUKU DAYAK IBAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN: ADAT ISTIADAT SEBAGAI LANDASAN GERAKAN SOSIAL SUKU DAYAK IBAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

91 BAB V

KESIMPULAN:

ADAT ISTIADAT SEBAGAI LANDASAN GERAKAN SOSIAL SUKU DAYAK IBAN

A. Prolog

Skripsi ini dimulai dari keingintahuan peneliti terhadap fenomena unik yang terjadi di bumi Kapuas Hulu, tepatnya Dusun Sungai Utik. Sebuah dusun yang asri, lengkap dengan hutan adatnya yang masih terjaga kelestariannya. Keunikan ini terletak di tengah fakta bahwa luas hutan di Kalimantan semakin berkurang. Ditambah dengan kontradiksi kepentingan antara negara dengan masyarakat adat, maka skripsi ini hadir untuk menjawab kegelisahan penulis yang ingin mengetahui bagaimana sebuah kelompok masyarakat adat tidak tersentuh oleh tangan-tangan kepentingan diluar adat istiadat. Demi menjabarkan kegelisahan tersebut, skripsi ini diawali dengan pertanyaan penelitian bagaimana peran adat istiadat suku dayak Iban untuk mempertahankan hutan adat.

B. Hutan Adat, Sebuah Aset Yang Selalu di Pertahankan

Sungai Utik tidak pernah lepas dari sejarah. Hal ini tidak terlepas dari adat istiadat yang tidak pernah lekang oleh waktu. Hingga tragedi pencurian kayu terjadi di tahun 1997 oleh PT Bruwi. Tindakan pencurian kayu yang berawal dari

(2)

92 tidak maksimalnya keuntungan kayu yang diperoleh dari wilayah HPH PT Bruwi, sehingga PT Bruwi berupaya menambah keuntungan dengan mencuri beberapa kayu dari hutan adat Sungai Utik. Tindakan ini merugikan suku dayak Iban secara adat mengingat Menua Sei Utik bukan termasuk wilayah HPH yang diatur menurut konstitusi. Maka dari itu, kemarahan warga timbul akibat tragedi pencurian kayu tersebut serta mengusir PT Bruwi dari hutan adat Sungai Utik.

C. Gerakan Suku Dayak Iban: Strategi Bertahan Berbasis Adat

Gerakan ini tidak terlepas dari faktor adat istiadat sebagai landasan gerakan. Adat istiadat mengharuskan setiap suku dayak Iban yang mendiami dusun Sungai Utik untuk menjaga kelesatrian alam, karena alam sudah menyediakan semua kebutuhan sehari-hari. Landasan itu tetap dipegang teguh oleh suku dayak Iban sampai terjadinya tragedi pencurian kayu pada tahun 1997 oleh PT Bruwi menjadi penyebab utama lahirnya gerakan suku dayak Iban untuk mempertahankan hutan adat. Kewajiban menjaga hutan adat yang sudah tertuang dalam adat istiadat, ikut menyumbang tekat suku dayak Iban untuk mempertahankan hutan adat Sungai Utik. Demi mewujudkan tujuan kolektif ini, dibentuklah gerakan demi menjamin kelestarian hutan adat Sungai Utik.

Dibawah koordinasi lembaga adat Ketumenggungan Jalai Lintang, suku ini melakukan mobilisasi massa demi kelancaran gerakan. Organisasi yang didukung oleh anggota yang sudah memiliki keterikatan ideologi dengan kelompok, menjadi modal utama untuk melancarkan mobilisasi. Bermodalkan

(3)

93 sumber daya berupa anggota kelompok serta jaringan dengan LSM hijau, gerakan ini membentuk program mobilisasi berupa pencerdasan politik, pemetaan adat, serta lokakarya. Tiga program ini bermuara pada satu tujuan, yakni untuk memastikan hutan adat Sungai Utik diakui secara legal formal menurut konstitusi. Akses politik menjadi akses yang berharga bagi perjalanan gerakan suku dayak Iban. Akses politik yang diperoleh melalui krisis ekonomi tahun 1998 serta roda pemerintahan sehari-hari, menjadi kesempatan besar bagi suku ini untuk mendesak pemerintah segera membentuk kebijakan baru terkait status hutan adat. Dibantu dengan pemberitaan media terkait gerakan suku dayak Iban, suku ini semakin mendapat jalan untuk menuju pengakuan resmi terhadap hutan adatnya. UU Kehutanan no 41 tahun 1999, sertifikat ekolabel, serta Putusan MK no 35/PU-X/2012 menjadi bukti bahwa perjalanan gerakan suku dayak Iban memperoleh hasil yang signifikan.

Meskipun hasil signifikan diraih oleh suku ini, tetapi suku ini tidak menang secara mutlak. Kemenangan suku dayak Iban di satu sisi, harus ditutup dengan kekalahan disisi yang lain. Pelayanan publik yang tidak maksimal serta tidak disegerakannya UU kehutanan menurut putusan MK, menjadi konsekuensi tinggi yang harus dihadapi suku ini. Pelayanan publik yang tidak maksimal seperti belum masuknya fasilitas listrik dari PLN menyebabkan kehidupan sehari-hari di dusun Sungai Utik lebih sulit daripada dusun tetangga yang notabene sudah mendapat fasilitas listrik. Putusan MK yang tidak segera diaplikasikan dalam Undang-undang, baik undang-undang kehutanan maupun undang-undang daerah, berdampak pada pelindungan hukum yang tidak maksimal.

(4)

94 Kesuksesan gerakan ini tidak terlepas dari peran sumber daya sesuai dengan teori resource mobilization. Sebagai suku minoritas di ujung Kalimantan barat, suku ini harus memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan gerakan. Rasionalitas yang dibangun melalui pemahaman adat istiadat setempat, menjadi modal untuk mengandalkan dua sumber daya utama, yakni kekompakan suku dayak Iban sebagai kelompok serta sumber daya jaringan dengan LSM hijau seperti AMAN dan LBBT, gerakan ini tetap harus mencapai tujuannya untuk mempertahankan hutan adat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai pada titik ini, suku ini banyak mengandalkan sumber daya jaringan dengan LSM hijau. LSM yang memiliki sumber informasi tentang kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kehutanan, menjadi modal suku dayak Iban untuk memetakan posisi politik mereka. Disamping mengandalkan solidaritas kelompok sebagai modal gerakan, suku ini memanfaatkan status mereka sebagai masyarakat adat. Status sebagai masyarakat adat dimanfaatkan suku ini sebagai senjata negosiasi terhadap LSM. Hal ini tidak terlepas dari kepentingan kedua belah pihak yang sama-sama menjunjung tinggi lestarinya lingkungan, khususnya tentang hutan adat.

Persamaan kepentingan antara kedua belah pihak menjadi media bagi suku dayak Iban untuk mewujudkan tujuan gerakan. Sebagai suku minoritas yang tinggal di area perbatasan Indonesia-Malaysia, suku ini hidup dengan keterbatasan informasi. Tujuan gerakan ini akan sulit dicapai apabila suku ini tidak memiliki dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu sumber daya jaringan LSM menjadi sumber daya yang berharga di gerakan ini. Maka dari itu, suku ini memanfaatkan

(5)

95 sumber daya jaringan sebagai strategi bertahan gerakan suku dayak Iban. Hal ini dilakukan dengan cara membangun hubungan personal yang erat dengan LSM. Posisi suku dayak Iban yang notabene merupakan masyarakat adat lengkap dengan hutan adatnya, menjadi senjata negosiasi dengan LSM untuk menjadikan gerakan ini memiliki urgensi untuk segera diwujudkan. Dengan demikian, suku ini memanfaatkan jaringan dengan LSM sebagai representatif bagi suku dayak Iban ketika harus menghadapi pemerintah.

D. Implikasi Teoritik

Skripsi ini merupakan bentuk perhatian penulis terhadap studi gerakan sosial dari sudut pandang adat istiadat. Kajian adat istiadat yang jarang di kaji dalam studi ilmu politik menjadi bentuk keunikan yang penulis teliti lebih jauh. Gerakan sosial yang menyandarkan logika berpikirpada kiblat adat istiadat menjadikan penelitian ini memberikan sudut pandang yang berbeda dari kajian gerakan sosial lainnya.

Penelitian yang berlangsung selama kurang lebih satu tahun ini memberikan jawaban yang signifikan terhadap pertanyaan penelitian. Peran adat istiadat suku dayak Iban untuk mempertahankan hutan adat terjawab melalui proses yang bertahap dalam kerangka teori J. Craig Jenkins tentang mobilisasi sumber daya. Maka dari itu, jawaban atas rumusan masalah terkait peran adat istiadat dalam gerakan suku Dayak Iban adalah adat istiadat memiliki peran siginifikan untuk membentuk rasionalitas aktor. Rasionalitas aktor yang dibentuk

(6)

96 melalui adat istiadat setempat bahwa hutan adat harus dipertahankan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat adat, menjadi alasan logis kelahiran gerakan tersebut lahir. Ditambah lagi dengan sempat terjadinya pencurian kayu di hutan adat Sungai Utik, menjadikan gerakan ini memiliki urgensi tinggi untuk segera dilakukan.

Rasionalitas ini diterjemahkan menjadi berkembangnya lembaga adat sebagai organisasi serta mobilisasi sebagai sarana memaksimalkan sumber daya. Lembaga adat dibawah pimpinan adat (Tuai Rumah) berkoordinasi dengan sesama anggota suku dayak Iban yang berujung pada proses mobilisasi. Mobilisasi berperan penting sebagai media untuk memaksimalkan sumber daya gerakan, yakni sumber daya manusia (suku dayak Iban) serta sumber daya jaringan. Mobilisasi dilakukan dengan mempengaruhi suku dayak Iban untuk tetap berada pada adat istiadat setempat yang mewajibkan kelestarian alam. Memastikan kekompakan masyarakat adat menjadi sebuah keniscayaan demi kelancaran gerakan.

Disamping itu, suku dayak Iban memanfaatkan sumber daya jaringan dengan LSM hijau. Kedekatan personal yang dibangun antara suku dayak Iban dengan LSM hijau, menjadi modal bagi suku dayak Iban untuk memanfaat jaringan tersebut. Hal ini tidak terlepas dari kesamaan bingkai kepentingan yang sama antara suku dayak Iban dengan LSM hijau, yakni mengedepankan keletarian hutan, terutama hutan adat. Dengan demikian, kekompakan masyarakat adat terkait dengan tujuan gerakan serta kedekatan personal dengan LSM hijau

(7)

97 menjadi modal bagi suku dayak Iban sebagai senjata negosiasi terhadap LSM bahwa gerakan ini berada pada urgensi tinggi untuk diwujudkan tujuannya.

Pada akhirnya, LSM berfungsi sebagai wakil ketika harus menghadapi pemerintah terkait dengan tujuan gerakan mempertahankan hutan adat. Meskipun kepentingan mereka di wakili oleh LSM, suku dayak Iban berusaha untuk tetap memastikan tujuan gerakan dapat tersampaikan ke pemerintah sebagai agenda kebijakan. Hal ini dilakukan dengan cara tetap berkomunikasi sebaik mungkin dengan LSM tentang progress pencapaian tujuan gerakan.

Disisi lain, negara mulai menaruh perhatian terhadap hutan. Tujuan gerakan diterima menjadi salah satu agenda kebijakan. Pemerintah membuka aspirasi warga negara terkait dengan hutan sebagai agenda kebijakan. Hal ini dimanfaatkan suku dayak Iban yang notabene diwakili oleh LSM hijau untuk menyampaikan urgensi kelestarian hutan adat sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dengan munculnya UU Kehutanan no 41 tahun 1999 serta Putusan MK no 35/PUU-X/2012, menjadi bukti bahwa tujuan gerakan ini diterima oleh sistem politik. Dalam teori resource mobilizationJ. Craig Jenkins, hal ini dibaca sebagai peluang gerakan untuk mencapai kesuksesan. Dengan diterimanya tujuan gerakan dalam sistem politik, maka secara keseluruhan gerakan ini sukses mencapai tujuan gerakan sesuai dengan teori resource mobilization. Meskipun begitu, suku ini tidak dapat dikatakan sukses mutlak. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi tinggi yang harus ditanggung oleh suku dayak Iban. Mereka harus membayar mahal dengan belum ada undang-undang kongkrit

(8)

98 yang mengatur tentang hutan adat serta tidak maksimalnya pelayanan publik di dusun Sungai Utik.

Hal ini menandakan bahwa adat istiadat memiliki peran sentral di setiap fase gerakan. Gerakan yang diawali dengan rasionalitas aktor menjadi tanda bahwa adat istiadat ditempatkan pada setiap proses gerakan hingga mencapai tujuan. Keberhasilan suku dayak Iban mewujudkan tujuan mereka untuk mempertahakan hutan adat mengindikasikan bahwa adat istiadat terbukti mampu menjadi landasan gerakan. Pencapaian yang diraih oleh masyarakat adat menjadi tanda bahwa adat istiadat tidak hanya tentang bagaimana mengelola kehidupan sehari-hari, tetapi juga tentang senjata negosiasi politik dari masyarakat adat untuk memastikan kepemilikan adat yang selama ini dijaga melalui mekanisme adat diakui secara legal formal.

Dengan keberhasilan gerakan sosial suku dayak Iban, studi ini membuka pandangan baru tentang kajian gerakan sosial. Kajian ini membuktikan bahwa gerakan yang berbasis adat mampu bertahan dan perlahan mencapai keberhasilannya. Meskipun begitu, kajian ini masih menyimpan banyak celah yang dapat di telusuri secara kritis dalam studi ilmu politik. Akan tetapi, sebagai salah satu penelitian gerakan sosial, sekiranya penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti-peneliti lainnya. Kajian adat istiadat yang jarang sekali dikupas dalam studi gerakan sosial diharapkan mampu menjadi gambaran bagaimana hukum adat berkiprah dalam politik. Suku dayak Iban dan gerakannya hanyalah satu dari sekian perspektif yang dapat dikaji lebih lanjut tidak hanya dari kajian gerakan sosial, tetapi juga dari kajian keilmuan yang lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih sering digunakan dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus

pula lemahnya arus informasi dan rendahnya kemampuan lembaga pelaksana di lapangan tidak mendapat prioritas penanganan yang cukup. Setiap proses pekerjaan dapat dipastikan

• Hasil dekomposisi tensor momen menunjukkan bahwa gempa Gunung Soputan didominasi oleh gempa dengan persentase yang besar pada komponen ISO dan CLVD. • Mekanisme

Bertolak dari keadaan di atas yang menunjukkan adanya penurunan prestasi belajar siswa di MTs Al Asror Kecamatan Gunungpati Kota Semarang seperti tersebut di atas, dengan

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva, profitabilitas yang diukur dengan return on asset, leverage

Sistem Informasi Geografis sebagai alat bantu untuk mencari kawasan yang berpotensi minyak bumi, Sistem informasi geografis ini dapat digunakan untuk membuat suatu

Media ubi jalar ungu untuk pertumbuhan bibit F0 jamur tiram yang tercepat adalah dalam bentuk ekstrak dengan warna miselum putih kompak dan ketebalan yang merata, sedangkan

Berdasarkan temuan, sebagian besar siswa dan mahasiswa masih memiliki model pemahaman pada kategori synthetic , hal ini menunjukkan terdapat pemahaman lain yang