UJI EFEK ANTI INFLAMASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN BINAHONG DAN
EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP TIKUS JANTAN GALUR WISTAR
Dytha Andri Deswati1, Pramono Nugroho2, Iis Nurasiah1, Taufik Septiyan Hidayat1 1Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Al-Ghifari, Bandung, Jawa Barat.
2Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ABSTRAK
Ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) (Ten.) steen) dan ekstrak bawang Putih (Allium sativum) merupakan tanaman herbal yang secara empiris telah teruji sebagai anti inflamasi. Tujuan penelitian untuk menentukan aktivitas anti inflamasi dari kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak bawang Putih terhadap tikus putih galur Wistar. Metode penelitian adalah Paw Edema. Sebanyak 30 ekor tikus Jantan Galur Wistar Pengujian aktivitas anti inflamasi pada dosis kombinasi 1:1, 2:1 dan 1:2 ekstrak daun binahong dan ekstrak bawang putih dengan fenilbutazon sebagai kontrol positif dan dosis tunggal yaitu ekstrak daun Binahong 25 mg/kg dan ekstrak bawang Putih 100 mg/kg BB sebagai pembanding pada tikus inflamasi yang diinduksi dengan karagenin, kemudian data dianalisis dengan metode Anava. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak daun binahong dan ekstrak bawang putih memberikan efek anti inflamasi yang lebih baik. Presentase inhibisi radang secara berurutan yaitu 42,70%, 41,99% dan 44,31%.
Kata Kunci : Binahong, Bawang Putih, Inflamasi, Karagenin, Inhibisi
ABSTRACT
Binahong leaf extract (Anredera cordifolia) (Ten.) Steen) and garlic extract (Allium sativum) are herbal plants that have been empirically tested as anti-inflammatory. The aim of the study was to determine the anti-inflammatory activity of the combination of Binahong leaf extract and garlic extract against Wistar rats. The research method is Paw Edema. A total of 30 male mice Wistar strain Testing anti-inflammatory activity at a combination dose of 1: 1, 2: 1 and 1: 2 binahong leaf extract and garlic extract with phenylbutazone as a positive control and a single dose, namely 25 mg / kg Binahong leaf extract and extract. Garlic 100 mg / kg BW as a comparison in rats with inflammation induced by carrageenan, then the data were analyzed by the ANOVA method. The results showed that the combination of binahong leaf extract and garlic extract provided a better anti-inflammatory effect. The percentages of inflammation inhibition were 42.70%, 41.99% and 44.31% respectively.
Keywords: Binahong, Garlic, Inflammation, Carrageenan, Inhibition
PENDAHULUAN
Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel. Mediator kimiawi spesifik bervariasi dengan tipe proses peradangan dan meliputi amin, seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin; lipid,
seperti prostaglandin; peptida kecil, seperti bradikinin; dan peptida besar, seperti interleukin-1. Ciri - ciri inflamasi meliputi rubor, kalor, dolor, dan tumor (Bare dkk, 2019).
Anti inflamasi atau disebut juga anti radang yaitu senyawa obat yang mampu mengobati peradangan.Obat-obat anti inflamasi dibagi menjadi dua golongan yaitu steroid dan non steroid. Golongan non steroid atau NSAID merupakan obat yang mekanisme kerjanya berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan
cara inhibisi pembentukan mediator inflamasi atau inhibisi migrasi sel-sel leukosit ke daerah peradangan. Obat yang termasuk golongan NSAID di antaranya piroxicam, natrium diklofenak, paracetamol, fenilbutazon dan lain-lain (Saputri dan Zahara , 2017).
Binahong merupakan salah satu obat tradisional dan secara empiris digunakan di masyarakat untuk anti inflamasi, anti diabetes, analgesik, kerusakan ginjal, menyembuhkan luka, sesak nafas dan memulihkan kondisi tubuh (Yuziani,2020). Ekstrak Binahong didapatkan senyawa alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol (Syahferi, 2020).
Khasiat bawang putih meliputi antihipertensi, antelmintika, anti inflamasi, anti bakteri, anti fungi, dan anti agregasi platelet serta anti oksidan (Anggraeni, 2018). Bawang putih mengandung allisin, saponin dialil sulfida, methialil trisulfida dan profil alil sulfida juga beberapa mineral seperti selenium, fosfor, magnesium dan kalsium juga vitamin (HR TSC, 2020).
Bahan Tanaman
Daun Binahong, Umbi bawang putih di peroleh dari Perkebunan Manoko, Jawa Barat, Indonesia.
Hewan Uji
Tikus Wistar didapatkan dari Pusat peternakan hewan ITB, Indonesia.
Bahan Kimia
Fenilbutazon, karagenin, air suling dan pereaksi untuk penapisan fitokimia.
Alat
Pisau, oven, cawan porselin, timbangan analitik, timbangan mencit, 1 set alat refluks, kain flanel, rotary evaporator, tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur 10 ml dan 100 ml, gelas beaker, batang pengaduk, lumpang, stemper, labu ukur 100 ml, oral sonde, spuit injeksi, pletismometer.
METODOLOGI Preparasi Sampel
Simplisia daun Binahong dan Umbi Bawang putih dimaserasi dengan pelarut etanol 70%. Kemudian didiamkan selama 24
jam sambil sesekali diaduk. Penggantian pelarut dilakukan sebanyak dua kali. Seluruh maserat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 400C hingga diperoleh ekstrak kental.
Pengujian Aktifitas Anti Inflamasi
Aktivitas anti inflamasi di uji dengan menggunakan metode Paw Edema udem pada telapak kaki tikus (Yulianto, 2020). Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama ± 18 jam, air minum tetap diberikan. Tikus dibagi menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor.
Udema yang terjadi diukur dengan alat plestimometer. Volume kaki tikus diukur dan dinyatakan sebagai volume awal (Vo) untuk setiap tikus. Pengujian dilakukan dengan cara:
1. Setiap kelompok diberi perlakuan secara oral, yaitu: Kelompok I diberikan 1 ml aquadest, Kelompok II diberikan fenilbutazon 9 mg/kg BB, Kelompok III diberikan ekstrak daun Binahong 25 mg/kg BB, Kelompok IV diberikan ekstrak Bawang Putih 100mg/kg BB, Kelompok V diberikan kombinasi ekstrak daun binahong : ekstrak bawang putih 1:1, Kelompok VI diberikan kombinasi ekstrak daun binahong : ekstrak bawang putih 2:1, Kelompok VII diberikan kombinasi ekstrak daun binahong : ekstrak bawang putih 1:2
2. Setelah satu jam, telapak kaki kiri tikus disuntik 0,5 mL suspensi karagenin 1% secara intraplantar.
3. Setiap 30 menit sekali, volume kaki tikus diukur dengan alat Plestimometer. Pengukuran dilakukan selama 6 jam dan dicatat volume kaki untuk setiap 30 menit pengukuran (Vt).
4. Volume kaki pada setiap pengukuran untuk masing-masing tikus di hitung persentase kenaikan volume kakinya dan dibandingkan terhadap volume awal sebelum penyuntikan dengan karagenin. Analisis Data Secara Statistik
Data dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA.
Hasil Ekstraksi Simplisia
Hasil ekstraksi daun binahong dan umbi bawang putih didapatkan rendemen masing 3,09% dan 26,67%.
Hasil Uji Aktivitas Anti Inflamasi
Volume rata-rata telapak kaki tikus sebelum maupun setelah diinduksi karagenin dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Volume rata-rata Telapak Kaki Tikus Kelompok Perlakuan Sebelum dan
Sesudah Induksi Karagenin
Waktu Pengamatan (Menit)
Volume Telapak Kaki Tikus (ml)
Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII
0 0,258 0,268 0,263 0,257 0,248 0,240 0,250 30 0,264 0,275 0,270 0,264 0,254 0,245 0,256 60 0,264 0,276 0,270 0,264 0,255 0,245 0,256 90 0,270 0,277 0,271 0,266 0,255 0,245 0,256 120 0,270 0,277 0,272 0,266 0,256 0,246 0,257 150 0,275 0,278 0,274 0,268 0,256 0,247 0,258 180 0,279 0,278 0,274 0,268 0,258 0,250 0,260 210 0,276 0,275 0,273 0,266 0,258 0,250 0,260 240 0,276 0,275 0,273 0,266 0,258 0,250 0,259 270 0,274 0,275 0,272 0,266 0,257 0,249 0,258 300 0,274 0,275 0,272 0,265 0,255 0,249 0,258 330 0,274 0,275 0,272 0,265 0,255 0,249 0,258 360 0,274 0,275 0,272 0,265 0,255 0,249 0,258 Rata-rata 0,271 0,275 0,271 0,265 0,255 0,247 0,257
Gambar 1 Grafik Volume Rata-Rata Telapak Kaki Tikus Kelompok Perlakuan Keterangan :
Kelompok I (Kontrol +) : karagenin 1% dan aquades Kelompok II (Pembanding ): karagenin 1% dan fenilbutazon 9 mg/kg BB, Kelompok III : ekstrak daun Binahong 25 mg/kg BB, Kelompok IV: ekstrak Bawang Putih 100 mg/kg BB, Kelompok V :dosis kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih 1:1, Kelompok VI : dosis kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih 2:1, Kelompok VII: dosis kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih 1:2
Persentase radang ditentukan untuk mengetahui peradangan yang terjadi pada
kaki tikus dan persentase cara kerja dari obat yang diberikan. Persentase radang rata-rata
telapak kaki tikus dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Presentase
Radang Rata-Rata Presentase Radang Rata-Rata (%) Waktu Pengamatan(Menit ) Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII
30' 2,33 2,61 2,66 2,72 2,42 2,08 2,40 60' 2,33 2,99 2,66 2,72 2,82 2,08 2,40 90' 4,65 3,35 3,04 3,50 2,82 2,08 2,40 120' 4,65 3,35 3,42 3,50 3,23 2,50 2,80 150' 6,59 3,73 4,18 4,28 3,23 2,92 3,20 180' 8,14 3,73 4,18 4,28 4,03 4,17 4,00 210' 6,98 2,61 3,80 3,50 4,03 4,17 4,00 240' 6,98 2,61 3,80 3,50 4,03 4,17 3,60 270' 6,20 2,61 3,46 3,50 3,63 3,75 3,20 300' 6,20 2,61 3,46 3,11 2,82 3,75 3,20 330' 6,20 2,61 3,46 3,11 2,82 3,75 3,20 360' 6,20 2,61 3,46 3,11 2,82 3,75 3,20 Rata-rata 5,62 2,95 3,46 3,40 3,23 3,26 3,13
Gambar 2 Grafik Presentase Radang Berdasarkan Waktu Pengamatan Keterangan :
Kelompok I (Kontrol +) : karagenin 1% dan aquadesKelompok II (Pembanding ): karagenin 1% dan fenilbutazon 9 mg/kg BB, Kelompok III : ekstrak daun Binahong 25 mg/kg BB, Kelompok IV : ekstrak bawang Putih 100 mg/kg BB, Kelompok V :dosis kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih 1:1, Kelompok VI : dosis kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih 2:1,Kelompok VII : dosis kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih 1:2.
Persentase radang menunjukkan besarnya radang yang terjadi pada telapak kaki tikus akibat dari induksi karagenin. Perbandingan
persentase radang untuk setiap kelompok uji pada setiap jam pengamatan dapat dilihat pada gambar 2.
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada ketujuh kelompok uji pada menit ke-60 dan ke-90 persentase radang pada semua kelompok mulai meningkat. Persentase radang maksimum untuk setiap kelompok terjadi pada menit 180. Setelah menit ke-180, persentase radang mengalami penurunan. Penurunan persentase radang menunjukkan bagaimana cara kerja atau besarnya pengaruh pemberian obat atau ekstrak pada telapak kaki tikus.
Waktu mempengaruhi proses penyembuhan radang, yang dapat dilihat dengan adanya persentase radang maksimum yang berangsur menurun pada waktu tertentu meskipun tidak diberi ekstrak atau obat, sedangkan perlakuan yang diberikan pada kelompok uji memperkecil radang yang timbul selama proses inflamasi pada selang waktu tersebut.
Kontrol negatif mengalami kenaikan persentase radang yang paling besar dibanding kelompok uji. Sedangkan kenaikan persentase radang terkecil adalah pada kontrol positif sebagai kelompok pembanding. Pada kombinasi ekstrak persentase radang terkecil dicapai pada kombinasi dosis ekstrak daun Binahong dan ekstrak bawang Putih 1:2.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa persentase radang rata-rata kelompok kontrol negatif adalah 5,62%, artinya radang yang
ditimbulkan karena induksi karagenin pada telapak kaki tikus adalah 5,62% pada kelompok yang tidak diberi obat atau ekstrak. Sedangkan radang yang ditimbulkan karena induksi karagenin berkurang menjadi 3,45%, 3,40%, 3,23%, 3,26% dan 3,13 % secara berurutan pada kelompok dosis tunggal ekstrak daun Binahong, ekstrak bawang Putih, kelompok dosis campuran ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih dengan kombinasi dosis 1:1, 2:1 dan 1:2. Artinya campuran ekstrak dengan kombinasi dosis 1:2 lebih efektif. Persentase radang kelompok pembanding dan kelompok ekstrak daun binahong lebih kecil dari kontrol positif, hal ini menunjukkan bahwa radang yang ditimbulkan karena induksi karagenin pada telapak kaki tikus berkurang dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang sama sekali tidak diberi obat atau ekstrak.
Besar atau kecilnya radang yang ditimbulkan karena induksi karagenin pada setiap kelompok uji berkaitan erat dengan daya hambat dari setiap bahan uji yang diberikan pada masing-masing kelompok. Persentase inhibisi radang menunjukkan kemampuan bahan uji untuk menghambat radang yang timbul karena proses inflamasi. Persentase inhibisi radang rata-rata dihitung dengan cara membandingkan persentase radang rata-rata kontrol positif dengan persentase radang rata-rata kelompok uji.
Gambar 3 Presentase Inhibisi Radang Tiap Kelompok Perlakuan
Dari diagram di atas persentase
inhibisi radang rata-rata terbesar adalah
kelompok pembanding yaitu 47,51%,
artinya
fenilbutazon
memiliki
daya
hambat radang sebesar 47,51% atau
dengan kata lain timbulnya radang dapat
dihambat
sebesar
47,51%
dengan
pemberian
fenilbutazon.
Sedangkan
pemberian dosis ektsrak tunggal daun
binahong dan dosis tunggal ekstrak
bawang putih, kombinasi dosis 1:1, 2:1
dan 1:2 dapat menghambat timbulnya
radang secara berurutan sebesar 38,61%,
39,50%, 42,53%, 41,99% dan 44,31%.
Ekstrak memiliki daya hambat radang
lebih kecil dibanding dengan fenilbutazon
sebagai obat pembanding.
Persentase inhibisi radang rata-rata
juga menunjukkan ada atau tidaknya
aktivitas anti inflamasi dari obat atau
ekstrak dan terdapat perbedaan dari
kombinasi dosis yang ternyata lebih
efektif. Mekanisme senyawa flavonoid
dalam menghambat proses terjadinya
inflamasi
melalui
dua
cara
yaitu
menghambat permeabilitas kapiler dan
menghambat
metabolisme
arakidonat
serta sekresi enzim lisosom dari sel
neutrofil dan sel endothelial, sedangkan
senyawa
saponin
dengan
cara
menghambat pembentukan eksudat dan
kenaikan permeabilitas vascular (Fitriani
dkk, 2011). Ada kalanya isolat yang
diperoleh dari hasil fraksinasi bahan alam
tidak memberikan efek farmakologi yang
diharapkan hal ini dimungkinkan karena
ketidakstabilan senyawa aktif dalam
proses
pemurnian,
adanya
dugaan
interaksi senyawa aktif yang meliputi
sinergi, antagonisme dan lain-lain atau
adanya senyawa aktif yang belum
diketahui (Saptarini dan Deswati, 2014).
Analisis Data Secara Statistik
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membuktikan khasiat dari kombinasi
ekstrak daun Binahong dan ekstrak
bawang Putih sebagai anti inflamasi lebih
baik dari dosis tunggal masing-masing.
Analisis
yang
digunakan
bersifat
komparatif dengan mengandung analisis
varians dengan regresi linier berganda.
Perbandingan
pengaruh
waktu
pengamatan dan perlakuan yang terdiri
dari 5 jenis dosis yaitu dosis tunggal dan
dosis kombinasi ekstrak daun Binahong
dan ekstrak bawang Putih, kelompok II
sebagai pembanding dan kelompok I
sebagai
kontrol
positif.
Tabel 4 Data Uji Analisis One Way ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig. F table α = 0.05 Between Groups Within Groups Total 69.246 84.248 153.494 6 77 83 11.541 1.094 10.548 .000 3.955
Tabel 5 Data Coefficientsa
Model
Koefisien Tidak Terstandar Koefisien Terstandar
B Std.Error T Sig.
1 (Konstanta)
Ekstrak daun Binahong Ekstrak Bawang Putih
3.819 .004 .005 .278 .004 .004 -.111 -.132 13.752 -.986 -.1.173 .000 .327 .244
Tabel 6 Data Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std Error of the Estimate
1 .153a .023 .000 1.36042
Berdasarkan hasil analisis dari anova satu arah bahwa F hitung sebesar 10, 548
sedangkan F tabel adalah sebesar 3,109 dengan demikian maka hipotesis alternatif
(Ha) dapat diterima dengan mengesampingkan H0 sesuai dengan kaidah kriteria uji hipotesis bahwasannya hipotesis diterima ketika F hitung > F tabel. Adapun tingkat signifikansi perbedaan rata-rata hasil uji efek anti inflamasi terhadap tikus jantan galur Wistar didapatkan angka sebesar 0,00 dengan keyakinan 95 % kombinasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak bawang Putih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap radang.
Sedangkan dilihat dari hasil koefisien regresi dapat diketahui bahwa ekstrak bawang Putih mempunyai koefisien korelasi sebesar 0,005 sedangkan ekstrak daun Binahong sebesar 0,004. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisis bahwa ekstrak bawang Putih mempunyai pengaruh lebih besar terhadap inhibisi radang dibandingkan dengan pengaruh yang dihasilkan oleh ekstrak daun Binahong.
Adapun kombinasi dosis ekstrak daun Binahong dan ekstrak bawang Putih yang memberikan efek anti inflamasi paling optimal terdapat pada kelompok VII, hal ini dikarenakan kombinasi dosis tersebut memberikan efek yang paling besar terhadap reduksi radang dibandingkan kelompok uji lain.
SIMPULAN
Hasil uji aktivitas anti inflamasi ekstrak daun Binahong dan ekstrak bawang Putih dengan metode induksi udem pada telapak kaki tikus putih jantan oleh karagenin menunjukkan bahwa dengan keyakinan 95% ketiga dosis kombinasi dari campuran ekstrak daun Binahong dan ekstrak Bawang Putih yaitu 1:1, 2:1 dan 1:2 memiliki aktivitas anti inflamasi yang lebih efektif dibandingkan dosis tunggalnya. Dosis optimal tercapai pada dosis kombinasi 1:2 dengan persentase inhibisi radang sebesar 44,31%. Senyawa yang diduga memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi yaitu flavonoid dan saponin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bare Y, Kuki AD, Rophi AH, Krisnamurti GC, Lorenza MRWG, Sari DRT. Prediksi
Asam Kuinat sebagai Anti-inflamasi terhadap COX-2 secara Virtual. Biota J Ilm Ilmu-Ilmu Hayati. 2019;4(3):124-129.
2. Saputri FC, Zahara R. Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Karagenan. Pharm Sci Res. 2017;3(3):107-119.
3. Yuziani Y. UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anrederacordifolia) SECARA ORAL. J Pendidik Kim. 7(1):102-110.
4. Syahfery I, Nasution AH, Satria D, Ervina I, Hanafiah OA. Evaluation of il-6 levels after subgingival application Binahong leaf extract gel 3% on patients of chronic periodontitis. 5. Anggraeni D. Efektivitas Gel Ekstrak Air Bawang Putih (Allium sativum. L) Terhadap Kadar Tumor Necrotic Factor Alfa (TNF-?) Dan Diameter Ulkus Mulut Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Biomed J Indones. 2018;4(3):128-139.
6. HR TSC. Efektivitas gel ekstrak etanol bawang putih (allium sativum) terhadap jumlah sel makrofag dan limfosit pada luka insisi tikus galur wistar (rattus norvegicus). Published online 2020.
7. Yulianto RB. Uji anti inflamasi asam 2-(3-(klorometil) benzoiloksi) benzoat dan asam 2-(4 (klorometil) benzoiloksi) benzoat dengan metode rat paw edema. Published online 2020.
8. Fitriyani A, Winarti L, Muslichah S, Nuri N. Anti-inflammatory Activityy of Piper crocatum Ruiz & Pav. Leaves metanolic extract in rats. Maj Obat Tradis. 2011;16(1):34-42.
9. Saptarini NM, Deswati DA. Antidiabetic and antidiarrheal activity of Myrmecodia Pendens. World J Pharm Pharm Sci. 2014;3(12):381-387.