• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERANGANPENGUSUL KOMISI VIII DPR RI MENGENAI PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENT ANG PERLINDUNGAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERANGANPENGUSUL KOMISI VIII DPR RI MENGENAI PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENT ANG PERLINDUNGAN ANAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

,.

KETERANGANPENGUSUL

KOMISI VIII DPR RI

MENGENAI

PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

TENT ANG

PERLINDUNGAN ANAK

SELASA, 1 JULI 2014

SEKRET ARIA T KOMISI VIII DPR RI

JAKARTA, 2014

(2)

Assa/amu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI; Y~ng terhormat Pimpinan dan Anggota Badan Legislatif DPR RI Hadirin yang kami hormati

Mengawali penyampaian Keterangan Pengusul Komisi VIII DPR-RI mengenai Perubahan atas'Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang PerUndungan Anak, · marilah .kita merigucapkan ;puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha· Esa, karena pada hari ini atas izin dan ridho-Nya dapat hadir pada rapat yang mulia ini untuk menyampaikan dan menjelaskan kinerja Panja.

Sebagaimana kita ketahui, sejalan dengan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan, dan anggaran di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Komisi VIII DPR RI bersepakat melakukan inisiasi dan mengusulkan Perubahan atas'Undang-Undang Nomor'23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

Kehendak bersama seluruh anggota tersebut merupakan p~rwujudan : Komitmen Komisi VIII · DPR RI di bidang Legislasi dalam rangka menjamin · terpenuhinya hak-hak anak, karena setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas pelindungan dari kekerasan, eksploitasi, . dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya guna menjamin eksistensi bangsa dan Negara di masa depan. Anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajih dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.

(3)

;..·

Negara, Pemerintah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua berkewajiban untuk memberikan pelindungan dan menjamin terpenuhinya hak-hak asasi Anak sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Namun perlindungan terhadap Anak yang dilakukan selama ini belum memberikan jaminan bagi Anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam berbagai bidang kehidupan. Peningkatan perlindungan anak tentunya perlu dilakuan agar mampu mengakomodir kompleksitas persoalan anak yang terjadi saat ini. Kekurangan dan kelemahan secara konsep dan substansi materi peraturan perundang-undangannya maupun mekanisme teknis perlindungan anak perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat agar terbangun sistem perlindungan anak yang komprehensif Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI yang kami hormati,

Kewenangan Komisi VIII DPR RI dalam melakukan perubahan undang-undang tersebut tersebut di atas tentunya merupakan hak Konstitusional sebagaimana diatur dalam Pasal 20A Undang-Undang Dasar Negara Republik

w . .

Indonesia Tahun 1945, di maila salah satu Hak yang dimiliki DPR RI adalah hak dalam menyusun Undang-:Undang. Dalam melakukan tugas penyusunan suatu undang-undang, tentunya harus memenuhi dalam Undang-Undangan Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Derah serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Ketentuan No. 01/DPR RI/2009 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat.

Tentunya dalam penyusunan Draf RUU ini, Panja dalam menjalankan tugas senantiasa memperhatikan sungguh-sungguh berbagai. aspirasi masyarakat baik yang diperoleh dalam forum Rapat Dengar Pendapat, Rapat Dengar Pendapat Umum, dengan pihak-pihak yang telah diundang. Selanjutnya dalam menyusun RUU, tentunya dilakukan sesuai dengan teknik prosedural penyusunan RUU sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Hadirin yang kami hormati,

Sebelum kami menyampaikan pokok pokok perubahan pokok-pokok Perubahan dalam RUU ini, perlu saya jelaskan mengapa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak perlu dirubah yaitu:

(4)

Pertama, perubahan ini dilakukan untuk menjawab berbagai persoalan yuridis, agar mampu mengatasi masalah kompleksitas dalam penyelenggaran perlindungan anak meliputi konsep dan substansi materi peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak serta mekanisme teknis perlindungan, sehingga mampu membangun sistem perlindungan anak secara komprehensif seiring dengan kebutuhan dan perubahan masyara~at.

Kedua, perlunya perubahan Paradigma Perlindungan anak dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah. UU Perlindungan Anak ini belum responsif terhadap revisi UU Otonomi Daerah, akibatnya UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak masih belum dapat memberikan perlindungan hukum kepada hak-hak anak terutama karena pemerintah daerah tidak semuanya memberikan perhatian yang serius dan tidak semuanya memiliki political will terhadap perlindungan hak-hak anak serta belum menjadi skala prioritas dalam pembangunan daerah baik dari segi dana perlindungan dari APBD maupun dari segi sumberdaya manusia yang memahami tentang hak-hak anak, prinsip-prinsip perlindungan anak dan juga belum dibentuknya lembaga yang khusus menangani perlindungan anak. Ketiga, Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah tidak mampu mengakomodir kebutuh_an dalam be~_bagai bidang kehidupan serta mengakomodir · kompleksitas dan keruwetan: berbagai permasalahan anak yang terjadi saat ini, antara lain: anak jalanan, anak kurang gizi,anak putus sekolah, Eksploitasi · seks komersial terhadap anak :prostitusi, perdagangan anak (trafficking), pornografi), seks bebas, narkoba, anak berhadapan hukum, anak yang tidak memiliki akta kelahiran, anak korban HIV/ AIDS serta kecenderungan meningkatnya kekerasan dan kejahatan fisik, psikis, dan seksual terhadap anak baik yang terorganisir ataupun tidak terorganisir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Keempat, Beberapa Ketentuan Perundangan yang secara normatif beririsan dengan UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak _perlu disinkronisasi, serta beberapa aturan dalam UU No 23 Tahun 2002 Teritang Perlindungan Anak dinilai oleh sebagian masyarakat menimbulkan multitafsir, ambigu, tumpang tindih, masih parsial serta seringkali melahirkan komplikasi dalam implementasi( Misalnya KUHP, UU Perkawinan, UU Pengadilan Anak, UU Penyiaran, UU Kepemudaan, UU Sisdiknas, UU Pemerintahan Daerah, UU Guru dan Dasen, UU Kewarganegaraan, UU · Adminduk, UU Pornografi, UU PKDRT, d11).

Kelima, keempat alasan diatas menjadi konsideran dan urgensi pentingnya perbaikan ketentuan dalam UU NO 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam bentuk perubahan sehingga nantinya lebih mampu menjawab berbagai kompleksitas masalah dalam penyelenggaraan perlindungan anak, juga untuk melengkapi berbagai kekurangan yang ada dalam UU 23/2002.

(5)

.

'

Hadirin yang saya hormati,

Perlu saya tegaskan bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, selama menjalankan tugas, pengusul telah melakukan pembahasan yang mendalam dengan melakukan RDP, RDPU dengan Pakar, Komunitas masyarakat pedulu anak. Setelah melakukan pembahsan secara intensif terhadap substansi RUU, maka pokok -pokok perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang disepakati adalah sebagai berikut:

1. Pengaturan substansi yang multitafsir serta perlunya ketentuan mengenai batasan umur/usia anak yang mengakomodasi semangat "to promote"

dan menghindari terjadinya diskriminasi terhadap anak sehingga ketentuan angka 1 Pasal ldiubah.

2. Perubahan Penggunaan istilah "Anak yang menyandang cacat" menjadi "anak penyandang disabilitas" yang disesuaikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Convention

On The Rights Of Persons With Disabili_ties (Kon_vensi Mengenai Hak-Hak

Penyandang Disabilitas), sehingga ketentuan angka 7 Pasal 1 diubah. 3. Penambahan substansi di" dalm perlindungan khusus yang sebelumnya

tidak ada, yakni anak korban kejahatan seksual, anak korban pornografi, serta anak korban HIV/ AIDS, sehingga ketentuan angka 15 Pasal 1 diubah.

4. Perubahan ketentuan tentang Pemerintah Pusat, untuk memberikan batasan yang jelas, sehingga ketentuan angka 17 Pasal 1 diubah.

5. Pengaturan ten tang ketentuan baru " Pemerintah daerah,. sehingga.: ketentuan angka 17 Pasal 1 diubah menjadi ketentuan angka 18 pada RUU perubahan.

6. Pengaturan substansi yang belum diatur tentang permasalahan anak, yakni kejahatan seksual di dalam penyelenggaraan perlindungan hak anak bidang pendidikan, sehingga di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 9 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (la).

7. Perlu memperkuat hak anak untuk memperoleh layanan pencatatan sipil, dari basis aktif ke pasif, beban pencatatan ada di tangan negara, yang menjadi hak asasi warga negara, khususnya anak yang baru lahir, karena

(6)

berkaitan dengan identitas anak( Kedudukan A.nak) sehingga Ketentuan Pasal 28 diubah.

8. Penyisipan aturan tentang perwalian mengenai lingkup perwalian meliputi perwalian terhadap diri dan harta kekayaan, ada diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 33 disisipkan satu ayat.

9. Pengaturan yang lebih jelas terkait perlindungan hak anak dalam bidang agama, dimana agama bukan hanya sekedar kebebasan bagi anak, tetapi anak berhak mendapatkan pembinaan, pembimbingan, pengajaran dan proteksi, sehingga di dalam Pasal 42 disisipkan 1 {satu) ayat, yakni ayat (la).

10: Penambahan substansi aturan di dalam penyelenggaran perlindungan hak anak di bidang kesehatan tentang mengenai kewajiban orangtua melindungi anak dari perbuatan yang mengangu kesehatan, larangan aborsi, serta larangan melakukan aktifitas yang mengancam jiwa anak, l!lehingga diantara Pasal 45 dan Pasal 46 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni

,It. ~ '

Pasal 45A dan Pasal 45B. ·.

11. Penyesuaian istilah" Anak penyandang disabilita" sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Convention

On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak

Penyandang Disabilitas serta penegasan hak yang harus diperoleh anak penyandang disabilitas yakni pendidikan inklusi atau pendididikan khusus, sehingga Ketentuan Pasal 51 diubah pendidikan inklusi atau pendididikan khusus).

12. Penegasan substansi perlindungan khusus dalam bidang pendidikan,.,

terkait dengan kekerasan serta klaster dari kekerasan, sehingga Ketentuan Pasal 54 diubah.

13. Perluasan ruang lingkup dari perlindungan khusus dengan menambahkan substansi; anak korban kejahatan seksual, anak yang menjadi korban pornografi, serta anak korban HIV/ AIDS, sehingga Ketentuan Pasal 59 diubah.

14. Fokus dan penguatan pada aspek perlindungan khusus berkaitan dengan pengaruh pornografi serta anak korban pornografi, sehingga di antara

(7)

Pasal 67 dan Pasal 68 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 67A dan Pasal 67B.

15. Fokus dan penguatan pada aspek perlindungan khusus berkaitan dengan anak korban kejahatan seksual serta penegasan tanggungjawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sehingga di antara Pasal 69 dan Pasal 70 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 69A dan 69B.

16. Perubahan paradigma . sentralistik ke desentralisasi dan otonomi daerah, serta kejelasari dukungan anggaran terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, yang bermakna bahwa optimalisasi perlindungan anak juga menjadi tanggungjawab dan komitmen Pemerintah Daerah, sehingga sumber pendanaan penyelenggaraan pelindungan anak juga perlu mencari · sumber lain selain, APBN, yakni APBD dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat, sehingga di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB, yakni BAB IXA.

17. Paradigma peran serta masyarakat bukan pasif tetapi aktif, sehingga "Ketentuan Pasal 72 diubah dan penjelasan ayat (2) Pasal 72 diubah. 18. Penegasan ruang lingkup serta bentuk Peran serta masyarakat, sehingga

Ketentuan Pasal 73 diubah.

19. Penguatan, penegasan kewajiban kepada Pemerintah Daerah agar memberikan perhatian yang serius terhadap perlindungan hak-hak anak menjadi skala prioritas dalam pembangunan daerah baik dari segi dana perlindungan dari APBD maupun dari segi sumberdaya manusia yang memahami tentang hak-hak anak, prinsip-prinsip perlindungan anak· serta pembentukan lembaga yang khusus menangani perlindungail anak di · · daerah, sehingga Pasal 74 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (la).

20. Mempertegas sanksi bagi setiap orang yang melanggar hak-hak anak dan

mengancam, sehingga perlu ada perbaikan substansi tentang ketentuan pidana agar lebih tegas, tidak multitafsir, dan didasari semangat menimbulkan efek jera serta memperberat hukuman bagi setiap orang (pelaku orang dewasa kecuali anak), yang dengan sengaja melakukan aborsi kecuali alasan yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta melakukan kekerasan dan kejahatan seksual. Sehingga Di antara Pasal 77 dan Pasal 78 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 77A dan Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 81 diubah dan

(8)

penambahan l(satu) ayat yakni ayat (3) serta Ketentuan ayat (1) Pasal 82 diubah dan penambahan l(satu) ayat yakni ayat (2).

Hadirin yang kami hormati,

Demikianlah isi singkat RUU Perubahan atas UU NO 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ini disampaikan, besar harapan RUU ini dapat segera dapat selesai proses harmonisasi dan ·menjadi usul inisitif DPR RI. Besar harapan semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam rangka mengemban tugas kenegaraan.

Terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

,.. Jakarta, 1 Juli 2014

PIMPINAN KOMIS! VIII DPR RI WAKIL KETUA,

Referensi

Dokumen terkait

Laba adalah pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan pengukuran aktivitas operasi dan ditentukan menggunakan dasar akuntansi akrual. Dalam hal

Jumlah skor yang peneliti peroleh dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL adalah 26 dan skor maksimal 36. Dengan demikian persentase

Hasil analisis nilai location quotient (LQ) di kecamatan Ternate Tengah ditinjau dari segi produksi komoditas tanaman holtikurtura jenis sayur-mayur menyatakan

Pendirian pertambangan ilegal dapat berdampak merugikan negara, pertambangan liar yang dilakukan tanpa izin tidak terkena kewajiban membayar pajak, sehingga menurut

Penerapan pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA mendapat respon baik dari peserta didik, Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar peserta didik dan pemahamannya

Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

tersimpan(Trust in Stored Data) terhadap kepercayaan pada e- Government signifikan, ini menunjukkan bahwa jika pihak pemerintahan melakukan jaminan bahwa data milik

Analisis SWOT terhadap faktor internal dan eksternal kantor cabang Medan, berhasil diproleh sembilan strategi dan kebijakan oprasional alternatif yang dapat diimplementasikan