• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

DI KABUPATEN KUNINGAN PROPINSI JAWA BARAT

Oleh

Widia Endang Nurmalasari NIM : 104082002709

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ABSTRACT

AFFECTING OF THE INTERNAL AUDIT ON THE EFFETIVENES OF THE INTERNAL CONTROL STRUCTURE PERFORMANCE OF THE

LOCAL GOVERNMENT OWNED COMPANIES (BUMD) IN THE KUNINGAN CITY WEST JAVA PROVINCE

By

WIDIA ENDANG NURMALASARI

Widia Endang Nurmalasari. Title “Affecting of the Internal Audit on the Effectiveness of the Internal Control Structure Performance of the Local Government Owned Companies (BUMD) in the Kuningan City West Java Province”. The purpose of this research is to empirically examine whether the internal audit has positive effect on the operational effectiveness of the internal control structure.

This study uses simple regression technique to test hypothesis. Data is primary and obtained through questionnaires. There are 27 questionnaires which can be analyzed. Respondent from the respective Internal Control Unit and the unit of Financial Department of the BUMD.

The result of the study shows the internal audit are providing a positive influence 89.2 percent on the operational effectiveness of the internal control structure. The others 10.8 percent are obtained from other variables which are not included in this research. Observation Hypothesis (Ho) is rejected and alternative Hypothesis (Ha) is accepted, it means that internal audit which consist of independence, professional skills, operational scope, audit task performance, internal audit management, operational experiences, total of internal audit staff, operational audit frequency, and technologies significantly influence on the operational effectiveness of the internal control structure which consist of the control environment, management’s risk assessment, control activities, information and communication than monitoring.

Key Word : internal audit, effectiveness of the internal control structure performance.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

DI KABUPATEN KUNINGAN PROPINSI JAWA BARAT

Oleh

WIDIA ENDANG NURMALASARI

Widia Endang Nurmalasari. Judul skripsi “Pengaruh Audit Internal terhadap Efektivitas Struktur Pengendalian Internal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat”. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menguji secara empirik apakah audit internal berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern.

Studi ini menggunakan teknik regresi sederhana untuk menguji hipotesis. Data yang digunakan adalah data primer dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 27 kuesioner. Responden berasal dari unit Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Bagian Keuangan di BUMD.

Hasil penelitian menunjukan bahwa audit internal berpengaruh positif terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian internal sebesar 89.2%, sedangkan 10.8% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini, sehingga Hipotesa observasi (Ho) ditolak dan Hipotesa alternative (Ha) terdukung artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari audit internal yang terdiri dari independensi, keahlian professional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit, pengelolaan bagian audit internal, pengalaman kerja, jumlah staf audit internal, frekuensi audit, dan teknologi terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Puji serta syukur kehadirat Allat SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikanNya. Shalawat serta salam bagi Baginda rasulullah nabi Muhammad SAW, dimana atas kesemuanya penulis peroleh kemampuan studi hingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Audit Internal terhadap Efektivitas Pelaksanaan Struktur Pengendalian Intern pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Orang tua tercinta, Bapak yang terus mengingatkan untuk tetap semangat, dan memberikan dukungan moril, spiritual, dan tentu saja material. Mamah yang tiada henti memberikan doa di setiap shalat dan puasanya, rasa cinta, perhatian, kasih sayang yang tulus dan tak terhingga.

Untuk abang dan adikku tercinta, “ om Loic dan dede Pepi” terima kasih atas doanya dan support yang diberikan. Makasih banyak nasihatnya ya om, memang benar setiap hal yang terjadi pada diri manusia adalah skenario kecil yang Allah berikan buat menghadapi skenario Allah yang lebih besar. Untuk teteh-teteh ku tersayang, “teh Eni dan Mbak Ida” terima kasih atas doa yang diberikan. Kita memang berbeda tapi kita adalah satu, makasih ya teh. 2. Ibu Dr. Khomsiyah, Ak., MM., sebagai dosen pembimbing I yang selalu

memberikan arahan dan bimbingan setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA sebagai dosen pembimbing II atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing dan memotivasi penulis.

(5)

4. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap dosen, karyawan dan petugas perpustakaan FEIS atas semua curahan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanannya.

7. Segenap pegawai BUMD Kabupaten Kuningan khususnya unit Satuan Pengawasan Intern dan Bagian Keuangan PDAM Aria Kamuning dan PD. BPR Kabupaten Kuningan.

8. Dan A Ang, yang selalu ada untuk menyemangati dan memberikan doanya. Makasih banyak ya beruang madu atas semua hal terbaiknya, semoga semua hal terbaik selalu menyertaimu.

9. Sahabat-sahabat terdekat dan seperjuangan: Izoy, Adey, Uwa, Kaka, Dika, Dahlia, Yiyis, Rodi, Misbah, Alek, Handi, K’ Elli, Ayu, Bety, Lina, Nana, Teh Ida dan semua teman-teman ku yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu namanya. Thanks for all, semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda dan selalu melindungi kita.

Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Akhirul qalam, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Maret 2009

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Ujian komprehensif

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Audit Internal ... 8

1. Pengertian Audit Internal ... 12

2. Faktor-Faktor Audit Internal ... 13

a. Independensi ... 13

b. Keahlian Profesional ... 15

c. Lingkup Pekerjaan ... 16

d. Pelaksanaan Pekerjaan Audit ... 17

e. Pengelolaan Bagian Audit Internal ... 18

f. Pengalaman Kerja ... 19

g. Jumlah Staf Audit ... 19

h. Frekuensi Audit ... 20

i. Teknologi Audit yang Digunakan ... 20

3. Fungsi dan aktivitas Audit Internal ... 21

B. Pengendalian Intern ... 25

(7)

2. ...

Struktur Pengendalian Intern ... 28

a... Lingkungan Pengendalian ... 28 b. ... Penetapan Risiko ... 28 c... Aktivitas Pengendalian ... 28 d. ... Sistem Pengendalian dan Komunikasi ... 29

e... Pemantauan ... 29

3. ... Keterbatasan struktur pengendalian Intern ... 29

C. Pengaruh Audit Internal terhadap Pelaksanaan Pengendalian Intern ... 30

D. Kerangka Pemikiran ... 35

E. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A... Ruan g Lingkup Penelitian ... 37 B... Meto de Penentuan Sampel ... 37 C... Meto de Pengumpulan Data ... 38 1. Studi Lapangan ... 39 a. Kuesioner ... 39 b. Dokumentasi ... 40 2. Studi Kepustakaan ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

(8)

2. Uji Kualitas Data ... 41

a. Pengujian validitas ... 41

b. Pengujian Reliabilitas ... 42

3. Uji Hipotesis ... 42

a. Regresi Linier Sederhana ... 42

b. Koefisien Determinasi ... 43

c. Uji t ... 44

E. Operasional Variabel Penelitian ... 45

1. Definisi dan Variabel Penelitian ... 45

a. Definisi Variabel Penelitian ... 45

b. Variabel Penelitian ... 45

2. Operasional Variabel Penelitian ... 46

BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A... Gam baran Umum Objek Penelitian ... 49

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

2. Profil Responden ... 50

B... Desk ripsi Data ... 51

C... Hasil dan Pembahasan ... 55

1. Uji Kualitas Data ... 55

a. Uji Validitas ... 55

b. Uji Reliabilitas ... 58

2. Hasil Uji Hipotesis ... 59

a. Analisis Regresi Sederhana ... 59

(9)

c. Uji t ... 61 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ... 62 B. Implikasi ... 62 C. Saran ... 63 Daftar Pustaka

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Daftar Penelitian Terdahulu 32

3.1 Operasional Variabel Penelitian 46

4.1 Tempat Penelitian 49

4.2 Data Populasi 50

4.3 Rekapitulasi Sampel Responden 51

4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 51

4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 52

4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 53 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja 53 4.8 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja pada

Jabatan Sekarang

54

4.9 Deskripsi Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan 54 4.10 Uji Validitas Audit Internal (Variabel X) 55 4.11 Uji Validitas Efektivitas Pelaksanaan SPI (Variabel Y) 57

4.12 Uji Reliabilitas Variabel X dan Y 58

4.13 Coefficients 59

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Lampiran 1 Daftar Kuesioner

Lampiran 2 Daftar Jawaban Responden Lampiran 3 Hasil Perhitungan Validitas Lampiran 4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS PRIBADI

Nama : Widia Endang Nurmalasari

Tempat & Tgl. Lahir : Kuningan, 20 Maret 1985

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ibnu Khaldun III No. 14 Komplek Dosen UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang, Banten.

Telepon : 081387293832

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 2 Ciloa (Tahun 1991 – 1997)

2. SMP Negeri 1 Kuningan (Tahun 1997 – 2000) 3. SMA Negeri 2 Kuningan (Tahun 2000 – 2003) 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tahun 2004 – 2009)

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Ketua PASKIBRA angkatan DWIPA 2001 satuan SMA Negeri 2 Kuningan.

2. Ketua Sub Seksi Bidang Kebangsaan OSIS SMA Negeri 2 Kuningan periode 2001 – 2002.

3. Staf Sekjen Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Kuningan periode 2002 – 2003.

4. Anggota Generasi Muda Syiarul Islam (GEMMA – SI) angkatan XVIII. 5. Staf Sekjen Ikatan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Kuningan (IPPMK)

se-Jabodetabek periode 2004 – 2005.

6. Anggota Divisi Kemahasiswaan BEM Jurusan Akuntansi periode 2005 – 2006.

7. Bendahara Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Komda FEIS periode 2006 – 2007.

(13)

8. Bendahara Umum Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2007 – 2008.

IV. PENGALAMAN BEKERJA

1. Guru Privat pada lembaga bimbingan belajar Balai Terpadu Alumni Bacang Kuning tahun 2007.

2. Peserta KKS/ Magang FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada KAP Mannan, Sofwan, Adnan dan Rekan tahun 2008.

3. Guru Mata Pelajaran Ekonomi/Akuntansi di Labschool Cinere tahun 2007/2008.

4. Guru Privat pada lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar tahun 2008.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. Sukrim Wikardi

2. Tempat & Tgl. Lahir : Kuningan, 10 November 1952

3. Alamat : Jl. Raya Ciloa no. 4 blok pahing Desa Ciloa Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan. 4. Telepon : - (0232) 6015609

- 081911351064 5. Ibu : Tuti Susilawati

6. Tempat & Tgl Lahir : Kuningan, 18 Februari 1961

7. Alamat : Jl. Raya Ciloa no. 4 blok pahing Desa Ciloa Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan. 8. Telepon : 081546445828

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan konsep era globalisasi dan berkembangnya dunia usaha, maka sebagai konsekuensinya makin banyak masalah yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks, sehingga keadaan ini menuntut para pemimpin atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola kegiatan perusahaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, manajemen berkewajiban untuk dapat mengelola perusahaannya dengan sebaik-baiknya sebagai implementasi pertanggungjawaban auditor intern terhadap publik.

Manajemen berkewajiban untuk menyelenggarakan pengendalian internal dengan baik sebagai bagian dari tanggung jawabnya (Arens, et. al., 2005). Pengendalian internal yang baik merupakan salah satu dasar utama untuk terselenggaranya tatakelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

Tujuan setiap perusahaan pada prinsipnya adalah berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Setiap perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh laba memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan shareholder (shareholder walfare) di samping memberikan kepuasan kepada stakeholder (stakeholder satisfaction) (Gade, 2004).

(15)

Pada umumnya para pimpinan atau manajer akan menghadapi masalah karena kompleksnya kegiatan perusahaan. Hal ini membuat pimpinan tidak dapat secara langsung mengawasi aktivitas perusahaan, maka harus mendelegasikan sebagian tugas, wewenang dan tanggung jawabnya kepada pihak lain. Disinilah peranan audit internal diperlukan, karena audit internal merupakan suatu kegiatan bebas yang disiapkan dalam perusahaan. Kegiatan ini memeriksa dan menilai efektivitas dalam perusahaan. Keberadaan audit internal ditujukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Audit internal merupakan suatu fungsi yang independen dan objektif, yang memberikan jasa keyakinan (assurance) dan konsultasi (consulting) kepada manajemen. Keberadaan auditor adalah untuk memberikan nilai tambah dan memperbaiki serta meningkatkan operasional organisasi. Audit internal membantu organisasi dalam pencapaian tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan interdisiplin untuk mengevaluasi dan memperbaiki keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses tatakelola (governance) (Amran, 2001).

Ruang lingkup kerja audit internal tidak hanya meliputi aspek akuntansi dan keuangan, tetapi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Internal, menunjukkan bahwa audit dilakukan dalam organisasi oleh anggota organisasi tersebut.

2. Fungsi penilaian independen menjelaskan bahwa tidak ada pembatasan pada penilaian yang dilakukan oleh audit.

(16)

3. Menguji dan mengevaluasi, menggambarkan bahwa bentuk alamiah dari audit internal sebagai suatu proses subjektif dalam mengevaluasi hasil-hasilnya.

4. Aktivitas menunjukkan bahwa seluruh aktivitas organisasi berada dalam jangkauan audit internal.

5. Pelayanan terhadap organisasi, menunjukkan bahwa audit internal bertujuan untuk membantu atau memberikan keuntungan kepada seluruh organisasi.

Jadi ruang lingkup audit internal dewasa ini bukan hanya menyangkut kebenaran dan kewajaran perhitungan matematis akan tetapi meliputi semua aspek organisasi perusahaan. Dimana akhirnya tujuan audit internal adalah membantu semua anggota manajemen dalam tugas mereka dengan memberikan saran-saran, komentar-komentar, analisis serta penilaian mengenai kegiatan yang diperiksanya. Bantuan yang diberikan oleh audit internal dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi manajer.

Fungsi audit internal adalah melaksanakan kegiatan bebas dan memberikan saran-saran kepada manajemen guna mengukur dan meneliti aktivitas perusahaan diantaranya adalah efektivitas pelaksanaan pengendalian internal (Tugiman, 2002).

Efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern yang baik berdasarkan pada unsur-unsur pengendalian intern. Dimana pengendalian intern telah mengalami perkembangan, baik dilihat dari segi pengertian maupun unsur-unsurnya. Pembahasan mengenai pengendalian intern

(17)

berpedoman pada pengertian dari American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) diadopsi ke dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Dalam proses pelaksanaan audit internal, staf audit internal memerlukan pedoman dalam menjalankan tugasnya.

Perusahaan harus dikelola secara efektif dan efisien termasuk juga Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang merupakan bentuk usaha yang dikelola oleh pemerintah daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

PAD merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi daerah karena pendapatan ini seluruhnya digali dan berasal dari daerah sendiri. Oleh karena itu, daerah mempunyai wewenang penuh untuk memanfaatkan PAD ini sesuai kebutuhan dan prioritas daerah. PAD setiap daerah perlu dipacu untuk mendapatkan hasil yang maksimal karena daerah harus mampu meningkatkan dan menggali potensi PAD yang dimiliki, sebagai perwujudan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999.

Penelitian ini merupakan penelitian yang melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya. Studi mengenai pengaruh peran audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Kuningan, sepanjang sepengetahuan penulis, belum ada. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan audit internal yang dihubungkan dengan audit intern pada umumnya dilakukan dengan kombinasi variabel yang berbeda dan unit observasi yang berbeda pula, seperti diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hiro Tugiman (2002) mengenai

(18)

“Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja Perusahaan”. Perbedaan dalam penelitian yang dilakukan peneliti kali ini adalah penulis ingin melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern dengan penambahan sub variabel pengalaman kerja, jumlah staf audit internal, frekuensi audit, dan teknologi sebagai faktor-faktor audit internal.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berada di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat, dimana BUMD tersebut memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perkembangan Kabupaten Kuningan terutama dalam sektor perekonomian di Kabupaten Kuningan. BUMD khususnya di Kabupaten Kuningan dapat menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah dan dianggap cara yang efisien untuk menyediakan layanan masyarakat, juga menghasilkan penerimaan untuk pemerintah daerah ini.

BUMD memiliki pedoman audit internal dalam melaksanankan praktek pemeriksaan yang dikenal dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1983, yaitu tentang tata cara pembinaan dan pengawasan Perusahaan jawatan (Perjan), Perusahaan umum (Perum), dan Perusahaan perseroan (Perseroan), pada dasarnya SPI memiliki fungsi sama dengan audit internal. Berdasarkan hal tersebut, maka tema sentral

(19)

penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada BUMD di Kabupaten Kuningan yang dipengaruhi oleh audit internal, dengan judul “Pengaruh Audit Internal terhadap Efektivitas Pelaksanaan Struktur Pengendalian Intern pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Kuningan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah apakah audit internal berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada BUMD di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat.

C. Tujuan dan Manfaat

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat bukti empiris pengaruh audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada BUMD di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Penulis

Menambah ilmu dan wawasan mengenai pengaruh audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada BUMD di Kabupaten Kuningan.

(20)

Dari segi operasional, hasil penelitian ini berguna sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk memacu BUMD Kabupaten Kuningan agar dapat meningkatkan labanya dengan maksimal.

3. Civitas Akademika Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta

Diharapkan dapat berguna sebagai bahan rujukan dan referensi yang dapat membantu dalam penelitian sejenis untuk masa yang akan datang.

4. Pembaca lainnya

Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh peran audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern pada BUMD di Kabupaten Kuningan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Audit Internal

A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut

(21)

dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Halim, 2001:1).

Dari definisi tersebut setidaknya ada tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:

a. Proses yang sistematik

Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisir.

b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif

Hal ini berarti bahwa proses sistematik yang dilakukan tersebut merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat oleh individu atau entitas yang membuat representasi tersebut.

c. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi

Asersi-asersi meliputi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, laporan internal, dan laporan biaya maupun pendapatan berbagai pusat pertanggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. d. Menentukan tingkat kesesuaian

Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat atau tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

(22)

Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukuran untuk mempertimbangkan (judgement) asersi-asersi atau representasi-representasi.

f. Menyampaikan hasil-hasilnya

Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan.

g. Para pemakai yang berkepentingan

Merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang dikonfirmasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya.

Menurut Arrens (2000: 9) definisi auditing adalah:

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person.

Definisi di atas menunjukkan bahwa bahan bukti merupakan informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang di audit dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti adalah penting bagi auditor untuk memperoleh bahan bukti dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit. Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor

(23)

harus juga memiliki sikap mental independen. Tahap akhir dalam audit adalah pelaporan. Dalam tahap akhir ini auditor memberikan pendapat atas penyajian laporan keuangan yang diperiksa melalui laporan audit.

Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis, beraturan dan terorganisasi, untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif. Audit dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen. Sedangkan yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan akuntan (audit report) (Halim, 2001).

William C. Boynton dan Raymond N. Johnson (2006:8) mengemukakan bahwa jenis-jenis audit dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Audit laporan keuangan (financial statement audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). b. Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan

(24)

kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu.

c. Audit operasional (operational audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

Dari uraian diatas terlihat bahwa auditing terbagi atas financial audit, compliance audit, dan operational audit yang merupakan tugas dari satuan pengawasan intern dalam melaksanakan fungsi pengawasan.

1. Pengertian Audit Internal

The Institute of Internal Auditors (IIA 1995: 3) dan Sawyer (1998: 6) mengemukakan bahwa:

Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organizations. It is a control that function by examining and evaluating the adequacy and effectiveness of other controls (Pickett, 2000: 4).

Menurut pengertian di atas audit internal merupakan fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu perusahaan atau organisasi yang memberikan jasa-jasanya dengan menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang bersangkutan.

Dalam tahun 1994 definisi audit intern disempurnakan kembali oleh IIA seperti yang tertera dalam IIA Statement of responsibilities, sebagai berikut:

(25)

Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization. The objective of internal auditing is to assist member of the organization, including those in management and on the board, in the effective discharge of their responsibilities. To this end internal audit furnishes them with analysis, appraisals, recommendation, counsel, and information corncerning the activities reviewed. The objective includes promoting effective control at reasonable cost (Pickett, 2000: 5).

Dari definisi diatas terlihat bahwa audit internal merupakan fungsi yang independen dan objektif, yang dibentuk dalam organisasi (within organization), yang bertujuan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya secara efektif, efisien, dan ekonomis. Audit intern memberikan bantuan dengan cara menganalisis, menilai, memberikan rekomendasi, konsultasi atas aktivitas yang ditelaahnya, serta meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.

Audit intern membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan cara pendekatan yang sistematis dan interdisipliner untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas manajemen resiko (risk management), pengendalian, dan proses tata kelola (governance).

Pemahaman yang lebih baik akan audit internal ini adalah dengan mengerti bahwa audit internal adalah suatu pengendalian perusahaan yang berfungsi mengukur dan mengevaluasi efektivitas pengendalian lain yang ada dalam organisasi (Curtis C. & Verschoor, 2008). Pengendalian lain yang dimaksud disini adalah pengendalian yang diadakan sebagai pengawas operasi organisasi untuk menjamin bahwa tujuan organisasi akan tercapai.

(26)

Definisi mengenai audit internal memiliki satu kesamaan, yaitu audit internal sebagai pelayanan independen yang mengevaluasi struktur pengendalian internal yang merupakan alat bantu manajemen.

2. Faktor – Faktor Audit Internal a. Independensi

Dalam perkembangannya, aktivitas audit telah bergeser bukan hanya sekedar ‘watch dog’ dalam suatu organisasi, tetapi juga kearah memberikan jasa keyakinan dan kegiatan konsultasi, di mana audit intern memberikan rekomendasi solusi atas hal-hal yang menjadi permasalahan dalam organisasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi organisasi secara keseluruhan (Sudharwan, 2003).

Dalam melaksanakan aktivitasnya, walaupun audit intern berada dalam organisasi, audit intern haruslah dapat mempertahankan independensinya. Tingkat independensi audit intern sangat ditentukan oleh struktur organisasi dan objektivitas audit intern itu sendiri (IIA, 2004). Struktur organisasi yang menempatkan audit intern pada tingkat yang relatif tinggi akan memberikan lingkup audit yang luas dan keleluasaan bagi audit intern untuk memberikan pendapatnya secara objektif tanpa tekanan dari otoritas lainnya dalam organisasi. Oleh karena itu, salah satu komponen penting dari peran audit intern adalah independensi.

Untuk menjaga independensi audit intern, maka audit intern harus menghindari hal-hal yang mempengaruhi independensi. Dalam standar

(27)

Audit Pemerintahan (SAP) yang dikeluarkan oleh (BPK-RI, 2005: 20) standar umum yang kedua sebagai berikut:

Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/ lembaga audit dan auditor pemerintahan maupun akuntan publik (ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang independen.

Standar tersebut menyatakan bahwa seorang auditor maupun organisasi harus memenuhi dua macam independensi yaitu:

1) Independensi dalam sikap mental (in fact) yang berarti dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus benar-benar bersikap independen dengan memelihara objektivitas pelaksanaan audit. Indpendensi ini sulit diketahui oleh masyarakat, karena mereka tidak terlihat langsung dalam pelaksanaan audit.

2) Indpendensi dalam penampilan (in appearance) yang berarti auditor dipandang independen dan bersikap objektif, sehingga masyarakat cenderung menilai independensi auditor dari penampilannya.

Pickett (2003) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi keindependensian seorang auditor seperti: (1) terlalu terlibat dalam perancangan sistem; (2) hubungan yang terlalu akrab dengan auditee; dan (3) adanya pertentangan kepentingan (conflict of interest).

b. Keahlian Profesional

Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana yang diharapkan, maka audit internal harus terdiri dari tenaga-tenaga yang

(28)

cakap, mempunyai pengetahuan dan kemampuan teknis audit dengan standar yang tinggi, memiliki daya imajinasi serta berinisiatif, dan mampu berhubungan dengan bagian lainnya dalam sebuah organisasi.

Dalam menilai kemampuan seseorang perlu ditinjau latar belakang pendidikannya. Simanjuntak (1983: 67) menyatakan:

Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik dan tepat. Latihan membentuk dan meningkatkan keterampilan kerja. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pendidikan serta latihan seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerjanya.

c. Lingkup Pekerjaan

Lingkup kerja audit internal menunjukkan luasnya pekerjaan audit internal dalam tugas audit. Dalam lingkup kerja dijelaskan tujuan dilakukannya audit, apakah untuk mengidentifikasi dan melaporkan hal-hal yang memerlukan perhatian dan perbaikan, atau untuk mengevaluasi bidang-bidang yang diaudit.

Lingkup pekerjaan seorang audit intern meliputi pemeriksaan atas: (1) keuangan (financial audit); (2) operasional (operational audit); (3) value for money (VFM) audit; (4) penugasan-penugasan khusus (special project). Pelaksanaan financial audit yang dilakukan audit intern, mempunyai tujuan yang berbeda dengan yang dilakukan oleh akuntan publik.

Tujuan akuntan publik melaksanakan financial audit adalah dalam rangka memberikan pendapat (opinion) atas kebenaran dan

(29)

kewajaran (true and fair view) laporan keuangan, sedangkan tujuan audit intern adalah untuk meyakinkan bahwa financial system dalam perusahaan telah dirancang secara memadai, dilaksanakan dan dipelihara sehingga cukup efektif untuk mencegah, atau mendeteksi dan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan (errors) dan ketidakberesan (irregularities) atas catatan-catatan dan data keuangan yang mendasari angka-angka dalam laporan keuangan.

Tujuan utama dari operational audit yang dilaksanakan audit intern adalah untuk memeriksa lingkungan pengendalian dari fungsi-fungsi dalam organisasi, atau aspek operationalnya. Mengenai VFM audit adalah sama dengan operational audit yang meliputi seluruh area aktivitas dalam organisasi, dan bertujuan untuk memastikan efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi dari area aktivitas dimaksud.

Audit intern kerapkali diminta oleh direksi untuk melaksanakan tugas pemeriksaan secara khusus (special project), termasuk diantaranya adalah pemeriksaan kecurangan (fraud investigation) (Porter, et. al., 2003).

d. Pelaksanaan Pekerjaan Audit

Tahap awal pelaksanaan audit adalah penyusunan program audit internal. Harahap (1992: 167) mengemukakan tentang program audit sebagai berikut:

Program pemeriksaan adalah rencana yang disusun sebelum pemeriksaan dilakukan di lapangan. Program inilah yang nantinya menjadi pemandu pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaan. Program pemeriksaan biasanya disusun untuk

(30)

menggambarkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam laporan keuangan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa program audit dapat digunakan sebagai pedoman bagi tim auditor, untuk mengecek kegiatan yang sudah dilakukan, sebagai dasar penyusunan rencana audit tahun berikutnya, dan program audit dapat menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh auditor serta dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat rekomendasi hasil audit. e. Pengelolaan Bagian Audit Internal

Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. Seperti yang diungkapkan oleh Tugiman (2000: 79):

Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga:

1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan.

2. Sumber daya bagian audit internal digunakan secara efisien dan efektif, dan

3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standard profesi.

Tugiman (2000: 79) mengemukakan pendapatnya lebih lanjut mengenai pengelolaan bagian audit internal sebagai berikut:

1. Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan dan tanggung jawab untuk bagian audit internanl.

2. Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.

3. Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis sebagai pedoman bagi staf pemeriksa.

4. Pimpinan audit internal harus menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal.

(31)

5. Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.

6. Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu untuk mengevaluasi berbagai kegiatan dari bagian audit internal.

f. Pengalaman Kerja

Selain pendidikan dan pengetahuan, audit internal juga dituntut yang berpengalaman. Seperti yang dikemukakan oleh Hariyadi (1992: 103) sebagai berikut:

Karena faktor pengalaman (langsung) memang berperan penting bagi penumbuhan sikap yang kuat terhadap suatu objek.

Dengan pengalaman kerja yang cukup, maka keterampilan audit internal dalam melaksanakan audit tidak diragukan lagi, begitu juga dalam hal memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sesuai dengan pengalaman dalam bekerja, maka audit internal dapat menghasilkan informasi dan saran yang diharapkan oleh pemakai.

g. Jumlah Staf Audit

Untuk melaksanakan tugas audit yang begitu komplek dan menyeluruh, audit internal tidak dapat melakukannya seorang diri. Ini harus terdiri dari beberapa orang yang memiliki keahlian dibidang masing-masing pekerjaan.

Penentuan staf ini tergantung besar kecilnya perusahaan, demikian juga untuk staf audit internal. Jumlah staf audit internal juga tergantung besar kecilnya perusahaan dan luasnya ruang lingkup audit. Perusahaan besar dalam ruang lingkup yang besar tentu membutuhkan

(32)

staf audit yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil dan ruang lingkup yang sempit.

h. Frekuensi Audit

Untuk membantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengendalian, maka audit internal melaksanakan audit keuangan dan audit operasional. Dalam melaksanakan audit keuangan audit internal dapat membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian. Akan tetapi audit internal tidak dapat memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen melainkan hanya memberikan saran atau rekomendasi. Padahal opini atas kewajaran laporan keuangan sangat diperlukan oleh manajemen untuk meningkatkan kepercayaan pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, manajemen meminta jasa audit eksternal untuk mengaudit laporan keuangannya. Frekuensi audit oleh audit eksternal akan mempengaruhi audit internal dalam menjalankan tugasnya. Semakin sering perusahaan diaudit oleh audit eksternal, maka diharapkan pekerjaan audit internal semakin baik.

i. Teknologi Audit Yang Digunakan

Teknologi audit yang dimaksud adalah audit dengan bantuan Elektronik Data Processing atau biasa disebut sebagai EDP audit atau Sistem informasi. Audit internal akan sangat mudah dalam menjalankan tugasnya dengan bantuan teknologi tersebut.

(33)

Dengan teknologi audit sistem informasi maka pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat, lebih akurat dan hasil yang diperoleh akan lebih baik dan berkualitas. Dengan demikian audit internal dapat menjalankan fungsi pengendaliannya dengan baik. Audit internal harus mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan teknologi audit sistem informasi.

3. Fungsi Dan Aktivitas Audit Internal

Tanggung jawab audit intern ialah memberikan pelayanan kepada organisasi dengan cara-cara yang konsisten dengan Standards for The Professional Practice of Internal Auditing dan dengan Professional Standards of Conduct seperti Kode Etik yang umumnya mengacu kepada The Institute of Internal Auditors, Inc. (IIA, 2004). Tanggung jawab ini meliputi koordinasi antara audit intern dengan bagian-bagian lain sehingga dicapai tujuan audit dan tujuan organisasi.

Oleh karena itu, tanggung jawab pokok audit intern adalah menyediakan keyakinan (assuranse) kepada direksi dan eksekutif senior perusahaan mengenai seluruh aspek dari lingkungan pengendalian perusahaan.

Dalam melaksanakan aktivitasnya, tahapan proses penugasan yang dilakukan audit intern meliputi: (1) perencanaan penugasan (engagement planning); (2) pelaksanaan penugasan (performing the engagement); (3) komunikasi hasil (communicating result); dan (4) pemantauan tindak

(34)

lanjut hasil penugasan (monitoring progress) (IIA, 2004). Rincian kegiatan dalam setiap tahapan proses penugasan audit intern adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Penugasan (Engagement Planning)

Perencanaan penugasan (engagement planning) merupakan kegiatan di mana audit intern melaksanakan perencanaan untuk setiap penugasa yang akan dilaksanakannya.

Perencanaan penugasan meliputi kegiatan: (i) menentukan tujuan dan lingkup penugasan; (2) pemahaman background information dari aktivitas yang ditelaah (auditee); (iii) menentukan jumlah dan kualifikasi staf pelaksanaan penugasan (auditors); (iv) komunikasi dengan manajemen yang bertanggung jawab atas aktifitas yang ditelaah; (v) melaksanakan survey untuk memahami kegiatan, risiko dan pengendalian untuk mengidentifikasi area penugasan, serta untuk mengundang komentar dan usulan auditee; (vi) membuat program kerja penugasan; dan (vii) menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil penugasan dikomunikasikan.

b. Pelaksanaan Penugasan (Performing The Engagement)

Pelaksanaan penugasan merupakan kegiatan melaksanakan penugasan (performing the engagement), di mana audit intern mengidentifikasi (identify), menganalisa (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mendokumentasikan (record) informasi untuk mendukung hasil penugasan, yang meliputi kegiatan: (i) mengumpulkan dan mengidentifikasikan informasi yang berhubungan

(35)

dengan tujuan dan lingkup penugasan; (ii) infomasi harus memadai, handal, relevan, dan berguna sebagai dasar temuan dan rekomendasi; (iii) pemilihan prosedur yang tepat; (iv) proses pengumpulan, analisa, evaluasi, interpretasi, dan dokumentasi informasi harus di supervisi; dan (v) kertas kerja (working papers) disiapkan (prepared) oleh pelaksana penugasan dan ditelaah (supervised) oleh atasannya.

c. Komunikasi Hasil (Communicating Results)

Komunikasi hasil merupakan kegiatan mengkomunikasikan hasil-hasil penugasan (communicating results), di dalamnya termasuk kegiatan persiapan, penelaahan dan revisi, serta pengiriman atau penyampaian komunikasi hasil. Kegiatan mengkomunikasikan hasil harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (i) komunikasi tertulis yang ditandatangani harus diterbitkan setelah penugasan selesai. Interim report dapat secara tertulis atau lisan dan dapat disampaikan secara formal dan informal; (ii) sebelum menerbitkan komunikasi tertulis final, pelaksana penugasan harus mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasinya dengan auditee; (iii) komunikasi hasil harus akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, dan tepat waktu; (iv) komunikasi harus menunjukkan tujuan, lingkup serta hasil penugasan, dan apabila memungkinkan, komunikasi hasil berisikan juga pandangan keseluruhan dan kesimpulan auditor intern; (v) komunikasi hasil agar meliputi rekomendasi perbaikan, menyatakan kinerja yang memuaskan, dan tindakan perbaikan; (vi) memuat pandangan auditee

(36)

terhadap kesimpulan atau rekomendasi dari auditor intern; dan (vii) kepala audit intern atau yang diberi wewenang harus menelaah dan menyetujui (review and approve) komunikasi hasil penugasan final sebelum diterbitkan, dan menentukan kepada siapa komunikasi hasil penugasan tersebut didistribusikan.

d. Pemantauan Tindak Lanjut (Monitoring Progress)

Pemantauan tindak lanjut hasil penugasan oleh auditor intern merupakan suatu proses untuk menetukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan penugasan yang dilaporkan (monitoring process). Pemantauan tindak lanjut hasil penugasan merupakan kegiatan di mana auditor intern harus melakukan tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa atas komunikasi temuan penugasan telah diambil tindakan perbaikan yang tepat oleh auditee, dan atau bahwa manajemen senior telah dapat menerima resiko dari tidak dilaksanakannya suatu tindakan korektif. Auditor intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas temuan penugasan yang dilaporkan. Kegiatan pemantauan tindak lanjut hasil penugasan meliputi: (i) penetapan jangka waktu yang disediakan bagi manajemen untuk memberikan tanggapan; (ii) mengevaluasi tanggapan manajemen; (iii) mengadakan

(37)

verifikasi terhadap tanggapan manajemen, apabila diperlukan; (iv) melaksanakan penelaahan terhadap tindak lanjut, apabila diiperlukan; dan (v) prosedur komunikasi kepada tingkatan manajemen yang sesuai tentang tindakan yang tidak memuaskan, termasuk tentang perkiraan risiko akibat tidak dilakukan tindakan korektif.

Aktivitas atau kegiatan audit intern akan berjalan dengan baik dalam perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang baik. Pada pengendalian intern yang baik, khususnya apabila faktor lingkungan pengendalian sangat mendukung, di mana manajemen memberikan dukungan penuh terhadap keberadaan dan aktivitas audit intern, maka kinerja audit intern akan optimal dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

B. Pengendalian Intern

Pencapaian tujuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh pengendalian intern yang terselenggara dalam perusahaan. Pengertian awal dari pengendalian intern dikeluarkan oleh American Institute of Certified Public Accountans (AICPA) pada tahun 1949, di mana AICPA Committe on Auditing Procedure menerbitkan laporan khusus dengan judul “Internal Control – Elements of Coordinated System and its Importance to Management and the Independent Accountant”, yang mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut:

Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinate methods and measure adopted within a business to

(38)

safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounting data, promote operational efficiency, and encourage adherence to prescribed managerial policies (Sawyer et. al., 2003: 61; Moeller & Witt, 1999: 2-8).

Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pengendalian intern (internal control) berisikan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membantu manajemen dengan keyakinan memadai bahwa perusahaan akan mencapai tujuannya, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijakan dan prosedur tersebut terkadang disebut pengendalian (control), kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur tersebut secara bersama membentuk pengendalian intern perusahaan.

Pengendalian intern adalah suatu proses, atau suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan akhir dan bukan tujuan akhir itu sendiri. Proses tersebut dijalankan oleh perorangan (individu), dan tidak hanya manual kebijakan, dokumen-dokumen dan formulir-formulir.

Pengendalian intern merupakan suatu proses dari aktivitas operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Konsep dasar dari pengendalian intern meliputi: (1) berbagai kegiatan (a process), (2) dipengaruhi oleh manusia (is affected by people), (3) Diharapkan dapat mencapai tujuan (objectives). (Arens, et. al., 2005).

1. Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan pengendalian intern tidak terlepas dari pengertian pengendalian intern itu sendiri. Arens dan Loebbeck (2000: 289) menyatakan tujuan pengendalian intern adalah:

(39)

a. To provide reliable data;

b. To safeguard assets and records; c. To promote operational efficiency;

d. To encourage adherence to prescribe policies.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Menyediakan data yang dapat dipercaya.

Manajemen harus memiliki informasi yang akurat dalam pelaksanaan tugasnya. Informasi yang akurat harus diperoleh dari hasil pengolahan data yang andal.

b. Menjaga keamanan harta dan catatan perusahaan.

Setiap catatan dan assets yang dimiliki perusahaan harus mendapat perindungan yang layak dari kemungkinan kecurigaan atau kerusakan. Oleh karena itu, catatan dan assets perusahaan perlu dilindungi dengan melaksanakan pengendalian intern yang memadai.

c. Untuk meningkatkan efisiensi.

Pengendalian intern diharapkan dapat menghindarkan terjadinya pemborosan dan in-efisiensi sumber daya.

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan.

Pengendalian intern dimaksudkan untuk memastikan bahwa segala peraturan dan prosedur ditaati oleh karyawan perusahaan.

2. Struktur Pengendalian Intern

Pengendalian intern terdiri dari lima komponen atau unsur, yaitu: Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penetapan Risiko (Risk Assesment), Aktivitas Pengendalian (Control Activities), Sistem Informasi

(40)

dan Komunikasi (Information and Communication), dan Pemantauan (Monitoring) (COSO, 1994; Konrath, 2002; Arens, et. al., 2005).

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pondasi atau dasar dari komponen-komponen pengendalian intern lainnya. Arens, et. al., (2005) mendefinisikan lingkungan pengendalian sebagai kontrol yang terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris, serta pemilik perusahaan (owners) terhadap pengendalian intern dan pentingnya pengendalian intern tersebut terhadap perusahaan.

b. Penetapan Risiko

Setiap organisasi mempunyai tingkat risiko yang berbeda yang harus dikendalikan untuk tercapainya tujuan perusahaan. Manajemen harus mengidentifikasikan berbagai risiko agar mencapai tingkat risiko yang minimal.

c. Aktivitas Pengendalian

Untuk dapat berhasil dalam mengendalikan risiko dan mencapai tujuan organisasi maka manajemen harus menerapkan kegiatan pengendalian (control activities), diantaranya adalah: (1) tidak memadainya pemisahan fungsi; (2) adanya otorisasi pada setiap transaksi; (3) tidak memadainya dokumen dan catatan; (4) adanya pengendalian fisik atas catatan dan aktiva perusahaan; dan (5) pengendalian independen pada setiap aktivitas.

(41)

d. Sistem Informasi dan Komunikasi

Komponen kunci dalam pengendalian risiko adalah arus komunikasi internal yang ada dalam perusahaan. Pada organisasi yang sehat, arus informasi berjalan ke seluruh arah dan tidak searah dari atas ke bawah. e. Pemantauan

Pemantauan terhadap pengendalian harus terus menerus dilakukan, agar dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan tujuan organisasi dapat dicapai.

3. Keterbatasan Struktur Pengendalian Intern

Walaupun struktur pengendalian intern telah disusun dan diselenggarakan secara memadai dapat saja dianggap tidak sepenuhnya efektif, karena pada dasarnya struktur pengendalian intern tidak dapat menjamin sepenuhnya tercapai tujuan organisasi. Faktor-faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 319) sebagai berikut:

- Pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa struktur pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi, seperti kekeliruan atas kesalahan yang bersifat sederhana. Di samping itu, pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan struktur pengendalian intern.

- Biaya pengendalian intern entitas tidak boleh lebih melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.

- Adat istiadat, kultur, dan corporate governance system dapat mencegah ketidakeresan yang dilakukan oleh manajemen.

(42)

Kelemahan manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh sehingga dapat mengakibatkan struktur pengendalian intern tidak efektif. Adanya keterbatasan struktur pengendalian intern yang disebabkan oleh faktor manusia diatas diperkuat oleh analisa hasil penelitian dari National Association of Certified Fraud Examiners mengemukakan bahwa: (1) 40% karyawan tidak pernah melakukan kecurangan, (2) 30% akan melakukan kecurangan apabila ada kesempatan, dan (3) 30% akan melakukan kecurangan setiap saat (Tugiman, 2000: 28).

C. Pengaruh Audit Internal terhadap Pelaksanaan Pengendalian Intern Telah diuraikan bahwa struktur pengendalian intern sangat penting dalam perusahaan dan harus dilaksanakan secara efektif, sehingga tujuan perusahaan tercapai. Pengendalian intern dikatakan telah memuaskan bila telah diterapkannya keseluruhan unsur-unsur struktur pengendalian intern seperti yang telah disebut di atas. Audit intern sebagai pengawas penerapan pengendalian intern dan merupakan alat bantu yang independen untuk menjamin diterapkannya pengendalian intern secara memuaskan.

Bagian audit internal yang dibentuk pada perusahaanlah yang turut bertanggung jawab atas berfungsi atau tidaknya pengendalian intern. Jadi, tugas seorang audit internal selain mengadakan penyelidikan dan menilai efektivitas pengendalian intern yang diselenggarakan perusahaan juga memberikan rekomendasi berdasarkan temuan-temuan serta perbaikannya kepada manajemen puncak. Berdasarkan rekomendasi tersebut, manajemen

(43)

puncak mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk disampaikan kepada bagian-bagian yang kegiatannya telah diaudit oleh audit internal.

Standar Profesional Akuntan Publik di Indonesia (IAI, 2000: 322) mengemukakan pentingnya peran auditor sebagai berikut:

Jika pekerjaan auditor intern diharapkan mempunyai dampak terhadap prosedur auditor, hal ini akan efisien jika auditor dan auditor intern mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan: (1) menyelengarakan rapat berkala; (2) menjadwalkan pekerjaan audit; (3) memberikan kesempatan akses ke kertas kerja auditor intern; (4) mereview laporan audit; dan (5) membicarakan kemungkinan adanya masalah akuntansi dan auditing yang ditemukan.

Standar Audit Pemerintah (SAP) memuat secara jelas tujuan audit yang dilaksanakan oleh aparat pengawasan fungsional (salah satunya satuan pengawasan intern) yaitu untuk meningkatkan bobot akuntabilitas entitas pemerintah, termasuk BUMD dengan cara melakukan audit keuangan untuk menilai kewajaran informasi keuangan dan struktur pengendalian intern, dan melakukan audit kinerja dengan tujuan menilai kinerja entitas pemerintah termasuk menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang diberi tanggung jawab untuk mengatur atau melaksanakan tindakan koreksi.

Dalam melaksanakan audit, auditor dapat meminta bantuan langsung dari auditor intern. Bantuan langsung berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta oleh auditor dari auditor internal untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor.

Latar belakang penelitian ini sangat erat dengan teori bahwa pengendalian intern merupakan proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,

(44)

manajemen, dan personal lain yang dirancang untuk pencapaian: (1) efektivitas dan efisiensi operasi; (2) keandalan pelaporan keuangan; dan (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan (COSO, 1994 dalam Sawyer, 2003).

Tabel 2.1.

Daftar Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Independent Variables

Dependent

Variables Hasil Penelitian 1. Suripto Samid (1996) Satuan pengawasan intern, gaya kepemimpinan partisipatif pimpinan operasional. Persepsi bawahan terhadap atasan, upaya manajemen melaksanakan tugas pokok, peningkatan profitabilitas.

1. Satuan pengawasan intern berpengaruh terhadap persepsi bawahan. 2. Satuan pengawasan intern,

gaya kepemimpinan partisipatif, dan persepsi bawahan berpengaruh terhadap upaya manajemen melaksanakan tugas pokok. 3. Gaya kepemimpinan

partisipatif, upaya manajemen melaksanakan tugas pokok berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

4. Pengawasan intern, gaya kepemimpinan partisipatif dan upaya manajemen melaksanakan tugas pokok berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. 5. Terdapat indikasi sebagian

auditor intern

melaksanakan pemeriksaan dengan pendekatan yang kurang partisipatif. 2. Hiro Tugiman

(2000)

Manajer puncak, kualitas jasa auditor intern, manajer produksi, manajer keuangan. Pengendalian intern, kinerja perusahaan. 1. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh pengendalian intern, kualitas jasa auditor intern, dan manajer.

2. Pengendalian intern yang efektif tidak dipengaruhi secara kumulatif oleh kualitas jasa auditor intern dan manajer.

3. Kualitas jasa auditor intern dipengaruhi oleh manajer

(45)

puncak dan manajer produksi, namun tidak dipengaruhi secara nyata oleh manajer keuangan. 4. Terdapat hubungan yang

nyata antar para manajer dalam rangka meningkatkan pengendalian intern. 3. Heryanto S. Gani (2005) Peran Manajer, Pelaksanaan Pengendalian Intern. Aktivitas Audit Intern, Kinerja Perusahaan (Financial Persfective, Non Financial Persfective)

1. Peran manajer mempunyai hubungan (korelasi) positif dengan pelaksanaan penegndalian intern. 2. Peran manajer dan

pelaksanaan pengendalian intern baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap aktivitas audit intern. 3. Peran manajer, pelaksanaan

pengendalian intern, dan aktivitas audit intern, baik secara parsial maupun simultan, berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Dalam penelitian ini untuk variabel independen (X) mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hiro Tugiman (2000) mengenai “Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja Perusahaan”. Dimana faktor-faktor pendukung dari auditor internal mengacu kepada Institute of Internal Auditor (Statements on Internal Auditing Standards Nos.1-14, 1995), dan variabel tidak bebasnya adalah struktur pengendalian internal, yang terdiri dari: lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan (monitoring) ditambah dengan pengalaman kerja, jumlah staf audit internal, frekuensi audit, dan teknologi. Variabel dependen (Y) yang merupakan

(46)

efektivitas struktur pengendalian intern mengacu pada unsur-unsur dari struktur pengendalian intern, seperti yang diungkapkan oleh Arens dan Loebbecke (2000:292) sebagai berikut:

Internal control includes five categories of control that management design and implements to provide reasonable assurance that management’s control objectives will be met. These are called the components of internal control and are:

(1) The control enviorenment, (2) risk assessment, (3) control activities, (4) information and communication, and (5) monitoring. Agar struktur pengendalian intern berfungsi dengan baik, maka diperlukan pelaksanaan kelima unsur tersebut sehingga akan tercipta efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern yang memadai diharakan perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan efektif sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sehingga akhirnya dapat tercapai tujuan perusahaan.

D. Kerangka Pemikiran

Pada kondisi dimana perusahaan yang aktivitasnya semakin banyak, manajemen puncak tidak mungkin lagi dapat menangani secara langsung segala kegiatan opersional perusahaan, sehingga mereka perlu mendelegasikan sebagian tugasnya tersebut kepada bawahannya. Meskipun demikian manajemen puncak harus tetap memiliki keyakinan bahwa segala tugas yang telah didelegasikan kepada bawahannya tersebut benar-benar telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan. Untu meyakinkan bahwa telah dijalankan, perlu dievaluasi, diteliti dan penilaian

(47)

dengan bagian pengawasan atas tugas-tugas yang didelegasikannya kepada audit internal (Sawyer, et. al., 2005: 32).

Ruang lingkup audit internal dewasa ini bukan menyangkut kebenaran dan kewajaran perhitungan secara sistematis akan tetapi meliputi semua aspek organisasi. Tujuan audit internal adalah umtuk membantu semua tugas manajemen dalam tugasnya dengan memberikan saran-saran dan komentar-komentar analisis dan penelitian mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), fungsi audit internal ditetapkan dalam satuan usaha untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kebijaksanaan dan prosedur pengendalian intern. Penetapan fungsi audit internal yang efektif mencakup pertimbangan wewenang dan hubungan pelaporannya, kualifikasi staf, dan sumber dananya. Untuk mempermudah penulisan dalam penelitian, maka secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

E. Perumusan Hipotesis

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

(48)

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang harus diuji atau dibuktikan kebenarannya (Sekaran, 2003). Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara audit internal terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern.

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Bagian Keuangan pada BUMD di Kabupaten Kuningan. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah variabel audit internal yang terdiri dari independensi, keahlian profesional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit, pengelolaan bagian audit internal, pengalaman kerja, jumlah staf audit internal, dan teknologi terhadap efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian intern yang terdiri dari lingkup pengendalian, penetapan risiko, aktivitas pengendalian, sistem informasi dan komunikasi, pemantauan.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling merupakan salah satu metode penarikan sampel probabilitas dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai responden. Metode ini umumnya di pakai jika sampel dalam populasi jumlahnya sedikit. Pada kondisi demikian, penggunaan metode ini akan menjadi efisien dan efektif (Hamid, 2007).

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dengan daftar pertanyaan penelitian (questionnaire). Karena sifat penelitian ini adalah survey, maka

(50)

lingkungan penelitiannya adalah lapangan (a field setting) dan kemampuan peneliti untuk mempengaruhi variabel dalam penelitian ini adalah ex post facto, yang berarti bahwa peneliti tidak dapat mempengaruhi variabel-variabel yang diteliti, karena variabel-variabel tersebut sudah ada dan tidak dapat dimanipulasi (Indriantoro & Supomo, 2002: 131).

Populasi dalam penelitian ini adalah unit Satuan Pengawas Intern (SPI) atau pejabat yang berfungsi sebagai Audit Internal, dan Bagian Keuangan atau bagian yang memegang otorisasi yang berhubungan dengan pencatatan keuangan pada BUMD yang berada di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari Kantor Statistik, jumlah BUMD yang berada di Kabupaten Kuningan adalah dua BUMD.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu peneliti mengadakan penelitian langsung dengan menyebarkan kuesioner di lokasi penelitian.

Data sekunder yang biasa digunakan digunakan biasanya berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun di dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro & Supomo, 2002: 147).

(51)

Data sekunder yakni data yang sudah diolah dan diperoleh dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, instansi terkait, dan pustaka yang berhubungan dengan penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan, yakni : 1. Studi Lapangan

a. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibuat berdasarkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang harus direspon oleh responden (Widodo, 2004). Teknik ini dipilih karena subyek adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subyek tentang pertanyaan atau pernyataan yang diajukan subyek adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Teknik pengukuran data dengan mengindikasikan jawaban responden dalam lima titik skala pendapat (Likert Scale). Skala terendah (skala 1) menunjukkan pendapat yang sangat tidak signifikan/ tidak pernah melaksanakan dan skala tertinggi (skala 5) menunjukkan pendapat yang sangat signifikan/ selalu melaksanakan (Indriantoro & Supomo, 2002). Dalam pengisian kuesioner pada unit Sistem Pengawasan Intern dan Bagian Keuangan, dapat memilih 5 jawaban yang tersedia dalam nilai masing-masing, yaitu :

Sangat baik (a) : 5

Gambar

Tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  sebesar  55.6%  responden  didominasi  oleh  jenis  kelamin  laki-laki,  dan  sisanya  berjenis  kelamin  perempuan
Tabel  4.6.  mengindikasikan  bahwa  rata-rata  pegawai  BUMD  di  Kabupaten  Kuningan  pada  unit  SPI  dan  Bagian  Keuangan  berpendidikan  terakhir Sarjana Strata 1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka  59,3%
Tabel 4.7. dibawah  ini menjelaskan  lama bekerja pegawai  BUMD di  Kabupaten  Kuningan  pada  unit  SPI  dan  Bagian  Keuangan  yaitu  22,2%

Referensi

Dokumen terkait

“Jika metode eksperimen diterapkan dalam pembelajaran IPA dengan tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. pada pelajaran IPA

dapat menyebabkan erosi. 5) Membuat lembar observasi tentang keterampilan proses sains siswa. 6) Membuat tes tertulis berupa soal tes uraian sebanyak 5 butir soal.. Tindakan.

Masing-masing memiliki agenda kegiatan yang cukup unik dan menarik // Selain melakukan latiahan atau kegiatan didalam kampus STMIK AMIKOM / beberapa unit kegiatan mahasiswa ini

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan

Berdasarkan American Thyroid Association, pengobatan krisis tiroid diantaranya dengan. pemberian beta-blocker, obat anti tiroid, iodine, dan kortikosteroid (Tabel

Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus I dan Siklus II dalam meningkatkan hafalan huruf hijaiyah anak dengan menggunakan alat permainan

Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut : ( I ) merumuskan tujuan observasi, (2) membuat lay-out atau