• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. 10 cm panjang dan 5 cm lebar. Bunga kopi yang berwarna putih berbunga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. 10 cm panjang dan 5 cm lebar. Bunga kopi yang berwarna putih berbunga"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Perkembangan Kopi Dunia

Kopi merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Asia Selatan, termasuk family Rubiaceae dengan tinggi mencapai 5 meter. Daunnya sekitar 5-10 cm panjang dan 5 cm lebar. Bunga kopi yang berwarna putih berbunga bersamaan, buah kopi sendiri berbentuk oval panjangnya sekitar 1,5 cm. Biasanya buah kopi berisikan 2 buah biji, tetapi sekitar 5-10% mempunyai hanya 1 biji saja yang dinamakan “peaberries” (Budiman, 2013).

Minuman kopi sangat digemari oleh bangsa Ethiopia dan Abessinia karena berkhasiat menyegarkan badan. Oleh karena itu ketika mereka mengembara ke wilayah-wilayah lain, buah kopi juga ikut terbawa dan tersebar kemana-mana antara lain negara-negara Arab, Persia, hingga tanaman kopi tumbuh subur di negari Yaman (Sri Jayanati dan Danarti, 1999).

Pada waktu itu minuman kopi terutama dikenal di negara Arab, karena negara itu merupakan tempat umat manusia yang beragama Kristen maupun Islam dari berbagai bangsa. Mereka setelah pulang ke negara masing-masing, kemudian memperkenalkan kopi tadi kepada para penduduk setempat. Peristiwa inilah yang menyebabkan permintaan biji kopi cepat meningkat, sehingga menimbulkan perdagangan yang menguntungkan (AAK, 1991).

(2)

Saat ini terdapat sekitar 4 500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yaitu: (1) Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang Robusta, (2) Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika, (3) Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa, dan (4) Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberika.

2.2. Perkembangan Kopi di Indonesia

Ditahun 1696, Gubernur Belanda di Malabar mengirimkan biji kopi ke Gubernur Belanda di Batavia, pengiriman pertama hilang karena banjir yang terjadi di Batavia, pengiriman kedua dilakukan tahun 1699. Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Indonesia adalah tempat perkebunan pertama di luar Arabia dan Ethiopia dan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780 (Budiman, 2013).

Besarnya keuntungan yang bisa didapat dari tanaman kopi membuat jumlah perkebunan kopi terus meningkat. Di pulau jawa, perkebunan ini banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur yakni di Semarang, Sala, Kedu, Besuki dan Malang. Di daerah pulau sumatera, perkebunan kopi meluas di daerah Lampung, Palembang, Sumatera barat dan sumatera Timur.

Pada perjalanan selanjutnya, sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan yaitu ketika pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit Hemeli vastatrix (HV) yang menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai usaha untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kemudian VOC mendatangkan kopi liberika dan robusta yang

(3)

diharapkan lebih tahan terhadap penyakit HV. Namun saat ini diketahui bahwa liberika juga mudah terserang penyakit itu (Sri Jayanati dan Danarti, 1999).

2.3. Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba menjelaskan mengapa sebuah negara mau melakukan kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain. Secara umum teori perdagangan internasional dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori klasik dan teori neo-klasik.

Tokoh ekonomi klasik yang memberikan kontribusi yang besar adalah Adam Smith dan David Ricardo. Adam Smith mencetuskan teori keunggulan mutlak (absolute advantage), dan David Ricardo muncul dengan teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Sedangkan tokoh neo-klasik yang memiliki sumbangan berarti untuk perdagangan internasional adalah Eli Heckscher dan Bertil Ohlin dengan sebutan teori H-O.

a. Teori Keunggulan Mutlak (Adam Smith)

Pemikiran Adam Smith ini menerangkan bagaimana kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional. Keunggulan absolut merupakan kemampuan suatu negara untuk memproduksi suatu barang lebih murah daripada negara lain. Keunggulan Absolut (absolut advantage) terjadi apabila suatu negara dapat memproduksi suatu barang dengan harga yang jauh lebih murah dan/atau dengan kualitas yamg lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara manapun. Sebagai contoh suatu negara dapat memproduksi barang tertentu, misalnya barang M yang mempunyai keunggulan dalam bidang

(4)

pengolahan (manufacture) dibandingkan dengan mitra dagangnya yang mempunyai keunggulan dalam memproduksi barang X yang merupakan komoditas pertanian (primer) (Halwani, 2002).

Adam Smith mengemukakan idenya tentang pembagian kerja internasional yang membawa pengaruh besar bagi perluasan pasar barang-barang negara tersebut serta akibatnya berupa spesialisasi internasional yang dapat memberikan hasil berupa manfaat perdagangan yang timbul dari dalam atau berupa kenaikan produksi serta konsumsi barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Adam Smith bahwa dengan melakukan spesialisasi internasional, maka masing-masing negara akan berusaha untuk menekan produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimiliki.

b. Teori Keunggulan Komparatif (David Ricardo)

Teori keuntungan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith kemudian dikritik oleh David Ricardo. Ricardo mempertanyakan apakah suatu negara yang tidak memiliki keunggulan mutlak tidak akan melakukan perdagangan internasional. Menurut Ricardo perdagangan internasional dapat saja terjadi meskipun negara itu tidak memiliki keuntungan mutlak, tetapi memiliki keunggulan komparatif dari negara lain (Sumanjaya dkk, 2008).

Apabila suatu negara dapat memproduksi jenis barang yang lebih baik dan lebih murah dikarenakan lebih baiknya faktor produksi maka negara tersebut mendapatkan keunggulan. Hal ini disebabkan oleh tingginya produktifitas negara tersebut untuk memproduksi suatu barang dengan biaya yang lebih murah dari negara lain.

(5)

c. Teori H-O (Heckscher dan Ohlin)

Teori Perdagangan Internasional modern terjadi ketika ekonom asal Swedia yaitu Eli Hecskher dan Bertil Ohlin mengemukakan pandangan mereka mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.

Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas antar negara. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas terjadi karena adanya jumlah faktor pendukung (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan.

Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

2.4. Ekspor

2.4.1. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan sruktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain ekspor mencerminkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan

(6)

dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju (Todaro, 2000).

Pengertian ekspor menurut Amir M. S. (2004) adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing.

Ada beberapa faktor faktor yang mempengruhi ekspor, yaitu : 1. Harga Internasional

Seakin tinggi harga suatu barang dipasar internasional dari pada harga di dalam negeri akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan di ekspor menjadi bertambah.

2. Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)

Makin tinggi nilai tukar uang suatu negara maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi tinggi. Sebaliknya, makin rendah nilai mata uang suatu negara, maka harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih rendah.

3. Proteksi

Secara umum, hal ini dilakukan untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap persaingan barang impor. Halwani (2002) menjabarkan beberapa bentuk proteksi, yaitu :

(7)

Kuota adalah hambatan kuantitatif, yang membatasi impor barang secara khusus dengan spesifikasi jumlah unit atau nilai total tertentu per periode waktu.

b. Perdagangan oleh pemerintah (State Trading Practices)

Hakikatnya pemerintah merupakan pelaku utama, hal ini merupakan pola yang sering dilakukan oleh negara-negara komunis atau sosialis, dengan kata lain merupakan tindakan monopoli importir.

c. Kontrol devisa (Exchange Control)

Kontrol devisa merupakan hambatan administrasi atau transaksi yang melibatkan mata uang asing. Kontrol devisa dikenakan pada pembayaran impor dimana semua transaksi impor harus izin bank sentral terutama untuk membeli mata uang asing umtuk pembayaran impor barang-barang oleh perusahaan.

d. Larangan impor (Import Prohibition)

Adalah bentuk hambatan langsung dimana larangan ini merupakan bentuk yang paling ketat darri segala hambatan impor dengan melakukan larangan impor untuk kategori tertentu, misalnya untuk barang mewah atau barang terlarang lainnya seperti obat terlarang, senjata api dan lain-lain yang membahayakan keamanan negara.

2.4.2. Prosedur Ekspor

Menurut lembaga pendidikan kejuruan Indonesia Zulkarnaen Djamin (1993), dalam melakukan pemasaran ekspor dapat di tempuh dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :

(8)

1. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang-barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diabaikan dengan importir di luar negeri.

2. Barter

Barter adalah pengiriman barang-barang keluar negeri untuk ditukar langsung dengan barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal ini berarti yang mengirimkan barang tidak menerima pembayaran dalam uang asing tetapi dalam bentuk barang. Barang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayarannya dalam mata uang rupiah.

3. Konsinyasi (Consignment)

Konsinyasi adalah pengiriman barang-barang keluar negeri untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlukan sama dengan hasil ekspor biasa. Dalam hal ini barang-barang akan dikirim keluar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang atau untuk memenuhi transaksi, melainkan dijual di pasar bebas atau diikutsertakan dalam lelang (Comodities Exchange).

2.5. Kurs

(9)

Dalam perdagangan internasional pertukaran antara suatu mata uang dengan mata uang lainnya menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kurs adalah harga mata uang domestik terhadap mata uang asing di hitung berdasarkan rata-rata tertimbang. Nilai tukar rill dari negara mitra dagang Indonesia, Rupiah Indonesia digunakan sebagai proyeksi dari nilai tukar negara mitra dagang Indonesia (Syarif, 2003).

Menurut Sartono (1995), nilai tukar (kurs) adalah harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar diartikan sebagai titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan dari suatu mata uang di pasar mata uang. Perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor secara langsung akan menggunakan nialai tukar (kurs).

Kurs merupakan salah satu harga terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang sedemikian besar bagi transaksi berjalan maupun terhadap variabel-variabel ekonomi lainnya. Kurs juga memainkan peranan sentral dalam perdagangan internasional. Kurs dapat berubah secara mendadak sesuai dengan beritaberita atau bahkan desas-desus yang sering kali tidak jelas asal-usulnya yang beredar mengenai nilai mata uang tersebut dimasa yang akan datang.

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan mengalami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga barang-barang ekspor dan impor (Dominic, 1997). Perubahan yang dimaksud adalah :

(10)

1. Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekeuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal. Sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

2. Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas, sebagai akibat perubahan kurs ini produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi mahal.

3. Devaluasi, merupakan penurunan nilai tukar satu mata uang domestik, misalnya rupiah, relative terhadap mata uang asing tertentu, misalnya US Dollar, yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Devaluasi hanya dapat terjadi jika nilai Rupiah dikaitkan terhadap US Dollar dan pemerintah dengan sengaja mengubah nilai Rupiah relative terhadap US Dollar. Jika pemerintah tidak mengaitkan Rupiah terhadap US Dollar dan perubahan nilai tukar terjadi dengan sendirinya, istilah ini tidak berlaku lagi. Jadi istilah devaluasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar tetap dimana suatu mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing tertentu.

4. Revaluasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik terhadap satu mata uang asing tertentu. Sama dengan devaluasi, istilah

(11)

revaluasi hanya berlaku pada system nilai tukar tetap.

2.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Menurut Sadono Sukirno (2000), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu :

1. Perubahan dalam Cita Rasa Masyarakat.

Cita masyarakat memepengaruhi corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat juga meningkatkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor lebih besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan pada valuta asing.

2. Perubahan Harga Barang Ekspor impor.

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga impor akan menaikkan jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Demikian perubahan haga barang-barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang tersebut.

(12)

3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi).

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini wujud disebabkan efek inflasi yang berikut: (i) inflasi menyebabkan harga-harga barang di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-harga barang-barang ekspor lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan keatas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran keatas valuta asing berkurang: maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot).

4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi.

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke Negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke sesuatu negara, permintaan keatas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang sesuatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar

(13)

negeri karena tingkat suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi di negara-negara lain.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Efek yang akan disebabkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan ini terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan keatas mata uang itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang itu naik. Akan tetapi apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang tersebut akan merosot.

2.6. Harga Ekspor

Menurut Pappas dan Mark Hitschey (1995) permintaan adalah jumlah barang dan konsumen selama periode tertentu berdasarkan kondisi tertentu. Dalam membahas permintaan suatu barang tidak terlepas dari mempelajari tingkah laku konsumen, dimana seorang konsumen senantiasa ingin memaksimalkan kepuasan. Dengan demikian di pasar ada dua kekuatan yaitu produsen dan konsumen. Proses selanjutnya melalui mekanisme pasar yaitu tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran diperoleh harga dan kuantitas yang di sepakati. Dari sinilah analisa permintaan sangat penting dalam mengambil keputusan oleh produsen/pengusaha.

(14)

Menurut Pappas dan Mark Hitschey (1995) fungsi dari permitaan adalah hubungan antara jumlah barang yang diminta (Q) dan variabel-variabel yang mempengaruhinya, sedangkan kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang di minta dan harga barang yang diminta. Sehingga model matematis fungsi permintaan secara sederhana adalah sebagai berikut :

Qx = F(Px) atau Qx = a- Px

Dengan asumsi varibel-variabel lain dianggap tetap (cateris paribus), dengan demikian diasumsikan bahwa permintaan terhadap suatu barang hanya dipengaruhi oleh harga barang tersebut. Variabel yang mempengaruhi suatu permintaan barang antara lain:

1. Harga barang yang diminta (The Price of Goods. X = Px)

Permintaan merupakan fungsi dari harga suatu barang. Apabila harga suatu barang itu naik, maka permintaan akan turun. Sebaliknya apabila harga barang turun permintaan akan naik.

2. Harga barang lain ( The Price Of Relatid goods or service = Pr) dengan kondisi :

a. Hubungan barang substitusi. Pengaruh harga barang substitusi terhadap barang tersebut adalah bahwa apabila ada kenaikan harga barang pokok, maka permintaan terhadap barang substiusi naik. Hal ini disebabkan harga barang substitusi lebih mahal dibanding harga barang pokok.

(15)

b. Hubungan barang komplementer. Apabila harga barang komplementer naik, sehingga berakibat permintaan terhadap pokok juga naik.

3. Fakor-faktor lain.

Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan permintaan suatu barang antara lain adalah faktor eksternal (peraturan pemerintah, kondisi ekonomi suatu negara/daerah dan lain-lain)

Dari faktor diatas maka permintaan suatu barang / jasa dapat dirumuskan sebagai berikut :

Odx = F(Px,Pr,O) Dimana :

Odx adalah kuantitas permintaan barang / jasa Px adalah harga dari barang / jasa X

Pr adalah harga dari barang lain yang berkaitan O adalah faktor-faktor spesifik lain

Dari indikasi di atas dapat dijelaskan bahwa permintaan terhadap suatu barang sangat di pengaruhi oleh suatu variabel. Masing-masing variabel akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap permintaan konsumen, harga barang/jasa. Variabel harga produk akan mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan konsumen. Suatu masyarakat dengan pendapatan per kapita rendah mempunyai daya beli yang rendah pula. Dalam membelanjakan uangnya mereka akan memberikan prioritas pada pemenuhan kebutuhan. Harga barang lain (substitusi) akan mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai karya seni rupa, sebuah logo tidak bisa lepas dari elemen- elemen senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk, warna, ruang, tipografi dll.. Seperti yang

Jadilah seorang pelatih sebagai ganti guru, dan ini akan membantu menginspirasi Anda untuk peduli dengan dalam terhadap masing-masing murid di kelas Anda, dan kemajuan mereka

Angka kejadian dismenorea yang tinggi dan stres sebagai faktor risiko dismenorea yang dapat terjadi pada mahasiswa kedokteran mendasari penulis melakukan penelitian

Kondisi saat ini adalah penilaian terhadap usulan penelitian dosen internal di UNMUS dilakukan dengan menilai usulan-usulan penelitian dosen oleh reviewer/penilai

Terdapat sebilangan calon yang tidak dapat menjawab soalan dengan tepat dan sepenuhnya seperti dapat membantu memperjuangkan taraf wanita dalam sukan dengan

Pembacaan dilakukan pada penggeseran sampai dengan terjadi keruntuhan atau termobilisasi sebesar 5 mm (Bjerrum, 1977) dalam Jamin (2005) dipilih yang lebih dulu terjadi. c)

Failure Mode and Effect Analisys (FMEA) untuk mengidentifikasi setiap tahap proses dan metode Failure Tree Analisys (FTA) untuk mencari akar penyebab kegagalan,

patofisiologi antara lain: 1) Penurunan aliran darah serebral akut, seperti pada sinkop vasovagal, gangguan jantung, penyumbatan pembuluh darah paru dan obstruksi