• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemecahan Masalah perkembangan kognitif terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemecahan Masalah perkembangan kognitif terhadap "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah selalu melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, pendidikan bisnis, olah raga, kesehatan, industri, literatur, dan sebagainya. Dan jika tidak ada aktivitas pemecahan masalaha yang dirasa cukup dalam kehidupan profesional dan vokasional hidup kita, kita bisa melakukan berbagai macam penyegaran. Manusia, monyet, dan beberapa jenis mamalia lainnya adalah jenis makhluk hidup yang mempunyai rasa keingintahuan, di antaranya keingintahuan yang berkaitan dengan cara bertahan hidup, mencari stimulasi, juga mengatasi konflik dalam kehidupan dengan kreativitas, intelegensi, dan kemampuan memecahkan masalah.

Pemecahan Masalah sendiri artinya adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita banyak sekali menemukan masalah dalam kehidupan sehari – hari, dengan begitu kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan masalah suatu masalah tersebut.

Masalah (Problem)

Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Suatu persoalan dapat bersumber dari dalam diri seseorang atau dari lingkungannya, bergerak dari yang mudah sampai yang sulit, dan dari masalah yang sudah jelas (defined problem) sampai masalah yang tidak jelas (ill defined problem). Psikologi kognitif memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah yang memiliki tingkat kesulitan sedang. Alasannya ialah agar dapat dipelajari proses-proses kognisi yang terlibat dalam pencarian pemecahan yang benar.

(2)

Secara visual suatu masalah melibatkan paling sedikit tiga komponen. (1) adalah suatu keadaan sekarang atau tengah dihadapi (strart). (2) adalah keadaan atau tujuan yang diinginkan (goal). (3) adalah prosedur atau aturan yang akan ditempuh apakah menurut pendekatan algoritma atau heuristik.

Jenis Masalah

Masalah dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, tergantung dari sudut mana para ahli memandangnya. Sebagian ahli membedakan masalah menurut pengetahuan seseorang, sehingga masalah digolongkan menjadi :

a. Masalah yang Jelas dan Tidak Jelas.

Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang mengenai masalah yang dihadapi, Evans (1991) membagi masalah menjadi 4 macam :

1. Masalah – masalah yang baik situasi sekarang maupun situasi yang diinginkan, keduanya diketahui. Jenis ini merupakan masalah – maslaah yang paling mudah dipecahkan, termasuk masalah yang memiliki struktur jelas atau structured problem.

2. Masalah yang hanya diketahui pada situasi sekarang, tetapi situasi yang diinginkan tidak diketahui.

3. Masalah yang situasi yang diinginkan diketahui

4. Masalah – masalah yang baik situasi sekarang maupun situasi yang diinginkan, keduanya tidak diketahui. Jenis ini adalah masalah – masalah yang kompleksatau sulit untuk dipecahkan, termasuk unstructured problem.

Menurut pendapat Greeno (dalam Ellis and Hunt, 1993) masalah atau problem dapat dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan proses- proses kognitif yang terlibat dalam pemecahan masalah :

a. Inducing Structured Problem

Jenis masalah ini meminta seseorang untuk menemukan pola yang akan menghubungkan elemen – elemen masalah, antara satu elemen dengan yang lain. Salah satu contoh adalah analogi verbal: Garam : Asin :: Gula : ...? untuk dapat memecahkan masalah ini orang harus menemukan bagaimana pola hubungan antara garam dan asin (yaitu rasa), kemudian bagaimana jika hubungan rasa ini diterapkan pada gula (jawabannya adalah manis).

(3)

Jenis masalah ini ialah seseorang harus memanipulasi atau mengubah objek – objek dan simbol – simbol menurut aturan tertentu agar diperoleh suatu pemecahan. Contoh masalah tersebut adalah memecahkan soal aljabar orang harus mengubah kalimat – kalimat dalam bentuk persamaan (simbol dan bilangan) tertentu. Contoh : untuk memecahkan masalah soal ini orang harus mengubahnya sebagai berikut :

(jumlah pelamar) = 2 x (jumlah pekerjaan) Jumlah pekerjaan = 5

Y = 2 x 5 Y = 10.

c. Arrangement Problem

Jenis masalah ini adalah seseorang harus mengatur atau menyusun ulang elemen – elemen suatu tugas agar diperoleh pemecahan. Semua elemen tugas disebutkan kemudian seseorang harus menyusun kembali menurut cara – cara tertentu yang dapat mencapai pemecahan. Contoh soal angram kata : mengubah susunan huruf “D-A-U-K” menjadi nama seekor binatang. Untuk menemukan kata yang sebenarnya, orang harus menyusun ulang huruf – huruf yang ada itu, sehingga dapat diperoleh kata KUDA.

Psikologi Gestalt dan Pemecahan Masalah

(4)

Tahapan Pemecahan Masalah

1. Pemahaman Masalah/

2. Penemuan berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan, dan memilih salah satu di antara hipotesis – hipotesis itu.

3. Menguji hipotesis yang dipiliha itu dan mengevaluasi hasil – hasilnya. (Ellis dan Hunt, 1989).

Glass dan Holyoak (1986) mengusulkan proses atau alur pemecahan masalah secara lebih rinci, ada 4 langkah :

1. Membentuk representasi masalah.

2. Merencanakan pemecahan yang paling mungkin. 3. Mencoba merumuskan kembali pokok permasalahn. 4. Dilaksankan dan dievaluasi hasil – hasilnya.

 Pemahaman Masalah (Problem Understanding) : agar diperoleh pemecahan yang benar, seseorang harus terlebih dahulu memahami dan engenali gambar pokokpersoalan secara jelas.

 Representasi Mental : salah satu kunci sukses dalam pemecahan masalah ialah

bagaimanasuatu masalah direpresentasikan didalam pikiran (mental representation). Contoh, anak – anak sampai dengan usia sekolah dasar, ketika kepada mereka diajukan sebuah pertanyaan secara lisan beriku : “berat mana kapas 1kilo dengan gula denga gula 1 kilo?” mereka umumnya menjawab: “gula”. Padahal sama – sama 1 kilo, tentu tidak berbeda berat keduanya. Namun, mereka memiliki gambaran mental bahwa kapas itu ringan, sedangkan gula itu berat

 Ruang Masalah (Problem Space) : ruang masalah juga sangat menentukan tingkat

kemudahan atau kesulitan seseorang untuk mencari pemecahannya. Sebagai pegangan bahwa makin luas ruang suatu masalah maka makin sulit mencari jalan keluar atau pemecahannya. Jika seseorang diminta mencari atau menemukan satu objek yang aneh, ia akan dengan mudah menemukan objek itu pada ruang yang lebih sempit (kotak semit) daripada yang lebih luas (kotak besar).

 Kesenjangan antara Keadaan Sekarang dengan yang Diinginkan : jarak kesenjangan

(5)

lingkaran itu. Sebab, dari setengah lingkaran ke bentuk lingkaran penuh memiliki perbedaan (kesenjangan ) yang lebih sedikit daripada bentuk segitiga ke lingkaran.

Representasi Permasalahan

Pada hal ini pekerjaan para psikolog Gestalt berfokus pada sifat dari suatu tugas dan pengaruhnya pada kemampuan seseorang untuk memecahkannya. Informasi yang direpresentasikan dalam pemecahan masalah sebenarnya mempunyai pola yang berurutan. Contoh pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Hayes (1989) :

N O

Tindakan Kognitif Sifat Permasalahan

1. Mengidentifikasikan Permasalahan Bulan Mei depan saya akan lulus dari perguruan tinggi. Ini adalah akhir dari satu tahapan dalam hidup saya (waktunya untuk berkembang. 2. Representasi Masalah Saya akan menjadi pengangguran dan tidak

mempunyai pendapatan. Saya harus mendapatkan pekerjaan (tidak bisa lagi meminta pada ayah dan ibu).

3. Merencanakan sebuah solusi Saya akan membuat lamaran, melihat lowongan pekerjaan yang ada, dan meminta pendapat dari teman dan guru.

4. Merealisasikan rencana Saya akan membuat janji dengan perusahaan yang menarik. Saya akan diwawancara oleh mereka (berspekulasi).

5. Mengevaluasi rencana Saya akan mempertimbangkan setiap penawaran sesuai dengan kebutuhan dan keinginan saya dan kemudian membuat keputusan (siapa yang menawarkan gaji yang besar, liburang yang panjang, dan pensiun yang awal).

(6)

Walaupun semua tahapan sangat penting, representasi dari suatu permasalahan adalah hal yang paling penting, khususnya bagaimana informasi disajikan dalam istilah – istilah visual imajinatif. sebagai contoh, anda diberi pertanyaan perkalian 43 dengan 3, soal tersebut bukanlah hal yang sulit bagi anda. Anda dapat mengatakan bahwa anda dapat menemukan jawabannya secara mudah dengan beberapa operasi mental. Dan bagaimana jika saya menanyakan pada anda perkalian antara 563 dengan 26 secara mental, bagaimana anda menyelesaikan soal tersebut? Jika anda seperti kebanyakan yang lainnya, anda melihat permasalahan, bahwa anda memiliki proses dengan mengalikan 3 x 6 “lihat” 8, ambil angka 1, kemudian kalikan 6 x 6, tambahkan 1 dan seterusnya. Semua proses ini diselesaikan dengan informasi yang direpresentasikan dalam imajinasi. Sebagian besar informasi yang kita peroleh adalah melalui sistem visual kita. Dapat dilihat bahwa penulis menggaris bawahi kecenderungan untuk mempresentasikan sesuatu secara visual dengan menggunakan prosa yang kaya imajinasi.

Cara – cara Merepresentasikan Masalah

1. Simbol : salah satu cara yang dianggap paling efektif untuk merepresentasikan persoalan yang abstrak ialah melalui simbol, seperti mahasiswa memecahkan soal – soal aljabar.mahasiswa dapat menerjemahkan dan mengubah kalimat – kalimat aljabar ke dalam simbol – simbol matematika.

2. Daftar : banyak masalah yang tidak dapat direpresentasikan dengan cara mengubah kedalam simbol – simbol. Sebagai alternatif lain ialah digunakan cara menyusun daftar sifat – sifatmasalah. Contoh : seseorang tukang membuat mainan anak – anak ingin meciptakan berbagai macam boneka yang ditangannya memegang bola. Boneka yang berukuran sedang memegang bola kecil, bola yang kecil memegang bola yang besar, dan boneka yang besar memegang bola berukuran sedang. Rencana tersebut dapat dibuat daftar berikut :

Representasi masalah dalam bentuk daftar sifat :

 Boneka kecil memegang bola besar

 Boneka sedang memegang bola kecil

 Boneka besar memegang bola sedang.

(7)

menciptakan alat penjepit kertas (klips) dari kemungkinan – kemungkinan antara bahan logam dan plastik, dan berbentuk segita dan segiempat.

4. Grafik : beberapa masalah mungkin tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk simbol, daftar sifat, metrik, dan diagram pohon bercabang, namun harus digunakan bentuk representasi yang lain karena dianggap lebih cocok. Barangkali cara lain yang dapat ditempuh ialah memakai grafik.

Metode Pemecahan Masalah

Pada dasarnya tata cara, prosedur atau strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ada dua macam; algoritma dan heuristik (Anderson, 1980, Ellis dan Hunt, 1993). Alogaritma adalah suatu perangkat aturan atau tata cara yang dapat menjaminpemecahan suatu masalah. Heuristik ialah suatu perangkat yang menggunakan hukum kedekatan, sehingga tidak menjamin perolehan pemecahan meskipun kemungkinan besar dapat berhasil. Strategi algoritmik bersifat deterministik, sementara heuristik bersifat probabilistik. Contoh, seseorang ingin mencari nomor telpon temannya dibuku daftar nama pelanggan telpon. Jika menggunakan cara algoritmik, maka orang harus mencari pada buku daftar nama nama pelanggan telpon; dimulai dari nomor urut pertama, kedua, dan seterusnya sampai ia menemukan nama orang yang dicari, baru kemudian mencatat nomor telpon yang dimaksudkan. Sebaliknya, jika digunakan cara heuristik, maka orang dapat langsung mencari nama yang dimaksudkan hanya dalam wilayah tertentu saja (misalnya, wilayah Surabaya Utara atau Jakarta Pusat). Hal ini juga tidak dimulai dari daftar paling awal tetapi dapat langsung memeriksa pada daftar nama yang memiliki huruf depan sama. Jika sudah ditemukan nama orang yang dicari, baru kemudian dilanjutkan dengan mencatat nomor telponnya.

(8)

kecil atau gang. Sebaliknya, jika digunakan strategi heuristik, maka orang tersebut akan mencari kucing itu ditempat – tempat tertentu saja berdasarkan pengetahuannya mengenai kebiasaan kucing itu mangkal, misalnya ditempat sampah, warung terdekat, dan halaman rumah tetangga.

 Penemuan dengan Strategi Acak (Algoritmik)

Penemuan secara acak adalah cara yang dianggap paling primitif. Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang dapat membimbing seseorang ke arah pemecahan masalah. Cara ini dapat dikatakan trial and error secara buta, karena disamping semua jalan atau cara dicoba, juga dapat terjadi pencarian dua kali atau lebih pada jalan atau cara yang sama. Hal ini disebut cara penemuan acak tidak sistematis. Cara lain disebut acak sistematis (systematic random search), yaitu setiap jalan / cara yang pernah ditempuh dicatat, sehingga tidak akan terjadi pengulangan pada cara yang sama yang dianggap tidak berhasil.

 Penemuan melalui Strategi Heuristik

(9)

KREATIVITAS

Kreativitas (creativity) adalah salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi kognitif dimasukkan ke dalam kemampuan memecahkan masalah. Kreativitas sering juga disebut berpikir kreatif (creative thinking), dan kedua istilah ini akan digunakan secara bergantian di dalam tulisan ini.

Kreativitas dapat didefinisikan sebagai aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful (Halpern,1996; Suharnan, 1998, 200a).

Pemahaman yang Salah tentang Kreativitas

Selama ini kreativitas terkesan lebih dekat dengan orang-orang yang bekerja di bidang perancang atau perekayasa, ilmuwan-peneliti, dan seniman. Pandangan ini adalah tidak benar atau misconception tentang kreativitas. Setiap orang dapat berpikir dan bertindak kreatif pada bidang masing-masing. Hampir semua bidang kehidupan manusia dapat dijangkau oleh kreativitas. Di samping itu, juga suatu anggapan yang salah bahwa kreativitas hanya berhubungan dengan karya-karya monumental (mahakarya) sebagaimana dihasilkan para ilmuwan, perancang, atau seniman kenamaan. Kreativitas tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang pekerjaannya menuntut pemikiran kreatif (sebagai suatu profesi), tetapi juga dapat dilakukan oleh orang-orang biasa di dalam menyelesaikan tugas-tugas dan mengatasi masalah sehari-hari, misalnya membuat resep makanan baru.

Berpikir Diverjen dan Konverjen

(10)

lukisan yang dibuat dari potongan koran bekas, alas tidur, dan masih banyak lagi penggunaan koran bekas.

Berpikir Lateral dan Vertikal

Berpikir kreatif adalah sama dengan “berpikir lateral”. Istilah berpikir lateral pertamakali diperkenalkan oleh de Bono (1970). Berpikir lateral adalah berpikir di sekitar masalah (around problem) atau berpikir dengan bergerak ke samping, bukan bergerak ke depan dan meneruskan apa yang sudah ada. Perbedaan antara berpikir lateral dengan vertikal ini oleh De Bono diibaratkan di dalam usaha eksplorasi sumber minyak bumi berikut: untuk mencari sumber minyak maka seorang pemikir lateral akan menggali lubang di tempat yang lain, sedangkan pemikir vertikal akan menggali lubang di sumur yang sama atau tempat yang sudah ada sehingga sumur itu menjadi lebih dalam. Jadi, berpikir lateral selalu mencari alternatif lain di dalam memandang sesuatu atau memecahkan suatu masalah, dan tidak terpaku pada cara-cara yang sudah ada untuk memperbaikinya.

Sensitivitas, Sinergi, dan Sirendipitas

Proses-proses kreatif dapat digambarkan sebagai: sensitivity (kepekaan), synergi (penggabungan), dan serendipity (keberuntungan).

Sensitivitas (Kepekaan)

Kepekaan adalah penggunaan alat-alat indera misalnya penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai jendela untuk mengetahui dan menguasai dunia atau lingkungan.

Sinergi

Menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Proses menggabungkan antara dua kawasan, bidang ilmu, atau pendekata nmenjadi suatu bentuk yang lain atau baru.

Serendipity (Keberuntungan)

(11)

Kreativitas sebagai Proses Kognitif

Tahap-tahapKreativitas

Proses kreatif dianggap menyerupai proses pemecahan masalah oleh para ahli psikologi kognitif, menurut perspektif ini berpikir kreatif melibatkan proses mengidentifikasi masalah, memutuskan pentingnya masalah, perumusan pokok masalah, dan pencapaian suatu cara baru bagi pemecahan masalah. MenurutWallas (dalam Hayes, 1978) langkah-langkah berpikir kreatif meliputi: persiapan, inkubasi, iluminasi, danverifikasi.

Persiapan

Pada tahap persiapan ini seseorang berusaha untuk mengumpulkan berbagai macam informasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

Inkubasi

Pada tahap inkubasi seseorang dengan sengaja untuk sementara waktu tidak memikirkan masalah yang tengah dicari pemecahan itu. Meski demikian, sebenarnya di dalam pikiran tidak sadar orang itu tetap berlangsung proses pencarian pemecahan.

Iluminasi

Suatu gagasan atau rencana pemecahan telah ditemukan. Namun, gagasan ini biasanya masih berupa gagasan pokok atau garis besar. Tahapan ini sering disebut tahapan munculnya ilham secara tiba-tiba, berupa kilatan imajinasi yang melahirkan jawaban atas permasalahan.

Verifikasi

Pada tahapa khir proses berpikir kreatif adalah melaksanakan gagasan yang ditemukan itu untuk telah berhasil maka proses berpikir kreatif selesai.

(12)

Evaluasi juga diperlukan di dalam proses kreatif, sebab seseorang harus mampu mengendalikan suatu pemecahan yang telah diperoleh. Evaluasi yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa proses kreatif telah selesai atau belum, atau apakah seseorang perlu merumuskan kembali permasalahan.

Perilaku Kreatif (Creative Behaviors)

Hasil penelitian Sternberg menunjukkan bahwa perilaku kreatif memiliki tiga dimensi: pertama adalah dimensi tanpa kubu (nonentrachment), kedua adalah dimensi rasa keindahan dan imajinasi, ketiga adalah dimensi kecerdasan atau ketajaman pandangan, dan keempat adalah dimensi rasa ingin tahu (coriousity).

Dimensi Perilaku Kreatif (Sternberg, 1985b)

Dimensi 1: Nonentranchment (tanpa buku, dan bebas masuk)

a. Memperbaiki atau menyempurnakan aturan-aturan sepanjang waktu b. Impulsif (memperturutkan kehendak hati)

c. Mengambil peluang atau memanfaatkan kesempatan

d. Cenderung mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dan mencobaapa yang menurut orang lain dianggap tidak mungkin

e. Emosional (kepekaan emosi) f. Memiliki semangat bebas

g. Membangun istana di langit (angan-angan yang tinggi) h. Tidak konformis

i. Tidak ortodok (tidakkonvensional)

Dimensi 2: Rasa keindahan dan imajinasi

a. Memiliki apresiasi terhadap seni, musik, dan seterusnya b. Suka sendirian ketika sedang menciptakan sesuatu yang baru c. Dapat menulis, menggambar, dan membuat komposisi music d. Memiliki cita-rasa yang baik

e. Menggunakan (memanfaatkan) bahan-bahan di sekitarnya dan dibuat sesuatu yang unik dari bahan-bahan atau benda-benda itu

f. Terjadi harmonisasi antara material dengan proses-proses ekspresi g. Imajinatif (memiliki daya khayal yang tinggi)

Dimesi 3: Kecerdasan atau ketajaman pandangan

(13)

b. Cepat mengerti atau tanggap

c. Berpegang teguh pada suatu pendirian

Dimensi 4: Rasa ingintahu (curiousity)

a. Memiliki rasa ingin tahu ketika usia dini b. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

Intelegensi (IQ) dan Kreativitas

(14)

Cara-cara Meningkatkan Berpikir Kreatif

Sebagian besar ahli kreativitas berpendapat bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan banyak cara seperti teknik atau strategi yang dapat ditempuh seseorang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Di antara cara-cara yang penting akan dikemukakan pada bagian ini seperti:

 Mengembangkan pangkalan pengetahuan

 Mempertanyakan kembali asumsi-asumsi

 Analisis komponen (fragmentation)

 Berpikir kebalikan

 Analogi

 Sumbangsaran

 Inkubasi

 Berpikir visual

 Berpikir global dan perspektif masa depan jauh

Kesimpulan

1. Kreativitas atau berpikir kreatif adalah proses kognitif untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru yang berguna. Bidang-bidang kreativitas sangat luas dan menjangkau hampir semua kehidupan manusia, mulai dari gagasan-gagasan yang bersifat mahakarya (monumental) sampai pada kebutuhan hidup sehari-hari, dari gagasan-gagasan yang rasional dan ilmiah sampai pada hal-hal yang lucu dan liar.

INTELEGENSI

(15)

(higher order cognition). Secara umum intelegensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang memiliki intelegensi tinggi sering disebut pula sebagai orang cerdas atau jenisu. Solso mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan memperoleh dan menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep – konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan diantara objek – objek dan gagasan – gagasan; menggunakan pengetahuandengan cara – cara yang lebih berguna (in a maningful way) atau efektif.

Intelegensi sebagai Kemampuan

Berdasarkan pengetahuan mengenai intelegensi buatan ini, Nickerson, Perkins, dan Smith (dalam Solso, 1988) membuat daftar kemampuan yang mereka percayain sebagai representasi dari intelegensi manusia sebagaimana berikut.

 Kemampuan Mengklasifikasi Pola – pola Objek

Semua orang yang memiliki intelegensi normal mampu mengenali dan mengklasifikasikan stimulus – stimulus yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun.

 Kemampuan Beradabtasi

Kemampuan belajar dan memodifikasi perilaku agar dapat beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang penting bagi intelegensi manusia. Orang yang memiliki intelegensi tinggi mampu beradaptasi dengan tuntutan lingkungan dimana ia berada. Orang yang memiliki intelegensi rendah sering mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan – tuntutan lingkungan baik alam maupun sosial budaya.

 Kemampuan Menalara secara Deduktif

Orang yang intelegen mampu menalar secara logika deduktif; menarik kesimpulan tertentu berdasarkan premis – premis yang mendahului.

 Kemampuan Menalar secara Induktif

Penalar induktif meminta seseorang menarik kesimpulan di balik informasi yang diberikan atau terbatas. Penalaran ini meminta seseorang menemukan aturan – aturan atau prinsip – prinsip tertentu berdasarkan contoh – contoh khusus.

 Kemampuan mengembangkan dan menggunakan konsep

Kemampuan ini meliputi bagaimana seseorang membentuk suatu kesan – pemahaman mengenai cara – cara suatu objek bekerja atau berfungsi, dan bagaimana menggunakan model itu untuk memahami dan menginterpretasi kejadian – kejadian.

 Kemampuan memahami

(16)

Karakteristik Perilaku Intelegen

Menurut pendapat Wechsler (1975), ada tiga karakteristik perilaku intelegen (Intelligent Behaviour) :

a. Adanya Kesadaran (condition of awarness). Orang yang intelegen menyadari tindakan – tindakannya dan cara – cara yang ditempuh, yang hal ini berbeda dengan perilaku instink dan reflek.

b. Perilaku intelegen selalu mempunyai tujuan atau diarahkan pada sasaran tertentu (goal direceted), bukan dilakukan secara acak (random).

c. Perilaku intelegen adalah rasional; kemampuan untuk berpikir logis dan konsisten, sehingga dapat dipahami.

d. Perilaku intelegen harus memiliki nilai (makna) dan kegunaan, paling sedikit hal ini menurut kesepakatan pendapat kelompok.

Hasil – hasil penelitian ini menemukan sejumlah karakteristik perilaku intelegen yang dibedakan menjadi tiga dimensi : kemampuan memecahkan masalah praktis, keseimbangan dan integrasi intelektual, dan intelegensi kontekstual.

Teori teori Intelegensi

 Teori Faktor

Spearman mengembangkan teori dua faktor dalam kemampuan mental manusia.

1. Faktor kemampuan umum yang disebut faktor “g”; kemampuan menyelesaikan tugas atau masalah secara umum, misalnya kemampuan mengerjakan soal – soal matematika.

2. Kemampuan khusus yang disebut faktor “s”; kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas khusus, misalnya mengerjakan soal – soal perkalian atau penambahan didalam matematika.

Cattel (dalam Hakstian dan Cattel, 1978) mengembangkan teori triadik tentang struktur kemampuan mental, yang meliputi :

a) Kapabilitas umum b) Kemampuan provinsial c) Kemampuan agensi

(17)

Dikembangkan oleh Guilford (1967, 1985). Menurut teori SOI (Structure Of Intelect), intelegen didefinisikan sebagai suatu kumpulan yang sistematik mengenai kemampuan – kemampuan atau fungsi – fungsi intelektual untuk memproses informasi yang beraneka macam didalam berbagai bentuk.

 Teori Kognitif

Stenberg (1985a) menggunakan teori komponen berdasarkan alur proses – proses kognitif yang terlibat didalamnya. Teori komponen ini sering disebut teori pemrosesan informasi. Menurut teori Sternberg intelegensi dapat dianalisis kedalam lima komponen : metakomponen, komponen performansi, komponen akuisisi, komponen transfer.

 Teori Intelegensi Majemuk (Multiple Intelligences)

Teori ini dikembangkan oleh Howard Gardner pada awal 1980-an. Menurut Gardner intelegensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah dan menciptakan produk (karya). Terdapat tujuh jenis intelegensi:

a) Intelegensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) : kemampuan memanipulasi kata – kata didalam bentuk lisan atau tulisan, misalnya, membuat puisi.

b) Intelegensi matematika – logika (mathematical – logical intelligence) : kemampuan memanipulasi sitem – sitem angka dan konsep – konsep menurut logika, disamping juga kemampuan ilmu pengetahuan. Misalnya, para ilmuwan bidang matematika, fisika, filsafat, dll.

c) Intelegensi ruang (spatial intelligence) : kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola – pola dan rancangan – rancangan. Misalnya, seorang pelaut, insinyur, dokter bedah, dll.

d) Intelegensi musik (musical intelegence) : kemampuan memahami dan memanipulasi konsep = konsep musik. Misalnya, intonasi, irama, dan harmoni. e) Intelegensi gerak tubuh (bodily-kinesthetic-intelligence) : kemampuan untuk

menggunakan tubuh dan gerak. Misalnya, dalam dunia olah raga, menari. f) Intelegensi intrapersonal : kemampuan untuk memahami perasaan – perasaan

sendiri, refleksi pengetahuan batin, dan filosofinya. Misalnya ahli sufu, dan agamawan.

g) Intelegensi interpersonal : kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaannya. Misalnya, memotivasi orang lain, dll.

Intelegensi dan pemrosesan informasi

(18)

1) Ingatan jangka pendek : orang – orang yang memiliki intelegensi tinggi cenderung lebih cepat dan akurat didalam memproses informasi jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki intelegensi rendah. Hal ini berlaku pada proses menggali kembali / me-recall pengetahuan dari ingatan. Yang memiliki intelegensi tinggi lebih efisien atau baik dalam encoding informasi daripada mereka yang memiliki intelegensi rendah.

2) Pengetahuan umum (general knowledge) : sejak awal pengembangan tes – tes intelegensi, pengetahuan umum merupakan bagian penting dari intelegensi manusia.

3) Penalaran dan pemecahan manusia ( reasoning and problem solving) : kemampuan penalaran dan pemecahan masalah merupakan komponen penting dari intelegensi manusia. Penalaran dicirikan adanya usaha mengkombinasikan elemen – elemen informasi yang diketahui untuk menghasilkan informasi baru. Informasi dapat datang dari eksternal, misalnya buku, televisi, dll atau internal yakni pengetahuan yang telah disimpan didalam ingatan.

4) Adaptasi (adaptiveness) : tingkat intelegensi seseorang juga dapat dilihat dari kemampuan beradaptasi. Kemampuan beradaptasi merupakan suatu perilaku yang sangat kompleks, karena didalamnya melibatkan fungsi intelektual misalnya, penalaran, ingatan kerja, dan belajar keterampilan. Dalam hal ini, adaptasi didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan strategi dengan perubahan tuntutan tugas atau lingkungan.

Peran Intelegensi Bagi Kehidupan Manusia

Hasil – hasil penelitian yang dihimpun oleh Schmidt dan Hunter (2004) menunjukkan bahwa intelegensi umum (GMT General Mental Ability) dapat memprediksi pencapaian jabatandan kinerja seseorang dalam dunia kerja. Dan juga, hasil penelitian yang dihimpun oleh Kuncel, Hezlett, dan Ones (2004) yang menggunakan Miller Analogies Test (MAT) menunujukkan bahwa intelegensi umum merupakan prediktor yang andal bagi prestasi akademik, potensi karir, kreativitas, dan kinerja seseorang. Dengan demikian, intelegensi sebagai kemampuan kognitif atau intelektual merupakan sesuatu yang esensial bagi keberhasilan hidup manusia.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pemberdayaan di bidang kepemudaan dan keolahragaan di lingkunpan Pemerintah Propinsi Jawa Timur sesuai kewenangan dan ketentuan

Hasil analisa bivariat menunjukkan kondisi lingkungan pemukiman yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis di Kota Semarang antara lain kondisi dinding dapur bukan tembok,

Independent Sample T-Test dimana diperoleh p = 0,51 karena p > 0,05 maka ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pemeriksaan Hb metode Azidemet Hb yang

nilai probabilitas (0,009) nilainya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja secara signifikan dilihat dari rasio NPL antara

[r]

Hal ini menunjukkan bahwa sinergisitas antara enzim selulase, xilanase, dan enzim-enzim lainnya yang terdapat pada crude enzyme dalam proses hidrolisis tercapai dimana

Pusponjolo Selatan Raya No 21 Kel.Bojong Saleman 301 CUKUP BERKUALITAS.. 18 Kota Semarang GKPRI Provinsi Jawa Tengah