• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran sastra"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Studi tentang psikologi pendidikan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan yang menekuni bidang pendidikan. Studi ini dianggap menepati bagian terpenting dalam studi pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Hal ini wajar, sebab psikologi pendidikan dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan keberhasilan seorang guru dalam menghantarkan kesuksesan belajar para siswa. Itu sebabnya, setiap individu yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama para guru yang setiap hari berinteraksi dengan para siswa di ruang kelas, baik formal dan non formal, harus memiliki kemampuan dalam memahami setiap siswa yang dididiknya. Jadi artinya, berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar sangat berkaitan erat dengan kemampuan para pendidik dalam memahami dan membimbing para siswa sehingga mereka dapat menemukan tujuan dan mencapai hasil terbaik mereka dalam belajar.

(2)

BAB II

PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai : a. Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?

b. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam psikologi pendidikan? c. Bagaimana teori-teori dalam pembalajaran?

d. Bagaimana seorang pendidik dapat lebih efektif dalam mengajar ?

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan kami melakukan penulisan makalah ini adalah untuk : a. Menjelaskan pengertian teori psikologi pendidikan.

b. Menjelaskan pendekatan-pendekatan dalam psikologi pendidikan. c. Menjelaskan teori-teori dalam pembelajaran

(3)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Psikologi

a. Pengertian Psikologi

Dilihat dari arti katanya, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu dilihat dari arti katanya, psikologi dapat diartikan seolah-olah sebagai ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari jiwa kurang tepat, karena pada kenyataannya psikologi tidak mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat diamati secara konkrit. Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah pengertian yang luas sebagai manifestasi hayati (hidup) yang meliputi jenis, motorik, kognitif, konatif, dan afektif.

Perilaku motorik adalah perilaku dalam bentuk grakan seperti berjalan, berlari, duduk, dsb.

Perilaku kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam disekitarnya spserti pengamatan, berfikir, mengingat, mencipta, dsb. Perilaku konatif ialah perilaku berupa dorongan dari dalam individu, misalnya kemauan, motif, kehendak, nafsu, dsb. Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dsb. Kesemua jenis perilaku itu merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan metode-metode ilmiah (scientifik methods) untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan untuk menafsirkan informasi yang berkenaan dengan perilaku individu. Beberapa metode yang dipergunakan antara lain eksperimen, observasi, klinis, psikometrika dan sebagainya.

b. Pendekatan Psikologi

(4)

1. Pendekatan Behaviorisme

Adalah penekatan yang lebih mengutamakan hal-hal yang nampak pada individu. Menurut penekatan ini, perilaku itu adalah segala sesuatu yang dapat diamati oleh alat dria sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi dengan lingkungan, individu menerima stimulus (rangsangan) dari lngkungan dan individu memberikan response (tindak balas) kepada lingkungan. Perilaku terjadi karena adanya rangkaian hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan response (tindak balas). Pendekatan behaviorisme sering pula disebut sebagai teori S-R (teori stimulus-response). Beberapa tokoh psikologi dalam pendekatan ini antara lain : Watson, Skinner, Pavlov, Thorndike.

2. Pendekatan Kognitif

Dalam pendekatan kognitif menjelaskan bahwa perilaku itu sebagai proses internal (di dalam). Pendekatan ini menganggap bahwa perilaku merupakan suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran. Individu bukanlah penerima rangsangan yang pasif, akan tetapi di dalam kesadarannya (otak) terjadi suatu prosesyang aktif mengubah informasi yang diterima menjadi bentuk baru yang lebih sesuai. Keluaran yang berupa perilaku akan banyak bergantung pada perbendaharaan (simpanan) dalam kesadaran otak atau otak individu. Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini antara lain : Piaget, Ausubel, Brunner.

3. Pendekatan Humanistik

Dalam penekatan humanistik lebih mentikberatkan pada martabat kemanusiaan pada individu yang berbeda dengan hewan dan makhluk lainnya. Menurut pendekatan ini manusia sudah sejak awalnya mempunyai dorongan untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia di lingkungannya. Setiap individu bertanggung jawab terhadap tindakannya masing-masing. Perilaku individu terjadi karena adanya kebutuhan yang mendorong untuk mewujudkan dirinya (self-actualization). Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini ialah Maslow dan Carl Rogers.

4. Pendekatan Psikoanalisa

(5)

kepribadian terdiri atas tiga unsur yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Semua perilaku digerakan oleh kekuatan dibawah sadar yang disebut libido

5. Pendekatan Neurobiologi

Pendekatan neourobiologi, yang mengaitkan perilaku individu dengan kejadian-kejaian di dalam otak dan sistem syaraf. Menurut pendekatan ini, perilaku seseorang amat tergantung pada kondisi otak dan sistem syarafnya. Apabila otak dan syaraf terganggu, maka perilakupun akan terganggu pula.

Dari beberapa pendekatan psokologi di atas dapat dijadikan dasar sebagai pijakan dalam menentukan dan mengambil tindakan yang diperlukan oleh sorang tenaga pendidik dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi peserta didik dan fasilitas yang dimiliki karena keberagaman siswa dalam satu kelas memerlukan penanganan yang berbeda untuk setiap masalah yang dihadapi agar potensi siswa dalam belajar dapat dikembangkan dan mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan karakteristik individu.

c. Jenis-jenis Psikologi

Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi telah banyak dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial, kesehatan, pengajaran dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu kemudian timbul berbagai cabang-cabang psikologi yang mengakaji perilaku dalam situasi yang khusus, baik untuk tujuan teoritis maupun praktis. Dengan demikian, ada psikologi umum (general psychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya, dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus.

Beberapa jenis psikologi khusus antara lain :

- Psikologi perkembangan, yang mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan sejak kehidupan dimulai (konsepsi) sampai akhir kehidupan (mati).

- Psikologi sosial, yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi sosial.

- Psikologi abnormal, yang mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.

- Psikologi komparatif, yang mengkaji perbandingan perilaku manusia dengan perilaku binatang.

(6)

- Psikologi kepribadian, yang mengkaji perilaku individu secara khusus dari aspek kepribadiannya

- Psikologi pendidikan, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan.

- Psikologi industri, yang mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.

- Psikologi Klinis, yang mengkaji perilaku individu untuk keperluan klinis atau penyembuhan.

- Psikologi kriminal, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi kriminal. - Psikologi militer, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi kemiliteran.

Apabila dilihat diatas diantara cabang-cabang psikologi maka psikologi pendidikan termasuk kedalam psikologi khusus ini berarti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mengkaji bagaimana perilaku individu dalam dunia pendidikan termasuk dalam belajar mengajar seyogyanya para pendidik yang terlibat dalam dunia pendidikan memahami perilaku individu di dalamnya terutama para guru yang secara langsung berhadapan dengan para siswa dalam kegiatan belajar mengajar setiap hari untuk lebih memahami bagaimana perilaku siswa dalam belajar sehingga para guru dapat menentukan cara dan metode yang tepat dalam menyampaikan pelajaran kepada para siswa.

d. Psikologi Pendidikan

Psikologi ialah cabang psikologi yang secara khusus mengkaji berbagai perilaku individu dalam kaitan dengan situasi pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan ialah menenemukan bergabai fakta, generalisasi, dan teori psikologis yang berkaitan dengan pendidikan untuk digunakan dalam upaya melaksanakan proses pendidikan yang efektif.

(7)

menunjukkan perilaku pendidikan yang sesuai dengan agar pendidikan dapat berlangsung secara efektif sesuai dengan lanasan dan tujuan yang ingin dicapai.

Beberapa pertanyaan yang brkaitan dengan itu upaya menciptakan pendidikan yang efektif antara lain :

- Apa yang menjadi tujuan pendidikan? Bagaimana merumuskannya? - Bagaimana memilih dan menetapkan isi pendidikan/pengajaran? - Bagaimana memilih metode mendidik atau mengajar secara tepat? - Bagaimana membimbing peserta didik agar mau belajar secara baik? - Bagaimana mendorong peserta didik agara mau belajar secara baik? - Bagaimana memilih dan menetapkan alat bantu mengajar yang efektif? - Bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan?

- Bagaimana menilai hasil pembelajaran?

- Bagaimana menciptakan kesehatah mental para guru dan murid?

- Bagaimana membuat manajemen dan administrasi pendidikan secara efektif?

Mungkin masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan terutama disekolah. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan tersebut diperlukan adanya konsep-konsep psikologi yang sesuai. Konsep-konsep inilah yang dikaji oleh psikologi pendidikan.

e. Peranan Psikologi dalam Pembelajaran dan Pengajaran

Dalam lingkup yang lebih khusus (terutama dalam ruang kelas) psikologi pendidikan banyak memusatkan pada psikologi pembelajran dan pengajaran. Disini lebih difokuskan pada pengkajian aspek psikologis dalam aktifitas pembelajaran dan pengajaran. Dengan demikian dapat diciptakan suatu proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Hal itu dapat iupayakan dengan mewujudkan perilaku pembelajaran pada siswa, serta perilaku-perilaku individu yang yang lain yang terkait (misalnya orang tua, pengelola, dan administrator pendididikan). Hal ini mengandung makna bahwa psikologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses pembelajran dan pengajaran.

Beberapa peranan psikologi pendidikan antara lain :

1. Memahami siswa sebagai pelajar (perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dsb)

(8)

5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif 6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran

7. Membantu siswa-siswa yang mendapat kesulitan belajar 8. Memilih alat bantu pengajaran dan embelajaran

9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran

10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru 11. Membimbing perkembangan siswa

B. Teori-Teori dalam Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Seacara lengkap pengertian pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut : “pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiridalam interaksi dengan lingkungannya”. (Prof. Dr. H. Mohammad Surya;Psikologi Pembelajaran an Pengajaran).

Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut adalah :

Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, dan ia lebih yakin terhadap dirinya.

b) Perubahan yang bersifat kontinyu (berkesinambungan). Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran akan berlangsung secara berksinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.

c) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.

d) Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan dalam diri individu. e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjai dengan sendirinya akan

(9)

f) Perbahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pemebelajaran akan berada secara kekal ddalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu.

g) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan yang terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.

Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung arti bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pemebelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif, atau motorik.

Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan. Di dalam aktifitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktifitas yang sistematis dan terarah. Jadi pembelajaran bukan sebagau suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian aktifitas-aktifitas yang dinamis dan saling berkaitan.

Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu yang mendorong dan ada suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas pembelajaran itu terjadi karena ada sesuatu yang mendorong dan sesuatu yang ingin dicapai.

Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Hal ini berarti bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.

b. Peranan Teori dalam Pembelajaran an Pengajaran

Pembelajaran merupakan salah satu upaya individu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan efektif. Dari segi masyarakat, pembelajaran merupakan kunci dalam pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke generasi baru. Dengan pembelajaran dapat dimungkinkan adanya penemuan dan pengembangan dari hasil generasi lama.

Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori ialah : (a) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penenlitian, dan (b) memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji

(10)

1. Teori terdiri atas prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan kerangka untuk melaksanakan penelitian.

2. Teori memberikan kerangka kerja bagi informasi yang spesifik 3. Menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi lebih sederhana 4. Menyusun kembali dari pengalaman-pengalama. Sebelumnya Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah :

1. Memberikan garis garis rujuakan untuk perancangan pengajaran

2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas 3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas

4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu

c. Teori-teori Pembelajaran

1. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan: (1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi, (2) menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya, (3) memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan, (4) menentukan kenyataan yang sesungguhnya dibalik suatu yang nampak. Piaget memandang bahwa kognitif merupakan hasil dari pembentukan adaptasi biologis. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungan, dimana dalan interaksi tersebut terjadi proses organisasi dan adaptasi.

Organisasi ialah proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga menjadi dikenal oleh individu. Adaptasi ialah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungannya.

Intelegensi merupakan dasar bagi perkembangan kognitif. Intelegensi merupakan suatu proses berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan. Dalam teori Jean Piaget dia membagi perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi sehingga dewasa, yang berlangsung melalui empat tahapan yaitu :

- Sensorik-motorik (0-1,5 tahun) pada tahap ini aktivitas kognitif berpusat pada aspek alat dria (sensorik) dan gerak (mototrik). Artinya, dalah tahap ini anak hanya mampu melakukan penegenalan lingkungan dengan alat drianya dan pergerakannya

(11)

dengan menggunakan tanda-tanda simbol, cara berfikirnya tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Cara berfikirnya ditandai dengan ciri-ciri: (a) transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis, (b)

ketidakjelasan hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis, (c) animism, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya, (d) artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia, (e) perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat atau dengar, (f) mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapainya, (g) centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada suatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya, (h) egocentrism, artinya anak meliohat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri.

- Concrete operational (6-12 tahun), anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis, perkembangan kognitif pada tahap ini memberikan anak kecakapan berkenaan dengan konsep klasifikasi, hubungan, dan kuantitas.

Konsep klasifikasi ialah kemampuan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama.

Konsep hubungan ialah kemtangan anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu kesadaran anak bahwa suatu kuantitas tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah asal tidak ditambah atau dikurangi.

- Formal operasional (12 tahun ke atas), perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan individu untuk berfikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara hal yang sempit.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran, antara lain :

a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam mengajar guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

b) Anak-anak akan belajar lebih baikapabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.

(12)

d) Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya.

e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.

2. Teori Pemrosesan informasi (Robert Gagne)

Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri atas (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik. Informasi verbal ialah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat). Kecakapan intelektual ialah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, kecakapan intelektual mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum. Kecakapan inteltual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah. Strategi kognitif , ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini ialah kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang efektif. Sikap, ialah hasil pembelajran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Kecakapan mototrik, ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Tahapan proses pembelajaran menurut teori Gagne terjadi melalui delapan fase yaitu :

- Fase motivasi, ialah fase awal individu memulai pembelajaran denan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam fase ini individu didorong untuk mengubah perilakunya agar mencapai apa yang dikehendaki.

(13)

- Fase pemerolehan, dalam fase ini dimana individu mempersepsi atau memberikan makna kepaa segala informasi yang sampai pada dirinya. Dalam fase ini terjadi proses simpan awal (short term memory), untuk memudahkan penyimpanan biasanya informasi disimpan dengan kode-koe tertentu.

- Fase penahanan, adalah dimana informasi yang diterima dan dapat dipakai dalam jangka waktu panjang. Dalam fase ini terjadi proses mengingat atau menyimpan informasi untuk jangka waktu panjang (long term memory). Dengan proses ini maka hasil pembelajaran dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.

- Fase ingatan kembali, ialah fase dimana individu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu. Pengeluaran ini terjadi apabila mendapat rangsangan untuk mengeluarkannya.

- Fase generalisasi, yaitu fase dimana individu akan menggunakan kembali hasil pembelajaran yang dimiliki untuk satu keperluan tertentu yaitu meminah suatu hasil pembelajaran dari keadaan khusus kekeadaan umum.

- Fase pemberlakuan, ialah perubahan perwujudan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran. Dalam fase ini individu akan menunjukkan perilaku-perilaku yang baru sesuai hasil pembelajarannya dengan adanya tindak balas yang berupa perilaku dalam menghadapi rangsangan di lingkungan.

- Fase umpan balik, ialah fase dimana individu memperoleh umpan balik (feed back) dari perilaku yang telah dilakukannya. Apabila perilakunyamemberikan kepuasan, maka akan diperkuat (peneguhan positif), dan sebaliknya apabila perilakunya memberikan umpan balik yang kurang memuaskan, maka akan dikurangi (peneguhan negatif).

Dalam kaitannya dengan pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada sembilan langkahpengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Melakukan tindakan untuk menrik perhatian siswa

(14)

3. Merangsang siswa untuk memulai aktifitas pembelajaran

4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan

5. Memberikan bimbingan bagi aktifitas siswa dalam pembelajaran

6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa

7. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa

8. Melaksanakan penialaian proses dan hasil pembelajaran

9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran

3. Teori Pembelajaran Sosial-Kognitif (Albert Bandura)

Teori yang dikemukan oleh Albert Bandura ini disebut juga teori pembelajaran sosial-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajran melalui peniruan. Teori Bandura didasarkan pada tiga asumsi, yaitu pertama, bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain yang disebut pula sebagai perilaku model atau perilaku contoh. Kedua, terdapat hubungan yang berkaitan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam ketaerkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku, dan faktor-faktor pribadi.

Ketiga, ialah bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

(15)

Proses peniruan model ini akan dipengaruhi oleh faktor kualitas model itu sendiri dan kualitas individu. Model-model yang akan ditiru ditentukan oleh tiga faktor : faktor pertama, ialah ciri-ciri model, yaitu model yang memiliki ciri-ciri yang bersesuaian dengan individu akan lebih mungkin ditiru dibanding dengan model yang kurang bersesuaian. Faktor keadua, ialah nilai prestise daripada model, model yang mempunyai nilai prestise tinggi akan lebih mungkin ditiru dibandingkan dengan model yang mempunyai nilai prestise rendah. Faktor ketiga, ialah peringakat ganjaran instrinsik, artinya kualitas rasa kepuasan yang diperoleh dengan meniru suatu model. Artinya aktivitas itu sendiri memberikan kepuasan bagi individu yang melakukan peniruan. Individu yang mempunyai kurang rasa percaya diri akan banyak melakukan peniruan.

Dalam kaitannya dengan pengajaran didalam kelas, guru hendaknya merupakan tokoh perilaku bagi siswa-siswanya. Proses kognitif siswa hendaknya mendapat perhatian dari guru, kemudian lingkungan hendaknya memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru membantu siswa dalam mengembangkan perilaku pengajaran. Guru hendaknya mempehatikan karakteristik siswa terutama berkenaan dengan perbedaan individual, kesediaan , motivasi, dan proses kognitifnya. Proses pembelajaran hendaknya tidak terpisah dari lingkungan sosial, artinya apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan pengajaran hendaknya memiliki keterkaitan dan padanan dengan kehisupan sosial nyata.

Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan strategi sebagai berikut :

1. Mengidentifkasi model-model perilaku yang akan digunakan di kelas

2. Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional, dan

memilih perilaku-perilaku model

3. Mengembangkan urutan atau peringakat proses pengajaran

4. Menerapkan aktifitas pembelajaran siswa dengan membentuk proses kognitif dan mototrik.

(16)

Pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar ini artinya keberhasilan belajar mengajar banyak tergantung dari pihak pendidik itu sendiri. Salah satu hal yang paling strategis adalah mengenal dan menerapkan berbagai aspek psikologis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya proses belajr mengajar. Guru dituntut harus memapu mewujudkan perilaku mgajar secara tepat agar menjadi belajar yang efektif dalam diri siswa atau pelajar. Disamping itu, guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.

Guru dituntut untuk mapu mrningkatkan kualitas belajar para peserta didik (siswa) dalam bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, pekerja yang produktif, dan anggota masyarakat yang baik. Guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar, dan sebagai direktur belajar.

Sebagai perancang pengajaran (designer of instruction) guru diharapkan mampu untuk rmerancang kegiatan belajar mengajar secara efektif dengan suasana yang kondusif bagi siswa. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metoda, kegiatan evaluasi, dsb.

Sebagai pengelola pengajaran (manager of instruction), seorang guru akan berperan mengelola seluruh proses belajar mengajar dengan mnciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan belajar hendaknya dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik.

(17)

Sebagai pengarah belajar (director of learning), guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai peranan sebagai “motivator” keseluruhan kegiatan belajar siswa.

Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah antara lain :

1. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkannya.

2. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat.

3. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitifitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar

4. Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada peserta didik

5. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya baik isi maupun metode

6. Memiliki sikap terbuka, luwes dan eksperimental dalam metode dan teknik

D. Menjadi Guru yang Efektif

Untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang efektif dalam mengajar sangat diperlukan kemampuan seorang pendidik yang benar benar memahami akan peran dan tugasnya sebagai pendidik. Selain hal tersebut di atas seorang pendidik yang baik juga ditiuntut untuk memiliki kecakapan dan keterampilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, diantaranya adalah :

a. Professional Knowledge (pengetahuan profesional)

Berdasarkan penelitian , guru yang efektif menggunakan bentuk-bentuk pengetahuan (Bransford, Darling-Hammond, & LePage, 2005) sebagai berikut :

Content Knowledge (pengetahuan tentang isi), para guru harus mengetahui tentan g materi pembelajatan yang ingin diajarkan kepada para siswa, memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.

(18)

cukup untuk membuat seseorang menjadi guru yang baik. Pengetahuan umum tentang pedagogik sangat diperlukan bagi seorang guru atau pendidik.

Knowledge about Learner (pemahaman terhadap para siswa), mengajar yang efektif membutuhkan pengetahuan yang luas tentang berbagai macam cara tentang tingkah laku dan gaya belajar siswa serta karakteristik unik para siswa dalam belajar. Guru harus mengetahui bagaimana merancang sebuah pengajaran yang dengan perkembangan mental dan pemahaman siswa sesuai dengan perkembangan usia para siswa.

Knowledge about Curriculum (pengetahuan tentang kurikulum), walaupun guru telah dilengakapi buku teks pelajaran untuk mengajar, guru juga perlu mengatehui apa yang dia ajarkan sesuai dengan panduan atau kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, memahami tentang kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah akan sangat membantu guru dalam membuat rancangan pengajaran, memilih bahan ajar, menbuat tugas berdasarkan kebutuhan belajar para siswa, dan bagaimana mengevaluasi hasil belajar siswa.

b. Professional Skill (keterampilan professional)

Apabila pengetahuan profesional adalah tentang bagaimana cara belajar-mengajar dengan baik, keterampilan profesional adalah tentang kemampuan bagaimana pemahaman tentang belajar mngajar dugunakan secara efektif di dalam kelas ketika guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Mungkin para pendidik atau guru sering membaca buku atau artikel tentang manajemen kelas tetapi apabila guru atau pendidik tidak dapat menggunakannya dalam praktek sehari-hari dia tidak akan dapat menjadi guru yang efektif bagi para siswanya. Seorang pendidik atau guru yang efektif dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut :

Planning Skill (kemampuan perencanaan), sebagai seorang guru perencanaan pengajaran merupakan salah satu tugas yang harus dia kerjakan guna mempersiapkan bagaimana pelajaran akan berlangsung, aktifitas apa yang akan dilakukan oleh para siswa, dan penilaian seperti apa yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

(19)

Motivation Skill (keterampilan memotivasi), guru atau pendidik yang efektif memberikan siswa kesempatan untuk memikirkan tetang cita-cita pribadi dan tujuan yang ingin dicapai dan memberikan solusi serta jalan keluar juga motivasi dalam diri para siswa dab bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam belajar.

Classroom Management Skill (keterampilan mengelola kelas), seorang guru yang efektif berbagai macam strategi dan metode dalam pembelajaran, menegakkan aturan didalam kelas, mengawasi dan mencegak tindakan yang tidak sesuai, dan menangani setiap permasalahan yang melanggar disiplin muncul di dalam kelas.

Assesment Skill (keterampilan mengevaluasi), seorang guru yang efektif secara teratur mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan para siswanya dengan berbagai macam metode baik secara resmi maupun tidak. Penilaian resmi meliputi, presentasi siswa, kuis, tugas proyek, dan ujian yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah maupun lembaga lain yang diberikan hak dan kewenangan untuk melakukan penilaian.

Technology Skill (kemampuan menggunakan teknologi), sebagai seorang guru yang baik dan efektif dalam melakukan proses pembelajaran dituntut untuk menguasai perangkat tekonolgi yang dapat membantu dalam proses belajar-mengajar.

Dari hal-hal yang dikemukakan diatas hendaklah seorang pendidik dapat selalu mengembangkan kemapuan teknologi, baik kemampuan teknologi dalam bidang proses belajar-mengajar maupun teknologi yang digunakan sebagai penunjang dalam kegitan belajar siswa agar para siswa dapat lebih nebgembangkan potensi belajar yang dimiliki oleh siswa, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat mencapai hasil yang maksimal.

(20)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.

Keberadaan psikologi pendidikan sangat mendukung bagi para pendidik untuk lebih memahami para peserta didik sehingga keberadaan psikologi pendidikan sangat diperlukan bagi para pendidik (guru), sudah seharusnya seorang pendidik memahami tentang psikologi pendidikan guna menunjang aktifitas proses pembelajaran diruang kelas dan dengan psikologi pendidikan diharapkan para pendidik lebih memahami tentang karakteristik siswa yang dididiknya sehingga mereka dapat menggunakan potensi belajar mereka dengan maksimal

B. Saran

Seorang pendidik seharusnya terus belajar dan mengembangkan kemampuan serta menggali potensi-potensi yang dimilikinya dterutama bidang yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Dalam hal ini, ada tiga hal penting yang harus kita perhatikan dengan baik, yaitu :

1. Memahami tentang psikologi pendidikan

Sudah seharusnya para pendidik (guru) untuk memahami tentang psikologi pendidikan agar dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang dimiliki dalam proses belajar mengajar.

2. Mempelajari tentang Teori-teori pembelajaran

(21)

pendidikan untuk meningkatkan kompetensi keilmuan meraka dalam bidang pendidikan.

3. Menjadi guru yang efektif

Mendidik atau mengajar merupakan pekerjaan yang sangat memerlukan keterampilan untuk berimprovisasi agar apa yang disampaikan kepada peserta didik dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didik mengingat belajar bagi siswa atau peserta didik merupakan rutinitas yang mereka harus jalani sehari-hari. Untuk menjadi guru yang efektif seorang pendidik atau guru harus memiliki kemampuan managemen kelas yang baik dengan mempelajari dan menguasai kompetensi professional dalam bidang pendidikan.

(22)

Prof. Dr. H. Mohammad Surya. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: CV. Mahaputra Adidaya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat perbedaan lebih jelasnya persepsi akuntan intern tentang etika bisnis terhadap relasi dari masing-masing bank dapat dilihat dari output Turkey Test dan Bomferom

antara pembeli-sebagai representasi akan permintaan terhadap suatu barang- dengan penjual – representasi akan penawaran suatu barang di pasar menentukan tingkat

Diduga terjadi korelasi yang tinggi antara karakteristik-karakteristik tenaga kerja, sehingga analisis hubungan antara karakteristik tenaga kerja terhadap produksi tanaman

Saran Penulis dalam penelitian ini adalah (1) keluarga single parent sebaiknya menggunakan pola komunikasi Pluralistik, karena menurut peneliti pola ini mampu menjalin

Skripsi berjudul “Representasi Kekerasan Simbolik dalam Film Animasi Minions” ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana kekerasan simbolik direpresentasikan melalui shot dan

Sosis ikan harus dibuat dari bahan baku daging ikan segar yang1.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan. ©

Sungguh ini merupakan sebuah anugerah yang sangat besar, karena berbagai tanaman obat ini mempunyai efek yang mirip dengan struktur kimia obat-obatan medis, sehingga sangat