• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah 2.1.1. Definisi Tekanan Darah - Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah 2.1.1. Definisi Tekanan Darah - Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah

2.1.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati

setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

selama siklus jantung ke arteri, kapiler dan vena yang kemudian akan mengalir ke

jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung, dimana

nilai tertinggi dicapai pada puncak sistolik dan nilai terendah dicapai pada saat akhir

diastolik. Perbedaan tekanan antara nilai sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi

(Vita, 2006).

Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang bersirkulasi

pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari

tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung,

kecepatan pernapasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang

memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh respon oleh arteri-arteri pada

aliran darah (Soeripto, 2008).

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Vita (2006) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung

pada:

a. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah

(2)

b. Emosi

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

Luapan emosi seperti perasaan takut, cemas cenderung membuat tekanan darah

meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung memompa darah lebih cepat sehingga

tekanan darah mengalami peningkatan. Biasanya tekanan darah akan menjadi naik

dalam satu waktu saja.

c. Stres

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dapat

terjadi karena adanya hormon stres, yaitu epinefrin (adrenalin) yang dilepaskan dari

kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya.

d. Umur

Menurut Guyton dan Hall dalam Hendra (2009) bahwa tekanan darah akan

cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan

meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat

sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang

tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya

(3)

e. Jenis Kelamin

Menurut Pearce dalam vita (2006) bahwa tekanan darah pada perempuan

sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi

setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat status gizi (obesitas).

Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk

dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal,

untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari

27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Pearce, 1999).

f. Minum alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Parsudi, 1992). Beberapa studi

menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta

diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI,

2006).

g. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh

akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih

tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap.

Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada

(4)

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun

rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20

kaliper menit (Mangku, 1997).

Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:

a. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan

sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis

dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat

mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba

dan tidak terduga (Suma’mur, 2009).

Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan

mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan

darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah

cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan

menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah

stress (Soeripto, 2008).

b. Panas

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan

(5)

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler

bertambah (Suma’mur, 2009).

2.1.3. Pengaruh Panas terhadap Tekanan Darah

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat

strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas

beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004).

Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu

tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2000).

Menurut Grandjean dalam Yulisnawati (2007) bahwa saat suhu panas tejadi,

maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang

dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar kemudian kulit mulai diisi

dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan

kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan, dan

konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara.

Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama

jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya, sehingga akan

menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah. Efek sistematis yang timbul adalah

meningkatnya suhu inti tubuh karena paparan panas secara terus menerus sehingga

organ-organ yang berfungsi dalam mendorong kerja tubuh juga akan bereaksi

terhadap efek panas ini, seperti meningkatnya suhu kulit yang merupakan bagian

terluar tubuh, kemudian akan diiringi dengan pengeluaran keringat akibat

(6)

sehingga akan berpengaruh terhadap beberapa organ yang proses kerjanya

membutuhkan darah sebagai alat transportasi.

Menurut Gabriel dalam Kurniawan (2010) bahwa pengaruh panas terhadap

biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya

peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya

dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi

(peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Jumlah O2 dan CO2 di dalam

darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.

Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim

kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil

penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah

yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas

sekali akan memperburuk kondisi pekerja (Santoso, 2004).

2.2. Panas

2.2.1. Definisi Panas

Dalam proses industri sering menggunakan alat yang bersuhu tinggi, yang

diperoleh dari suatu sumber panas seperti dapur peleburan baja, dapur peleburan

gelas, dapur pembakaran keramik, dan lain-lain. Tidak hanya itu, sumber-sumber

panas juga dapat timbul sebagai akibat dari rangkaian proses produksi di dalam suatu

industri, seperti pengecoran logam, moulding, generator, kompresor, ketel uap, juga

pada bagian finishing industri tekstil serta lainnya (Suma’mur, 2009).

Umumnya di dalam industri sering kita jumpai adanya perbedaan suhu yang

(7)

terjadinya perbedaan panas yang besar pula. Energi panas yang berasal dari sumber

(dapur,pengecoran logam,motor atau dari sumber yang lain) akan dipancarkan secara

langsung atau melalui permukaan dapur dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang

bersuhu dingin dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian

iklim atau cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan tekanan panas

yang akan diterima oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai beban panas tambahan.

Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Dalam kaitan ini, ada satu

hal yang sangat penting untuk diketahui dari tenaga kerja yang bekerja dilingkungan

tempat kerja yang panas (Sukmana, 2003).

Menurut Suma’mur (2009) panas adalah kombinasi dari suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress)

adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tubuh manusia selalu

menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan

oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh selalu saling terjadi

pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan) panas ini tergantung dari suhu

lingkungan (iklim kerja).

Menurut Tarwaka (2004) Ada dua macam sumber panas yang sangat penting

untuk para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:

1. Panas Metabolisme

Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses

yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini disebut proses metabolisme. Panas

metabolisme meningkat apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat. Dalam

(8)

konstan (37°C). Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat

terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan dari metabolisme. Oleh karena itu

kelebihan panas pada tubuh yang dibuang ke udara sekitarnya.

2. Panas dari luar tubuh

a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban kerja.

b. Faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara, kecepatan gerak

udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua menentukan kecepatan

(kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan tempat

kerja.

2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas

Menurut Soeripto (2008) Panas terutama dapat dipancarkan dari tubuh ke

sekitarnya dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan keringat. Dalam

hal ini darah memainkan peranan penting, yaitu : darah membawa panas dari dalam

dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dihamburkan ke sekitarnya. Kecepatan

panas yang dihamburkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat

dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja dengan cara :

a. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang

lainnya yang saling berhubungan dalam keadaan tetap, misalnya perpindahan panas

dari kulit ke udara. Dalam kondisi sebagaimana disebutkan, agar perpindahan panas

(9)

b. Konveksi

Konveksi merupakan bentuk kegiatan pendinginan akibat paparan panas,

Seperti penggunaan kipas angin secara terus menerus akan menggerakkan udara

dingin yang lain ke arah kulit dan mendorong udara yang telah hangat oleh pengaruh

kulit, ini adalah cara umum untuk mendinginkan tubuh. Angin dingin atau angin

sepoi-sepoi juga mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh, sama seperti

prinsip-prinsip konduksi/konveksi. Gerakan udara yang lebih cepat mempunyai pengaruh

mendinginkan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa keduanya baik

suhu udara ataupun kecepatan udara gerak udara merupakan faktor penentu seberapa

banyak pendinginan dapat dicapai dengan konduksi-konveksi. Suhu udara yang lebih

rendah, lebih besar jumlah panas konduksi yang dipindahkan (hilang). Lebih tinggi

kecepatan udara, lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang.

c. Penguapan

Penguapan dapat diartikan sebagai proses pendinginan yang dilakukan dengan

menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk

mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat dengan

konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit. Apabila kelembaban udara

rendah, sejumlah besar penguapan dapat terjadi dan mempercepat pendinginan.

Namun apabila kelembaban udara atau kandungan uap air udara tinggi, maka

penguapan yang terjadi sangat sedikit, sehingga pendinginan berjalan berjalan lambat.

Oleh karena itu pada hari-hari panas dan udara lembab menghasilkan tekanan panas

(10)

seperti itu, suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara merupakan

faktor-faktor yang kritis.

d. Radiasi

Radiasi merupakan perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda

yang lebih dingin yang ada di sekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja

(perpindahan panas dengan cara radiasi umumnya tidak memerlukan media). Panas

dipindahkan melalui suatu ruang, sedang benda-benda tidak saling menyentuh antara

yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, panas dari suatu ketel uap atau dari

matahari akan dipindahkan ke benda-benda yang ada di sekitarnya. Dengan cara yang

sama, bila sekitarnya lebih dingin dari pada suhu tubuh, maka panas tubuh akan

dipindahkan ke lingkungan sekitarnya. Apabila suhu lingkungan sekitar tubuh lebih

tinggi dari suhu tubuh, maka tubuh akan menyerap panas dari lingkungan.

2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh

Di dalam kehidupan, tubuh manusia selalu memproduksi panas. Proses dalam

menghasilkan panas ini disebut metabolisme. Proses ini pada dasarnya adalah proses

oksidasi dari bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, protein, yang diatur oleh

enzyme (Santoso, 2004).

Manusia termasuk golongan makhluk homoetermis yaitu makhluk yang

mampu mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu lingkungan sekitarnya

berubah-ubah. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem

pengatur suhu. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang

dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh

(11)

Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi, dan proses ini

terus berlangsung supaya kehidupan manusia dapat dipertahankan. Hasil dari

metabolisme ini antara lain adalah energi dan panas. Panas yang dihasilkan inilah

yang merupakan sumber utama panas tubuh manusia. Dengan demikian panas akan

terus dibentuk walaupun dalam keadaan istirahat, selama proses metabolisme

berlangsung (Depkes RI, 2006).

Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses

pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh

tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran

panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya (Soeripto, 2008)

Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang

menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat kita

raba atau rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh

panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya

terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak

pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia

yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi

panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan

menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja (Depkes RI,

(12)

2.2.4. Nilai Ambang Batas

Adapun nilai ambang batas iklim kerja sesuai dengan Permenakertrans No. 13

Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat

Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan

untuk lingkungan fisik di tempat kerja, yang salah satunya adalah NAB untuk iklim

kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adopsi dari ACGIH

(American Governmental of Industrial Hygienists). ACGIH merupakan sebuah

organisasi sosial profesional non pemerintah dari Amerika Serikat yang bergerak

dalam bidang kesehatan kerja dan lingkungan kerja.

Menurut ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists) dalam

Harrianto (2010) dinyatakan bahwa :

Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu lingkungan

(13)

2.2.5. Efek Panas pada Manusia

Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan

efek negatif. Efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat

kemampuan fisik dan mental (I Nyoman, 2004).

Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia

No Tingkat

Temperatur (°C)

Efek Terhadap Tubuh

1 ± 49 °C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental

2 ± 30 °C Aktivasi mental dan daya tangkat mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan 3 ± 24 °C Kondisi optimum

4 ± 10 °C Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul

2.2.6. Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh

Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas.

Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar

tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di

luar tubuh. Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara

tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian

panas secara fisiologi dan fisika (Soeripto, 2008).

Adapun respon tubuh terhadap tekanan panas:

a. Aklimatisasi

Menurut Harrianto (2010) aklimatisasi yaitu suatu penyesuaian fisiologis

terhadap lingkungan kerja yang panas. Proses aklimatisasi dimulai dengan

pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan secara bertahap pada

(14)

pekerja baru, dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai

dengan bekerja 20% dari total jam kerja sehari, dan ditingkatkan 20% setiap hari

sampai akhir masa aklimatisasi. Namun kemampuan penyesuaian pekerja terhadap

lingkungan kerja yang panas akan hilang dengan cepat jika berhenti bekerja selama

beberapa hari dari tempat tersebut. Oleh sebab itu, pekerja yang baru bekerja kembali

setelah cuti panjang, harus melaksanakan periode aklimatisasi lagi. Dibutuhkan

paling sedikit 3 hari kerja untuk mengembalikan kemampuan penyesuaian pekerja.

Pada hari pertama pekerja tersebut bekerja 50% dari total jam kerja sehari, di hari

kedua 80% dan hari ketiga baru dapat bekerja secara penuh. Alkohol dan jenis

obat-obatan yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi

kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan tersebut adalah

antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif, tranquilizer, antidepresan dan

amfetamin.

Menurut Siswanto dalam Eva (2006) bahwa aklimatisasi merupakan proses

pembentukkan keringat akibat proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan

pengeluaran keringat yang banyak, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh.

Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang

terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan

penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan

keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk

beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada

(15)

b. Umur

Menurut Sukmana (2003) bahwa daya tahan seseorang terhadap panas akan

menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat

mengeluarkan keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang

lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi

normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh

penderita (Heat Stroke) adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi

maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai

dengan bertambahnya umur.

c. Ukuran Tubuh

Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa adanya perbedaan ukuran

tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan

ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif

lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang

lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang

dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga toleran

terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata.

d. Gizi

Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa respon yang berlebihan

terhadap tekanan panas ditujukan kepada orang yang memiliki status gizi yang buruk,

hal ini dikarenakan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.

(16)

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat dalam Tarwaka (2004) bahwa reaksi

fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar

comfort zone adalah sebagai berikut :

1. Vasodilatasi

Saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak.

Pembuluh darah akan mengembang, dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui

lapisan di luar dan kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas

disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke

udara melalui konveksi, radiasi, penguapan dan konduksi, tergantung dari suhu udara,

kelembaban udara dan cepat gerak udara.

2. Denyut jantung meningkat

Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada

irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya.

3. Temperatut kulit meningkat

Paparan panas yang berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan

dampak terhadap kulit, salah satunya adalah meningkatnya temperatur kulit.

4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dan lain lain.

Panas yang hilang melalui sirkulasi darah umumnya merupakan suatu cara

pemeliharaan suhu tubuh bagian dalam agar tetap stabil. Namun demikian, apabila

hal ini tidak mencukupi,maka otak akan meneruskan rasa adanya kelebihan panas

(17)

menghasilkan keringat (keringat adalah suatu campuran air dan garam). Keringat di

atas kulit diuapkan dan permukaan kulit menjadi dingin.

Dengan banyaknya penguapan keringat, maka akan menyebabkan terjadinya

peningkatan aliran darah, kulit banyak mengatur pelepasan kelebihan panas. Namun

apabila suhu udara dan sekitarnya mendekati suhu normal dari kulit, maka tugas

mendinginkan tubuh menjadi lebih sulit. Darah yang membawa panas ke permukaan

tubuh tak dapat melepaskan panas baik melalui konveksi maupun konduksi

(Sukmana, 2003).

Menurut Suma’mur (2009) Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat

pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering

melakukan istirahat curian.

2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang

disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena

gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak,

kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.

3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/keringat buntat, gatal kulit akibat

kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistirahat pada

tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang keringat.

4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat

keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang

kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit

(18)

5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak

tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau

perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak

cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus, lemah, dan

sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum

beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.

7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh

meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai

faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah keadaan darurat

medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah bingung, perilaku irasional,

hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat (biasanya), kulit panas, keringat dan

temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat

kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi

(19)

2.3. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep

Pre-Test Post-Test

2.4. Hipotesis

Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar

panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013.

Paparan Panas

Tekanan Darah Sebelum Bekerja

Gambar

Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Manajemen Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disebut SIMPBB adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah

El papel de la sociedad delante de un niño que tenga una discapacidad visual es sumamente importante para que el niño se sienta integrado, considerado y respetado. Un niño con

Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang tertutup oleh jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten sendiri

Hasil penelitiannya adalah ada pengaruh penggunaan media diorama terhadap hasil belajar IPA tentang ekosistem pada siswa kelas V SD Grogol Bantul dengan hasil perhitungan mean

26 Agustus 2013 tentang Penetapan Penyedia Barang / Jasa Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2013 Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Labuhanbatu Selatan1. Nomor Paket

[r]

• To outline the marketing function and its role within a corporation’s business strategies , also hopefully generating a passion for the Marketing discipline and empowering you

(1) UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, merupakan unsur pelaksana teknis Dinas yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis