BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah
2.1.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati
setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan
selama siklus jantung ke arteri, kapiler dan vena yang kemudian akan mengalir ke
jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung, dimana
nilai tertinggi dicapai pada puncak sistolik dan nilai terendah dicapai pada saat akhir
diastolik. Perbedaan tekanan antara nilai sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi
(Vita, 2006).
Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang bersirkulasi
pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari
tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung,
kecepatan pernapasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang
memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh respon oleh arteri-arteri pada
aliran darah (Soeripto, 2008).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vita (2006) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung
pada:
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah
b. Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Luapan emosi seperti perasaan takut, cemas cenderung membuat tekanan darah
meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah mengalami peningkatan. Biasanya tekanan darah akan menjadi naik
dalam satu waktu saja.
c. Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dapat
terjadi karena adanya hormon stres, yaitu epinefrin (adrenalin) yang dilepaskan dari
kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya.
d. Umur
Menurut Guyton dan Hall dalam Hendra (2009) bahwa tekanan darah akan
cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan
meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat
sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang
tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya
e. Jenis Kelamin
Menurut Pearce dalam vita (2006) bahwa tekanan darah pada perempuan
sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi
setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat status gizi (obesitas).
Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk
dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal,
untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari
27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Pearce, 1999).
f. Minum alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Parsudi, 1992). Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI,
2006).
g. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi
tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh
akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih
tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap.
Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun
rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di
ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20
kaliper menit (Mangku, 1997).
Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:
a. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan
sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis
dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat
mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba
dan tidak terduga (Suma’mur, 2009).
Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan
mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan
darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah
cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan
menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah
stress (Soeripto, 2008).
b. Panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler
bertambah (Suma’mur, 2009).
2.1.3. Pengaruh Panas terhadap Tekanan Darah
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat
strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas
beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004).
Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu
tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut Grandjean dalam Yulisnawati (2007) bahwa saat suhu panas tejadi,
maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang
dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar kemudian kulit mulai diisi
dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan
kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan, dan
konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara.
Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama
jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya, sehingga akan
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah. Efek sistematis yang timbul adalah
meningkatnya suhu inti tubuh karena paparan panas secara terus menerus sehingga
organ-organ yang berfungsi dalam mendorong kerja tubuh juga akan bereaksi
terhadap efek panas ini, seperti meningkatnya suhu kulit yang merupakan bagian
terluar tubuh, kemudian akan diiringi dengan pengeluaran keringat akibat
sehingga akan berpengaruh terhadap beberapa organ yang proses kerjanya
membutuhkan darah sebagai alat transportasi.
Menurut Gabriel dalam Kurniawan (2010) bahwa pengaruh panas terhadap
biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya
peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya
dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
(peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Jumlah O2 dan CO2 di dalam
darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.
Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim
kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil
penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah
yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas
sekali akan memperburuk kondisi pekerja (Santoso, 2004).
2.2. Panas
2.2.1. Definisi Panas
Dalam proses industri sering menggunakan alat yang bersuhu tinggi, yang
diperoleh dari suatu sumber panas seperti dapur peleburan baja, dapur peleburan
gelas, dapur pembakaran keramik, dan lain-lain. Tidak hanya itu, sumber-sumber
panas juga dapat timbul sebagai akibat dari rangkaian proses produksi di dalam suatu
industri, seperti pengecoran logam, moulding, generator, kompresor, ketel uap, juga
pada bagian finishing industri tekstil serta lainnya (Suma’mur, 2009).
Umumnya di dalam industri sering kita jumpai adanya perbedaan suhu yang
terjadinya perbedaan panas yang besar pula. Energi panas yang berasal dari sumber
(dapur,pengecoran logam,motor atau dari sumber yang lain) akan dipancarkan secara
langsung atau melalui permukaan dapur dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang
bersuhu dingin dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian
iklim atau cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan tekanan panas
yang akan diterima oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai beban panas tambahan.
Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Dalam kaitan ini, ada satu
hal yang sangat penting untuk diketahui dari tenaga kerja yang bekerja dilingkungan
tempat kerja yang panas (Sukmana, 2003).
Menurut Suma’mur (2009) panas adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress)
adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tubuh manusia selalu
menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan
oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh selalu saling terjadi
pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan) panas ini tergantung dari suhu
lingkungan (iklim kerja).
Menurut Tarwaka (2004) Ada dua macam sumber panas yang sangat penting
untuk para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:
1. Panas Metabolisme
Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses
yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini disebut proses metabolisme. Panas
metabolisme meningkat apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat. Dalam
konstan (37°C). Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat
terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan dari metabolisme. Oleh karena itu
kelebihan panas pada tubuh yang dibuang ke udara sekitarnya.
2. Panas dari luar tubuh
a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban kerja.
b. Faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara, kecepatan gerak
udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua menentukan kecepatan
(kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan tempat
kerja.
2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas
Menurut Soeripto (2008) Panas terutama dapat dipancarkan dari tubuh ke
sekitarnya dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan keringat. Dalam
hal ini darah memainkan peranan penting, yaitu : darah membawa panas dari dalam
dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dihamburkan ke sekitarnya. Kecepatan
panas yang dihamburkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat
dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja dengan cara :
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang
lainnya yang saling berhubungan dalam keadaan tetap, misalnya perpindahan panas
dari kulit ke udara. Dalam kondisi sebagaimana disebutkan, agar perpindahan panas
b. Konveksi
Konveksi merupakan bentuk kegiatan pendinginan akibat paparan panas,
Seperti penggunaan kipas angin secara terus menerus akan menggerakkan udara
dingin yang lain ke arah kulit dan mendorong udara yang telah hangat oleh pengaruh
kulit, ini adalah cara umum untuk mendinginkan tubuh. Angin dingin atau angin
sepoi-sepoi juga mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh, sama seperti
prinsip-prinsip konduksi/konveksi. Gerakan udara yang lebih cepat mempunyai pengaruh
mendinginkan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa keduanya baik
suhu udara ataupun kecepatan udara gerak udara merupakan faktor penentu seberapa
banyak pendinginan dapat dicapai dengan konduksi-konveksi. Suhu udara yang lebih
rendah, lebih besar jumlah panas konduksi yang dipindahkan (hilang). Lebih tinggi
kecepatan udara, lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang.
c. Penguapan
Penguapan dapat diartikan sebagai proses pendinginan yang dilakukan dengan
menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk
mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat dengan
konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit. Apabila kelembaban udara
rendah, sejumlah besar penguapan dapat terjadi dan mempercepat pendinginan.
Namun apabila kelembaban udara atau kandungan uap air udara tinggi, maka
penguapan yang terjadi sangat sedikit, sehingga pendinginan berjalan berjalan lambat.
Oleh karena itu pada hari-hari panas dan udara lembab menghasilkan tekanan panas
seperti itu, suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara merupakan
faktor-faktor yang kritis.
d. Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda
yang lebih dingin yang ada di sekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja
(perpindahan panas dengan cara radiasi umumnya tidak memerlukan media). Panas
dipindahkan melalui suatu ruang, sedang benda-benda tidak saling menyentuh antara
yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, panas dari suatu ketel uap atau dari
matahari akan dipindahkan ke benda-benda yang ada di sekitarnya. Dengan cara yang
sama, bila sekitarnya lebih dingin dari pada suhu tubuh, maka panas tubuh akan
dipindahkan ke lingkungan sekitarnya. Apabila suhu lingkungan sekitar tubuh lebih
tinggi dari suhu tubuh, maka tubuh akan menyerap panas dari lingkungan.
2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh
Di dalam kehidupan, tubuh manusia selalu memproduksi panas. Proses dalam
menghasilkan panas ini disebut metabolisme. Proses ini pada dasarnya adalah proses
oksidasi dari bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, protein, yang diatur oleh
enzyme (Santoso, 2004).
Manusia termasuk golongan makhluk homoetermis yaitu makhluk yang
mampu mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu lingkungan sekitarnya
berubah-ubah. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem
pengatur suhu. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang
dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh
Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi, dan proses ini
terus berlangsung supaya kehidupan manusia dapat dipertahankan. Hasil dari
metabolisme ini antara lain adalah energi dan panas. Panas yang dihasilkan inilah
yang merupakan sumber utama panas tubuh manusia. Dengan demikian panas akan
terus dibentuk walaupun dalam keadaan istirahat, selama proses metabolisme
berlangsung (Depkes RI, 2006).
Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses
pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh
tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran
panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya (Soeripto, 2008)
Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang
menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat kita
raba atau rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh
panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya
terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak
pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia
yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi
panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan
menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja (Depkes RI,
2.2.4. Nilai Ambang Batas
Adapun nilai ambang batas iklim kerja sesuai dengan Permenakertrans No. 13
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
untuk lingkungan fisik di tempat kerja, yang salah satunya adalah NAB untuk iklim
kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adopsi dari ACGIH
(American Governmental of Industrial Hygienists). ACGIH merupakan sebuah
organisasi sosial profesional non pemerintah dari Amerika Serikat yang bergerak
dalam bidang kesehatan kerja dan lingkungan kerja.
Menurut ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists) dalam
Harrianto (2010) dinyatakan bahwa :
Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu lingkungan
2.2.5. Efek Panas pada Manusia
Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan
efek negatif. Efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat
kemampuan fisik dan mental (I Nyoman, 2004).
Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia
No Tingkat
Temperatur (°C)
Efek Terhadap Tubuh
1 ± 49 °C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental
2 ± 30 °C Aktivasi mental dan daya tangkat mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan 3 ± 24 °C Kondisi optimum
4 ± 10 °C Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul
2.2.6. Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh
Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas.
Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar
tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di
luar tubuh. Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara
tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian
panas secara fisiologi dan fisika (Soeripto, 2008).
Adapun respon tubuh terhadap tekanan panas:
a. Aklimatisasi
Menurut Harrianto (2010) aklimatisasi yaitu suatu penyesuaian fisiologis
terhadap lingkungan kerja yang panas. Proses aklimatisasi dimulai dengan
pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan secara bertahap pada
pekerja baru, dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai
dengan bekerja 20% dari total jam kerja sehari, dan ditingkatkan 20% setiap hari
sampai akhir masa aklimatisasi. Namun kemampuan penyesuaian pekerja terhadap
lingkungan kerja yang panas akan hilang dengan cepat jika berhenti bekerja selama
beberapa hari dari tempat tersebut. Oleh sebab itu, pekerja yang baru bekerja kembali
setelah cuti panjang, harus melaksanakan periode aklimatisasi lagi. Dibutuhkan
paling sedikit 3 hari kerja untuk mengembalikan kemampuan penyesuaian pekerja.
Pada hari pertama pekerja tersebut bekerja 50% dari total jam kerja sehari, di hari
kedua 80% dan hari ketiga baru dapat bekerja secara penuh. Alkohol dan jenis
obat-obatan yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi
kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan tersebut adalah
antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif, tranquilizer, antidepresan dan
amfetamin.
Menurut Siswanto dalam Eva (2006) bahwa aklimatisasi merupakan proses
pembentukkan keringat akibat proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan
pengeluaran keringat yang banyak, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh.
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang
terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan
penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan
keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk
beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada
b. Umur
Menurut Sukmana (2003) bahwa daya tahan seseorang terhadap panas akan
menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat
mengeluarkan keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang
lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi
normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh
penderita (Heat Stroke) adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi
maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai
dengan bertambahnya umur.
c. Ukuran Tubuh
Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa adanya perbedaan ukuran
tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan
ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif
lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang
lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang
dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga toleran
terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata.
d. Gizi
Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa respon yang berlebihan
terhadap tekanan panas ditujukan kepada orang yang memiliki status gizi yang buruk,
hal ini dikarenakan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk
memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat dalam Tarwaka (2004) bahwa reaksi
fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar
comfort zone adalah sebagai berikut :
1. Vasodilatasi
Saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak.
Pembuluh darah akan mengembang, dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui
lapisan di luar dan kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas
disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke
udara melalui konveksi, radiasi, penguapan dan konduksi, tergantung dari suhu udara,
kelembaban udara dan cepat gerak udara.
2. Denyut jantung meningkat
Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada
irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya.
3. Temperatut kulit meningkat
Paparan panas yang berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan
dampak terhadap kulit, salah satunya adalah meningkatnya temperatur kulit.
4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dan lain lain.
Panas yang hilang melalui sirkulasi darah umumnya merupakan suatu cara
pemeliharaan suhu tubuh bagian dalam agar tetap stabil. Namun demikian, apabila
hal ini tidak mencukupi,maka otak akan meneruskan rasa adanya kelebihan panas
menghasilkan keringat (keringat adalah suatu campuran air dan garam). Keringat di
atas kulit diuapkan dan permukaan kulit menjadi dingin.
Dengan banyaknya penguapan keringat, maka akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah, kulit banyak mengatur pelepasan kelebihan panas. Namun
apabila suhu udara dan sekitarnya mendekati suhu normal dari kulit, maka tugas
mendinginkan tubuh menjadi lebih sulit. Darah yang membawa panas ke permukaan
tubuh tak dapat melepaskan panas baik melalui konveksi maupun konduksi
(Sukmana, 2003).
Menurut Suma’mur (2009) Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat
pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering
melakukan istirahat curian.
2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang
disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena
gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak,
kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/keringat buntat, gatal kulit akibat
kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistirahat pada
tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang keringat.
4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit
5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak
tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau
perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak
cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus, lemah, dan
sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum
beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh
meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai
faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah keadaan darurat
medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah bingung, perilaku irasional,
hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat (biasanya), kulit panas, keringat dan
temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat
kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
Pre-Test Post-Test
2.4. Hipotesis
Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar
panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013.
Paparan Panas
Tekanan Darah Sebelum Bekerja