• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM DI ANDALUSIA DAN PENGARUHNYA TERHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISLAM DI ANDALUSIA DAN PENGARUHNYA TERHA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM DI ANDALUSIA

DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISSANCE

DI EROPA

MAKALAH

Dibuat Dalam Rangka Memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam Yang Diampu Oleh : Prof. Dr. Muslich Sabir, M.A

Oleh : Akhlis Nur Fu’adi NIM : 1400018019

PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

▸ Baca selengkapnya: bentuk departemen pada pemerintahan dinasti umayyah di damaskus adalah

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Andalusia, pernah bertorehkan tinta emas, puncak dari peradaban yang bernafaskan nilai-nilai Islam. Daratan Andalusia menjadi saksi selama kurang lebih delapan abad Islam membangun sebentuk kehidupan masyarakat yang mengagumkan, pada masa tersebut Islam pernah mengalami masa kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuan-kemajuan dalam banyak bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih banyak yang lainnya.

Andalusia (Spanyol Islam) adalah negeri yang subur, Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Spanyol merupakan tempat paling utama dan

jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial,

perekonomian, maupun peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahan Islam yang

berkembang di periode klasik.

Berbagai peristiwa dalam sejarah telah menunjukkan peranan dan kontribusi peradaban Islam untuk kemajuan peradaban dunia, khususnya dunia Eropa yang sebelumnya berada dalam kegelapan di bawah kungkungan gereja. Hal ini dapat dilihat dari masuknya Islam ke Spanyol yang merupakan bagian dari Benua Eropa. Kehadiran Islam di Spanyol telah membawa Eropa mencapai renaissaince.

Dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai, bagaimana proses masuk dan berkembangnya Islam di Andalusia, kemajuan apa saja yang telah dicapai umat Islam di Andalusia, bagaimana pengaruh peradaban Islam di Andalusia terhadap Renaissance di Eropa?

(3)

1. Masuknya Islam di Andalusia

Andalusia terletak di Benua Eropa Barat Daya, dengan batas-batas di Timur dan Tenggara adalah Laut Tengah, di Selatan Benua Afrika yang terhalang oleh selat Gibraltar, di Barat Samudra Atlantik dan di Utara oleh Teluk Biscy. Jazirah ini dulu bernama Iberia (kurang lebih 93% wilayah Spanyol, sisanya Portugal). Spanyol diduduki umat Islam pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana sebelumnya umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu Propinsi dari Dinasti Bani Umayyah. Pada masa Al-Walid itu, beliau mengangkat Musa Ibn Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara.

Sebelum Andalusia dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Ghotik yang diperintah oleh seorang raja yang lalim yaitu Raja Roderik yang memerintah dengan tangan besi. Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memprihatinkan. Pada masa itu masyarakat terpopularisasi dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya, sehingga ada masyarakat kelas satu, dua dan tiga. Kelompok kelas satu yakni penguasa, terdiri atas Raja, para pangeran, pembesar Istana, pemuka agama, dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan tanah kecil. Kelompok kelas tiga terdiri atas para budak, termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, pengembala, nelayan, pandai besi, orang yahudi, dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari (M. Abdul karim, 2007: 228).

(4)

Dalam penaklukan Spanyol terdapat terdapat tiga pahlawan Islam yang dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana, mereka adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nusair. Perluasan kekuasaan Bani Umayyah ke Spanyol diawali dari rintisan Tharif Ibn Malik

yang berhasil menguasai ujung paling selatan Eropa. Upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq Ibn Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Spanyol Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfira, dan Cordova. bahkan Raja Roderik (Raja terakhir Visighotik) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M. Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Spanyol dalam sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Spanyol oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa Ibn Nusair yang akhirnya mampu menguasai Spanyol bagian barat yang belum pernah dilalui oleh Thariq tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Spanyol ke tangan Islam. Pada saat itu, Kekhalifahan Dinasti Umayyah pada masa Khalifah Al-Walid hanya menjadikan daerah Spanyol sebagai sebuah keamiran saja, Ia menunjuk Musa Ibn Nusair sebagai Amir di sana (Samsul Nizar, 2011: 77).

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Andalusia Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor ekstern dan

intern yang sangat menguntungkan.

Faktor ekstern, suatu kondisi yang terdapat di dalam Negeri Andalusia sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang

(5)

Faktor intern, suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa. Beberapa tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam

penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di wilayah tersebut (Syamsul Munir. A, 2010: 166-168).

3. Perkembangan Islam di Andalusia

Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di daerah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan peradaban Islam di sana. Islam di Spanyol berjaya dan berkuasa selama kurang lebih delapan abad dan itu merupakan waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi beberapa periode :

1) Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini Andalusia secara politis belum stabil, gangguan keamanan masih banyak terjadi dibeberapa wilayah, hal ini ditandai dengan masih adanya ancaman musuh Islam dari penguasa setempat. Periode ini adalah periode peletakan dasar, asas dan tujuan ekspansi Islam di Andalusia.

2) Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan yang bergelar Amir tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh Dinasti Abbasyiyah yang berpusat di Baghdad.

Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol Tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil. Dia adalah keturunan Bani

(6)

berhasil menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Dinasti Umayyah pada masa ini adalah : Abd Al Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Rahman Al-Ausath, Muhammad Ibn Abd Al-Rahman, Munzir Ibn Muhammad dan Abdullah Ibn Muhammad

(Badri Yatim, 2014: 95).

Al-Dakhil dapat dikatakan sebagai Founding Father Daulah Umayyah di Andalusia. Kemajuan yang dicapai pada periode ini, baik dalam bidang politik maupun peradaban, antara lain: Abd Rahman Al-Dakhil, mendirikan Masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam, dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam.

Hakam, dikenal sebagai pembaharu dibidang kemiliteran. Sedangkan

Abd Rahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat mulai masuk pada periode ini, ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya sehinga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.

3) Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “Raja-Raja Kelompok” yang dikenal dengan sebutan “Muluk Al-Thawaif”. Pada periode ini, Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada

Abdurrahman III bahwa Al-Muktadir khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya Sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat, saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abd Al-Rahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II

(7)

Pada periode ini, umat Islam Andalusia mencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman An-Nasir mendirikan Universitas Cordoba, perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat

menikmati kesejahteraan dan kemakmuran, pembangunan kota berlangsung cepat (Badri Yatim, 2014: 96-97).

4) Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini Spanyol terpecah lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah perintah raja-raja golongan atau “Al-Mulukuth Thawaif”, yang berpusat di suatu kota, seperti Sevilla, Cordoba, Toledo, dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mengalami pertikaian internal (Abuddin Nata, 2010: 262).

Ironisnya, kalau terjadi perang saudara diantara pihak-pihak yang bertikai itu ada yang meminta bantuan kepada Raja-Raja Kristen. Untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.

5) Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini meskipun Spanyol Islam masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun :

a. Dinasti Murabithun (1086-1143 M)

Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan

(8)

Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M kekuasaan Dinasti Murabithun berakhir baik di Afrika utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh Dinasti Muwahhidun.

b. Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M)

Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang didirikan oleh

Muhammad Ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri kerajaan kecil yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valensia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini datang ke Andalusia di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im. Dinasti ini mengalami banyak kemajuan dimana kota-kota penting yakni Cordoba, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Akan tetapi, tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami

kemunduran. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas De Tolesa. Kekalahan yang dialami Dinasti Muwaahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Andalusia dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Dalam kondisi demikian umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang besar. Tahun 1238 M, Cordoba jatuh ke tangan penguasa Kristen dan disusul Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.

6) Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, umat Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah Dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban Islam kembali mengalami kemajuan seperti pada zaman Abd Al-Rahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik Dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini juga berakhir, karena perselisihan kalangan istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh

(9)

Ferdenan dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta (Ahmad Syalabi, 1979: 78).

Kerjasama Abu Abdullah Muhammad dengan dua penguasa Kristen tersebut, sebagai awal berakhirnya kekuasaan Islam di Andalusia. Tentu saja, Ferdenan dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Andalusia. Abu Abdullah tidak mampu menahan serangan orang Kristen tersebut dan pada

akhirnya Abu Abdullah mengaku kalah. Abu Abdullah Muhammad menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenan dan Isabella dan kemuadian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah

kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini (Harun Nasution, 1985: 82).

4. Kemajuan dibidang Peradaban dan Ilmu Pengetahuan

Islam di andalusia telah mencatat satu lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa. Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah peradaban Islam, secara garis besar kemajuan-kemajuan yang dicapai umat Islam di Andalusia baik di bidang peradaban dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Kemegahan Pembangunan Fisik 1. Kordoba

(10)

sekeliling kota dan istananya. Supaya kota ini mendapatkan air bersih digalinya danau yang airnya didatangkan dari pegunungan. Air danau itu selain dialirkan melalui pipa ke istana dan rumah-rumah penduduk juga dialirkan melalui parit-parit ke kolam-kolam dan lahan-lahan pertanian.

Zaidan (t.t) berpendirian bahwa, penduduk Cordoba (termasuk daerah pinggiran) pada masa Al-Manshur Ibn Abi Amir kira-kira dua juta orang, bangunannya berjumlah 124.503 buah, terdiri dari

113.000 rumah penduduk, 430 buah istana, 6.300 rumah pegawai negeri, 3.873 buah masjid dan 900 buah pemandian umum

(sebagaimana dikutip oleh Maman A. Malik Sya’roni, 2004: 86). Seluruh jalan di Cordoba pada waktu itu sudah diperkeras dengan batu dan diterangi lampu pada waktu malam. Bandingkan dengan London yang 700 tahun kemudian hampir belum ada sebuah lentera pun yang menerangi jalan di sana.

Diantara kebanggan kota Cordoba lainnya adalah

a. Al-Qashr Al-Kabir, kota satelit yang di dalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.

b. Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut Cordoba.

c. Masjid Jami’ Cordoba, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.

d. Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir di tengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan (Jaih Mubarok, 2004: 71).

2. Granada

(11)

adlaha pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikeliling taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, menara Girilda, dan lain-lain (Badri Yatim, 2014:105).

b. Kemajuan Intelektual

Penaklukan Islam atas Andalusia memberikan dampak positif yang luar biasa, Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

1. Bidang Filsafat

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah, di lahirkan di Saragosa ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.

Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr Ibn Tufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat dalam usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah

kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.

Bagian akhir abad ke 12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordoba. lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah Al-Mujtahid

(Badri Yatim, 2014: 101-102).

(12)

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnas

termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu (A. Syalabi, 1979: 86)

Ibrahim Ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan

menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan Bint Abi Ja’far dan saudara perempuan

Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita (Nata, 2010: 267-268).

Dalam bidang sejarah dan geografi, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim di Mediterania dan Sicilia. Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan China. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus Filsafat Sejarah (Yatim, 2014: 102).

3. Bidang Fiqih

Spanyol Islam dikenal menganut Madzhab Maliki, adalah Ziyad Ibn Abd Al-Rahman orang yang memperkenalkan madzhab ini di sana. Perkembangan selanjutnya dilanjutkan Ibn Yahya yang sempat menjadi qadhi pada masa Hisyam Ibn Abd Rahman. Ahli fiqih lainnya diantaranya adalah Abu Bakr Ibn Al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm.

4. Bidang Musik dan Kesenian

(13)

anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak sehingga kemasyhuran tersebut tersebar luas (A. Syalabi, 1979: 88).

5. Bidang Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa arab. Baik ketrampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain, Ibn Sayyidih, Ibn Malik

pengarang kitab Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnati (Yatim, 2014: 103).

c. Faktor-Fakor Pendukung Kemajuan peradaban

1. Dukungan dari para penguasa. Kemajuan Spanyol Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuwan dan

cendekiawan.

2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di

Spanyol yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga

dan Granada) serta di bangunnya perpustakaan yang mempunyai koleksi buku-buku yang begitu banyak.

3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur sampai ujung barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya (Majid Fakhri, 1986: 356).

4. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Bani Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.

Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya

(14)

5. Al-Badi’ (1969) sebagaimana dikutip Yatim (2014: 106-107) berpendirian bahwa, Perpecahan politik pada masa Muluk

At-Thawaif dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap Dinasti di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada dan lain-lain berusaha menyaingi Cordoba. Kalau sebelumnya Cordoba merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk At-Thawaif berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.

d. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Peradaban Islam di Andalusia

Kedigdayaan Islam di Andalusia hanya mampu bertahan kurang dari delapan abad saja, kalau dihitung memang waktu yang cukup panjang dan terjadinya beberapa kali pergantian dinasti. Namun pada akhirnya datang juga masa yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran, yang sampai hari ini umat Islam masih belum bisa bangkit dari

keterpurukan itu.

Diantar penyebab luluhnya peradaban Islam di Andalusia adalah:

1. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan menagih upeti dari kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka

mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata (Yatim, 2014: 107)

Keadaan seperti ini dapat diprediksi, bahwa kelengahan umat Islam termasuk toleransi dan wewenang yang diberikan kepada umat Kristen dapat dimanfaatkan untuk mencari kelemahan umat Islam saat mereka lengah.

2. Tidak adanya ideologi pemersatu

(15)

Umayyah terhadap penduduk pribumi yang muallaf, mereka diperlakukan tidak sama seperti tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya.

Kelompok etnis non Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak perdamaian.

3. Krisis ekonomi

Diparuh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa lebih memperhatikan membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan lupa menata perekonomia, sehingga melemahkan ekonomi negara dan kekuatan militer secara politik.

4. Peralihan kekuasaan yang tidak jelas

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah Bani Umayyah di Andalusia runtuh dan

Muluk At-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat

kekuasaan Islam terakhir di Andalusia jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.

5. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Pemerintah Spanyol jauh dari daerah Islam lain mengakibatkan jauhnya jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali dari Afrika Utara yang dibatasi oleh laut, sementara daerah sekitarnya adalah daerah yang dikuassai kaum Nasrani yang selalu iri dan merasa direndahkan oleh etnis Arab. Maka Islam Spanyol, selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak adanya kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana (Yatim, 2014: 108).

(16)

pengetahuan akibat dari doktrin gereja, dunia Islam sibuk melakukan

pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga melahirkan peradaban yang bernilai tinggi.

Kondisi ini yang menyebabkan banyak para ilmuwan Eropa yang haus akan ilmu pengetahuan, keluar dari negaranya. Perkenalan mereka dengan dunia Islam menyebabkan mereka kagum dengan kebijaksanaan pemerintah dan semangat umat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ketertarikan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka untuk lebih mengetahui dan sekaligus menggali khazanah keilmuwan dunia Islam. Mereka berupaya untuk mentransfer ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia Islam ke Eropa, dengan jalan menterjemahkan sejumlah buku-buku. Pentransferan ilmu yang dimaksud juga mereka lakukan dengan mengirim sejumlah mahasiswa mereka untuk belajar di dunia Islam. Salah satu tempat yang mereka tuju adalah Spanyol Islam (Nizar, 2011:90).

Pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban Islam di Eropa yang berlangsung abad 12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa abad ke 14 M. berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ibn Rusyd

melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan perfikir. Ia

mengulas peikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap Pantheisme dan Anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa hingga Eropa timbul gerakan Averroeisme yang

menuntut kebebasan berpikir.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibn Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordoba, Sevilla,

Malaga, Granada, Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku karya ilmuwan muslim. Pusat penterjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan

(17)

yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari Universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd (Zainal Abidin Ahmad, 1975: 148-149).

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang kejam, tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik

(Renaissance) pada abad ke 14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke 16 M, Rasionalisme pada abad ke 17 M, dan pencerahan

(Aufklaerung) pada abad ke 18 M (Yatim, 2014: 110).

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Selama berabad-abad, ketika kemakmuran dan kesejahteraan menjadi bagian yang seolah tak terpisahkan dari kehidupan duniawi kaum Muslimin, maka mulailah penyakit hawa nafsu duniawi menggerogoti para

pemimpinnya. Kesalehan dan ketaqwaan berganti dengan kefoya-foyaan, keadilan berganti dengan keserakahan, begitulah seterusnya. Sampai pada gilirannya, sesama pemimpin kaum Muslimin saling bersaing dan menyerang guna memperkuat posisi dan pasokan nikmat-nikmat duniawi. Bani Umayyah II tumbang digerus oleh Dinasti Murabitun, Dinasti Murabitun pada

(18)

meminta bantuan kerajaan Katolik di Utara, kerajaan Katolik di Perancis untuk menghantam sesama kerajaan Islam.

Runtuhnya Andalusia menjadi pelajaran penting, bahwa kekuasaan sehebat apapun, jika ia terjerumus dalam gemerlap kemewahan dunia yang melalaikan, akan berakhir dengan keruntuhan. Jika selama kurang dari 800 tahun lamanya kekuasaan Islam di Andalusia bisa runtuh dan beralih menjadi imperium Kristen, maka bagaimana dengan negara kita Indonesia?

Demikianlah makalah kami selesaikan, dengan penuh keterbatasan dan kekurangan. Kami menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu, Kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah kami selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan.

2. Daftar Pustaka

Yatim, Badri, 2014, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Karim, M. Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Nizar, Samsul, 2011, Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia), Jakarta: Kencana

Nata, Abuddin, 2010, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syalabi, Ahmad, 1979, Mausu’ah Tarikh Islami Wa Hadharah Al-Islamiyah, Jilid 4, Kairo: Maktabah Al Nahdhah Al-Mishriyah Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,

Jakarta: UI Press, Cetakan Kelima

Sodiqin, Ali Dkk, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: LESFI

Mubarok, Jaih, 2004, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Fakhri, Majid, 1986, Sejarah Filsafat Islam(Terjemahan), Mulyadi Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya

Ahmad, Zaenal Abidin, 1975, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakarta: Bulan Bintang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode Discrete Trial Training (DTT) dalam m eningkatan kemampuan perbendaharaan

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan penerapan teori operant conditioning and reinforcement dapat memberikan pengaruh terhadap

[r]

Dalam hukum acara Peradilan Agama sengketa waris diatur penyelesaiannya oleh UUPA pada Pasal 56 ayat (2) yakni: “Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) tidak

Simulasi dilakukan pada saat cuaca cerah di musim kemarau (16 Juni 2007) pada siang hari (pukul 13:00 WIB), pada waktu tersebut radiasi matahari dan suhu udara lingkungan

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program

Proses pembelajaran dapat dkatakan sebagain proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seorang (sumber pesan) kepada seorang atau sekelompok

Evaluasi Triwulan Setiap 3 bulan sekali, dimulai pada bulan Juni 2012 dst.