• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehidupan memang sebuah kegelapan, kecuali jika ada dorongan dan semua dorongan buta belaka kecuali ada pengetahuan dan segala pengetahuan adalah hampa kecuali jika ada pekerjaan dan segenap pekerjaan adalah sia-sia belaka kecuali ada kecintaan (Khalil Gi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kehidupan memang sebuah kegelapan, kecuali jika ada dorongan dan semua dorongan buta belaka kecuali ada pengetahuan dan segala pengetahuan adalah hampa kecuali jika ada pekerjaan dan segenap pekerjaan adalah sia-sia belaka kecuali ada kecintaan (Khalil Gi"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

pada Prodi Ekonomi Syari’ah

Oleh :

AZANUL FAJRI NIM: 1313060050

PRODI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap.

(QS. Al-Insyirah : 6-8)

Kehidupan memang sebuah kegelapan, kecuali jika ada dorongan dan semua dorongan

buta belaka kecuali ada pengetahuan dan segala pengetahuan adalah hampa kecuali

jika ada pekerjaan dan segenap pekerjaan adalah sia-sia belaka kecuali ada

kecintaan

(Khalil Gibran)

Hari ini aku merasa lega dan dapat tersenyum

Serta bersyukur kepada Mu ya Allah hari ini yang sangat aku inginkan

Karena Mu aku bisa meraih kesuksesan

Setitik kebahagiaan yang telah ku miliki

Sekeping cita-cita telah ku raih

Namun seribu hadangan dan tantangan masih harus ku hadapi

Ini bukan akhir dari suatu perjalanan

Tapi, awal dari perjuangan yang sangat panjang

(3)

Aku menyadari sepenuh hati apa yang aku perbuat

Sampai saa ini belum mampu membalas

Walau setetes keringat

Walau secuil asa

Walau sekedar kebanggaan orang tua dan keluargaku

Dengan syukur dan ketulusan

do’a kupersembahkan karya ini

Untuk Ayahanda Mailis dan Ibunda Trisna Elfia

Do’a restumu

selalu kui harap di setiap langkahku

Engkau tanamkan arti kehidupan

Kasih sayangmu begitu tulus dalam kesederhanaanmu

Tampa mengenal lelah dan penuh ketabahan

Terimakasih kepada Kakanda Arif Kurniawan dan kakak Iparku Syarifah

Yang telah memberikan motivasi dan dorongan

\serta semangat kepadaku

Serta berkat do’a semuanya

aku bisa menyelesaikan semua ini

To My Friends

Aku berterima kasih kepada sahabatku Zaitil Akbar, Dani Saputra dan semua

sahabatku yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu

Yang telah memberikan semangat dan motivasi kepadaku

Terutama saat aku terpuruk dan hamper putus asa

(4)

Walau hidup ini tak semudah yang ku impikan

Tapi ini semua merupakan limpahan Rahmat Mu

Petunjuk yang Engkau berikan kepadaku

Jangan lepaskan aku dari Hidayah Mu

Dalam hidup dan mati ku

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya….

(QS. Al-Baqarah : 286)

(5)
(6)
(7)
(8)

i ABSTRAK

Azanul Fajri, NIM 1313060050, dengan judul skripsi “Pengaruh Label Halal, Motivasi dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah (Studi Kasus Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang di Toko HNH Cosmetic)”, Prodi Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN Imam Bonjol Padang.

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah dengan perkembangan produk kosmetik saat ini, produsen menghalalkan segala cara untuk menghasilkan kosmetik yang berkualitas dan memiliki modal yang murah agar dapat menjual dengan harga yang terjangkau oleh konsumen untuk membelinya misalnya memakai minyak babi dalam bahan bakunya. Produsen memasarkan produk kosmetik juga mencoba mempengaruhi konsumen dengan segala macam cara agar bersedia membeli produk yang ditawarkannya.Dari hal tersebut peneliti terfokus untuk meneliti seberapa besar label halal, motivasi dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik pembersih wajah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh label halal (X1), Motivasi (X2), dan Harga (X3) terhadap keputusan pembelian (Y) Produk Kosmetik Pembersih Wajah dengan populasi Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang yang membeli Kosmetik di Toko HNH Cosmetic dan sampelnya sebanyak 100 orang. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah Kuantitatif dan Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara non probability sampling dengan menggunakan Accidental sampling. Sedangkan Teknik analisis yang digunakan adalah Uji Asumsi Klasik (Uji Noemalitas, Multikolonearitas, Heterokedastisitas) dan Kelayakan Model ( Uji t dan Uji Desterminan).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai t sebesar 3.869 dan nilai signifikan sebesar 0.000, motivasi berpengaruh signifikan dengan nilai t sebesar 2.826 dan nilai signifikan sebesar 0.006, kemudian harga juga berpengaruh signifikan dengan nilai t sebesar 2.623 signifikan sebesar 0.010. Kemudian Uji Determinan (R²) sebesar 0.280 atau 28% yang artinya 28% dari keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel label halal, motivasi dan harga, dan sisanya 72% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(9)

ii

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Label Halal, Motivasi dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah (Studi Kasus Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang di Toko HNH Cosmetic)”. Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan dan izin dari Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa diselesaikan.

Penulis persembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta Mailis dan Ibunda tersayang Trisna Elfia, terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta kesabaran dalam mendidik dan menghadapi tingkah laku penulis, dan maaf kalau selama ini penulis belum mampu membuat ayah dan ibu bangga. Selanjutnya kepada kakakku tercinta dengan istrinya, Arif Kurniawan dan Syarifah, terima kasih atas semua dukungan dan motivasinya. Dan terima kasih kepada seluruh keluarga besar atas dukungan dan arahanya, semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini :

(10)

iii

3. Ketua prodi Ekonomi Syariah Bapak Tony Iswandi, SE, MM, Ak dan sekretaris prodi Bapak H. Hari Candra, MA.

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Dra. Hulwati, M.Hum, Ph.D yang telah memberikan ilmu, dukungan dan arahannya selama masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Bapak/Ibu pegawai akademik mahasiswa (AKAMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menggunakan buku-buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak H. Hari Candra, M.A selaku pembimbing I dan Ibuk Novia Indriani, SE, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, serta memberikan bimbingan, arahan dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Dr. Rozalinda, M.Ag dan Bapak Romi Iskandar, SE, MM selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.

(11)

iv

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin Yaa Rabbil’alamiin

Padang, 08 Agustus 2017

(12)

v

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….. . ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ……….. .. 8

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian………. 10

BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori ... 12

1. Keputusan Pembelian ………... 12

a. Pengertian Keputusan Pembelian ……….. 12

b. Proses Keputusan Pembelian ………. 13

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian ……….. 15

d. Indikator Keputusan Pembelian ……… 18

2. Label Halal……… 18

a. Pengertian Halal ……..……….. 18

b. Pengertian Label ……… 22

c. Pengertian Label Halal ………... 23

d. Tujuan Label halal pada Produks ………... 26

e. Indikator Label Halal ………. 26

3. Motivasi ……….. 27

a. Pengertian Motivasi ……….. 27

(13)

vi

4. Harga ………... 30

a. Pengertian Harga ……… 31

b. Pegertian Penetapan Harga ……… 32

c. Tujuan Penetapan Harga ……… 33

d. Faktor-faktor Penetapan Harga ………. 36

e. Indikator Penetapan Harga ……… 39

f. Harga dan Penetapan Harga menurut perspektif Islam ……….. 40

B. Hubungan Antar Variabel ………. 42

1. Hubungan Label Halal terhadap Keputusan Pembelian ... 42

2. Hubungan Motivasi terhadap keputusan Pembelian ……… 43

3. Hubungan Harga terhadap Keputusan Pembelian ……….. 44

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……….. 45

D. Kerangka Berfikir ………. 47

E. Hipotesis ……….. 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ……….. . 49

B. Metode Penelitian………. . 49

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 50

D. Defenisi Operasional ………. 51

E. Instrumen Penelitian ………. 53

F. Teknik Pengumpulan Data………... 55

G. Uji Coba ……… 56

H. Teknik Analisis Data ……… 58

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek dan Lokasi Penelitian ……….. 62

1. Sejarah Kosmetik ……….. 62

(14)

vii

b. Karakteristik Berdasarkan Fakultas ……….. 65

c. Karakteristik Berdasarkan Uang saku/Pendapatan ….. 66

2. Hasil Uji Coba Penelitian ……… 66

a. Uji Validitas ………. 66

b. Uji Reliabilitas ……….. 68

3. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ……….. 69

a. Uji Asumsi Klasik ……… 69

1) Uji Normalitas ……….. 70

2) Uji Multikolonearitas ……… 71

3) Uji Heterokedastisitas ……….. 72

b. Uji Kelayakan Model ……… 74

1) Uji Parsial (t-test) ………. 74

2) Uji Determinan (R²) ………. 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 77

1. Pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah ………... 77

2. Pengaruh Motivasi terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah ………. 78

3. Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah ……… 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 80

B. Saran ……… 81 DAFTAR PUSTAKA

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Macam-macam Pembersih Wajah di HNH ………. 7

Tabel 2.1 Tipe Elastisitas ………. 37

Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan ………45

Tabel 3.1 Skor Jawaban Skala Likert ………... 53

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ………. 54

Tabel 4.1 Segmentasi Produk Kosmetik ……….. 63

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………. 64

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdsarkan Fakultas ……… 65

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku/Pendapatan .. 66

Tabel 4.5 Uji Validitas ………. 67

Tabel 4.6 Uji Reliabilitas ……….. 69

Tabel 4.7 Uji Normalitas ……….. 71

Tabel 4.8 Uji Multikonearitas ……….. 72

Tabel 4.9 Uji Heterokedastisitas ……….. 73

Tabel 4.10 Uji Parsial ……….. 74

(16)

ix

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehalalan dan kebaikan suatu produk merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh seluruh manusia terutama Umat Muslim. Pada dasarnya, perhatian kehalalan dan kebaikan suatu produk itu didasarkan kepada beberapa hal, diantaranya perintah Allah SWT di dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (Q.S. Al-Baqarah:168).1

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menganjurkan manusia untuk mengkonsumsi yang ada di muka bumi ini yang serba halal dan baik, baik itu berupa makanan maupun minuman bahkan selain itu seperti kosmetik, obat-obatan dan lain-lainnya. Kosmetik dan obat-obat-obatan keduanya disebut halal bahan-bahan yang terkandung dalam keduanya harus dari bahan-bahan baku yang sesuai dengan syariat Islam dan mempunyai sertifikat atau label halal dari Majelis Ulama

1Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Al-Qur’an dan Terjemahnya

(Bandung: Jumanatul „Ali Art, 2004) h. 25

(18)

Indonesia.2 Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manusia harus memperhatikan apa yang dikonsumsinya dalam segala hal.

Sehubungan dengan itu, di dalam masyarakat masih banyak terjadi permasalah tentang produk yang belum mempunyai labelisasi halal. Adapun salah satu permasalahan atau isu tentang labelisasi halal sebagai berikut :

“K.H Ma‟ruf Amin mengatakan bahwa Kapsul pembungkus obat yang hingga saat ini sebagian masih menggunakan gelatin babi. LPPOM MUI sedang melakukan penelitian untuk membuat kapsul dari bahan yang lebih halal, yakni rumput laut dan tumbuhan lidah buaya. Dan beberapa kosmetik impor masih mengandung zat seperti minyak babi yang pastinya telah diharamkan oleh syari‟at Islam. Akan tetapi, dengan produk lokal yang berlabel halal di Indonesia sekarang baru sekitar 15%, MUI akan optimis dengan berjalannya Undang-Undang nomor 33 tahum 2014 tentang jaminan produk halal akan meningkatkan produk halal lokal menjadi 85%.3

Dari permasalahan/isu dan data diatas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia masih ada beberapa produk lokal yang belum mempunyai label halal dan bahan baku produksinya masih mengandung zat yang di haramkan seperti minyak babi, sedangkan LP POM MUI terus berusaha untuk meningkatkan produk lokal yang belum mempunyai label halal tersebut.

Disamping itu, kehalalan dan kebaikan bagi warga negara Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim ini mempunyai ketentuan mengenai informasi halal atau tidaknya suatu produk merupakan hal yang penting, karena menyangkut pelaksanaan hukum syariat agama. Oleh karena itu, kehalalan suatu produk khususnya pangan yang dikonsumsi merupakan masalah yang sangat sensitif.

2Teti Ernawati,”Pengaruh Label Halal dan Tingkat Harga terhadap Penggunaan Produk

Kosmetik” Skripsi Sarjana Ekonomi Syari‟ah (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h.1,t.d

3Ma‟ruf Amin,”Isu-Isu Label Halal

(19)

Apabila sebuah produk tidak secara jelas mencantumkan label halal, kemungkinan bisa berdampak fatal terhadap diri individu maupun bagi perusahaan yang memproduksinya.4 Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya bagi umat Muslim untuk mengkonsumsi produk halal baik itu dari produk pangan, obat-obatan maupun kosmetik, karena produk halal itu menjaga keamanan konsumen, baik segi lahir ataupun batin.

Untuk menjaga konsumen di Indonesia, terdapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mempunyai Lembaga Pengawas dan Peredaran Obat dan Makanan Majlis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) membantu masyarakat untuk memilih produk yang halal dengan memberikan label atau sertifikasi pada kemasannya. LP POM MUI mengawas produk yang akan beredar mulai dari bahan baku yang dipergunakan dan proses pembuatan sampai bagian akhir produksi suatu produk tersebut. Hal ini berarti dengan adanya lembaga LPPOM-MUI tersebut memudahkan manusia terutama umat muslim untuk mengkonsumsi produk makanan, minuman, obatan atau berupa kosmetik. Berikut prosedur pelabelan halal di Indonesia :5

1. Produsen mendaftarkan seluruh produknya yang di produksi dalam satu lokasi.

2. Memberikan formulir keterangan halal dari MUI daerah

3. Sistem jaminan halal yang di uraikan dalam panduan halal dengan mengaudit seluruh data yang di berikan oleh Tim Auditor LP POM MUI.

4

Lembaga Pengawasan Obat-obatan dan Makanan, “Dampak Produk yang tidak berlabel

Halal” diakses pada tanggal 13 Maret 2017 dari alamat http//ANTARA.com

5

(20)

4. Hasil pemeriksaan atau audit yang dilakukan dilaboratorium dievaluasi dalam rapat Ahli Tim LP POM MUI dan dituangkan dalam bentuk fatwa. Dengan prosedur yang dibuat LP POM MUI tersebut, maka produk yang dikonsumsi masyarakat terjaga dengan pengawasan dan pemeriksaan yang sangat rinci serta memberikan peringatan terhadap produk yang membahayakan konsumen. Produk tersebut tidak hanya soal makanan pangan, Kosmetik yang hanya untuk pemakaian luar pun juga diharuskan untuk menggunakan kosmetik yang halal. Dalam panduan umat Islam, Al-Qur‟an dan Al-Hadits, bahan yang disebutkan haram atau belum jelas halal haramnya (subhat) harus juga diperhatikan dalam keputusan membelinya agar tidak membahayakan diri konsumen.6.

Keputusan pembelian konsumen merupakan tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk dari berbagai alternatif yang disukai, dipercaya dan tidak membahayakan dirinya.7 Pada hakikatnya keputusan pembelian ini adalah bentuk perilaku konsumen dalam memutuskan atau memecahkan masalah dalam membeli produk yang akan dikonsumsi dengan mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Menurut LP POM MUI Keputusan Pembelian dipengeruhi oleh label halal apalagi pada konsumen muslim karena label halal menengandung keamanan bagi pemakai produk tersebut.8 Label halal ini penting karena menyelamatkan konsumen akan bahaya produk yang tidak

6Majlis Ulama Indonesia,”Kosmetik Haram Menurut MUI Ketentuan Hukum dan

Rekomendasi” diakses pada 02 maret 2017dari http://adevnatural.com

7

Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.3

8

(21)

halal. Pada dasarnya konsumen, khususnya konsumen muslim lebih memilih produk yang aman dan tidak berbahaya seperti yang dijamin oleh LP POM MUI diatas.

Keputusan pembelian konsumen ini terutama pada umat muslim salah satunya dipengaruhi oleh label halal. Label halal ini berfungsi sebagai kontrol munculnya keputusan untuk membeli dalam diri konsumen. Label hal ini memicu kontrol perilaku dalam diri konsumen yang dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat untuk mengambil keputusan keputusan. Faktor pendukung didasarkan pada keamanan yang dijamin dengan label halal oleh LP POM MUI dan pengalaman serta informasi yang di dapat konsumen. Informasi diperoleh dari pengetahuan didalam diri individu dan orang lain disekitarnya. Label halal termasuk pengetahuan individu dari informasi yang menjadi faktor pendukung kuatnya kontrol perilaku yang dirasakan individu ditambahnya kepercayaan konsumen dengan keamanan yang terjamin dengan label halal tersebut. Kontrol perilaku yang kuat akan membuat konsumen untuk mengambil keputusan pembelian.9 Jadi, dengan label halal akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh motivasi sebagai kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memahami motivasi dirinya. Ketika seorang mengamati merek-merek tertentu, ia akan bereaksi tidak hanya kemampuan yang terlihat nyata pada merek-merek tersebut, melainkan

9

(22)

pada petunjuk (clues) lain yang samar. Wujud, ukuran, berat, bahan, warna dan nama merek dapat memicu asosiasi dan emosi tertentu.

Selain label halal dan motivasi, cara lain yang digunakan untuk memutuskan pembelian suatu produk adalah variasi dalam Harga dalam suatu toko.10 Harga merupakan tugas kritis yang menunjang keberhasilan operasi organisasi profit maupun non-profit. Keputusan mengenai harga ini tidak mudah dilakukan. Disatu sisi, harga yang terlalu mahal dapat meningkatkan laba jangka pendek, tapi disisi lain akan sulit dijangkau konsumen. Dalam kasus tertentu, harga yang mahal sekali dapat diprotes lembaga konsumen dan bahkan mengundang campur tangan pemerintah untuk menurunkannya. Selain itu, marjin laba yang besar cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri yang sama. Sedangkan bila harga terlampau murah, maka pangsa pasar dapat melonjak. Akan tetapi, marjin konstribusi dan laba bersih yang diperoleh dapat jadi amat kecil, bahkan tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan atau ekspansi organisasi.11 Jadi Harga harus diperhatikan agar produk yang di pasarkan terjual dan diminati konsumen, karena Harga ini juga sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Di samping itu, menurut Kotler dan Keller Harga bisa dikatakan sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa karena harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang memberikan pendapatan dan pemasukan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya. Hal ini karena harga merupakan unsur bauran

10

Philip Kotler dan Kevin lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2009) Edisi 13, jilid 1, h.193

11

(23)

pemasaran yang bersifat fleksibel artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk dan komitmen terhadap saluran distribusi.12

Dengan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa label halal, motivasi dan Harga sangat penting diperhatikan apalagi bagi umat muslim karena keduanya mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan dalam pembelian suatu produk khususnya produk kosmetik.

Dalam teori, label halal, motivasi dan harga terhadap keputusan pembelian itu berhubungan sebagaimana telah dijelaskan dilatar belakang diatas. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terkait dengan label halal, motivasi dan harga terhadap keputusan pembelian di Toko HNH Kosmetik yaitu salah satu toko yang beralamat di Jalan M.Yunus, Lubuk Lintah Kota Padang. Toko HNH Kosmetik merupakan toko yang menjual berbagai macam alat kosmetik dengan berbagai merek, ukuran dan harga yang berlabel halal atau sebaliknya. Berikut adalah data kosmetik khususnya kosmetik pembersih wajah yang berlabel halal dan yang tidak mempunyai label halal dalam satu ukuran sama yang dijual di toko HNH Kosmetik beserta harganya:

Tabel 1.1 Merek dan Harga Kosmetik Pembersih Wajah yang Dijual di Toko HNH Kosmetik

N O

LABEL HALAL N

O

TIDAK BERLABEL HALAL

Merek Harga Merek Harga

1 Wardah 15.500 1 Pixi 17.000

2 Sari Ayu 14.000 2 Garnier 16.000

12

(24)

3 Oval 12.000 3 Biore 15.000

4 Viva 6.000 4 Ponds 17.000

Sumber : Pemilik Toko HNH Kosmetik

Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa Toko HNH Kosmetik ini menjual berbagai macam produk kosmetik terutama kosmetik pembersih wajah dari merek yang mempunyai label halal sampai yang tidak mempunyai merek label halal sebagaimana terdaftar pada tabel di atas.

Mengingat Toko tersebut dekat dengan Kampus, maka pelanggan dari toko tersebut adalah Mahasiswa UIN IB Padang. Disini, apakah Mahasiswa UIN teliti dalam memilih dan memutuskan dalam pembelian produk kosmetik yang berlabel halal atau sebaliknya, serta harga yang bagaimana menjadi tolak ukur pembelian Mahasiswa membeli produk kosmetik tersebut. Berdasar hal itu, penulis mengangkatkan judul penelitian Skripsi yaitu “Pengaruh Label Halal, Motivasi dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah di Toko HNH (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang Masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

(25)

b. Pentingnya produk Kosmetik berlabel halal bagi semua manusia terutama masyarakat Muslim.

c. Kosmetik halal dan harganya yang terjangkau berpengaruh terhadap peningkatan keputusan pembelian konsumen terutama konsumen muslim. C. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan memudahkan dalam memahaminya, maka dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah yaitu Apakah Mahasiswa UIN Imam Bonjol teliti dalam memutuskan membeli produk kosmetik pembersih wajah label halal atau sebaliknya motivasi yang bagaimana serta harga yang bagaimana menjadi tolak ukur pembelian kosmetik tersebut

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan diatas, maka rumusan permasalahan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Seberapa besar pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah Pada Mahasiswa UIN Imam Binjol Padang ?

b. Seberapa besar pengaruh Motivasi terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah Pada Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang ? c. Seberapa besar pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk

(26)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui seberapa besar pengaruh Label Halal terhadap keputusan pembelian produk Kosmetik Pembersih Wajah pada Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang.

b. Mengetahui seberapa besar pengaruh Motivasi terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pembersih Wajah Pada Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang.

c. Mengetahui seberapa besar pengaruh Harga terhadap keputusan pembelian produk Kosmetik Pembersih Wajah pada Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang.

F. Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan menambah informasi serta sebagai tempat membandingkan sekaligus mengaplikasikan teori yang telah didapatkan selama perkuliahan untuk menganalisa permasalahan yang penulis teliti.

b. Bagi Civitas akademisi

Sebagai bahan pertimbangan dan penngevaluasi pada proses belajar mengajar dalam perkulian yang mata kuliahnya dapat diterapkan dalam lapangan, terutama mengenai Ekonomi Islam yaitu mempertimbangkan label halal dan Harga terhadap keputusan pembelian

(27)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terutama masalah kehalalan dan Harga produk yang akan dijual agar pihak Toko HNH Kosmetik memdapatkan pembeli yang lebih banyak dan meningkat. d. Bagi Masyarakat (Mahasiswa)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana batasan-batasan membeli produk kosmetik yang halal dan diberkahi oleh Allah SWT pada konsumen toko HNH Kosmetik.

e. Bagi Pihak Lain

(28)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori

Pada penelitian ini akan dijelaskan beberapa teori yang terkait tentang keputusan pembelian, label halal, motivasi dan harga.

1. Keputusan Pembelian

a. Pengertian Keputusan Pembelian

Pada umumnya, keputusan pembelian (purchase decision) disebut juga dengan membeli merek yang paling disukai.1Berikut terdapat beberapa pendapat para ahli tentang pengertian keputusan pembelian :

1) Menurut Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. 2

2) Menurut Kotler 2002 dalam buku Ibnu syamsi, keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk.

1

Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2008) ed. 12, jilid 1, h. 181

2

Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.3

(29)

Jadi, Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk membeli atau tidak membeli produk yang sudah dipilih dari berbagai alternatif yang disukai konsumen tersebut.

b. Proses Keputusan Pembelian

Proses tersebut merupakan sebuah penyelesaian masalah harga yang terdiri

dari lima tahap. Lima tahap proses keputusan pembelian tersebut adalah :3

Gambar 2.1

Tahap proses keputusan pembelian

Gambar tahap proses keputusan pembelian diatas dapat kita jelaskan sebagai berikut :

1) Pengenalan masalah Merupakan tahap pertama dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali masalah atau kebutuhan.

2) Pencarian informasi : pada tahap ini konsumen digerakkan untuk mencari lebih banyak informasi, konsumen bisa lebih mudah melakukan pencarian informasi aktif, ketika lebih banyak informasi diperoleh maka kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang barang atau jasa akan semakin meningkat. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok sebagai berikut :

3

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Jakarta : Indeks, 2009) edisi kedua belas, jilid 1, h.235

(30)

a) Sumber Pribadi, berupa keluarga, teman, tetangga dan kenalan. b) Sumber Komersial, berupa iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan. c) Sumber Publik, berupa media massa, organisasi penentu.

d) Sumber Pengalaman, berupa penanganan, pengkajian dan pemakaian produk

3) Penilaian alternatif : Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam himpunan pikiran.

4) Keputusan pembelian : Keputusan seorang konsumen untuk mengubah, menangguhkan, atau membatalkan keputusan pembelian, hal ini banyak dipengaruhi oleh pandangan risiko seseorang. Besar kecilnya risiko yang ditanggapi seseorang adalah berbeda-beda sesuai dengan besar uang yang dibelanjakan, banyak ciri yang tidak pasti dan tingkat kepercayaan diri konsumen. Seorang konsumen mengembangkan kebiasaan tertentu untuk mengurangi risiko, seperti membatalkan keputusan, menghimpun informasi dari teman-teman dan memilih sebuah merek nasional dan memiliki jaminan.

(31)

puas, dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan itu dikelompokkan pada lima tahap, yang mana dimulai dengan pengenalan masalah sebagai proses awal kemudian dilanjutkan dengan pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan pembelian dan di akhiri dengan perilaku setelah pembelian. Tahapan pada proses tersebut dilakukan secara berurutan, agar keputusan pembelian itu menjadi keputusan yang tepat.

c. Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian

Jika dianalisis, faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor yang berkaitan dengan pembelian, berkaitan dengan produk, berkaitan dengan penjual dan berkaitan dengan situasi.

1) Karakteristik Pembeli

Adapun karakteristik yang menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku dalam keputusan pembelian yaitu4 :

a) Faktor Budaya yang meliputi kebudayaan dari mana ia datang.

Faktor ini merupakan penentu keinginan dan perilaku pembelian yang dominan. Budaya terdiri dari sub budaya yang berupa kelompok-kelompok kecil yang mengandung cirri sosialisasi anggotanya yang lebih khusus.

4

(32)

b) Kelas Sosial adalah pembagian dalam suatu masyarakat yang relatif homogen dan langgeng yang disusun secara hirarki dan anggota-anggotanya mempunyai nilai, minat/kepentingan dan perilaku yang sama.

c) Situasi Ekonomi merupakan kemempuan finansial konsumen untuk membeli suatu produk.

d) Kelompok Anutan adalah semua kelompok yang mempengaruhi sikap, pendapat dan nilai-nilai seseorang. Seperti kelompok bragama, berkeluarga, profesi dan sebagainya.

e) Gaya Hidup yang dianut orang yang datang dari sub budaya, Kelas sosial, bahkan kelompok.

f) Motivasi menurut Freud adalah orang tidak cenderung menyadari motif sejati yang memberi arah pada perilakunya karena sudah dibentuk sejak kanak-kanak dan sering tertekan oleh kesadaran dirinya sendiri.

g) Persepsi adalah sesorang yang dimotivasi untuk bertindak dan bagaimana persepsinya mengenai sesuatu.

h) Keyakinan dan Sikap

Melalui proses belajar dan mencari informasi tentang produk, orang mendapatkan keyakinan mereka terhadap suatu produk. Keyakinan adalah pikiran yang memberi gambaran bahwa seseorang menganut pendirian tertentu.

(33)

Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi diantaranya :

a) Usia dan siklus kehidupan keluarga

Seseorang akan merubah pilihan produknya seiring dengan siklus kehidupannya. Usia tentulah memiliki peran penting dalam mengambil keputusan untuk tetap pada suatu produk atau menggantinya dengan yang lebih terasa manfaatnya.

b) Pekerjaan dan keadaan ekonomi

Pekerjan dan keadaan ekonomi mempengaruhi keputusan pembelian produk seorang individu, produk yang mana yang terjangkau dengan keadaan ekonominya dan perbedaan pekerjaan akan berbeda juga pembeliannya.

c) Gaya hidup

Gaya hidup seseorang akan membentuk pola kehidupan yang membentuk aktivitasnya, dimana seseorang dapat mengekspresikan dengan menunjukkan ketertarikan dan opini terhadap suatu produk. d) Kepribadian

(34)

d. Indikator Keputusan Pembelian

Indikator keputusan pembelian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur keputusan pembelian konsumen. Adapun indikator pengukuran keputusan pembelian yaitu sebagai berikut:5

1) Menganalisis keinginan dan kebutuhan 2) Menilai beberapa sumber yang ada 3) Mengidentifikasi alternatif pembelian 4) Mengambil keputusan untuk membeli 5) Perilaku sesudah pembelian

2. Label Halal

Adapun yang perlu dibahas dalam sub bab penelitian ini yaitu tentang pengertian halal, pengertian label, pengertian label halal, tujuan label halal, indikator label halal.

a. Pengertian Halal

Halal berasal dari bahasa arab berakar dari kata halla, artinya lepas atau tidak terikat. Menurut KBBI halal berarti diizinkan (tidak dilarang oleh syarak) atau yang diperoleh atau diperbuat dengan sah. Secara etimologi kata halalan berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan, bebas dari atau tidak terikat dari ketentuan-ketentuan yang melarangnya. Atau bisa juga diartikan segala sesuatu yang bebas dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Dalam konteks pangan, makanan

5

Feri Aditia dan Suhaji, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputuhan Pembelian Baju

(35)

adalah makanan yang boleh dikonsumsi, di produksi dan dikomersialkan.6 Begitu juga halnya dengan kosmetik, walau tidak di konsumsi dalam pemakaiannya, tetapi Islam juga melarang menggunakan benda yang haram menyentuh kulit bagian luar karena haram itu membahayakan dan halal itu menyelamatkan pemakainya.

Berikut adalah beberapa bahaya kosmetik yang ada zat yang diharamkan:7 1) Membuat kulit mati, sehingga tidak dapat berfungsi lebih dini

2) Kulit menjadi kering dan pecah-pecah. 3) Menimbulkan rang kulit, alergi dan eksim

4) Beberapa warna kosmetik dapat mempercepat penyerapan matahari sehingga sehingga menimbulkan alergi cahaya

5) Krim yang digunakan sebagai bahan dasar kosmetik dapat menutup pori-pori dan menimbulkan tojolan kecil seperti jerawat.

6) Kosmetik dapat merangsang jerawat lebih kuat pada orang yang susah diobati.

7) Do’anya tidak diterima atau tidak dikabulkan dan dapat menggelapkan hati.8

Semua makanan, minuman, obat-obatan maupun kosmetik yang halal itu mengandung kebaikan atau thayyib. Thayyib berarti lezat, baik sehat, menentramkan dan paling utama. Dalam kaitan dalam masalah makanan, kata

6

Fadhlan Mudhafier dan Wibisono, Makan halal Kebutuhan Umat dan kepentingan Pengusaha (Jakarta: Zakia Press, 2004) h. 37

7

Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunnah Untuk Wanita (Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat, 2007) h. 517

8

(36)

thayyib berarti makanan yang tidak kotor dari segi zat atau rusak (kadaluarsa), atau bercampur benda najis. Ada yang mengartikan tidak membahayakan fisik serta akal. Thayyib juga mengandung pengertian sebagai berikut :

1) Sehat adalah makanan yang mengandung gizi cukup dan seimbang. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 14 :

69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (Q.S An-Nahl :14)

2) Proporsional, artinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, tidak berlebih lebihan (tabdzir) atau berkekurangan. Dalam kaitan ini pengertian “mengharamhkan yang halalan thayyiban” berarti mengurangi

kebutuhan. Sedangkan melampaui batas berarti melebihi dari batas yang wajar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 31:

(37)

3) Aman, artinya yang tidak mendatangkan penyakit, dalam kata lain aman secara duniawi dan ukhrawi. Keamanan pangan ini (food safety). Secara implisit dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’idah ayat 88 :

88. dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Q.S Al-Ma’idah : 88).

Ayat ini memerintahkan untuk mengkonsumsi makanan dalam rangka ketaqwaan. Hal ini mambuat rangkaian erat yang meniscayakan manusia agar berada dalam koridor ketaqwaan pada saat menjalankan perintah mengkonsumsi makanan. Maka manusia harus berupaya menghindari makanan yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman.9

Aisjah Girindra mengatakan dalam bukunya Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal mengatakan secara umum ada tiga kategori makanan yang dikonsumsi manusia adalah nabati, hewani dan produk olahan. Makanan bahan nabati secara keseluruhan adalah halal, karena itu boleh dikonsumsi kecuali yang mengandung racun, bernajis, dan/atau memabukkan. Adapun makanan yang berasal dari hewani terbagi dua, yaitu hewan laut yang secara keseluruhan boleh dikonsumsi dan hewan darat yang hanya sebagian kecil saja yang tidak boleh dikonsumsi. Sementara itu kehalalan atau keharaman makanan olahan sangat tergantung dari bahan (baku, tambahan, dan/atau penolong) dan proses produksinya.10

9,

Fadhlan Mudhafier dan Wibisono, Op.Cit h.38-39 10

(38)

Departemen Agama RI dalam bukunya yang berjudul Panduan Sertifikasi Halal menyatakan Produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syari’at Islam, antara lain :11

a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang berasal dari organ manusia darah dan kotoran.

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syari’at Islam.

d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengelolaan dan transportasi tidak boleh dipergunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara syari’at Islam.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar. b. Pengertian Label

Menurut Fajar Laksana12, Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa tentang keterangan keterangan tentang produk tersebut. Label merupakan ciri lain dari produk yang perlu diperhatikan. Label adalah bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya.

11Ibid.

h. 111

12

Fatkhurohmah, “Pengaruh Pemahaman Label Halal dan Faktor Sosial terhadapNiat

(39)

Label bisa merupakan bagian sebuah kemasan, atau merupakan etiket lepas yang ditempelkan pada produk. Sewajarnya jika antara kemasan, label, dan merek terjalin satu hubungan yang erat sekali. Berikut ini fungsi label, yaitu:13

1) Label mengidentifikasikan produk atau merek. 2) Label berfungsi menggolongkan produk.

3) Menjelaskan beberapa hal mengenai produk, yaitu siapa yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana harus digunakan, bagaimana cara menggunakan dengan aman

4) Sebagai alat promosi. Macam-macam label :14

a. Brand identifisies label, yaitu label yang semata-mata sebagai brand merek.

b. Grade label, yaitu label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu suatu barang.

c. Descripting label, yaitu label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, pemeliharaan, dan features lainnya dari pada produk. c. Pengertian Label Halal

Label halal adalah perizinan pemasangan kata “HALAL” pada kemasan

produk dari suatu perusahaan oleh Badan POM. Izin pencantuman label halal pada kemasan produk makanan yang dikeluarkan oleh Badan POM didasarkan rekomendasi Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam bentuk sertifikat halal MUI.

13

William J Stanton, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga,1984) h.282

14

(40)

Sertifikat halal MUI dikeluarkan MUI berdasarkan hasil pemeriksaan LP POM MUI.15

Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan wadah musyawarah para Ulama, Zu’ama dan Cendikiawan Muslim dipandang sebagai lembaga paling berkompeten dalam pemberian jawaban masalah sosial keagamaan (ifta’) yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat Indonesia. Hal yang mengingat bahwa lembanga ini merupakan wadah bagi semua umat Islam Indonesia yang beraneka ragam kecenderungan dan mazhabnya. Oleh karena itu, fatwa yang dikeluarkan oleh MUI diharapkan dapat diterima oleh seluruh kalangan dan lapisan masyarakat, serta diharapkan pula dapat menjadi acuan pemerintah dalam pengambilan kebijakan.16

Pemerintah di Indonesia juga mengatur tentang jaminan produk halal yang tercantum dalam UU Nomor 33 tahun 2014, pada UU ini Negara berkewajiban memberikan perlindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat. Hal ini bertujuan memberikan kenyamanan, kemanan, keselamatan dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat yang akan mengkonsumsi produk, serta meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal.17

Label dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun1999 tentang Label dan Iklan Pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar,

15

Zulham, Op.Cit, h.113

16Ma’ruf Amin

et al, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975 (Jakarta: Erlangga, 2011) h.13

17

(41)

tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, di tempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Maka, setiap orang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, didalam, dan/atau di kemasan pangan. Label yang dimaksud tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur, serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca.

Label halal dalam produk sekurang-kurangnya memuat keterangan: 1) Nama Produk

2) Daftar bahan yang digunakan 3) Berat bersih atau isi bersih

4) Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia

5) Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa

Berikut adalah gambar label halal yang asli dan resmi dibuat oleh LP POM MUI :

Gambar 2.2 Label Halal yang Resmi18

18

(42)

d. Tujuan Label Halal pada Produk

Adapun beberapa tujuan LP POM MUI memberi Label Halal kepada suatu produk yaitu sebagai berikut:19

1) Melindungi konsumen dari produk yang bahan bakunya tercemar dan merusak atau membahayakan dengan menjamin produk makanan, minuman, Obat-obatan maupun kosmetika aman dari bahan ang membahayakan konsumen.

2) Mengurangi kecenderungan umat muslim mengkonsumsi barang luar negeri yang tidak ada label halal.

3) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengkonsumsi produk makanan, obat-obatan maupun kosmetik yang halal.

4) Agar meningkankan daya saing produk berlabel halal yang mampu menambah kualitas dan keamanan produk.

e. Alat Ukur/Indikator Label halal

Adapun beberapa yang Menjadi alat ukur Produk yang berlabel halal adalah sebagai berikut :20

1) Gambar

Merupakan hasil dari tiruan berupa bentuk atau pola (hewan, orang, tumbuhan dan sebagainya) dibuat dengan coretan alat tulis.

2) Tulisan

Merupakan hasil dari menulis yang diharapkan bisa untuk dibaca.

19

Departemen Agama R.I, Modul Pelaihan dan Audior Internal halal (Jakarta: 2003) h.66-67

20

(43)

3) Kombinasi gambar dan tulisan

Merupakan hasil gabungan antara hasil gambar dan hasil tulisan yang menjadi satu bagian.

4) Penempelan pada Kemasan

Dapat diartikan sebagai sesuatu yang melekat (dengan sengaja atau tidak sengaja) pada kemasan (pelindung suatu produk).

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia untuk membeli sesuatu. Pengertian motivasi menurut para ahli yang dikutip oleh Engel et al 1994 antara lain :21

1) American Encyclopedia

Motivasi adalah kecenderungan (suatu yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan.

2) Merle J. Moskowits

Motivasi secara umum didefenisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.

21

(44)

b. Teori Motivasi22 1) Teori Freud

Teori ini mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memahami motivasi dirinya. Ketika seorang mengamati merek-merek tertentu, ia akan bereaksi tidak hanya kemampuan yang terlihat nyata pada merek-merek tersebut, melainkan pada petunjuk (clues) lain yang samar. Wujud, ukuran, berat, bahan, warna dan nama merek dapat memicu asosiasi dan emosi tertentu.

2) Teori Maslow

Abraham Maslow berusaha menjelaskan mengapa orang didorong oleh kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.

3) Teori Herzberg

Frederick Herzberg mengembangkan teori dua faktor yang membedakan dissatisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan).

Teori ini memiliki dua implikasi yaitu pertama, para penjual berusaha sebaik-baiknya menghindari dissatisfiers. Kedua, para pabrikan harus mengidentifikasi satisfier atau motivasi pembelian di pasar.

22

(45)

c. Tujuan Motivasi Konsumen

Adapun tujuan motivasi konsumen adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kepuasan.

2) Mempertahankan loyalitas. 3) Efesiensi

4) Efektivitas.

5) Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dan pembeli atau konsumen.

d. Asas Motivasi

Adapun asas motivasi antara lain: 1) Asas Mengikutsertakan

Asas ini berusaha untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. 2) Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi

3) Asas Pengakuan

(46)

Maksudnya adalah memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mengambil keputusan dan berkreativitas sebebas-bebasnya tapi masih ada aturan yang membatasi.

5) Asas Perhatian Timbal Balik

Asas ini adalah memotivasi para konsumen mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping memenuhi kebutuhan yang diharapkan konsumen dari produsen.

e. Indikator Motivasi

Adapun indikator/alat ukur motivasi menurut Sondang P. Siagian 2008, adalah sebabai berikut :

1) Daya pendorong

Daya pendorong ini maksudnya motif dari motivasi seperti kebutuhan, trend, kegemaran dan ingin sering digunakan konsumen.

2) Kemauan 3) Kerelaan 4) Tujuan

Maksudnya tujuan produsem memotivasi konsumen tersebut dan melihat dulu dari tujuan konsumen ituterlebih dahulu.

4. Harga

(47)

a. Pengertian Harga

Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. Produk adalah segala sesuatu (barang, jasa, orang, tempat, ide, informasi, organisasi) yang dapat di tawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.23

Harga adalah satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen yang lain menghasilkan biaya. Harga juga merupakan satu dari elemen bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana ia dapat berubah dengan cepat, tidak seperti ciri unik produk dan komitmen saluran.24

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi25

1) Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas teringgi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia , kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

23

Fandi Tjiptono et al, Pemasaran Strategik (Yogyakarta: Andi, 2008) h.465

24

Philip Kotler et al, Manajemen Pemasaran Perspektif Asia (Yogyakarta: Andi, 2000) h..296

25

(48)

2) Peranan Informasi, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas dan label halal. Hal ini bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaat secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan harga mempengaruhi dan menjadi salah satu faktor penentu keputusan pembelian konsumen. Harga yang terjangkau dan mempunyai banyak manfaat dan utilitas yang tinggi, maka tinggi pula keputusan konsumen untuk membeli produk dan jasa karena konsumen sangat memperhatikan harga dalam setiap membeli suatu barang atau jasa. Untuk itu, sebagai produsen harus memperhatikan para pesaing dan konsumen dalam menetapkan harga, karena dalam persaingan itu, bisa saja produk yang ditawarkan itu yang lebih rendah dengan kualitas yang sama atau bahkan mempunyai kualitas yang lebih tinggi bisa menarik konsumen pindah dari suatu produk ke produk lain.

b. Pengertian Penetapan Harga

(49)

laba yang besar cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri yang sama. Sedangkan bila harga terlampau murah, maka pangsa pasar dapat melonjak. Akan tetapi, marjin konstribusi dan laba bersih yang diperoleh dapat jadi sangat kecil, bahkan tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan atau ekspansi organisasi.26

c. Tujuan Penetapan Harga

Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu27 : 1) Tujuan Berorientasi pada Laba

Asumsi teori Klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah Maksimalisasi laba. Dalam era persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel terpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan maksimalisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dicapai pada tingkat harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu perusahaan mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.

Oleh sebab itu ada pula perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yaitu tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba

2) Tujuan berorientasi pada Volume

26

Fandi Tjiptono et al, Pemasaran Strategik (Yogyakarta: Andi, 2008) h.465

27

(50)

Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarka tujuan berorientasi pada volume tertentu atau biasanya dikenal dengan istilah Volume Pricing Objectives. Harga ditetapkan agar mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m³, dan lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolut maupun relatif). Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel, dan lain-lain.

3) Tujuan berorientasi pada Citra

Citra (image) perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value).

4) Tujuan Stabilisasi Harga

(51)

5) Tujuan-tujuan lainnya

Harga dapat juga ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-profit juga dapat menetapkan tujuan menetapkan harga yang berbeda, misal untuk mencapai partial cost recover, full cost recover, atau untuk menetapkan social price.

Tujuan-tujuan penetapan harga diatas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya pemilihan tujuan berorientasi pada laba mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing. Pilihan ini cocok diterapkan dengan tiga kondisi yaitu :

a) Tidak ada pesaing.

(52)

Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau melayani segmen pasar khusus.

d. Faktor-Faktor Penetapan Harga

Adapun faktor-faktor yang menentukan kesuksesan program penetapan harga ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya28:

1) Elastisitas-Harga Permintaan

Karena efektifitas program penetapan harga bergantung pada dampak perubahan harga terhadap permintaan, maka perlu diketahui perubahan unit penjualan sebagai akibat perubahan harga. Namun perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap penerimaan penjualan perusahaan: penjualan unit penjualan dan penerimaan per unit. Jadi, manajer jangan hanya berfokus pada sensitifitas harga di pasar, namun juga mempertimbangkan dampak perubahan harga terhadap pendapatan total.

Elastisitas harga dan sensitifitas harga merupakan dua konsep yang berkaitan namun berbeda. Jika perubahan harga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unit penjualan, maka permintaannya disebut sensitif terhadap harga (price-sensitive). Sedangkan istilah elastisitas harga mengacu pada dampak perubahan harga terhadap pendapatan total.

28

(53)

Tingkat elastisitas berdampak pada pendapatan total perusahaan. Dampak tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Dampak Tipe Elastisitas Terhadap Pendapatan Total Nilai e Tipe Elastisitas Dampak terhadap Pendapatan Total

Kenaikan Harga Penurunan Harga e > -1 Inelastis Meningkat Menurun

e = 1 Elastis unitaris Tidak berubah Tidak berubah e < -1 Elastis Menurun Meningkat

Pemahaman atas tipe elastisitas ini berkaitan erat dengan strategi pemasaran dan tujuan penetapan harga. Jika tujuan penetapan harga adalah untuk menaikkan tingkat pembelian bentuk produk tertentu atau untuk meningkatkan permintaan di antara para pemakai pemakai (strategi permintaan primer), maka manajer harus memperhatikan secara cermat elastisitas permintaan pasar. Sedangkan jika tujuan penetapan harga mencerminkan strategi permintaan selektif (seperti mempertahankan pelanggan atau merebut pelanggan pesaing), maka manajer harus lebih berfokus pada elastisitas permintaan perusahaan. 2) Faktor persaingan

(54)

kelemahan pesaing, serta analisis intensitas persaingan dalam industri yang bersangkutan.

3) Faktor Biaya

Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel) merupakan faktor pokok yang menentukan batas bawah harga. Artinya, tingkat harga minimal harus dapat menutup biaya (setidaknya biaya variabel). Harga yang murah akan menyebabkan penurunan biaya rata-rata jika penurunan harga tersebut dapat menaikkan volume penjualan secara signifikan. Ini dikarenakan peningkatan volume berdampak pada berkurangnya biaya tetap per unit. Oleh sebab itu, manfaat skala ekonomis akan sangat besar jika biaya tetap mencerminkan porsi yang besar dari biaya total.

4) Faktor Lini Produk

(55)

produk pertama menyebabkan menurunnya atau kenaikan penjualan produk kedua, maka kedua produk tersebut bersifat komplementer. 5) Fakor Pertimbangan Lainnya dalam Penetapan Harga

Faktor-faktor lain yang juga dipertimbangkan dalam rangka merancang program penetapan harga antara lain:

a) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan, perlindungan konsumen dan seterusnya.

b) Lingkungan Internasional, diantaranya lingkungan politik, ekonomi, sosial-budaya, sumber daya alam, dan teknologi dalam konteks global.

c) Unsur harga dalam program pemasaran lainnya, misalnya program promosi penjualan, program penjualan dan distribusi. e. Indikator Harga

Harga merupakan penentu kepuasan pelanggan. Adapun yang menjadi indikator harga menurut Xia dalam Eriyanto Prastyo Nugroho 29, yaitu :

1) Persepsi harga

Persepsi pembeli terhadap harga didasarkan pada relativitas harga dan Ketika pembeli melihat kualitas produk sama dengan harga yang ditawarkan, persepsi mereka adalah mereka merasa puas setelah membeli produk tersebut.

2) Prosedural harga

29

(56)

Prosedural harga merupakan informasi yang diberikan terhadap konsumen mengenai hal-hal yang berhubungan dengan proses terjadinya transaksi jual beli yang akan dilakukan. Seperti cara melakukan pembayaran dan cara mendapatkan potongan harga.

3) Kewajaran harga

Kewajaran harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Harga sebuah produk yang ditawarkan haruslah wajar dan tidak banyak mengalami perubahan harga, sehingga konsumen dapat membeli produk tersebut dengan harga yang wajar atau sesuai dengan harapan mereka. Jika harga satu produk ditawarkan tidak wajar atau berbeda dengan produk lain yang sejenis maka konsumen akan lebih banyak tertarik dengan produk yang memberikan harga yang sesuai dengan kemampuan pembeli.

f. Harga dan Penetapan Harga Menurut Perspektif Islam

(57)

Penetapan harga ini sebagaimana yang telah diatur oleh Allah SWT terdapat dalam Al-Qur’an Suurat An-Nisa’ ayat 29 :





29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Ayat diatas menerangkan bahwa penetapan harga dalam perdagangan haruslah

(









)

“dari rasa saling ridha diantara kamu” dan dilakukan dengan senang hati maka kamu boleh memakannya.30

Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi: “Penentuan harga mempunyai dua bentuk; ada yang boleh dan ada yang haram. Tas’ir ada

yang zalim, itulah yang diharamkan dan ada yang adil, itulah yang dibolehkan.”Selanjutnya Qardhawi menyatakan bahwa jika penentuan harga

dilakukan dengan memaksa penjual menerima harga yang tidak mereka ridhai, maka tindakan ini tidak dibenarkan oleh agama. Namun, jika penentuan harga itu menimbulkan suatu keadilan bagi seluruh masyarakat, seperti menetapkan Undang-undang untuk tidak menjual diatas harga resmi, maka hal ini

(58)

Menurut Qardhawi, jika pedagang menahan suatu barang, sementara pembeli membutuhkannya dengan maksud agar pembeli mau membelinya dengan harga dua kali lipat harga pertama. Dalam kasus ini, para pedagang secara suka rela harus menerima penetapan harga oleh pemerintah. Pihak yang berwenang wajib menetapkan harga itu.

Dengan demikian, penetapan harga wajib dilakukan agar pedagang menjual harga yang sesuai demi tegaknya keadilan sebagaimana diminta oleh Allah.32 Sedang menurut Ibnu Taimiyah ”Harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran”. Dari definisi tersebut jelaslah bahwa yang menentukan harga adalah permintaan produk/jasa oleh para pembeli dan pemasaran produk /jasa dari para pengusaha/pedagang.33 Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga dalam suatu produk ditetapkan berdasarkan suka sama suka dan tidak boleh terpaksa antara si penjual dan si pembeli yang melakukan transaksi tersebut.

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Label Halal dengan Keputusan Pembelian

Label halal melindungi konsumen dari keraguan dalam menggunakan produk, terutama bagi konsumen muslim. Label halal menjadi sumber informasi dari kualitas produk dan citra merek, adanya label halal dapat memperoleh informasi bahwa produk tersebut dijamin kehalalannya oleh pihak penjamin yaitu

32

Imam Al Ghazali, Op.Cit, h.237

33

(59)

LP POM MUI yang berfungsi atau bertugas untuk mengawasi dan memberi label halal sesuai dengan prosedur menurut Islam.34

Dalam hal ini label halal berfungsi sebagai kontrol munculnya keputusan untuk membeli dalam diri konsumen. Kontrol perilaku ini dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat untuk mengambil keputusan keputusan. Faktor pendukung didasarkan pada keamanan yang dijamin dengan label halal oleh LP POM MUI dan pengalaman serta informasi yang di dapat konsumen. Informasi diperoleh dari pengetahuan didalam diri individu dan orang lain disekitarnya. Label halal termasuk pengetahuan individu dari informasi yang menjadi faktor pendukung kuatnya kontrol perilaku yang dirasakan individu ditambahnya kepercayaan konsumen dengan keamanan yang terjamin dengan label halal tersebut. Kontrol perilaku yang kuat akan membuat konsumen untuk mengambil keputusan pembelian.35 Jadi, dengan label halal akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

2. Hubungan Motivasi terhadap Keputusan Pembelian

Adapun karakteristik yang menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku dalam keputusan pembelian salah satunya yaitu motivasi yang mempengaruhi bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan motivasi dari luar dirinya yang mempengaruhi dalam keputusan pembelian suatu produk.36

34

Fatkhurrahmah, Op.Cit, h.66

35

Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin, Pengaruh Pencantuman Label halal pada Kemasan Mie Instan terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim, dalam Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.1 No.1 (Medan: Universitas Washliyah, 2013). h.39

36

(60)

3. Hubungan Harga terhadap Keputusan pembelian

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi37

a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas teringgi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia , kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

b. Peranan Informasi, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas dan label halal. Hal ini bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaat secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan harga mempengaruhi dan menjadi salah satu faktor penentu keputusan pembelian konsumen. Harga yang terjangkau dan mempunyai banyak manfaat dan utilitas yang tinggi , maka tinggi pula keputusan konsumen untuk membeli produk dan jasa karena konsumen sangat memperhatikan harga dalam setiap membeli suatu barang atau jasa. Untuk itu, sebagai produsen harus memperhatikan para pesaing dan konsumen dalam

37

(61)

menetapkan harga, karena dalam persangan itu, bisa saja produk yang ditawarkan itu yang lebih rendah dengan kualitas yang sama atau bahkan mempunyai kualitas yang lebih tinggi bisa menarik konsumen pindah dari suatu produk ke produk lain. Jadi berdasarkan keterangan tersebut, harga sangat mempengaruhi terhadap keputusan pembelian konsumen.

C. Penelitian yang Relevan

(62)
(63)

4 Eri Agustian

Berdasarkan Kerangka teori dan penelitian terdahulu diatas, dapat kita buat model kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar

Tabel 1.1 Merek dan Harga Kosmetik Pembersih Wajah yang Dijual
Gambar 2.1 Tahap proses keputusan pembelian
Tabel 2.1 Dampak Tipe Elastisitas Terhadap Pendapatan Total
Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tuhan semesta alam yang berkat rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Perhitungan Drop Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer 20 kV

Hasil desain yang diciptakan peneliti berupa bangunan Pusat Kebudayaan Batik yang dapat memenuhi kebutuhan warga dan para pengrajin batik untuk berjualan dan

[r]

Masyarakat menjadi instrumen penilaian yang utama dalam konflik ini sebab tugas pokok dan fungsi dari Tim Terpadu tersebut memang ditujukan untuk pemecahan masalah

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) merupakan salah satu model yang dapat digunakan pada pendidikan kejuruan atau SMK untuk meningkatkan proses evaluasi

Siswa akselerasi yang memiliki kepercayaan diri untuk mampu mempertahankan diri dan memunculkan perilaku yang menunjang mencapai tujuan belajar yang lebih baik

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Karakteristik sampel pada penelitian adalah indeks harga saham mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juni 2012 dengan menggunakan data mingguan indeks