• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan)."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana financial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.

Lembaga Asuransi dikenal di Indonesia sejak masuknya Negara- Negara Eropa ke Indonesia. Lembaga asuransi resmi masuk ke Indonesia sejak diberlakukan KUHD yang berlaku untuk Indonesia atas dasar azas konkordansi yang dimuat dalam Stb. 1943 No. 23 yang diundangkan pada tanggal 30 April 1947, dan mulai berlaku pada tanggal 11 mei 1948. dengan dikenalnya Lembaga Asuransi di Indonesia maka perkembangan selanjutnya berdirinya perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia diantaranya adalah Asuransi AIA Financial.

Menurut pandangan Riegel dan Miller dalam bukunya Insurance Principles and Practices terdapat beberapa faedah asuransi yaitu :

1. Asuransi memyebabkan atau membuat masyarakat dan perusahaan-perusahaan berada dalam keadaan aman. Dengan membeli asuransi, para pengusaha atau orang-orang akan menjadi tenang jiwanya.

(2)

3. Dengan asuransi terdapat suatu kecenderungan, penarikan biaya akan dilakukan seadil mungkin ( the equitable assestment of cost ). Maksudnya ialah ongkos-ongkos asuransi harus adil menurut besar kecilnya resiko yang dipertanggungkan.

4. Asuransi sebagai dasar pemberian kredit ( insurance serves as a basis of credit

)

5. Asuransi merupakan alat penabung ( saving )

6. Asuransi dapat dipandang sebagai suatu sumber pendapatan ( earning power

).1

“Sejak dulu pemasaran asuransi dimulai dengan agen. Maka agen lebih sering dinamakan underwriter lapangan”2, yang mana bertugas menyelesaikan dan mengelompokan risiko yang akan ditanggung. Tugas ini merupakan elemen yang esensial dalam operasi perusahaan asuransi. Tanpa underwriting yang efisien, perusahaan tidak akan mampu bersaing. Suatu masalah nyata mengenai bagian ganti rugi hak akan kewajiban agen asuransi didasarkan pada keuntungan dari perusahaan yang mereka tanggung. “Hal itu diselesaikan melalui suatu alat yang dikenal sebagai

contingency contact atau profit sharing contact. Di bawah itulah agen menerima suatu tambahan komisi pada akhir tahun jika perusahaan yang telah diageninya menghasilkan keuntungan bagi perusahaan”3

PT. AIA Financial merupakan suatu perseroan yang bergerak dibidang asuransi. Dalam menjalankan kegiatannya tersebut PT. AIA Financial sebagian besar

.

1

Drs. A. Abbas Salim. Dasar-Dasar Asuransi ( Principles of Insurance)., PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal 12-13.

2

Drs. Herman Darmawi. Manajemen Asuransi., PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal. 33. 3

(3)

menjual asuransinya melalui agen. Agen menghubungi para konsumen atau nasabah dan melaporkan secara langsung kepada pihak penanggung atau perusahaan asuransi.

Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin terbuka dan kompetitif, perusahaan asuransi perlu menumbuhkan korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembinaan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan perusahaan asuransi harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ). Korporasi-korporasi di Indonesia baik perusahaan-perusahaan publik maupun terbuka di pasar modal harus mulai melihat Good Corporate Governance bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi suatu sistem nilai dan praktek terbaik ( best practice ) yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan dan menuntut pendekatan holistik dalam penerapannya. Mengapa GCG? Secara teoritis, praktik Good Corporate Governance ( GCG ) dapat meningkatkan nilai ( valuation ) perusahaan dengan meningkatkan kinerja.

(4)

GCG ini yang apabila ditinjau lebih lanjut, tugas dan tanggung jawab direksi agency tidak jauh berbeda dengan tugas dan tanggung jawab direksi perusahaan pada umumnya yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Salah satu prinsip yang diatur dalam Good Corporate Governance adalah keterbukaan. Dimana para pemegang saham berhak atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan dan dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan serta turut serta memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.

Berdasarkan fungsi direksi dalam perusahaan maka direksi pada dasarnya menjalankan kepentingan-kepentingan para pemegang saham termasuk untuk secara terus menerus dan sekuat tenaga mengelola perseroan dengan baik untuk mencapai tujuan perseroan termasuk dalam pengurusan ini tentunya adalah memberitahu pemegang saham mengenai perkembangan perseroan, meskipun kemudian informasi yang diberikan oleh perseroan tersebut dilakukan dalam pengambilan keputusan keluar perseroan.

Direksi bertugas untuk mengelola perseroan dan wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham dalam jangka pengangkatan anggota direksi yang mengelola perusahaan harus terdiri dari orang yang berwatak baik, professional dan berpengalaman sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan perseroan.

(5)

Governance tercermin dari prinsip akuntabilitas ( accountability ), mengenai kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban masing-masing organ perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi) yang memungkinkan pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban seorang direksi atau organ kerja lainnya terkait pelaksanaan wewenang yang dimilikinya dan/atau pelaksanaan tanggungjawab yang dibebankan perusahaan kepadanya.

Implementasi prinsip responsibilitas ( responsibility ) tercermin juga dari tugas direksi yang menjamin aktivitas bisnisnya dijalankan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai peraturan berlaku, bekerjasama secara aktif bagi manfaat bersama, serta berupaya berkontribusi nyata kepada masyarakat. Pengungkapan informasi materil dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi lainnya secara jelas, memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya merupakan implementasi prinsip keterbukaan ( transparency ) yang tidak mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia mengenai perusahaan dan pelanggan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dan prinsip terakhir dalam penerapan GCG ini adalah Kemandirian (Independency). Yang mana pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa ada benturan kepentingan atau pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

B. Perumusan Masalah

(6)

fron-line atau ujung tombak bagi perusahaan asuransi. Biasanya sebagian besar agen tersebut merupakan mitra bagi perusahaan asuransi artinya mereka bukan merupakan pegawai tetap yang setiap bulan harus digaji oleh perusahaan, pendapatan mereka berdasarkan angka penjualan yang mereka peroleh setiap menarik nasabahnya. Makin banyak nasabah yang dia bawa ke perusahaan maka makin besar pula komisi yang dia dapat. Profesi sebagai agen merupakan suatu alternatif sebagian penduduk di Indonesia. Apalagi dengan penghasilannya yang melebihi karyawan kantoran dan prospek masa depan yang cerah sehingga profesi sebagai agen sangat menjanjikan. Dengan melakukan studi kasus di AIA Financial penulis dapat mengetahui pengertian, peranan serta tanggung jawab direksi agency asuransi di AIA Financial. Dalam membuat laporan ini penulis melakukan aktivitas atau kegiatan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Metode yang dipakai adalah riset pustaka dan riset lapangan.

Untuk dapat membuat suatu penelitian harus dibagi dalam beberapa permasalahan yang akan dipecahkan. Adapun beberapa hal yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara agen dengan perusahaan asuransi dalam perjanjian keagenan asuransi.

2. Bagaimanakah penerapan prinsip Good Corporate Governance ( GCG ) pada perusahaan asuransi.

(7)

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara agen dengan perusahaan asuransi dalam perjanjian keagenan asuransi.

2. Untuk mengetahui proses penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan asuransi.

3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban direksi agency dalam pengelolaan perusahaan asuransi.

Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap perkembangan Good Corporate Governance (GCG) khususnya terhadap direksi agency perusahaan asuransi.

2. Secara praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran juridis tentang tanggung jawab direksi agency berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) kepada Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.

D. Keaslian Penulisan

(8)

Penulisan ini diangkat untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana tanggung jawab direksi agency perusahaan asuransi dan kaitannya dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Penulisan ini disusun berdasarkan literature-literatur yang berkaitan dengan Prinsip Good Corporate Governance(GCG) yang membahas tentang tanggung jawab direksi agency perusahaan asuransi. Oleh karena itu penulisan ini adalah asli karya tulis sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pengertian Agen Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1992 tanggal 11 februari 1992 Tentang Usaha Perasuransian :

Agen Asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung4

penanggung kepadanya. Kalau brokers adalah agen dari tertanggung, maka agen asuransi adalah wakil dari penanggung

.

Sedangkan menurut J. T. Sianipar, Agen Asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggungan maupun dalam penyelesaian klaim. Agen bias suatu badan hukum dan bias juga orang perseorangan, yang melakukan tugasnya untuk dan atas nama penanggung (

principalnya ) sesuai dengan surat kuasa yang diberikan oleh

5

Dengan demikian apabila agen merupakan perantara dalam penutupan asuransi, maka agen menutup asuransi tersebut bukan untuk namanya sendiri, akan tetapi untuk dan atas nama principalnya. Sebagai balas jasa dari tugasnya melakukan

.

4

Undang- Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tanggal 11 Februari 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

5

(9)

perantara tadi, agen memperoleh komisi dari premi, jumlah mana diperolehnya dari penanggung atau principalnya. Karena tugasnya hanya sebagai perantara, maka khusus perantara dalam penutupan, agen asuransi ini tidak perlu harus seorang yang ahli di dalam bidang perasuransian. Agen asuransi ada yang agen tetap dan ada yang agen lepas. Agen tetap mempunyai ikatan ( hubungan kerja ) tertentu, sehingga dengan demikian semua pos-pos asuransi yang didapatkan wajib diberikan kepada pihak penanggung yang telah menunjukan sebagai agen. Penunjukan sebagai agen ini biasanya ditegaskan dengan pemberian Surat Kuasa sebagai Agen. Agen tetap yang demikian ini biasanya disebut dengan istilah Handling Agent, sedangkan Agen Lepas tidak mempunyai ikatan apa-apa dengan principalnya, karena itu pos-pos asuransi yang didapatkannya tidak harus diberikan kepada penanggung6

Penerapan prinsip Good Corporate Governance ( pengelolaan perusahaan yang baik di Indonesia sangat dipengaruhi baik ) oleh faktor-faktor budaya maupun historis. Kedua aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan yang erat dengan elemen-elemen kemasyarakatan. Faktor- faktor tersebut memberikan kendala yang signifikan bagi pemerintah dalam memberlakukan dan menerapkan berbagai kebijakannya. Kemajemukan dan kompleksitas masyarakat Indonesia juga merupakan factor kesulitan dalam upaya menciptakan konsep-konsep pengelolaan yang baik. Hal ini sejalan dengan substansi

Good Corporate Governance yang telah diatur UUPT

.

7

UUPT telah menyerap inti Good Corporate Governance berkenaan dengan aspek transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, dan fairness. Walau bagaimanapun juga para stakeholders tetap menuntut adanya upaya-upaya spesifik sehubungan

.

6

Ibid hal. 53. 7

(10)

dengan prinsip tersebut untuk diratifikasi lebih lanjut. Hal ini sejalan baik terhadap konsep Good Corporate Governance dan juga fiduciary duty direksi dan komisaris.

Istilah Corporate Governance sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang baru, karena telah sering diperdengarkan. Akan tetapi pada kenyataannya pemberian defenisi atas konsep tersebut sampai saat ini dipandang masih belum memadai. Semisal pemahaman yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah Good Corporate Governance secara struktur sama seperti neraca keuangan dalam konsep permodalan yang disajikan secara efektif dan rinci sebagai bentuk hak dan tanggung jawab masing-masing stakeholders. Para stakeholders ini pada hakekatnya mewakili berbagai macam individu yang turut terpengaruh oleh kegiatan perusahaan, termasuk di dalamnya antara lain aspek aspek manajemen, pemegang saham, kreditor, karyawan, konsumen, dan masyarakat pada umumnya8

J. Mark Mobius, President of Templeton Emerging Markets Funds Inc. dalam tulisannya tentang Issues in Global Corporate Governance dalam Corporate Governance an Asia-Pacific Critique menyatakan bahwa defenisi yang diberikan terhadapCorporate Governance secara umum diseluruh dunia tidak memiliki bentuk keseragaman

.

9

8

Low Che Keong, Introduction the Corporate Governance Debate, Corporate Governance an Asia Pacific Critique, Sweet & Maxwell Asia a Thompson Company, Hal. 3.

9 Ibid

(11)

Komitmen pemerintah dalam rangka mewujudkan fondasi hukum yang kuat dalam rangka implementasi Good Corporate Governance yaitu dengan dikeluarkannya :

1. Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara No. KEP-23/M-PM. PBUMN/2000 tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance dalam Perusahaan Perseroan ( PERSERO ) tertanggal 31 Mei 2000, dan

2. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP -117 / MMBU/ 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) tertanggal 1 Agustus 2002.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka ( library research) yaitu dengan meneliti bahan-bahan pustaka atau data-data sekunder, dan juga dengan melakukan studi lapangan (field research) disertai pengumpulan dan membaca referensi melalui peraturan, Koran, majalah, internet kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan.

Adapun yang dimaksud dengan penelitian kepustakaan dan studi lapangan adalah : 1. Penelitian kepustakaan ( Library Research )

Penelitian dengan cara membaca, mempelajari dan mengutip literature yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini.

2. Studi Lapangan ( Field Research )

(12)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan bab, dimana masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainya. Secara sistematis materi pembahasan keseluruhannya terbagi atas 5 ( lima ) bab yang terperinci sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menggambarkan hal-hal yang bersifat umum sebagai langkah awal dari tulisan ini. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : AGEN ASURANSI DAN PERUSAHAAN ASURANSI DALAM PERJANJIAN KEAGENAN ASURANSI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian pedagang perantara, dasar hukum agen asuransi, fungsi agen asuransi dan syarat-syarat agen asuransi, hubungan agen asuransi dan perusahaan Asuransi, dan perjanjian keagenan asuransi.

BAB III : PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PERUSAHAAN ASURANSI

Bab ini diuraikan secara teoritis mengenai defenisi Corporate Governance, prinsip-prinsip Corporate Governance, dan penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan asuransi.

(13)

Bab ini merupakan bab yang paling pokok dari penulisan skripsi ini, dalam bab ini akan diuraikan mengenai sekilas tentang tanggung jawab dan tugas board of director pada perusahaan asuransi dalam penerapan GCG, prinsip GCG yang diterapkan agen asuransi AIA Financial, dan tanggung jawab direksi agency AIA Financial dalam pengelolaan Perusahaan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan teknik paper seminar dalam mengajar menulis esei, mahasiswa tidak hanya dapat mengembangkan ide dengan cara berbagi dan komunikasi dengan teman dalam

Pengukuran frekuensi pukulan pendeta dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok dengan metode pengukuran jumlah pukulan dalam tiga puluh

Oleh karena latar belakang permasalahan tersebut, penulis dalam penelitian ini membahas tentang telaah kritis terhadap persyaratan pencalonan kepala daerah jalur

Estimasi jumlah populasi kunci terdampak (PKT) HIV merupakan input penting bagi Program Penanggulangan AIDS Nasional (PPAN) untuk menetapkan prioritas dan respons efektif

karena Tergugat tidak mengerti apa yang dimaksudkan rumah tangga rukun tapi tidak harmoni, setahu Tergugat kehidupan rumah tangga cukup baik terbukti dari adanya buah cinta

Pada kopi celup biji kopi yang telah dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam suatu kemasan yang berbentuk seperti filter (saringan) dengan adanya kopi celup maka ampas

Hasil penelitian menunjukkan: (1) waktu tanam berdasarkan kebiasaan petani menghasilkan tinggi tanaman, bobot brangkasan basah dan kering, bobot biji per tongkol, bobot biji per

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan