GENERASI MUDA, KEMAJUAN TEKHNOLOGI DAN PENDIDIKAN KELUARGA Oleh: Ahmad Fikri
(Pribadi Bilingual Boarding School Depok)
Generasi muda adalah cerminan masa depan suatu bangsa. Bangsa yang akan maju adalah bangsa yang
memperhatikan kemajuan kualitas generasi selanjutnya. Generasi muda dibentuk untuk menjadi “future leader” sehingga dapat merefleksikan bangsa dimasa mendatang dan menjadi pilar sebuah bangsa.
Tak bisa dipungkiri bahwa generasi muda diberbagai belahan dunia telah mengalami perubahan dari
zaman-zaman sebelumnya. Perkembangan teknologi yang sangat pesat diyakini menjadi sumbangsih
terhadap perubahan psikologis, karakter, budaya, bahkan bahasa. Akan tetapi bagaimanapun kemajuan
tekhnologi bagi generasi muda harus memiliki bimbingan dari para otoritas.
Tekhnologi telah memiliki pengaruh terhadap masyarakat dunia. Secara etimologi, tekhnologi adalah
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia. Aktifitas manusia dapat menjadi lebih mudah dengan adanya tekhnologi.
Dunia yang sebelumnya dirasakan sangat besar saat ini menjadi lebih kecil. Masyarakat dunia seperti
menjadi satu tak terpisah oleh sekat. Komunikasi menjadi sangat mudah dan transportasi modern menjadi
Paham transhumanisme dan tekno-progresivisme meyakini bahwa kemajuan tekhnologi dapat terus
memberikan keuntungan bagi manusia. Keuntungan ini tidak hanya bagi para generasi muda saat ini tetapi
juga para generasi muda dimasa yang akan datang. Selanjutnya, apabila kemajuan tekhnologi ini tidak
disertai dengan pembimbingan terhadap para generasi muda, maka akan berdampak bahaya bagi
peradaban manusia dan bangsa.
Oleh karena itu, untuk mencegah para generasi muda dari dampak negative kemajuan tekhnologi
diperlukan peranan dari masyakat, sekolah dan terutama keluarga. Pendidikan keluarga adalah pendidikan
yang sangat penting bagi anak dalam membina perkembangan psikologi, pengetahuan, sosial dan lain
sebagainya. Bahkan tanpa disadari, tekhnologi telah masuk tidak hanya diruang public tetapi juga hingga
kerumah-rumah. Penelitian menyatakan bahwa saat ini para generasi muda atau anak-anak telah banyak
memanfaatkan tekhnologi dirumah mereka masing-masing. Pergulatan anak dengan tekhnologi
merupakan dasar bagi pembagunan identitas diri mereka. Para orang tua harus bisa menyadari bahwa
tekhnologi dapat menjadi sarana pembelajaran dirumah. Tekhnologi dapat menciptakan lingkungan belajar
berbasis rumah yang secara sederhana dapat dikarakteristikan sebagai lingkungan belajar “informal”. Sebagai klasifikasi dan bentuk pengetahuan bahwa penggunaan tekhnologi dirumah dapat mendukung
pembelajaran formal, informal, quasi-formal atau insidental. Dengan memanfaatkan tekhnologi sebagai
sarana pembelajaran formal bagi anak-anak dirumah dapat meningkatkan rasa anak dalam belajar mereka
sehingga dapat berpotensi memperkaya pembelajaran dan pengalaman dalam pembelajaran.
Pada hakikatnya tekhnologi digital telah merasuk lebih kedalam berbagai aspek kehidupan termasuk
pendidikan yang berusaha mengembangkan sebuah pemahaman yang lebih baik menyangkut
pengaruhnya terhadap pembelajaran diluar sekolah. Penelitian lain menyatakan bahwa para generasi
muda atau anak-anak menjadikan rumah sebagai tempat pemanfaatan tekhnologi digital –terutama internet- lebih besar dibandingkan disekolah. Bagaimanapun, para generasi muda ini dapat memperoleh akses tekhnologi mobile seperti handphone dengan mudah yang berarti “batas” antara rumah dan sekolah tidak lagi jauh berbeda.
Dahulu rumah hanya berfungsi sebagai tempat untuk berlindung dan berteduh. Pada zaman sekarang
rumah telah mengalami perubahan yang signifikan dilihat dari segi fungsinya tersebut. Itu tidak hanya sebagai tempat berlindung tetapi juga bisa menjadi “sekolah” kecil bagi keluarga. Adanya tekhnologi dirumah bisa membuat dunia seolah-olah berada dirumah. Kesempatan ini sebaiknya dapat dimaksimalkan
anak. Jangan biarkan anak memanfaatkan tekhnologi dirumah tanpa bimbingan keluarga. Lingkungan
akademis dalam keluarga bisa diciptakan apabila komponennya mampu berinisiatif untuk memanfaatkan
hal ini.
Media informasi yang begitu luas dan mudah diakses saat ini merupakan modal bagi pendidikan keluarga.
Proses transfer ilmu pengetahuan dalam rumah dapat diterapkan melalui media internet, televisi, radio,
perpustakaan rumah (apabila memiliki) dan lain sebagainya. Peran keluarga terutama ibu sangat penting
dalam memberikan asupan ilmu pengetahuan kepada jiwa anaknya. Seorang ibu dalam keluarga menjadi
ujung tombak bagi pembentukan podansi diri anaknya. Oleh karena itu setiap orangtua terutama ibu harus
lebih mengerti memanfaatkan tekhnologi dari anak-anaknya.
Pendidikan dirumah adalah salah satu hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orangtua kepada anaknya.
Pendidikan disekolah belumlah cukup bagi setiap anak. Ada banyak alasan yang baik mengapa diperlukan
pendidikan di lingkungan rumah. Berbagai permasalahan yang sering terjadi disekolah seperti pemisahan
kelas-kelas, intimidasi, serta perhatian yang khusus terhadap setiap anak masih belum mencukupi. Akan
tetapi apapun alasannya kita membutuhkan pola pendidikan yang komprehensif, terencana serta sumber
yang baik dalam membentuk pondasi anak atau generasi muda yang berkualitas.
Secara ilmiah, para orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dengan segala tantangan
dalam kehidupan modern, mereka dapat merasakan kebahagian dalam kelelahan melihat perkembangan
anak-anaknya. Jika anaknya tidak merasakan kebahagiaan karena mendapat masalah disekolah, rumah
menjadi satu-satunya tempat untuk mengatasinya. Itu akan berhasil jika pendidikan dirumah berjalan
dengan baik.
Setiap anak membutuhkan cinta yang penuh kebaikan dalam rumah, cinta itu bisa ditumbuhkan salah
satunya dengan melakukan suatu aktifitas secara bersama-sama terlebih aktifitas itu adalah sesuatu yang
disenangi oleh anak. Baiknya setiap pertemuan orangtua dan anak membuahkan sesuatu hal yang
berkualitas. Disatu sisi, banyak anak yang tidak merasa nyaman dirumah padahal kuantitas pertemuan
dengan orang tua sangat besar. Sementara disisi lain kuantitas pertemuan bukanlah menjadi hal yang bisa
menjamin kebahagiaan seorang anak bila tanpa disertai dengan pemahaman pengetahuan orangtua
terhadap anak-anaknya.
Orang tua adalah guru yang sebenarnya bagi anak-anaknya. Dan setiap orangtua tidak perlu menjadi guru
pendidikan dari orang tua dan terkadang juga dari luar seperti guru private yang mengajarkan ilmu
pengetahuan kapada anak dirumah. Jika orang tua memutuskan untuk memberikan pendidikan anak
dirumah mereka tidak harus mengikuti peraturan formal tentang bagaimana mengajar dan waktu
pengajaran karena tentunya rumah tidak seformal sekolah.
Banyak orang yang menyadari bahwa rumah sebenarnya dapat mendidik anak untuk menjadi lebih baik.
Alasan philosofis dan religious merupakan dasar pemikirannya. Para orang tua menginginkan rumah
menjadi pendidikan pertama bagi pengajaran Agama beserta nilai-nilainya. Dan pendidikan Agama dapat
menjadi filterasi terhadap berbagai hal buruk yang salahnya bisa diakibatkan dari kemajuan tekhnologi.
Selanjutnya, ada minoritas orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan dirumah lebih baik dari
sekolah. Ada siswa yang sudah mengambil pendidikan disekolah kemudian berhenti dan melanjutkan
pendidikannya dirumah atau biasa kita kenal sebagai home schooling. Anak-anak itu bisa jadi membutuhkan pendidikan khusus atau tidak bahagia di sekolah dengan berbagai alasan. Terkadang orang
tua beranggapan metode pendidikan disekolah belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pendidikan
anaknya dan lebih memilih untuk mendidik anaknya dirumah.
Ada seorang anak di San Fransisco USA mengatakan: “setiap saya masuk kelas, saya merasakan kekuatan saya menjadi lemah, dan ketika saya memanfaatkan tekhnologi diluar sekolah – rumah, saya merasakan kebebasan”. Pernyataan ini sempat mengagetkan para pendidik disana, akan tetapi mayoritas anak-anak pada saat itu setuju dengan pernyataan itu. “Disekolah saya merasakan kebosanan karena tugas-tugas dan lain sebagainya, tetapi kemudian saya menjadi bahagia ketika pulang kerumah dan memainkan komputer, saya merasa bebas dan merasakan menemukan dunia saya”. Terkadang anak tidak menceritakan apapun atas apa yang dilakukannya atau informasi yang didapatkan dari tekhnologi internet –komputer, bahkan dengan orang tuanya sekalipun. Dari mulai menghabiskan waktu berjam-jam bermain games, menggunakan akses social media seperti facebook dan twitter sampai untuk sekedar browsing
membuka wibesite tanpa adanya bimbingan dan pengontrolan. Akan tetapi apakah itu merupakan system
pendidikan rumah yang baik? Dan mungkinkah itu bisa menjadi bongkahan emas yang bermanfaat bagi
pengajaran anak dirumah?
Jawabannya tentu tidak, anak-anak seharusnya mendapat bimbingan dirumah sebagaimana kelanjutan
bimbingan disekolah atau sebaliknya. Adanya tekhnologi dirumah dapat menjadi layaknya bongkahan