• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Implementasi Keputusan Kebijakan dan Budaya Organisasi Terhadap Kualitas Layanan Publik di Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Implementasi Keputusan Kebijakan dan Budaya Organisasi Terhadap Kualitas Layanan Publik di Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Maret 2016, pp. 467~471 467

Diterima 15 Februari, 2016; Revisi 12 Maret, 2016; Disetujui 15 Maret, 2016

Pengaruh Implementasi Keputusan Kebijakan dan

Budaya Organisasi Terhadap Kualitas Layanan Publik

di Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan

Aloysius Rangga Aditya

AMIK BSI Tangerang e-mail: aloysius2206@bsi.ac.id

Abstrak

Penelitian ini didorong oleh keingintahuan peneliti terhadap implementasi kebijakan dan budaya organisasi terhadap kualitas pelayanan publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh implementasi kebijakan dan budaya organisasi terhadap kualitas pelayanan publik. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode survei deskriptif kuantitatif dan pengumpulan data menggunakan teknik cluster sampling dengan jumlah responden sebanyak 400 orang, dimana analisis data menggunakan persamaan regresi linier berganda. Hasil perhitungan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada signifikansi Mempengaruhi baik secara individu maupun bersama antara implementasi kebijakan dan budaya organisasi terhadap kualitas pelayanan publik. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemui beberapa kendala bahwa ketidaktahuan masyarakat mengenai pelaksanaan kebijakan yang ditempuh dan budaya kerja yang terjadi di Kabupaten Pamulang, sehingga Lebih banyak penelitian yang harus dilakukan.

1. Pendahuluan

Berbicara mengenai pelayanan publik yang ada di kecamatan, maka kualitas pelayanan di kecamatan diharapkan akan menjadi lebih baik setelah menjadi perangkat daerah dibandingkan pada saat sebagai perangkat dekonsentrasi yang pengaturannya sangat sentralistik. Sebab tujuan pemberian otonomi daerah dan keberadaan daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakat melalui pemberdayaan dan penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien, ekonomis dan demokratis (Suwandi, 2002).

Pelayanan publik menjadi hak semua warga negara untuk mendapatkan pelayanan sebaik mungkin. Namun demikian tidak jarang ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum aparat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti saat pembuatan KTP, akte kelahiran, SIM, surat nikah serta perijinan lainnya. Lahirnya Undang-undang No. 25 Tahun 2009 merupakan harapan baru yang muncul dalam usaha pembenahan pelayanan publik. Undang-undang tersebut menjadi langkah pertama dalam memberikan jaminan pemenuhan hak dasar masyarakat untuk menikmati pelayanan publik. Selain itu, Undang-undang Pelayanan Publik juga mengamanatkan penerbitan Peraturan Presiden terkait aturan teknis pengadaan unit

pengaduan publik. Bagi masyarakat yang tak puas dengan pelayanan sebuah unit pemerintahan, dapat melaporkan ke unit tersebut. Amanat Undang-undang Pelayanan Publik dalam bentuk perpres juga menyinggung soal mekanisme ganti rugi bagi warga yang dirugikan saat mengurus administrasi. Dengan begitu warga dapat langsung menuntut ganti rugi bila mengalami kerugian.

Sementara itu, Deputi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Mira Sujono mengklaim sejak Undang-undang Pelayanan Publik disahkan, sudah ada sejumlah perbaikan di unit pemerintahan, perbaikan layanan publik melalui petunjuk teknis di unit-unit pemerintah terus dilakukan.

Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, aparatur pemerintah daerah khususnya aparat pada kecamatan Pamulang telah merumuskan berbagai kebijakan agar dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan roda pemerintahan seperti kebijakan mengenai perijinan, pembangunan dan sebagainya. Kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu serta melayani kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat dengan sebaik mungkin. Namun demikian berbagai keluhan masih dirasakan oleh masyarakat wilayah tersebut, seperti Pelayanan publik Kota Tangerang Selatan, khususnya urusan

(2)

KNiST, 30 Maret 2016

468

administrasi kependudukan dan perizinan/non perizinan ditingkat kelurahan dan kecamatan masih buruk dan jauh dari harapan kepuasan masyarakat (Tangerang Pos, Januari 17, 2013). Beberapa oknum aparat terkesan sengaja mempersulit birokrasi perijinan agar mendapatkan sejumlah imbalan tertentu, bahkan terkadang dengan sengaja meminta tarif yang semestinya tidak harus dilakukan. Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan penulis didapati bahwa pegawai kantor Kecamatan sering datang tidak tepat waktu, serta bersikap santai dalam melayani kebutuhan masyarakat.

2. Metode Penelitian

2.1. Metode Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang terkait. b. Observasi

Observasi yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan sistem untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penulisan.

c. Studi Pustaka

Dalam metode ini penulis mengumpulkan serta memperoleh data dengan membaca dan mempelajari referensi dari beberapa media seperti buku dan internet guna mendapatkan gambaran mengenai materi yang akan dijadikan bahan penulisan ini. 2. Analisa Data

Penelitian sebagai upaya sistematik memiliki arti bahwa untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki integritas ilmiah. Penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori, prinsip-prinsip, serta asumsi-asumsi dasar ilmu pengetahuan dengan menggunakan penalaran deduktif serta prosedur dan teknik sistematik.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak

mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya dengan dengan penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka. Penelitian deskriptif kualitatif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya.

3. Pembahasan 3.1. Perancangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian Kecamatan Pamulang dijelaskan bahwa untuk saat ini, kecamatan Pamulang Tangerang Selatan belum memiliki aturan tersendiri secara detail mengenai kebijakan dibidang pelayanan publik, baik bentuk peraturan daerah maupun peraturan walikota, sehingga untuk pelaksananna pelayanan publik di kecamatan Pamulang Tangerang Selatan masih mengacu kepada Undang-undang No.25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan dan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 32 tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Kecamatan.

Pelayanan publik yang ada di kecamatan Pamulang pada umumnya merupakan pelayanan publik yang intensitasnya cukup sering diurus oleh masyarakat seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Tempat Usaha, Surat Keterangan Catatan Kepolisisn (SKCK), Surat Keterangan Tidak Mampu dan Kartu Multiguna. Selain itu, pelayanan publik dibidang keagrariaan seperti akte jual beli tanah, ketenagakerjaan seperti kartu kuning, pajak bumi dan bangunan dan lain-lain. Jenis-jenis pelayanan ini didasarkan pada tugas pokok dan fungsi Lurah dan Camat sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 32 tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Kecamatan yang menjadi payung hukum formal mengenai tupoksi Lurah dan Camat. Meskipun demikian, peraturan Walikota Tangerang tersebut tidak mengatur secara detail tentang jenis-jenis pelayanan apa saja yang harus dilakukan di kecamatan dan kelurahan. Peraturan Walikota Tangerang juga tidak mengatur batas-batas kewenangan secara vertikal

(3)

KNiST, 30 Maret 2016

469

pada tupoksi yang sama terkait dengan pelayanan publik antara Lurah dan Camat. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara implementasi kebijakan dan budaya organisasi terhadap kualitas layanan, baik pengaruh secara sendiri-sendiri maupun pengaruh secara bersama-sama.

Persamaan regresi linear berganda dapat ditulis sebagai berikut:

Y = 6,524 + 1,171 X1 + 0,079 X2 Artinya:

- Nilai konstanta adalah 6,524 artinya jika implementasi kebijakan dan budaya organisasi bernilai 0 maka kualitas layanan bernilai 6,524

- Nilai koefisien implementasi kebijakan bernilai yaitu 1,171 artinya setiap terjadi peningkatan implementasi kebijakan sebesar 1 (satu) satuan akan mengakibatkan kualitas layanan meningkat sebesar 1,171 dengan asumsi variabel lain tetap.

- Nilai koefisien budaya organisasi adalah 0,079 artinya setiap terjadi peningkatan budaya organisasi sebesar 1 (satu) maka akan mengakibatkan kualitas layanan meningkat sebesar 0,079 dengan asumsi variabel lain tetap.

Tabel 3.1 Hasil Korelasi

Nilai R adalah 0,860 hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel indepenen yaitu implementasi kebijakan dan budaya organisasi tehadap variabel dependen (kualitas layanan) karena nilai R mendekati 1.

Nilai R2 adalah 0,739 artinya kontribusi variabel implementasi kebijakan dan budaya organisasi terhadap kualitas layanan sebesar 73,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

3.2. Hasil Penelitian

1. Uji t untuk variabel Implementasi Kebijakan

Ho = Implementasi kebijakan tidak berpengaruh terhadap kualitas layanan.

Ha = Implementasi kebijakan berpengaruh terhadap kualitas layanan.

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah:

a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

b. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

Atau dengan menggunakan hasil Uji signifikan dengan kriteria:

- Jika Sig. ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak Signifikan.

- Jika Sig. ≤ 0,05 Maka Ha diterima, artinya Signifikan.

Tabel 3.2 Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel di atas nilai t hitung 30.541 dan signifikan 0,000.

Sedangkan t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (df) adalah

df = n-k-1 = 400 – 2 – 1 = 397 didapatkan nilai sebesar 1.971,

Dengan demikian nilai t hitung > t tabel (30.541 > 1.971).

Begitu pula dengan nilai signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05).

Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan berpengaruh terhadap kualitas layanan.

2. Uji t untuk variabel budaya organisasi Ho = Budaya Organisasi tidak

berpengaruh terhadap kualitas layanan.

Ha = Budaya Organisasi berpengaruh terhadap kualitas layanan.

Dengan kriteria yang sama seperti di atas, maka berdasarkan tabel di atas nilai t hitung 2.789 dan signifikan 0,006. Sedangkan t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas df = n-k-1 = 400 – 2 – 1 = 397 didapatkan nilai sebesar 1,971, Dengan

(4)

KNiST, 30 Maret 2016

470

demikian nilai t hitung > t tabel (2.789 > 1,971). Begitu pula dengan nilai signifikansi < 0,05 (0,006 < 0,05).

Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kualitas layanan.

3. Uji F

Untuk mengetahui implementasi kebijakan dan budaya organisasi secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap kualitas layanan digunakan uji F. Adapun hipotesis uji adalah:

Ho = Implementasi kebijakan dan budaya organisasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kualitas layanan.

Ha = Implementasi kebijakan dan budaya organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas layanan.

Kriteria pengujian:

Jika F hitung ≤ F tabel, Ho diterima Jika F hitung ≥ F tabel, Ho ditolak

Untuk mengetahui F tabel pada tingkat signifikansi 0,05 adalah

df 1 = jumlah variabel – 1 = 3 – 1 = 2,

df 2 = n – k – 1 = 400 – 2 – 1 = 397 di dapatkan nilai F tabel 3.04.

4. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Kebijakan pelayanan publik di kecamatan Pamulang Tangerang Selatan belum memiliki aturan tersendiri secara detail dan hanya mengaju kepada Undang-undang No.25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 36 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan dan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 32 tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Kecamatan.

b. Budaya organisasi yang diterapkan di kantor kecamatan Pamulang Tangerang Selatan adalah sesuai dengan petunjuk teknis pemerintah daerah kota Tangerang Selatan sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan. Budaya organisasi ini merupakan

budaya kerja yang diciptakan berdasarkan peraturan ketenagakerjaan yang mengikat sehingga membentuk pola perilaku karyawan sehari-hari. c. Berdasarkan tanggapan masyarakat

mengenai implementasi kebijakan didapatkan bahwa secara umum masyarakat menyetujui bahwa dimensi-dimensi yang digunakan untuk mengukur implementasi kebijakan diyakini dapat mempengaruhi kualitas layanan publik.

d. Berdasarkan tanggapan masyarakat mengenai budaya organisasi didapatkan bahwa secara umum masyarakat menyetujui bahwa dimensi-dimensi yang digunakan untuk mengukur budaya organisasi diyakini dapat mempengaruhi kualitas layanan publik.

e. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan regresi berganda diperoleh bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel indepenen yaitu implementasi kebijakan dan budaya organisasi tehadap variabel dependen (kualitas layanan publik), dimana kontribusi variabel implementasi kebijakan dan budaya organisasi terhadap kualitas layanan sebesar 73,9%, hal ini diperoleh dari hasil regressi berganda yaitu Y= 6,52+1,171X1+0,075X2. Koefisien X1 (Implementasi Kebijakan) sebesar 1,171 artinya jika implementasi kebijakan ditingkatkan sebesar satu satuan maka kualitas layanan publik (Y) akan meningkatkan sebesar 1.171 satuan, factor lain konstan. Koefisiean X2 (Budaya Organisasi) sebesar 0,075 artinya ternyata pengaruh variable X1 (implementasi kebijakan) jauh lebih besar dibandigkan dengan pengaruh variable X2 (budaya Organisasi). F1 pengaruh variable X1 juga ternyata signifikan terhadap Y pada tingkay 5% dan pengaruh variable X2 juga ternyata signifikan terhadap Y pada tingkat 5%. f. Berdasarkan hasil uji hipotesis

ditemukan bahwa baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama implementasi kebijakan dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kualitas layanan publik.

Referensi

Agus Dwiyanto, 2005, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gajah Mada, Yogyakarta.

(5)

KNiST, 30 Maret 2016

471

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta. Chatab, Nevizond, 2007. Profil Budaya

Organisasi, Mendiagnosis Budaya dan Merangsang Perubahannya. Bandung : ALABETA, cv.

Donald R. Brown and Donald F. Harvey, An Experiential Approach to Organization Development, Seventh Edition (Delhi : Pearson Education Inc., 2006) p.463).

Daft, Richard L. (2007). Organization Theory and Design (9th ed.). Bulevard. Farida Jasfar. 2005. Manajemen Jasa

Pendekatan Terpadu, Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia. Mc.Shane, Steve. L. & Von Glinov, Marry

Ann. 2005. Organizationnal Behavior. Tirth Edition.McGraw-Hill.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Ratminto, Atik Septi Winarsih (2005)

Manajemen Pelayanan:

Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta :Salemba Empat.

Suwandi, Made. 2002. Pokok-Pokok Pikiran Konsepsi Dasar Otonomi Daerah Indonesia. Forum Kebijakan, Program MAP-UGM, 19 April 2002, Yogyakarta.

Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi, Pengertian, Makna dan aplikasinya dalam kehidupan organisasi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan social sebagai Kebijakan publik. Bandung:Alfabeta. Syafiie, Inu Kencana. 2003. Kepemimpinan

Pemerintahan Indonesia. PT Refika Aditama: Bandung.

Tjiptono, Fandy dan Gregorius, Chandra. 2011. Service, Quality and Satisfaction Edisi 3. Yogyakarta: ANDI.

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan public Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Wirawan. 2007. Budaya dan iklim organisasi: Teori aplikasi dan penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata ERMMI perusahaan yang mengadopsi kerangka manajemen risiko ISO 31000:2011 memiliki nilai yang lebih besar (0,71 dari

Bangunan Bioklimatik adalah bangunan yang bentuk bangunanya disusun oleh desain penggunaan teknik hemat energi yang berhubungan dengan iklim setempat dan

Seperti yang sudah diuraikan pada keterangan sebelumnya bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan sub mata pelajaran pendidikan agama islam yang tujuannya untuk

Strategi pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreativitas peserta didikmeliputi pembelajaran berpusat pada peserta didik ( student-centered learning ),

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulakan bahwa responden yang merupakan pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) mempunyai usia rata-rata pada usia 11 sampai 16 tahun,

Dilakukan uji kesetaraan kedua kelas dengan tujuan untuk mengetahui tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan

Perangkat lunak sangat erat hubungannya dengan kinerja perangkat keras. Perangkat lu- nak pada sistem mikrokontroler biasa juga di- sebut firmware. Instruksi yang

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Liyun Sari