• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYAFAAT. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Hadits Tarbawi Dosen Pengampu: Dr. H. Budiansyah, M.A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SYAFAAT. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Hadits Tarbawi Dosen Pengampu: Dr. H. Budiansyah, M.A."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SYAFAAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Hadits Tarbawi Dosen Pengampu: Dr. H. Budiansyah, M.A.

Disusun oleh:

Abdul Ghofur

NIRM. 016.11.10.2717

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia ini bersifat fana dan tidak abadi. Semua problem dan kesulitan di dunia, dari satu sisi akan menjadi penebus dosa. Akan tetapi, akan datang kepada manusia suatu hari yang menakutkan ketika tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkan. Itulah hari yang kita sebut dengan akhirat. Di sini, Rasulullah SAW sang pemilik syafaat agung, akan muncul untuk memberikan syafaat kepada umat manusia. Tentu saja, syafaat memiliki batasan tertentu. Syafaat pun hanya bisa terwujud sesuai dengan kehendak Allah SWT dan izin-Nya: “Tidak ada yang dapat memberikan syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.”(QS. Al-Baqarah: 255).

Ini sangat wajar, sebab para pemberi syafaat bisa saja bertindak berdasarkan perasaannya dan melampaui batas sehingga mereka meminta rahmat Ilahi secara tidak logis. Hal ini tidak sesuai dengan adab kepada Allah SWT. Karena itu, Allah SWT telah menetapkan neraca dan standar syafaat. Dengan itu menjadi jelaslah siapa yang bisa memberikan syafaat, kepada siapa syafaat bisa diberikan, serta seberapa besar syafaat dapat diberikan. Sebagaimana pada setiap perbuatan Allah SWT terdapat keadilan dan keseimbangan, demikian pula terdapat keadilan dan keseimbangan dalam syafaat yang akan Allah berikan di akhirat. Seandainya batasan-batasan tidak ditetapkan, tentu sebagian mereka akan mempergunakan syafaat secara tidak benar. Seandainya syafaat tidak diberi batasan, hal ini pada sebagian orang, ketika melihat manusia dibakar dalam neraka, akan menimbulkan rasa kasihan kepada mereka sehingga meminta seluruh orang kafir, munafik, dan pendosa untuk dimasukkan ke surga. Akan tetapi, permintaan semacam ini sudah melampaui hak miliaran orang mukmin.

(3)

Seandainyan syafaat diserahkan kepada rasa kasihan manusia, tentu akan terbuka peluang untuk dimanfaatkan oleh para pendosa dan orang-orang kafir. Ini berarti rahmat Tuhan juga mencakup orang-orang-orang-orang kafir yang berdosa karena telah mengingkari setiap aturan, setiap hukum, dan setiap keindahan dari Allah SWT di alam ini sekaligus menghinakan dan memalsukannya. Padahal, orang kafir memikul dosa besar yang tidak bisa ditampung alam dalam setiap detik kehidupannya. Karena itu, memberikan rahmat kepada orang-orang berjiwa buruk dan kelam semacam itu berarti tidak menghormati rahmat itu sendiri.

Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih komprehensif mengenai pengertian syafaat, macamnya, pemberi dan penerimanya, serta tinjauan hadis Nabi tentang syafaat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa pengertian syafaat?

2. Apa saja macam-macam syafaat?

3. Siapa saja pemberi dan penerima syafaat?

4. Bagaimana tinjauan hadits Nabi SAW tentang syafaat?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian syafaat 2. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam syafaat 3. Untuk mengetahui pemberi dan penerima syafaat

4. Untuk mengetahui tinjauan hadits Nabi SAW tentang syafaat

Adapun manfaat penulisan makalah ini agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman secara lebih komprehensif mengenai pengertian syafaat, macamnya, pemberi dan penerimanya, serta tinjauan hadis Nabi tentang syafaat.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Syafaat

Dalam Bahasa Arab syafaat terambil dari kata عفش berarti menggabungkan sesuatu dengan sesuatu lain yang sejenisnya agar menjadi sepasang. Syafaat yang diambil dari kata syafa‘a ini, secara istilah berarti memohonkan ampunan untuk dosa yang telah diperbuat. Syafaat juga berarti permohonan ampun oleh seseorang yang memiliki hak syafaat untuk orang yang berhak mendapatkannya. Jadi, syafaat Nabi SAW atau manusia-manusia suci lainnya untuk sekelompok umat berarti doa, permohonan ampun, atau juga permintaan atas sebuah hajat ke hadirat Allah SWT untuk umat yang menerima syafaat. Ringkasnya, makna syafaat tidak jauh berbeda dari doa.1

Pendapat lain mengatakan bahwa syafaat berarti menjadi perantara bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan dan mencegah keburukan. Pendapat kadua ini jauh lebih baik karena meliputi dua permohonan, yakni mendapat kebaikan dan terhindar dari keburukan. Selain itu ada yang berpendapat bahwa syafaat adalah permohonan agar selamat dari dosa dan kejahatan. Dalam kitab suci Al-Quran, kata syafaat dipergunakan untuk menunjukkan beberapa arti yang berlainan. Jumlah seluruh ayat yang secara langsung menyebut masalah syafaat ini adalah 25 ayat yang tersebar di delapan belas surat Al-Quran. Semua ayat tadi menunjukkan arti permohonan ampun atas dosa-dosa.

Dalam kitab suci Al-Quran tidak ada satu ayat pun yang menunjukkan penafikan syafaat secara mutlak. Penafikan yang ada hanya menunjuk kepada sekelompok orang yang disebut oleh Allah SWT sebagai kelompok yang memiliki sifat kekafiran. Sifat inilah yang menyebabkan mereka tidak berhak mendapatkan syafaat. Dengan kata

1

Ali Mamali, Syafaat dalam Bahasa Al-Qur’an dan Sunnah, dalam http://www.alimamali.com/books/id/books/shafaat/03.htm. (Diakses 9 September 2017)

(5)

lain, syafaat yang dinafikan oleh Al-Quran adalah yang berhubungan dengan kaum kafir. Di saat Al-Quran menafikan syafaat bagi sekelompok orang dengan kriteria tertentu, pada saat yang sama, ia menegaskan realitas syafaat bagi kelompok yang menyandang gelar kaum mukminin.

B.Macam-macam Syafaat

Syafaat merupakan sebuah anugerah dan kemurahan Illahi yang diperoleh melalui doa mustajab Nabi SAW untuk umatnya yang berdosa di hari kiamat nanti. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa syafaat ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hak khusus Nabi Muhammad SAW dan ada juga yang menjadi hak para nabi yang lain, bahkan para syahid di jalan Allah dan para ulama. Syafaat ada dua macam, yaitu:2 1. Syafaat yang bersifat khusus. Ini hanya dimiliki oleh Nabi saja, yaitu

syafaat agung (syafaah ‘uzhma) untuk dimulainya hisab dan syafaat beliau kepada penghuni surga agar bisa masuk ke dalamnya.

2. Syafaat yang bersifat umum. Ini dimiliki oleh para Nabi, malaikat dan orang-orang mukmin, yaitu syafaat untuk orang yang berhak masuk neraka agar tidak memasukinya atau untuk orang-orang mukmin yang sudah masuk neraka agar dikeluarkan darinya.

Dengan demikian, bukan berarti bahwa dengan adanya syafaat di hari kiamat berarti kita bebas melalaikan kewajiban dan melakukan kesalahan dan maksiat. Akan tetapi turunnya syafaat juga terdapat beberapa syarat. Syafaat yang dibenarkan adalah syafaat yang terpenuhi di dalamnya 3 syarat, yaitu:

1. Ridho Allah terhadap orang yang memberi syafaat;

2. Ridhonya Allah bagi orang yang akan diberi syafaat. Namun, pada saat terjadi syafaat 'udhma (syafaat bagi seluruh orang) kelak di mauqif

(tempat berkumpulnya seluruh manusia), maka syafaat jenis ini bagi semua orang baik yang diridhoi oleh Allah maupun tidak diridhoi;

2Wakid Yusuf, Macam-macam Syafaat, dalam https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/26/akidah-17-pengertian-syafaat-macam-macam-syafaat-pemberi-syafaat-penerima-syafaat/ (Diakses 9 September 2017)

(6)

3. Dan mendapat izinnya Allah di dalam memberi syafaat. Sedangkan izin ini tidak mungkin diperoleh melainkan setelah terpenuhi dua syarat diatas, ridho Allah terhadap orang yang memberi syafaat dan yang akan memperoleh syafaat.

C.Pemberi dan Penerima Syafaat

Allah menyatakan bahwa seluruh syafaat adalah hak-Nya. Tidak ada seorangpun yang berhak memberi syafaat kecuali bagi orang yang diizinkan oleh-Nya untuk diberi syafaat. Allah SWT berfirman:

                                                                                          

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa‟at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Ayat di atas dikenal dengan ayat Kursi, karena di dalamnya disebutkan tentang Kursi Allah SWT. Ayat ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan ia juga memiliki keutamaan-keutamaan yang banyak. Hikmah di balik adanya syafaat adalah Allah ingin menghormati para pemberi syafaat, menegaskan kedudukan mereka, dan menampakkan ketinggian derajat mereka. Syafaat hanyalah milik Allah semata. Ia akan memberikan syafaat kepada siapa saja yang diridhai-Nya dan dicegah dari siapa saja yang dilarang-Nya. Jika meneliti ayat-ayat Al-Quran dengan cermat, akan diperoleh kesimpulan bahwa Allah SWT dalam kitab suci

(7)

terakhir-Nya tidak pernah menyebutkan nama seorang pun yang kelak di hari kiamat akan memberikan syafaat. Namun, dengan menyebutkan beberapa sifat dan kriteria syafi’ atau pemberi syafaat, Al-Qur‟an menjelaskan bahwa siapa saja yang memiliki sifat-sifat tersebut berarti ia adalah syafi’ di hari kiamat.

Ada beberapa kelompok yang disebut oleh Al-Qur‟an sebagai

syafi’. Selain itu amal perbuatan yang baik juga dapat memberikan syafaat kepada pelakunya. Berikut kelompok yang mampu memberikan syafaat:3 1. Para Nabi Allah SWT berfirman:

                         

Artinya: “Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka. Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang telah diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hatikarena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya‟: 28)

Ayat di atas menunjukkan bahwa kaum kafir menyebut para rasul yang diutus oleh Allah SWT sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi Al-Quran dengan tegas membantah perkataan mereka dan menyebut para rasul itu sebagai hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan tugas kenabian dan mereka tidak akan memberikan syafaat yang merupakan hak yang mereka dapatkan dari Allah kecuali kepada mereka yang telah diridhai oleh-Nya.

Makna yang dikandung oleh ayat ini juga sesuai untuk para malaikat. Sebab dalam banyak ayat suci Al-Qur‟an disebutkan bahwa kaum kafir dan musyrik sering menyebut para malaikat sebagai putri-putri Allah. Maha suci Allah dari segala yang mereka tuduhkan itu.

3

Sadeqin, Pemberi dan Penerima Syafaat, dalam http://www.sadeqin.net/ml/ketabsara.php?s=342&e=347&mod=4&id=36&page=347 (Diakses 9 September 2017)

(8)

2. Para Malaikat

Ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa para malaikat adalah para pemberi syafaat adalah firman Allah yang berbunyi:

                             

Artinya: “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan ridhai-(Nya).” (QS. An-Najm: 26) 3. Mukminin Allah SWT berfirman:                        

Artinya: “Dan para sesembahan selain Allah tidak dapat memberikan syafaat. (Yang dapat memberi syafaat hanyalah) mereka yang bersaksi atas kebenaran dan mereka yang mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf: 86)

Adapun para penerima syafaat sesuai firman-Nya adalah:

               

Artinya: “Mereka tidak berhak mendapat syafa‟at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Q.S. Maryam: 87)

Orang-orang kafir itu tidak memperoleh syafaat dari siapapun untuk menolong mereka atau meringankan penderitaan pahit dan getir yang mereka alami. Karena yang berhak menerima syafaat pada hari itu hanyalah orang-orang yang telah dijanjikan Allah akan mendapat syafaat yaitu orang-orang mukmin yang di masa hidupnya di dunia telah mempersiapkan diri untuk mendapat syafaat itu dengan amal ibadahnya dan perjuangannya menegakkan kalimat Allah. Syafaat pada hari itu hanya dimiliki oleh para Nabi, ulama, dan para syuhada sesuai dengan amal dan bakti mereka masing-masing. Di antara amal ibadah yang menjadikan

(9)

seseorang berhak memperoleh syafaat itu ialah memelihara salat lima waktu dengan sebaik-baiknya. Tetapi orang yang pernah meninggalkan salatnya, tidak akan memperoleh janji Allah itu. Terserahlah kepada Tuhan apakah Dia akan memberinya rahmat atau menimpakan azab kepadanya.

D.Tinjauan Hadits Tentang Syafaat4

1. Hadits dan Terjemah

ِدْبَع ُنْب َةَمَلَس وُبَأ ِنَِثَّدَح ِّيِرْهُّزلا ْنَع ٌبْيَعُش اَنَرَ بْخَأ ِناَمَيْلا وُبَأ اَنَ ثَّدَح

ِنَْحَّْرلا

َلاَق َةَرْ يَرُه اَبَأ َّنَأ

ِّلُكِل َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق :

ُديِرُأَف ٌةَوْعَد ٍِّبَِن

،

ُهَّللا َءاَش ْنِإ

،

َمْوَ ي ِتَِّمُِلِ ًةَعاَفَش ِتَِوْعَد َِبَِتْخَأ ْنَأ

ِةَماَيِقْلا

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Azzuhri telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Setiap Nabi mempunyai doa yang telah dikabulkan, sedang aku insya Allah terus akan menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat nanti.” (H.R. Bukhari: 6920)

ُتْعَِسَ ٌرِمَتْعُم َلاَق ُةَفيِلَخ ِلِ َلاَقَو

ُهَّللا ىَّلَص ِِّبَِّنلا ْنَع ٍسَنَأ ْنَع ِبَِأ

اَعَد ْدَق ٌةَوْعَد ٍِّبَِن ِّلُكِل َلاَق ْوَأ ًلًْؤُس َلَأَس ٍِّبَِن ُّلُك : َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع

ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ِتَِّمُِلِ ًةَعاَفَش ِتَِوْعَد ُتْلَعَجَف َبيِجُتْساَف اَِبِ

Artinya” “[Khalifah] pernah berkata kepadaku; [Mu'tamar] mengatakan; saya mendengar [Ayahku] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Setiap Nabi pernah meminta suatu permintaan -atau beliau bersabda- setiap Nabi mempunyai doa yang telah dikabulkan, sedang aku ingin menyimpan do'aku sebagai syafa'at untuk umatku di hari Kiamat nanti.” (H.R. Bukhari: 5830)

4Abdul Aziz Al-Faruq, Hadits tentang Hisab dan Syafaat, dalam http://abdulazizalfaruq.blogspot.co.id/2017/04/makalah-hadits-tentang-hisab-dan-syafaat.html (Diakses 9 September 2017)

(10)

2. Kandungan Hadits

Perdebatan tentang syafaat nabi kepada umatnya telah terjadi sejak dahulu dan masih berlangsung hingga sekarang. Salah satu pihak memandang bahwa syafaat tersebut hanya untuk meninggikan derajat bagi orang-orang beriman dan tidak melakukan dosa. Sedangkan pihak lain juga menyatakan bahwa syafaat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa dan mengeluarkan orang-orang yang telah disiksa di neraka untuk memasuki surga, sebab di dalam hatinya pasti masih memiliki kebaikan walaupun hanya seberat biji sawi.5

Dalam hadits menerangkan bahwa tidak ada yang bisa memberikan syafaat kepada sekelompok orang yang meminta syafaat, kecuali Rasulullah. Ketika sekelompok orang tersebut mendatangi Rasulullah, maka Rasul segera menghadap Allah dan memohon kepada Allah agar diringankannya penderitaan umatnya dan memohon agar umat Beliau masuk surga. Allah pun mengabulkan doa Rasulullah dengan rahmat-Nya dan mengampuni dosa.

Adapun syafaat Nabi tersebut berupa doa. Satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah akan mendoakan umatnya di hari akhir agar terbebas dari siksa api neraka. Doa Nabi Muhammad tersebut merupakan keutamaan Beliau atas semua nabi-nabi sebelumnya, doa itu akan diberikan kepada keluarganya dan kepada umatnya. Ibn Bathal mengatakan bahwa hadits tersebut merupakan penjelasan keutamaan Rasulullah atas seluruh nabi-nabi terdahulu pada umatnya lewat doanya yang terkabul bagi umatnya dan keluarganya. Sedangkan al-Sindi mengutarakan bahwa sesungguhnya syafaat itu hanya untuk meninggikan derajat dan bukan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar, mereka akan kekal di neraka. Menurut Ibn Mas‟ud, orang yang melakukan dosa

5

Untung Tri Winarso, Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004).

(11)

besar akan diazab, sedangkan bila ia meninggal mengucapkan dua kalimat syahadat maka ia akan dikeluarkan dari neraka.

Mazhab ahli sunnah berpendapat bahwa barangsiapa yang mati dalam keadaan Tauhid, maka ia akan masuk surga, dan bagi orang yang bertaubat ia mendapat karunia masuk surga. Jika ia mati dalam belum bertaubat, maka hal itu diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah yang akan mengampuni atau tidak. Sedangkan orang yang melakukan dosa besar dan dia masih mengesakan Allah, maka baginya akan masuk surga. Untuk orang-orang kafir yang melakukan kebaikan di dunia dia tetap kekal di neraka.

Al-Qadhi al-„Iyad berkata bahwa bagi Mu‟tazilah syafaat Nabi hanya untuk meninggikan derajat. Sedangkan al-Nawawi mengutarakan bahwa syafaat nabi Muhammad bagi umatnya, yaitu: (1) Melapangkan orang yang berada di surga, (2) Masuknya segolongan umat tanpa hisab, (3) Menghapus dosa, (4) Mengeluarkan orang yang berbuat dosa dari neraka, (5) Mengangkat derajat, (6) meringankan dosa Abu Thalib, (7) bagi orang yang meninggal di Madinah.

3. Relevansi Hadits dengan Ayat Al-Qur’an

Allah SWT menetapkan adanya syafaat di dalam kitab-Nya dalam banyak tempat dan dengan persyaratan ketat. Allah juga memberitahukan bahwa syafaat itu adalah wewenang-Nya secara penuh, tidak seorang pun yang berhak dan dapat campur tangan.6 Sebagaimana dalam firman-Nya:

                    

Artinya: “Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Q.S. Az-Zumar: 44)

6Syekh Hafizh Hakami, 200 Sual Wa Jawab Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah, terjemahan: As‟ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 150.

(12)

Allah SWT juga memberitahukan bahwa syafaat itu tidak akan ada atau tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya, sebagaimana firman-Nya:

                                        

Artinya: “dan Tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab: (perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.S. Saba‟: 23)

Ayat di atas menerangkan bahwa pemberian syafa‟at hanya dapat berlaku dengan izin Tuhan. Orang-orang yang akan diberi izin memberi syafa‟at dan orang-orang yang akan mendapat syafa‟at merasa takut dan harap-harap cemas atas izin Tuhan. Tatkala takut dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat syafa‟at bertanya kepada orang-orang yang diberi syafa‟at: Apa yang dikatakan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: Perkataan yang benar, yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafa‟at kepada orang-orang yang disukai-Nya yaitu orang-orang mukmin.7 Kemudian mengenai siapa yang berhak memberikan syafaat, Allah menjelaskan bahwa syafaat itu hanya terjadi jika Dia mengizinkannya. Izin untuk memberikan syafaat Dia khususkan kepada para kekasih-Nya, orang-orang yang bertaqwa, yang diridhoi-Nya, dan dipilih-Nya, sebagaimana firman-Nya:                

Artinya: “Mereka tidak berhak mendapat syafa‟at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Q.S. Maryam: 87)

7 Departemen Agama RI, Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, (Banten: PT Kalim, 2011), hal. 432.

(13)

Adapun maksud mengadakan perjanjian dengan Allah ialah menjalankan segala perintah Allah dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. 8

4. Hikmah Hadits

Adapun hikmah hadits tentang syafaat di atas adalah:

a. Semangat untuk selalu bershalawat kepada Nabi, mengikuti sunnah-sunnah beliau dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan mendapatkan sya‟faat darinya kelak; b. Menjaga jiwa, raga dan hati agar selalu beristiqomah di jalan Allah

SWT, agar Dia ridho kepada kita serta memberikan izin kepada kita untuk menerima syafa‟at dari Nabi Muhammad SAW;

c. Sebagai acuan untuk selalu bisa beramal shalih sebagai bukti cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

8

(14)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan:

1. Syafaat (Arab: عفش) berarti menggabungkan sesuatu dengan sesuatu lain yang sejenisnya agar menjadi sepasang. Secara istilah syafaat berarti memohonkan ampunan untuk dosa yang telah diperbuat. Syafaat juga berarti permohonan ampun oleh seseorang yang memiliki hak syafaat untuk orang yang berhak mendapatkannya. 2. Syafaat terbagi dua, pertama bersifat khusus hanya dimiliki oleh

Nabi saja, yaitu syafaat agung (syafaah ‘uzhma) untuk dimulainya hisab dan syafaat beliau kepada penghuni surga agar bisa masuk ke dalamnya. Kedua syafaat yang bersifat umum, ini dimiliki oleh para Nabi, malaikat, dan orang-orang mukmin.

3. Kelompok yang disebut oleh Al-Qur‟an sebagai syafi’ yaitu para Nabi a.s., malaikat, dan kaum mukminin yang saleh. Sedangkan yang berhak menerima syafaat adalah orang-orang yang telah dijanjikan Allah akan mendapat syafaat yaitu orang-orang mukmin. 4. Dalam salah satu hadits Nabi diterangkan bahwa tidak ada yang bisa memberikan syafaat kepada sekelompok orang yang meminta syafaat, kecuali Rasulullah SAW. Ketika sekelompok orang tersebut mendatangi Rasulullah, maka Rasul segera menghadap Allah dan memohon kepada Allah agar diringankannya penderitaan umatnya dan memohon agar umatnya dimasukkan masuk surga.

B. SARAN

Sebagai umat Islam hendaknya mampu memahami dan menempatkan terma syafaat sesuai porsinya. Terlepas berbagai pendapat yang ada, keberadaan syafaat adalah sebuah keniscayaan yang hendaknya diyakini terlepas dari apapun itu bentuknya, baik berupa doa, ampunan, atau lainnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Al-Faruq, Hadits tentang Hisab dan Syafaat, dalam

http://abdulazizalfaruq.blogspot.co.id/2017/04/makalah-hadits-tentang-hisab-dan-syafaat.html (Diakses 9 September 2017)

Ali Mamali, Syafaat dalam Bahasa Al-Qur’an dan Sunnah, dalam

http://www.alimamali.com/books/id/books/shafaat/03.htm. (Diakses 9 September 2017)

Departemen Agama RI. 2011. Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode

Angka. Banten: PT. Kalim.

Sadeqin, Pemberi dan Penerima Syafaat, dalam

http://www.sadeqin.net/ml/ketabsara.php?s=342&e=347&mod=4&i d=36&page=347 (Diakses 9 September 2017)

Syekh Hafizh Hakami. 1998. 200 Sual Wa Jawab Fi Aqidah Al-Islamiyah, terjemahan: As‟ad Yasin. Jakarta: Gema Insani Press.

Untung Tri Winarso. 2004. Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Wakid Yusuf, Macam-macam Syafaat, dalam

https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/26/akidah-17- pengertian-syafaat-macam-macam-syafaat-pemberi-syafaat-penerima-syafaat/ (Diakses 9 September 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan praktikum dan kemampuan kognitif IPA Terpadu siswa kelas VIII

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi carbomer 940 sebagai gelling agent dalam pembuatan formula pasta gigi ekstrak

Hal tersebut terbukti bahwa banyak dari orang tua belum punya banyak pengalaman dalam melakukan praktik pencegahan cedera pada anak karena merupakan pengalaman pertama

Pera/atn Kesehatan 4asyarakat (Perkesmas) Pencatatan di 7ormat ;suhan Kepera/atan Dan Register Di kohort Keluarga Kemudian semuanya direkap di laporan bulanan perkesmas

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

Pelaksanaan kegiatan, setelah bahan dan peralatan disiapkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan kegiatan yaitu dilakukan kegiatan berupa pengoperasian/

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman materi

Menjalankan Memahami Menanya Menghargai Menerapkan Mencoba Menghayati Menganalisis Menalar Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji - Mencipta Mencipta..