• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Kesantunan Direktif pada Wacana Kolom Pendidikan Surat Kabar Harian Nasional sebagai Pembentuk Pendidikan Karakter di Kalangan Peserta Didik Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tindak Kesantunan Direktif pada Wacana Kolom Pendidikan Surat Kabar Harian Nasional sebagai Pembentuk Pendidikan Karakter di Kalangan Peserta Didik Sekolah Dasar"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK KESANTUNAN DIREKTIF PADA WACANA KOLOM PENDIDIKAN SURAT KABAR HARIAN NASIONAL SEBAGAI

PEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTERDI KALANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurasan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

DIAH WIDI PANGESTU A310140134

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

TINDAK KESANTUNAN DIREKTIF PADA WACANA KOLOM PENDIDIKAN SURAT KABAR HARIAN NASIONAL SEBAGAI

PEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTERDI KALANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

PUBLIKA SI ILMIAH

Oleh:

DIAH WIDI PANGESTU A310140134

Telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum.) NIDN. 0028046501

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TINDAK KESANTUNAN DIREKTIF PADA WACANA KOLOM PENDIDIKAN SURAT KABAR HARIAN NASIONAL SEBAGAI

PEMBENTUK PENDIDIKAN KARAKTER DI KALANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

OLEH

DIAH WIDI PANGESTU A310140134

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 21 Juli 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum. ( ) (Ketua Dewan Penguji)

2. Laili Etika Rahmawati, S. Pd., M. Pd. ( ) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Yakub Nasucha, M. Hum. ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum.) NIDN. 0028046501

(4)

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Diah Widi Pangestu

NIM : A310140134

Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Judul Artikel Publikasi : Tindak Kesantunan Direktif pada Wacana Kolom Pendidikan Surat Kabar Harian Nasional sebagai Pembentuk Pendidikan Karakter di Kalangan Peserta Didik Sekolah Dasar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel publikasi yang saya serahkan ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti artikel publikasi ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, 4 Juli 2018 Yang membuat pernyataan,

Diah Widi Pangestu NIM. A310140134

(5)

1

TINDAK KESANTUNAN DIREKTIF PADA WACANA KOLOM PENDIDIKAN SURAT KABAR HARIAN NASIONAL SEBAGAI PEMBENTUK PENDIDIKAN

KARAKTERDI KALANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

Abstrak

Penelitian ini merupakan sebuah kajian pragmatik yang memfokuskan pada tindak tutur direktif sebagai kajiannya. Teori tindak tutur direktif menjadi dasar sebagai acuan dalam mencari tuturan yang mengandung maksud tindak tutur direktifdi dalam wacana kolom pendidikan dalam surat kabar harian nasional sebagai pembentuk pendidikan karakter peserta didik sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jenis-jenis, struktur, dan maksud yang terdapat di dalam wacana kolom pendidikan surat kabar harian nasional yang akan digunakan sebagai pembentuk pendidikan karakter pada peseta didik sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain analisis isi yaitu dokumen wacana kolom pendidikan tertulis yang ada di dalam surat kabar harian nasional. Analisis data dalam penelitian ini sudah dilakukan sejak proses data dan terknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan dalam wacana kolom pendidikan surat kabar harian nasional berjumlah 52 data dan ditemukan tuturan menasihati (9,62%), medukung (9,62%) dan menginstruksikan (9,62%) yang memiliki jumlah paling banyak. Strategi tindak tutur direktif diklasifikasikan menjadi dua yaitu strategi langsung dan strategi tidak langsung, strategi langsung yang ditemukan sejumlah 43 data (83%) dan strategi tidak langsung sejumlah 9 data (17%). Maksud tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini dapat ditemukan 11 nilai dari 18 nilai pendidikan karakter yang telah dikemukakan oleh Kemendiknas seperti nilai pendidikan karakter religius, nilai pendidikan karakter jujur, nilai pendidikan karakter toleransi, dan lain sebagainya. Kata Kunci: pragmatik, tindak tutur direktif, surat kabar, pendidikan karakter.

Abstract

This study is a pragmatic study that focuses on acting speech directive as a study. The theory of speech acts directive becomes the basis as a reference in seeking a speech that contains the intention of acting speech directive in the discourse of the education column in the national daily newspaper as the formation of character education of primary school students. This study aims to find the types, structures, and intentions contained in the discourse of the national daily newspaper education column that will be used as the formation of character education in elementary school students. This research is a qualitative research using content analysis design that is written discourse document of education column written in national daily newspaper. Data analysis in this research has been done since data process and technique validity of data in this research using data triangulation technique. The type of speech act directive found in the discourse of the national daily newspaper education columns amounted to 52 data and found advising speech (9,62%), supporting (9,62%) and instructed (9,62%) which had the most amount. The directive speech acting strategy is classified into two, namely direct strategy and indirect strategy, direct strategy found in 43 data (83%) and indirect strategy of 9

(6)

2

data (17%). The purpose of the directive speech acts found in this study can be found 11 values of 18 values of character education that have been raised by the Ministry of National Education such as the value of religious character education, the value of honest character education, the value of character education tolerance, and so forth.

Keyword: pragmatics, speech acts, newspapers, character education.

1. PENDAHULUAN

Pragmatik menurut Erlian (2013:128) merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa berdasarkan konteks, hubungan dengan situasi-situasi ujar yang terjadi dan situasi tersebut merupakan peristiwa tutur. Menurut Qomariyah (2017:2) salah satu faktor yang mempengaruhi bentuk dan makna wacana lisan adalah peristiwa tutur. Serta menurut Budiman (2016:2) bahwa pragmatik berkaitan dengan makna yang telah disampaikan yang nantinya ditafsirkan dan dipahami oleh mitra tutur. Selain itu menurit Aryviany (2016:2) kajian pragmatik memiliki beberapa macam yang dapat dibahas dan salah satunya adalah tindak tutur.

Menurut Searle (dalam Rosnilawati, 2013:462) menyatakan bahwa, sehubungan dengan pengertian tindak tutur adalah bahwa ujaran dibedakan menjadi lima jenis. (1) Representatif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, (5) deklarasi. Dalam hal ini peneliti akan meneliti mengenai tindak tutur direktif. Menurut Manaf (2011:212) tindak tutur dapat menyebabkan muka jatuh, muka menandakan citra diri pelaku tutur yang rawan jatuh ketika berkomunikasi. Menurut Pishghadam (2011:152) teori tindak tutur berkaitan dengan penggunaan bahasa. Menurut Josiah (2015:43-44) Bahasa merupakan saran komunikasi yang memerankan peran penting dalam masyarakat, baik individu maupun dalam kelompok. Sama halnya menurut Thamrin (2010:92) bahasa sebagai alat komunikasi dalam kegiatan menjadi sangat penting. Lain itu, menurut Santosa (2016:78) bahasa merupakan bentuk komunikasi yang simbolis. Menurut Gusriani (2012:287) manusia dalam keseharian memerlukan komunikasi untuk menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungannya. Selain itu, menurut Yuliana (2013:2) bahasa memang hal yang sangat penting yang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat.

Pendapat lain, menurut Sulistyowati (2013:27) tindak tutur merupakan suatu perbuatan yang menghasilkan bunyi bahasa secara teratur sesuai dengan kaidah

(7)

3

pemakaian unsur-unsurnya. Namun, menurut Prayitno (2010:31) tindak tutur direktif digunakan untuk menyatakan maksud yang berupa keinginan dan dijadikan alasan mitra tutur bertindak. Menurut Setywati (2012:216) bentuk tindak tutur direktif yang digunakan anak mengekspresikan terhadap tindakan yang dilakukan oleh mitra tuturnya. Dalam tindak tutur ditemukan prinsip-prinsip umum kesantunan yang berlaku dalam masyarakat bahasa, ada prinsip khusus kesantunan yang berlaku dalam suatu kelompok bahasa tertentu, bahwa mode ekspresi individual berbeda dan menjadi ciri khas dari orang tersebut. (Abuya, 2012:9).

Begitu banyak permasalah, sebagai seorang pendidik diharuskan untuk memperhatikan dengan seksama. Menurut Afandi (2011:86) pendidikan karakter saat ini akan menjadi sorotan pemerintah karena banyak permasalahan-permasalahn yang berhubungan dengan penyimpangan moral, nilai budaya, etika bagi generasi muda maupun pemimpin bangsa. Menurut Aeni (2014:51) pendidikan karakter adalah pendidikan yang mendudkung perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa. Bersamaan menurut Zuchdi et. al (2010:1) pendidikan karakter di sekolah merupakan kebutuhan vital agar generasi baru mempunyai kempampuan untuk hidup dalam era global ini. Sementara itu, menurut Raharjo (2010:229) globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa telah membuat dunia serba terbuka. Selain itu, menurut Kurniawan (2015:41) terjadinya penurunan kualitas moral bangsa merupakan salah satu dampak globalisasi dan warga negara yang tidak menyikapi dampak negatif dengan baik. Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata (Setiawan, 2013:54). Bahkan menurut Judiani (2010:281) pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena akan menjadikan mereka cerdas, dan mempunyai budi pekerti dan sopan santun.

Penulis memilih wacana kolom pendidikan Surat Kabar Harian Nasional (SKHN) karena terdapat tuturan yang berbentuk tulisan dan mengandung maksud memerintah, meminta, mengajak, memberi nasihat, mengkritik, dan melarang. Misalnya kolom pendidikan yang mengabarkan mengenai keputusan baru USBN, contohnya tuturan berikut “Lewat penyelenggaraan USBN pemerintah ingin memberdayakan guru dalam pembuatan soal dan evaluasi. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan” dalam

(8)

4

tuturan tersebut terdapat makna yang tersembunyi yaitu Pemerintah berharap bahwa dengan keputusan ini guru dapat memastikan siswa dapat mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan.

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis, struktur, dan maksud dari tindak kesantunan direktif pada wacana kolom pendidikan SKHN sebagai pembentuk pendidikan karakter di kalangan peserta didik sekolah dasar. Penelitian tindak tutur ini juga pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Manik et. al (2015) yang berjudul “An Analysis on Teachers’ Politeness Strategy and Student’s Compliance in Teaching Learning Process at SD Negeri 024184 Binjai Timur Binjai-North Sumatra-Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi

kesantunan yang digunakan oleh guru dan bagaimana kesantunan yang dapat mempengaruhi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru menggunakan empat maksim untuk berkomunikasi kepada siswa yaitu, maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, pepatah persetujuan, dan pepatah perjanjian, namun tidak ditemukan pepatah sederhana dan simpati pepatah, selanjutnya menemukan bahwa guru dominan menggunakan pepatah yang mengandung makna bijaksana dalam TTD mereka, dan kepatuhan dari siswa mempengaruhi kompetensi pragmatis dan emosi positif siswa terhadap ucapan kesopanan yang disampaikan oleh guru.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain analisis isi yaitu dokumen wacana kolom pendidikan tertulis yang ada di dalam SKHN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa ujaran atau kalimat yang terdapat dalam kolom pendidikan SKHN yang bersumber dari SKHN Kompas dan SKHN Republika. Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi data karena sesuai dengan penelitian mengenai tindak tutur direktif yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu karena dapat menggunakan data dari luar guna memeriksa data.

(9)

5

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian ini dimulai dengan penjelasan mengenai jenis-jenis tindak tutur direktif yang telah ditemukan, strategi tindak tutur direktif yang dikategorikan menjadi strategi langsung dan tidak langsung, serta maksud dari tindak tutur direktif dalam SKHN sebagai pembentuk pendidikan karakter sekolah dasar.

3.1 Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Kolom Pendidikan Surat Kabar Harian Nasional

Bentuk tindak tutur direktif yang telah ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 52 data dan ditemukan sebanyak 21 jenis dari 36 jenis tindak tutur direktif. Dari 21 jenis data yang paling banyak ditemukan adalah menasihati, mendukung, menginstruksikan, meminta, mengharap, dan menyarankan. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis tindak tutur direktif akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Gambar 1. Diagram Realisasi Sub-KD pada Kolom Pendidikan SKHN Kompas dan Republika

Tabel 1. terdapat perwujudan Sub-KD bentuk tindak kesantunan direktif pada kolom pendidikan surat kabar harian nasional berupa menasihati (9,62%),

mendukung (9,62%), menginstruksikan (9,62%), meminta (7,69%), mengharap

(7,69%), dan menyarankan (7,69%).yang mendominasi jumlah paling banyak karena bentuk tuturan memberi nasihat akan mengambil hati peserta didik

(10)

6

sekolah dasar. Sedangkan bentuk tindak kesantunan direktif berupa memerintah

(1,92%), menyuruh (1,92%), meyilakan (1,92%), menawarkan (1,92%), mengajak (1,92%), membujuk (1,92%), menuntut (1,92%), dan melarang

(1,92%) jumlah yang paling sedikit karena bentuk direktif tersebut jarang digunakan untuk membentuk pendidikan karakter peserta didik sekolah dasar. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik sekolah dasar memerlukan bimbingan dari orang lainJenis-jenis tindak tutur ditekrif yang telah ditemukan selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui maksudnya, berikut ini merupakan analisis mengenai ujaran yang mengandung jenis tindak tutur direktif.

Gambar 2. Diagram Realisasi Kategori KD SKHN yang mengacu pada pembentuk pendidikan karakter peserta didik SD

Realisasi pengategorian KD dalam wacana kolom pendidikan SKHN yang mengacu pada pembentuk pendidikan karakter peserta didik SD tampak bahwa pemeringkatan kategori KD adalah menasihati, meminta, memerintah, mengajak, mengkritik, dan yang paling kecil adalah melarang.

3.1.1 Jenis Tindak Tutur Menasihati

Salah satu jenis tindak kesantunan direktif ini adalah berupa menasihati atau memberi nasihat. Kata menasihati berasal dari dari kata dasar nasihat yang artinya ajaran atau pelajaran baik anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik (KBBI 2008:997).

(11)

7

Eksplikatur : “... Artinya, belum semua guru memiliki kemampuan yang bagus dalam peningkatan sosial”

Implikatur : - Pn menginginkan kesiapan yang matang dari berbagai aspek.

Tuturan pada contoh di atas termasuk jenis tindak tutur direktif menasihati. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata artinya. Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Republika, tuturan tersebut diucapkan oleh Bambang Suryadi seorang Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tuturan tersebut berasal dari teks berita yang berjudul “Jumlah Pelajaran USBN SD/MI Bakal Ditambah” itu bermaksud untuk menasehati bahwa dengan mengujikan delapan mapel dalam USBN, tetapi pada akhirnya Kemendikbud memutuskan untuk melakukan peninjauan lebih dalam terkait usulan tersebut.

3.1.2 Jenis Tindak Tutur Meminta

Jenis tindak kesantunan direktif yang kedua bersifat meminta. Meminta dalam KBBI (2008:958) berasal dari kata minta yaitu berharap supaya diberi atau mendapat sesuatu, di dalam penelitan ini ditemukan jenis tindak tutur meminta, ada beberapa sub-KD dalam tipe meminta yang ditemukan seperti memita, mengharap, memohon, dan menawarkan.

(2) : Kompas, 1.a[5]/ SDB

Eksplikatur : “Di USBN, kami minta guru membuat soal esai atau uraian...”

Implikatur : - Pn meminta agar guru dapat membuat soal esai atau uraian.

Tuturan pada contoh di atas termasuk jenis tindak tutur direktif meminta. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata minta. Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Kompas, tuturan tersebut diucapkan Totok Suprayitno sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tuturan tersebut berasal dari teks berita yang berjudul “Siswa Ditantang Bernalar” itu bermaksud meminta dengan kebijakan baru guru dapat membuat soal esai atau uraian untuk siswa.

(12)

8 3.1.3 Jenis Tindak Tutur Memerintah

Jenis tindak kesantunan direktif yang ketiga ini bersifat memerintah. Memerintah berasal dari kata perintah yang berarti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, suruhan, aba-aba, komando, atau aturan dari pihak atas yang harus dilakukan (KBBI, 2008).

(3) : Republika, 1.b[7]/ UTTP

Eksplikatur : “USBN delapan mapel belum diterapkan tahun ini”

Implikatur : - Pn memberikan perintah kepada Mt agar tetap menetapkan jumlah mapel USBN berjumlah tiga

Tuturan pada contoh di atas termasuk jenis tindak tutur direktif memerintah. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata belum diterapkan tahun ini. Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Republika, tuturan tersebut diucapkan Muhadjir Effendy sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tuturan tersebut berasal dari teks berita yang berjudul “USBN Tetap Tiga Pelajaran” itu bermaksud memerintah agar mematuhi bahwa USBN SD tahun ajaran 2017/2018 tetap menggunakan tiga mata pelajaran.

3.1.4 Jenis Tindak Tutur Mengajak

Jenis tindak kesantunan direktif yang keempat ini bersifat mengajak. Mengajak menurut KBBI (2008:23) berasal dari kata ajak yang berarti meminta (menyilakan, menyuruh, dsb) supaya turut (datang, dsb), di dalam penelitan ini ditemukan jenis tindak tutur mengajak, ada beberapa sub-KD dalam tipe mengajak yang ditemukan seperti mengajak, mendukung, menargetkan, menuntut, dan membujuk.

(4) : Republika, 1.b[34]/ MSKT

Eksplikatur : “Programnya kita wujudkan tahsin...” Implikatur : - Pn menjelaskan mengenai programnya

- Mt mengetahui program-program dari Pn Tuturan pada contoh di atas termasuk jenis tindak tutur direktif mengajak. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata kita wujudkan. Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Republika, tuturan tersebut diucapkan Syarif Ilyas selaku Kepala SDIT Alkiyan. Tuturan tersebut berasal dari teks berita yang berjudul “Mencetak Lulusan Cerdas Intelektual dan Berakhlakul Karimah”

(13)

9

itu bermaksud mengajak siswa agar dapat mewujudkan program tahsin bersama-sama.

3.1.5 Jenis Tindak Tutur Mengkritik

Jenis tindak kesantunan direktif yang kelima ini bersifat mengkritik. Mengkritik berasal dari kata kritik yaitu kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dsb (KBBI 2008:761).

(5) : Republika, 1.b[15]/ USD

Eksplikatur : “...Setiap ditanya tentang satu masalah, bilangnya sudah bagus, ada peningkatan, gitu aja”

Implikatur : - Pn meminta Mt terbuka dan tidak menutupi permasalah pendidikan

Tuturan pada contoh di atas termasuk salah satu jenis tindak tutur direktif mengkritik yaitu menegur. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata gitu aja. Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Republika, tuturan tersebut diucapkan Ferdiansyah selaku Anggota Komisi X DPR. Tuturan tersebut berasal dari teks berita yang berjudul “USBN SD Dipertanyakan” itu bermaksud menegur agar dapat terbuka dengan permasalahan mengenai USBN SD tersebut.

3.1.6 Jenis Tindak Tutur Melarang

Jenis tindak kesantunan direktif yang keenam ini bersifat melarang. Melarang berasal dari kata laramg yaitu memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan berbuat sesuatu (KBBI 2008:818).

(6) : Kompas, 1.a[10]/ MKMSS

Eksplikatur : “Jangan coba guru-guru tahan kelas (menahan) siswa...”

Implikatur : - Pn tidak menyukai ketika guru menahan siswa di kelas

Tuturan pada contoh di atas termasuk salah satu jenis tindak tutur direktif melarang. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata jangan. Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Kompas, tuturan tersebut diucapkan Suhartini selaku Kepala SDN Inpes Pelita Harapan. Tuturan tersebut berasal dari teks

(14)

10

berita yang berjudul “Memberdayakan Keluarga Menjadi Sahabat Sekolah” itu bermaksud melarang Mt menahan siswa yang tidak bagus nilai belajar dan sikap di kelas.

3.2. Strategi Tindak Tutur Direktif

Berdasarkan strategi bertutur yang digunakan dalam wacana kolom pendidikan SKHN menunjukkan bahwa pilihan strategi langsung sebanyak 83%. Sementara itu, pilihan strategi tidak langsung sebanyak 17%.

Perbandingan antara strategi perwujudan sub-KD langsung dan tidak langsung diilistrasikan melalui gambar 3.

Gambar 3. Strategi Kesantunan Direktif pada Wacana Kolom Pendidikan SKH Nasional

Penelitian ini menunjukkan bahwa kolom pendidikan dalam SKHN lebih sering menggunakan strategi langsung daripada strategi tidak langsung. Hal itu menunjukkan cara-cara bahwa pada wacana kolom pendidikan surat kabar untuk menyatakan maksud memerintah (to order), meminta (to request), mengajak (to invite), menasihati (to advice), mengkritik (to critic), dan melarang (to prohibit) dengan segala macam realisasi sub-KD-nya ditantai dengan bentuk memerintah, meminta, mengajak, menasihati, mengkritik, dan melarang dengan segala realisasi sub-KD-nya dan seterusnya. Dapat dikatakan bahwa secara umum dalam menuturkan pendapat pada wacana kolom pendidikan surat kabar lebih menyukai strategi-strategi bertutur langsung.

83% 17%

Kelangsungan Kesantunan Direktif pada Wacana Kolom Pendidikan SKH Nasional

(Kompas-Republika)

(15)

11 3.2.1 Strategi Langsung

Cuplikan eksplikatur berikut pada (22.a) tampak bahwa untuk mencapai maksud sub-KD meminta yang langsung ditandai dengam penanda intonasi pertanyaan/tanda tanya. Sub-KD yang demikian dikategorikan sebagai realisasi sub-KD langsung.

(7) : Republika, 1.b[16]/USD

Eksplikatur : “Apakah tidak ada cara lain untuk menggambarkan kemampuan siswa SD?” Implikatur : - Pn meminta agar Mt melihat metode

perkembangan siswa SMP dan SMA yang berbeda

- Pn akan meminta terus hingga Mt menjelaskan

Tuturan pada contoh di atas termasuk salah satu contoh strategi langsung dilihat dari intonasi petanyaan menanyakan suatu kepastian.

Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Republika, tuturan tersebut diucapkan Najeela Shihab, Pembina Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK). 3.2.2 Strategi Tidak Langsung

Tidak demikian halnya dengan cuplikan realisasi sub-KD pada (23.a) berikut. Dilihat dari eksplikaturnya yang berbentuk intonasi kecewa “gitu aja”. Tidak ada pemarkamah yang menandakan keinginan atau meminta secara langsung tetapi tampak Pn meminta agar Mt menjelaskan mengenai masalah yang sedang terjadi.

(8) : Republika, 1.b[15]/ USD

Eksplikatur : “...Setiap ditanya tentang satu masalah, bilangnya sudah bagus, ada peningkatan, gitu aja”

Implikatur : - Pn meminta Mt terbuka dan tidak menutupi permasalah pendidikan

Tuturan pada contoh di atas termasuk salah satu contoh strategi tidak langsung dilihat dari, tidak ditujukan dengan kata atau kalimat aktif.

Berdasarkan penjelasan dalam SKHN Republika, tuturan tersebut diucapkan Ferdiansyah selaku Anggota Komisi X DPR.

(16)

12 3.3 Maksud Tindak Tutur Direktif

Permasalahan ketiga yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai maksud dari tindak kesantunan direktif dari surat kabar harian nasional sebagai pembentuk pendidikan karakter peserta didik sekolah dasar. Menurut Kepmendiknas (2010: i-ii) yang telah mengemukakan hasil diskusi mengenai “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” menghasilkan “Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” untuk berbagai wilayah Indonesia yang terdiri dari 18 nilai, yaitu (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disipin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab.

Adapun pembahasan tentang nilai pendidikan karakter dalam wacana kolom pendidikan surat kabar harian nasioanal dalam penelitian ini terdapat 11 nilai, dari 18 nilai pendidikan karakter yaitu Religius (4%), Jujur (15%), Toleransi (11%), Disiplin (23%), Kerja Keras (12%), Kreatif (4%), Mandiri (13%), Demokratis (6%), Rasa Ingin Tahu (2%), Cinta Tanah Air (2%), dan Menghargai Prestasi (2%). Dapat dikatakan bahwa secara umum nilai karakter yang terdapat di dalam SKHN lebih dominan nilai pendidikan karakter disiplin.

Gambar 4. Nilai Pendidikan Karakter pada Wacana Kolom Pendidikan SKH Nasional

(17)

13 3.3.1 Nilai Pendidikan Karakter Disiplin

Disiplin merupakan pendidikan karaketer yang menunjukkan sebuah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(9) “jangan coba guru-guru tahan kelas (menahan) siswa yang tidak bagus nilai...” (1.a(10)/MKMSS)

(10) “... jangan sampai dijadikan alat untuk mengurangi akses anak...” (1.b(11)/UTTP)

Kalimat pada data (9) dan (10) merupakan contoh kalimat yang mengandung nilai pendidikan karakter disiplin. Hal ini ditujukkan pada data (9) dan (10) kata jangan menandakan bahwa kata tersebut digunakan untuk melarang agar tidak melakukan sebuah tindakan.

3.3.2 Nilai Pendidikan Karakter Kerja Keras

Kerja keras merupakan pendidikan karakter yang menunjukkan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi beberapa hambatan belajar dan tugas serta mengerjakannya dengan baik.

(11) “Yakin bahwa apa yang sekarang kita lakukan akan membuahkan hasil yang terbaik” (1.b(22)/PMAS)

Kalimat pada data (11) “Yakin bahwa apa yang sekarang kita lakukan akan membuahkan hasil yang terbaik”, kata akan merupakan kata yang menunjukkan rasa disiplin karena ingin melakukan suatu hal setelahnya. 4. PENUTUP

Tindak kesantunan direktif merupakan tindak tutur yang dapat digunakan dalam memaknai tuturan. Realisasi dari tindak tutur direktif yang terdapat di dalam SKHN ditemukan 21 jenis dari 36 jenis tindak tutur direktif. Sub-kesantunan direktif dari pemeringkat paling tinggi (5,77%-9,62%) yaitu

menasihati, mendukung, menginstruksikan, meminta, mengharap, menyarankan, mengharuskan, memohon, menhanjurkan. Sedangkan (1,92%-3,85%) yaitu

menegur, menyindir, mengumpat, memerintah, menyuruh, menyilakan, menawarkan, mengajak, membujuk, menuntut, dan melarang. Pertimbangan konteks sangat penting dalam realisasi KD dan Sub-KD.

(18)

14 DAFTAR PUSTAKA

Abuya, Eromosele John. 2012. “A Pragma-stylistic Analysis of President Goodluck Ebele Jonathan Inaugural Speech”. English Language Teaching 5(11):8-15. Aeni, Ani Nur. 2014. “Pendidikan Karakter untuk Siswa SD dalam Perspektif

Islam”. Mimbar Sekolah Dasar 1(1):50-58.

Afandi, Rifki. 2011. “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”. Journal Pedagogia 1(1): 85-98.

Arifiany, Nurima, Maharani P. Ratna, S.I. Trahutami. 2016. “Pemaknaan Tindak Tutur Direktif dalam Komik Yowamushi Pedal Chapter 87-93”. Jurnal Japanese Literature 2(1):1-11.

Budiman, Shige Arif. 2016. “Tindak Tutur Ilokusi Direktif dalam Komik Insekt

Karya Sascha Hommer”. Identitaet 5(3):1-5.

Erlian, Wahyu, Amril Amir, ena Noveira. 2013. “Tindak Tutur Deklarasi Bahasa Minangkabau Pedagang Kakilima di Pasar Raya Padang”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1(2):77-163.

Gusriani, Nuri, Atmazaki, Ellya Ratna. 2012. “Kesantunan Berbahasa Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri 2 Linatu Buo”.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1(1):287-295.

Josiah, Ubong E, Gift Oghenerho. 2015. “Pragmatic Analyses of Martin Luther King (Jr)’s Speech: “I Have a Dream” – An Introspective Prognosis”. Journal of Education and Practice 6(17):43:52.

Judiani, Sri. 2010. “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

16(3):280-289.

Kurniawan, Machful Indra. 2015. “Tri Pusat Pendidikan sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar”. Journal Pedagogia 4(1):41-49.

Manaf, Ngusman Abdul. 2011. “Kesopanan Tindak Tutur Menyuruh dalam Bahasa Indonesia”. Jurnal Litera: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 10(2):212-224.

Manik, Sondang, Juniati Hutago. 2015. “An Analysis on Teachers’ Politeness Strategy and Student’s Compliance in Teaching Learning Process at SD Negeri 024184 Binjai Timur Binjai-North Sumatra-Indonesia”. English Language Teaching. 8(8):152-170.

(19)

15

Pishghadam, Reza, Maryam Sharafadini. 2011. “Delving into Speech Act of Suggestion: A Case of Iranian ELF Learners. International Journal of Business and Social Science. 2(16):152:160.

Prayitno, Harun Joko. 2010. “Perwujudan Prinsip Kerjasama, Sopan Santun, dan Ironi para Pejabat dalam Peristiwa Rapat Dinas di Lingkungan Pemkot Berbudaya Jawa”. Kajian Linguistik dan Sastra 22(1):30-46.

Putri, Febriana Riska, Ngusman Abdul Manaf, Abdurahman. 2015. “Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Direktif Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 15 Padang”. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran 2(1):87-98.

Qomariyah, Lailatul. 2017. “Tidak Tutur Direktif (TTD) Guru dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Journal of Arabic Studies 2(1):1-18.

Raharjo, Sabar Budi. 2010. “Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 16(3):229-238.

Rosnilawati, Ermanto, Novia Juita. 2013. “Tindak Tutur dan Strategi Bertutur dalam Pasambahan Maantaan Marapulai Pesta Perkawinan di Alahan Panjang Kabupaten Solok”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1(2)(399-476).

Santosa, Rohmat Budi. 2016. “Pragmatic Study of Directive Speech Acts in Stories in Alquran”. Advances in Language and Literary Studies 7(5):78-86.

Setiawan, Deny. 2013. “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral”. Jurnal Pendidikan Karakter (1):53-63.

Stiawati, Eni. 2012. “Kompetensi Tindak Direktif Anak Usia Prasekolah”. Jurnal Bahasa dan Seni, 40(2):216-234.

Sulistyowati, Rini Indah, Harun Joko Prayitno, Yakub Nasucha. 2013. “Perilaku Tindak Tutur Ustad dalam Pengajian: Kajian Sosiopragmatik dengan Pendekatan Bilingual”. Jurnal Penelitian Humaniora 14(1):25-40.

Thamrin, Moh. 2010. “Ekspresi Tindak Direktif dalam Interaksi Kelas Bengkel Jurusan teknik Mesin Politeknik Negeri Malang”. Jurnal Litera: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 9(1):91-101.

Yuliana, Rina, Muhammad Rohmadi, Raheni Suhita. 2013. “Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Basastra: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya 2(1):1-14.

(20)

16

Zuchdi, Darmiyati, Zuhdan Kun Prasetya, Muhsinatun Siasah Masruri. 2010. “Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintergrasi dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar”. Cakrawala Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Kajian juga bertujuan mengenal pasti sejauhmana terdapat perbezaan dalam amalan stail kepemimpinan pengetua serta perkaitannya dengan faktor latar belakang pengetua iaitu

Rencana Strategis (Renstra) Deputi Pengembangan Usaha BUMN, Riset dan Inovasi Tahun 2020-2024 merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pengelolaan sumber daya manusia pada sektor formal lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, selain

Untuk Pengelola Jasa Wisata Pengelola jasa wisata sebaiknya dapat mengimplementasikan dan fokus pada faktor-faktor reputasi destinasi wisata yang paling dominan yaitu

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bentuk dan pola fonotaktik pada akronim bahasa Indonesia dalam rubrik “Pendidikan” surat kabar Solopos edisi November 2011,

Hal ini dikarenakan partikel emas mempunyai mobilitas yang lebih baik pada membran nitroselulosa dibandingkan latex, tidak mudah mengendap sebelum kit dipakai dan

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terhadap faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan diperoleh hasil sebagai berikut: (1)

Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid), Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan arahan, dan