• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi dengan baik, maka terjadilah kegiatan pertukaran. Pertukaran dilakukan jika negara memiliki kelebihan produksi terhadap barang maupun jasa. Hal ini terjadi karena setiap negara memiliki kemampuan produksi yang berbeda. Produktivitas yang berbeda antar negara ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki negara tersebut. Teknologi yang digunakan oleh negara tersebut sangat berperan atas output yang dihasilkan. Sumber daya yang berbeda dan kemampuan produksi berbeda memungkinkan negara untuk melakukan pertukaran. Pertukaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak mampu di produksi sendiri (Case&Fair, 2004).

Pertukaran merupakan aktivitas tukar-menukar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dari kedua pihak yang dilakukan secara sukarela. Perekonomian yang semakin terbuka dengan hubungan internasional, membuat negara tidak mampu melepas diri dari pertukaran dengan negara lain. Seiring dengan terbukanya perekonomian diperlukan hubungan yang harmonis dengan mitra luar untuk meningkatkan hasil pertukaran. Upaya meningkatkan manfaat pertukaran tersebut, diperlukannya pengembangan produk berpotensi ekspor dan penentuan kebijakan strategi perdagangan yang tepat agar Indonesia mampu bersaing. Hal ini bertujuan agar peningkatan intensitas perdagangan tidak hanya meningkatkan nilai barang, tetapi juga output yang dihasilkan. Sehingga dengan diadakannya kegiatan pertukaran dengan mitra luar,

(2)

diharapkan tidak hanya nilai barang yang meningkat namun juga memacu produktivitas negara (Mega Febriyenti, 2013).

Menurut Mankiw (2003), ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan di jual di luar negeri. Kegiatan ekspor merupakan suatu proses jual beli antar negara. Para eksportir menjual barang keluar negeri dan menerima imbalan berupa valuta asing berbagai negara yang telah menjadi kesepakatan sebelumnya. Valuta asing yang didapatkan dan dilaporkan, dapat ditukarkan para eksportir ke dalam mata uang rupiah sehingga dapat digunakan di dalam negeri. Valuta asing yang ditukarkan dan dilaporkan tersebut, masuk menjadi cadangan devisa nasional. Nilai ekspor yang meningkat memberikan dampak pada peningkatan devisa. Menurut Kusuma Juniantara (2012) dalam penelitiannya diketahui bahwa ekspor memiliki pengaruh positif terhadap cadangan devisa.

Negara berkembang seharusnya lebih cermat di dalam menggunakan cadangan devisa. Kelebihan cadangan devisa dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan dan produktivitas negara. Cadangan devisa yang dimiliki negara, untuk mengimpor teknologi dan barang modal yang dapat meningkatkan produktivitas dalam negeri. Impor merupakan bentuk kebocoran dalam variabel perekonomian yang akan mengurangi penerimaan atau pendapatan negara. Impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak mampu di produksi sendiri. Pertambahan impor, akan meningkat beriringan dengan pertambahan pendapatan nasional yang meningkat. Semakin besar kegiatan perekonomian, yang dilakukan tentunya pemenuhan kebutuhan terhadap aktivitas perekonomian turut semakin besar pula (Nursiah Chalid, 2011). Selisih antara ekspor dan impor dalam pertukaran merupakan ekspor neto bagi negara tersebut.

Gambar Grafik 1.1

(3)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Grafik 1.1 menunjukkan perkembangan kinerja ekspor, impor dan ekspor neto di Indonesia yang mengalami fluktuasi di setiap tahunnya. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, nilai ekspor neto diperoleh dari selisih ekspor dan impor. Pada tahun 2005 total nilai ekspor neto Indonesia berjumlah US$ 27.959 juta. Kemudian pada tahun 2006 total nilai ekspor neto mengalami peningkatan sebesar US$ 39.733 juta dengan tingkat perkembangan 42,11 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 total nilai ekspor neto sedikit menurun dari tahun sebelumnya dengan nilai US$ 39.627 juta. Krisis global sangat mempengaruhi nilai ekspor neto yang di dapatkan Indonesia. Terjadi penurunan pada tahun 2008 terhadap ekspor neto sebesar 61,3 persen dari tahun sebelumnya. Setelah krisis usai, nilai ekspor impor Indonesia mengalami peningkatan nilai yang beriringan di setiap tahunnya. Hingga akhirnya mulai tahun 2012 nilai ekspor neto memiliki nilai negatif sebesar US$ -1.659 juta. Artinya nilai impor yang dilakukan lebih besar dari pada ekspor yang diperoleh. Tahun 2013 nilai defisit terhadap ekspor neto semakin terasa dengan selisih neto US$ -4.076 juta. Namun pada tahun 2014 nilai impor sedikit menurun sehingga ekspor neto berjumlah US$ -2.197 juta (Lampiran 3).

-10000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ekspor Impor Ekspor Neto

(4)

Tujuan setiap negara membuka perekonomiannya dengan negara lain adalah meningkatkan persaingan kompetitif dan mendorong produktivitas industri dalam negeri. Dalam meningkatkan kapasitas nasional serta meningkatkan daya saing produk dilakukan perdagangan terbuka dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan khususnya pendapatan devisa. Demi mewujudkan harapan terhadap pertumbuhan ekonomi, Indonesia melakukan ekspor minyak dan gas yang merupakan produk utama dalam ekspor. Sehingga nilai ekspor dari komoditas tersebut sangat mempengaruhi pendapatan devisa. Menurut Gita Wirjawan dalam Ade Marboen (2013), bahwa kinerja ekspor yang melambat pada tahun 2012 disebabkan oleh permintaan ekspor terhadap komoditas utama menurun, serta harga dari beberapa komoditas utama ekspor yang ikut turun. Belum pulihnya harga komoditas ekspor utama, perdagangan internasional Indonesia mendapatkan tekanan krisis global pada tahun 2013. Hal ini semakin melemahkan pendapatan ekspor Indonesia dan berdampak terhadap pendapatan ekspor neto. Indonesia yang tidak mampu melepas diri dari kepentingan impor membuat ekspor neto semakin menurun. Sebagian besar impor yang dilakukan untuk memenuhi barang industri, barang modal, permesinan, bahkan kebutuhan gas demi keberlangsungan industri dalam negeri. Hal ini diperparah dengan menurunnya daya saing dalam negeri sehingga industri dalam negeri kurang kompetitif. Sehingga nilai impor semakin meningkat demi memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak mampu dipenuhi sendiri (Kemenperin, 2015).

Terlepas dari itu, dalam perdagangan yang mempengaruhi pendapatan ekspor dan kobocoran pendapatan melalui impor. Adapun yang berperan dalam perdagangan dengan negara lain adalah penentuan nilai kurs. Kurs akan menentukan nilai barang dan mempengaruhi peningkatan daya saing. Semua aktivitas perdagangan yang berhubungan dengan mitra luar, memastikan bahwa nilai tukar stabil. Stabilitas dari nilai tukar akan mempengaruhi kepercayaan

(5)

dalam bermitra. Valuta asing yang berlaku, akan berdampak terhadap hubungan transaksi berjalan dan keputusan investasi dalam negeri. Nilai tukar yang mampu menarik perhatian akan menimbulkan rasa kepercayaan. Menurut Juniartha R Pinem (2009) menambahkan bahwa menjaga nilai tukar tetap stabil mencerminkan perekonomian yang stabil sehingga menunjang terhadap perluasan ekspor. Tidak hanya itu, nilai tukar akan membantu dalam penguatan cadangan devisa dengan semakin terbukanya perdagangan dengan mitra luar.

Gambar Grafik 1.2

Perkembangan Nilai Kurs Indonesia 2005-2014

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Grafik 1.2 merupakan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun 2005-2014. Tahun 2005 nilai tukar mencapai Rp 7.898 per dollarnya namun tahun 2006 nilai tukar menguat dengan nilai tukar Rp 6.410 per dollar. Selanjutnya di tahun 2007 secara perlahan nilai tukar terus melemah. Pelemahan yang terjadi pada nilai tukar disebabkan oleh krisis global yang turut berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Sehingga tahun 2007 nilai tukar mencapai Rp 8.271 per dollar. Pasca krisis pada tahun 2008, nilai kurs menguat dengan nilai Rp 7.595 per dollar. Di tengah pelemahan nilai kurs tahun 2009 hingga 2010, nilai tukar beberapa kali terjadi penguatan

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 R u p iah

Kurs

Kurs

(6)

nilai seperti pada tahun 2010 triwulan kedua sebesar Rp 7.769 per dollarnya. Namun pada akhirnya tahun 2013 nilai tukar mencapai Rp 10.934 (Lampiran 4).

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Kurs menjadi perhatian penting dalam perekonomian suatu negara. Melemah dan menguatnya kurs berdampak pada variabel makro ekonomi lainnya seperti ekspor dan impor. Menurut Ogunsakin Sanya (2013) bahwa nilai kurs merupakan cerminan dari kinerja sektor domestik dan ekonomi eksternal. Lebih lanjut Ragil Wijaya (2011) dalam penelitiannya menambahkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh positif terhadap cadangan devisa.

Dalam neraca pembayaran yang berperan dalam menyeimbangkan neraca tidak hanya transaksi berjalan khususnya kegiatan ekspor dan impor yang digambarkan dalam ekspor neto. Penanaman modal asing berperan dalam memberikan keseimbangan neraca pembayaran. Modal asing tersebut tidak hanya membantu mengisi kekosongan modal dalam negeri yang tidak terpenuhi dari tabungan domestik. Modal asing yang masuk mampu menambah kekosongan gap devisa melalui penjualan aset yang dilakukan. Dalam neraca pembayaran transaksi modal yang dilakukan menyebabkan keseimbangan dari sisi kredit dalam sistem double entry book-keeping (Dominick Salvatore, 2007).

Modal asing dapat memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan nasional. Pertama, dapat mengisi kekosongan atau kesenjangan sumber daya antara tingkat investasi yang ditargetkan (diinginkan) dengan jumlah aktual tabungan domestik yang dapat di mobilisasikan. Kedua, dapat mengisi kesenjangan antara target devisa yang dibutuhkan dan jumlah aktual devisa dari pendapatan ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri neto. Ketiga, dapat mengisi kesenjangan antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat

(7)

dikumpulkan. Keempat, dengan adanya perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di negara berkembang dapat mengisi kesenjangan di bidang manajemen, semangat kewiraswastaan, teknologi produksi dan keterampilan (Todaro, 2006).

Jika suatu negara ingin dimasuki investor maka negara tersebut harus menjaga keadaan ekonomi dan politik agar terlihat menarik. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menarik investasi asing langsung. Adalah: stabilitas politik, stabilitas perekonomian nasional, lingkungan bisnis yang menguntungkan, pembangunan infrastruktur, dan kredibilitas kebijakan pemerintah. Politik daerah yang tidak stabil dapat menarik hanya peluang investasi spekulatif untuk keuntungan cepat (Zoran Ivanovic, 2015).

Menurut Suci Safitriani (2014) penanaman modal asing tidak hanya merangsang pembangunan dalam negeri, investasi memberikan pengaruh terhadap terapresiasinya mata uang dalam negeri sehingga melemahkan mata uang dollar. Hal ini dikarenakan semakin besarnya valuta asing yang tersedia di pasar. Artinya penawaran valuta asing di pasar menyebabkan pasokan berlebih sehingga menurunkan harga valuta asing. Melemahnya mata uang asing menyebabkan nilai perdagangan ekspor menurun karena nilai kurs yang rendah.

Gambar Grafik 1.3

(8)

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Berdasarkan grafik 1.3 penerimaan modal asing yang terjadi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Arus investasi yang terus membaik diakibatkan pertumbuhan perekonomian yang sudah mulai tertata kembali. Walau pada akhir tahun 2005 penerimaan investasi hanya sebesar US$ 94 juta, namun penerimaan terhadap investasi asing meningkat pada tahun 2006 hingga US$ 2.251 juta. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 tidak mengurangi penerimaan investasi asing langsung Indonesia, bahkan nilai investasi sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Dampak krisis global terhadap investasi asing langsung dirasakan pada awal tahun 2008 yang menurun menjadi US$ 1.633 juta. Penurunan penerimaan investasi asing semakin dirasakan pada akhir tahun 2009 yang memiliki nilai US$ 540 juta. Semakin meningkatnya perekonomian di Asia Timur rupanya, sangat berdampak terhadap penerimaan investasi asing di Indonesia. Hal ini dikarenakan terjadinya perbaikan keunggulan biaya dan efisiensi produksi. Sehingga penerimaan devisa meningkat hingga 20 persen pada tahun 2014 yang mencapai US$ 8.143 juta pada kuartal ke tiga (Lampiran 5).

Menurut Ahamad Mazbahul, et.al (2010) penanaman modal asing langsung yang masuk memiliki dampak positif terhadap pembangunan ekonomi. Dampak investasi asing dapat sebagai

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ju ta US D PMA

(9)

penambah gap atau selisih devisa melalui penambahan valuta asing. Valuta asing yang ditukarkan akan menambah jumlah devisa. Tersedianya valuta asing sangat membantu dalam pertukaran dengan mitra luar, terutama dalam pengadaan kebutuhan dalam negeri yang menunjang pembangunan. Bertambahnya valuta asing berarti jumlah devisa yang dimiliki semakin meningkat.

Cadangan devisa ibarat tabungan bagi suatu negara. Sebagai tabungan, adapun fungsi cadangan devisa adalah untuk bertransaksi dan berjaga-jaga. Melihat fungsinya sebagai tabungan, jumlah cadangan devisa dapat bertambah dan berkurang, berfluktuasi sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan. Jika sumber-sumber devisa terus mengalirkan dana segar, maka jumlah cadangan devisa akan terus meningkat. Namun cadangan devisa dapat menyusut jika digunakan untuk pembayaran utang dan biaya operasi moneter untuk menstabilkan nilai tukar rupiah bergejolak. Cadangan devisa akan semakin terjaga jika kondisi likuiditas valuta asing di dalam negeri tercukupi. Jika valuta asing yang tersedia dalam jumlah besar maka nilai tukar rupiah akan stabil dan bank sentral tidak perlu melakukan intervensi. Sehingga potensi menyusutnya devisa akan semakin berkurang (Peter Jacobs, 2014).

Cadangan devisa merupakan salah satu indikator kuat lemahnya ekonomi negara. Setidaknya negara harus memiliki cadangan devisa senilai tiga bulan impor untuk mempertahankan ekonominya dari guncangan krisis atau akibat dari aktifitas perekonomian luar negeri. Alasan utama suatu negara memegang cadangan devisa adalah untuk membiayai kewajiban internasionalnya dan mengurangi ketidakseimbangan dalam pembayaran internasional yang tidak dapat diperkirakan, misalnya akibat dari tindakan para spekulan internasional (Kansius, 2008).

(10)

Gambar Grafik 1.4

Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia 2005-2014

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Dilihat dari grafik 1.4, terlihat bahwa saat terjadinya krisis global, nilai cadangan devisa Indonesia terus mengalami penguatan nilai. Bahkan nilai devisa yang dimiliki Indonesia meningkat 29,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2006. Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2008, nilai cadangan devisa Indonesia menurun pada triwulan ke tiga sebesar 4 persen. Penurunan tersebut menyebabkan cadangan devisa hanya mampu membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri selama 4,4 bulan yang sebelumnya mampu membiayai impor 6,79 bulan. Jika dilihat dari grafik, perkembangan cadangan devisa Indonesia di setiap tahunnya terus mengalami peningkatan beriiringan dengan meningkatnya peran Indonesia dalam perdagangan internasional yang mencapai 1 persen dari seluruh transaksi dunia (Lampiran 6).

Gambar Grafik 1.5

Perkembangan Cadangan Devisa Dan Ekspor Neto Indonesia 2005-2014

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ju ta US D

Cadangan Devisa

Cadangan Devisa

(11)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan grafik 1.5 dapat di lihat walaupun hasil penerimaan transaksi berjalan mulai tahun 2012 mengalami nilai negatif. Namun cadangan devisa tetap memiliki nilai yang cukup stabil dan tidak terlalu banyak mengalami penurunan. Selain di pengaruhi oleh simpanan cadangan devisa sebelumnya, nilai cadangan devisa Indonesia ternyata di dukung dari surat obligasi negara. Berdasarkan laporan keuangan Badan Pusat Statistik (2015) penerimaan cadangan devisa berupa surat obligasi memiliki nilai yang hampir sama dengan jumlah valuta asing di mulai pada tahun 2008. Sehingga penerimaan cadangan devisa Indonesia tidak hanya tergantung dari transaksi berjalan namun surat obligasi juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan cadangan devisa. Terdapat kerawanan dalam menyimpan cadangan devisa berupa surat utang jika tidak terdapat pengelolaan dan penghitungan yang cermat.

Besaran cadangan devisa di suatu negara merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat ketahanan perekonomian dalam negeri dalam menghadapi krisis. Cadangan devisa yang semakin tinggi maka negara tersebut akan semakin tahan dalam menghadapi krisis. Namun cadangan devisa yang rendah bukan berarti negara tersebut sedang mengalami krisis. Ketika negara mengalami krisis ekonomi, cadangan devisa dapat digunakan sebagai sentimen positif ketika terjadi krisis guna menahan dana keluar (capital outflow). Jika cadangan devisa memadai,

-20000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ekspor Neto

(12)

maka investor tidak akan terburu-buru dalam mengalihkan dananya sehingga krisis tidak akan semakin parah (Peter Jacobs, 2014).

Ketersediaan cadangan devisa yang cukup dapat mengurangi goncangan krisis yang dihadapi. Pengalaman menunjukkan bahwa persepsi terhadap suatu negara berkembang yang mengalami penurunan devisa secara drastis cenderung memburuk. Sehingga memberikan dampak tekanan pada kestabilan pasar finansial keuangan domestik. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa negara berkembang yang memiliki cadangan devisa cukup maka penurunan terhadap Produk Domestik Bruto dan Konsumsi pada saat krisis akan lebih kecil jika dibandingkan dengan negara yang tidak memiliki cadangan devisa yang cukup (Sahminan, 2014).

Setiap negara tentunya akan mengalami konjungtur ekonomi. Menurut Sadono Sukirno (2012) konjungtur ekonomi merupakan perputaran ekonomi yang dirasakan dalam jangka panjang dimana perekonomian mengalami peningkatan, sepanjang tren semakin menaik dengan perkembangan yang tidak teratur, ada kalanya mengalami perlambatan dan sekali-kali mengalami penurunan. Indonesia beberapa kali dihadapi dengan kenyataan menghadapi krisis. Krisis yang pertama terjadi, pada 1997-1998 yang merupakan krisis moneter yang berimbas pada krisis sosial dan politik. Kedua, dihadapi pada 2008 yakni krisis keuangan global yang dipengaruhi dari pergerakan perekonomian Amerika Serikat (Eko Supriyanto, 2007).

Krisis ekonomi adalah keadaan perputaran ekonomi menjadi resesi ekonomi yang diakibatkan dari ketidaksiapan ekonomi dalam menghadapi persaingan sehingga dilakukannya proteksi berlebihan yang dapat merusak keseimbangan ekonomi. Negara dikatakan mengalami kerawan krisis di lihat dari kemampuan cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, defisit neraca berjalan, melindungi nilai tukar dan tentunya pembayaran terhadap utang

(13)

luar negeri. Para ahli berpendapat bahwa cadangan devisa merupakan alat pertahan pertama ketika negara memutuskan untuk membuka perekonomiannya dengan negara lain.

Keadaan perekonomian Indonesia, yang dipengaruhi oleh perdagangan internasional berubah-ubah di setiap waktunya. Keadaan perekonomian saat ini dan waktu lampau walaupun memiliki kondisi yang sama, namun cara penyelesaian masalah berbeda. Hal ini dikarenakan kedewasaan atau pengalaman yang telah dialaminya. Seperti halnya cadangan devisa yang diperoleh Indonesia melalui perdagangan. Penelitian ini ingin melihat apakah ekspor neto pada periode 2005-2014 masih berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa. Sedangkan kurs yang merupakan jembatan alat tukar dalam perdagangan internasional. Kurs yang ditetapkan apakah mempengaruhi perolehan cadangan devisa. Sedangkan investasi yang merupakan modal dalam pembangunan. Penanaman modal asing tersebut apakahmempengaruhi penerimaan cadangan devisa pada periode 2005-2014.

Pada tahun 2008 Indonesia mendapatkan tekanan imbas dari krisis global. Dimana penurunan nilai properti Amerika Serikat secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian dalam negeri melalui pergolakan kurs terhadap dollar Amerika. Seperti yang diketahui, dollar Amerika merupakan mata uang asing yang memiliki pengaruh dominan dalam transaksi berjalan maupun transakasi modal. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Dominick Salvatore (2007), bahwa mata uang dollar merupakan mata uang penggerak yang memiliki nilai stabil serta pasokan mata uang tersebut tersebar diseluruh dunia. Apakah krisis global tersebut berdampak terhadap perbedaan nilai cadangan devisa, ekspor neto, kurs, dan PMA sebelum dan sesudah terjadinya krisis global 2008. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang cadangan devisa.

(14)

Namun dalam penelitian ini peneliti juga mencoba meneliti pengaruh ekspor neto, kurs dolar Amerika, penanaman modal asing terhadap cadangan devisa di Indonesia periode 2005-2014 lebih lanjut peneliti akan meneliti keadaan ini baik sebelum dan sesudah krisis global yang terjadi Indonesia periode 2005-2014 mengingat krisis global yang melanda dunia terjadi pada tahun 2008. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaruh Ekspor Neto, Kurs Dollar Amerika, Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2005-2014 (Studi Sebelum Dan Sesudah Krisis Global)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaruh ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA terhadap cadangan fevisa Indonesia secara parsial?

2) Bagaimana pengaruh ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA terhadap cadangan devisa Indonesia secara simultan?

3) Apakah terdapat perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA dan cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1) Untuk menganalisis apakah ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA berpengaruh secara parsial terhadap cadangan devisa.

2) Untuk menganalisis apakah ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA berpengaruh secara simultan terhadap cadangan devisa di Indonesia.

(15)

3) Untuk menganalisis perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA dan, cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008?

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian menekankan pada manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaat praktis berkenaan dengan perumusan kebijakan dalam institusi di mana penelitian ini dilakukan.

1.5 Sistematika Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lainnya dan disusun secara sistematis dengan tujuan memberi gambaran dan mempermudah pembahasan tentang penelitian yang dilakukan. Sistematika dari penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, pokok permasalahn, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari berbagai literatur penelitian yang mampu berkontribusi terhadap argumentasi yang akurat sesuai dengan pokok permasalahan serta mampu menyusun hipotesis yang digunakan dengan teori-teori yang diperoleh.

(16)

Bab ini memuat metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, defisnisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: DATA PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada bab ini juga disajikan hasil pengujian hipotesis yang dibahas berdasarkan hasil penelitian beserta pengujian hipotesis yang telah ada yaitu membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang dipakai acuan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang menjelaskan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran-saran bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan terkait dengan topik penelitian yang dilakukan.

Gambar

Grafik 1.1 menunjukkan perkembangan kinerja ekspor, impor dan ekspor neto di Indonesia  yang mengalami fluktuasi di setiap tahunnya
Gambar Grafik 1.2
Gambar Grafik 1.4

Referensi

Dokumen terkait

Kecelakaan selalu mengandung unsur tidak sengaja atau yang tidak disangka sangka menimbulkan rasa heran atau tercengang kepada orang yang mengalami itu (Djaja

Consecutive sampling dan didapatkan 86 pasang ibu dan anak yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ek- sklusi penelitian. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah : 1) ibu

Hasil penelitian ini (1) kesiapan belajar siswa dan media audio visual secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa, (2)

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dukun jalur merupakan salah satu unsur terpenting dalam tradisi pacu jalur. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

1.Anak mencari alat yang dipakai untuk menjahit (benang, jarum, gunting) pada kumpulan benda-benda yang sudah disiapkan oleh pendamping 2.Anak menjahit kertas berbentuk

Dengan mencermati teks nonfiksi yang disajikan, siswa mampu menemukan pokok pikiran dalam bacaan secara tepat.. Dengan menyimak penjelasan dan mencermati teks bacaan, siswa

Hal ini disebabkan karena proses modifikasi melibatkan fermentasi oleh bakteri asam laktat dan proses fermentasi oleh bakteri asam laktat tidak memanfaatkan

Adapun rating penilaian kinerja yang akan diberikan yaitu dalam skala 1 sampai 5 dari sangat buruk hingga sngat baik, sedangkan bobot yang digunakan adalah bobot