JURNAL
Inge r#.Benjamin
Sianty
Dewi StevenWilly
F.Merrmis
Margarita M. Maramis
Benjamin Margono
Jose L.Anggowersito
rssN
23384373
WIDYAMEDIKA
VOLUME
2
NOMOR 1APRIL
zAM
}IE\ELT-ST'RI
ARUS
PE}TERTKSAAN
KESEHATA\
DA\
PENGOBATAN KE
LL.{R \EGERI
.{
R{\DO\I
IZED CONTROLLED
TRIAL O\. THE
EFFEC.I'IVENESS AND
SAFETY
OFTR,,{\EXA}TIC ACID
IN DECREASING BLOOD
LOSS TNCES.{REAN
SECTIO\-PERAN
CIRI DE}IOGRAFT,
STATTISGIZI,
L IN GK T]N GA\.
TINGIG,T
PEIiGETA
H I.IA\.
SIK A PDAN
TINDAKAN }IASYARAKAI.
TERHADAP KEJADIAN DEMAM
BERDARAH
DENGUE
DI WILAYAH
KERJA
PUSKESN{ASRANGICAH
SURABAYA
THE RIGHT TO LIVE AND THE RIGHT
TO
DIE?
DEPRESI PADA
LANJUT
USIA
TREATMENT OPTIONS
FOR
SEVERE
PNEUMONIA:FOCUS
ON pSEUDOMONAS
PNEI.JMONIA
ASPEK
FISIOLOGI
PENUAAhI
KULIT
PENYELESAIAN GUCATAN
MALPRAKTEK
Djuharto
S. SutantoCORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Universitas Airlangga Repository
Susunan Pengelola
Jurnal
Kedokteran
Widya
Medika
Surabaya
PEN{\GGI.':{G
JAWAB
PEI\TYTINTINGAHI
I
(MITRA BEBESTARI)
DEWAN
RE,I}AKSI
Peminph
Redaksi Redaktur/ EditorStaf Redaksi
:
Imelda Theodora Yudhiakuari SincihuBudi
Puspitawati Aditya BaladikaALAMAT
REDAKSI
UNIVERSITASKAToLIKWIDYAMANDALASURABAYA
FAKTILTAS KEDOKTERAN
JL.KALISARISELATANNO.TTOWERALT.6PAKUWONCITYSI''RABAYA
TELP.(031)990052998xT.|0656FAx.(031)99005277
Ernait: w.medika@Yahoo' com PENERBIT
FAKULTAS KEDOKTERAN
LNWERSITASKATOLIKWIDYAMANDALASURABAYA
Dekan Fakultas Kedokteran
Udka
Widya MandalaSr.uabaya WF Maramis Benjamin Margono Gunawan Budiarto JH Lunardi Paul Tahalele
F.M
Judajana Endang IsbandiatiV.
Pikanto Wibowo F. Sustini:
Slamet Rihadi:
Peter J. ManoPPo F.Y Widodo Dyana Sarvasti*
I
JURhIALKEDOKTERANWIDYAMEDIKASURABAYA
VOLUME
2
NOMOR
I
APRIL
2OI4
lnge W.
Benjamin
Sianfy Dewi\{ill1'F.
Maramislilergarita
M.
Maramis
f,enjamin
lVlargono JoseL. Anggowarsito
Djuharto
S. SutantoDAFTAR ISI
MENELUSURI
ARUS
PEMERIKSAAN
KESEHATAN
DAN
PENGOBATAN KE
LUAR NEGERI
A
RANDONIIZED CONTROLLED
TRIAL
ONTHE
EFFECTIVENESS AND
SAFETY
OFTRANEXAMIC ACID
IN
DECREASING
BLOOD
LOSSIN
CESAREAN
SECTION
PERAN
CIRI DEMOGRAFI,
STATUS GIZT, LI
NGKUNGAN,
TINGKAT
PENGETAHUAN,
SIKAP
DAN
TINDAKAN
IVIASYARAKAT
TERHADAP
KEJADIAN DEMAM
BERDARAH
DENGUE
DI WILAYAH
KERJA
PUSKESMAS
RANGKAH
SURABAYA
THE RIGHT TO LIVE AND THE RIGHT
TO
DIE?
DEPRESI
PADALANJUT
USIA
TREATMENT
OPTIONS
FOR
SEVERE
PNE
UMONIA:
FOCUS ONPSEUDOMONAS
PNEUMONIA
ASPEK
FISIOLOGI
PENUAAN
KULIT
PENYELESAIAN
GUGATAN
MALPRAKTEK
\
\ 39-50 l-11t2-20
2l-31
32-37 51-55 5G61 62-65 StevenJumal Widya Medika Surabaya Vot.2 No.l April 2014
DEPRESI
PADA
LANJUT USIA*
Margarita
lVl.Maramis**
Ahstrac't
Depression is perhaps the most frequent cause of emotional suffering
in later life
and significantly decreases quality of life in older adults. Depression is perceived aspart
of accelerated aging. Depressed individuals have ahigher
risk to get various diseases of aging. So that depressed elderly patients often have chronic comorbid conditions such as diabetes, hypertension, metobolic syndrome,cotonary
artery disease, concer asthma and cognitive impairment and dementia. The impait oflate-life
depression on mortality, morbidity, and.function aswell
as service utilizqtion is well lonwn.Differential diagnosis ofdepression in late-life are dementia, delirium or behavioral and psl,chologicol q,mptoms
of
dementia (BPSD),and
oftenas comorbidity
in depression.Depression in late life should be treated as early as possible. The important to treat are avoid the progression of depression ond other medical comorbidity. Selection
of
antidepressant medication should be basedon
the best side effectprofile
and the lowest risk of drugs interaction. Add-on treatments including other drugs and psychotherapy can be applied. Involving the caregiver andfamilies in the treatment process is a key to reach optimal outcome.Kqnoords: depression in late-life,
dffircntial
diagnos is, comorbidity, pharmacologicand non-phormacologic intervention.
Abstrak
Depresi pada
lanjut
usia sangat seringterjadi
dan secara bermakna menurunkan kualitas kehidupan para lansia. Depresi sering dianggap sebagai bagian yang biasa dari proses penuaan sehingga sering tidak menjadi perhatian.Akibat
lebih lanjut yang dapat dialami para lansia yang depresi adalah peningkatanrisiko
mendapatkan berbagaipenyakit,
sehinggasering
ada bersamaan denganpenyakit
diabetesmelitus,
hipertensi, sindroma metabolik,
gangguan jantung koroner, kanker, asma dan hendayakognitif
dan demensia. Dampakini
semuaadalah morbiditas dan mortalitas dan hendaya fungsi.
Diagnosis banding
dari
depresi padalanjut
usia adalah demensia,delirium
atau BPSD yang juga sering ada berkomorbiditas bersama gangguan depresi.Sehingga depresi pada
lanjut
usiaperlu
ditangani sedini mungkin.
Pentingnya penanganan adalah mencegah progresivitas dan mencegah komorbiditas denganpenyakit
fisik lain
dan
memperparahpenyakit fisiknya.
Pemilihan antidepresanDisunting kembali dari makalah Depresi pada Lanjut Usia untuk Seminar Ilmiah Ceriatrics in Daily Clinical
Practice'dalam rangka Dies Natalis
II
UNIKA Widya Mandala Surabaya, 27-28 aprr120l3.Psikiater, konsultan dan staf pengajar pada SMF/Departemen Ilmu Kedokteran fiwa RSUD
Dr.
Soetomo/FKUNAIR Surabaya.
fl. Mayjend Prof. Dr Moestopo 6-8 Surabaya, Telp.03l-5501665, Fax.03l-5017274. E-mail margarit@fkunair.ac.id.
Margarita M. Maramis
perlu
didasari padaefek
samping yangminimal
dan interaksi obat yang palingrendah.
Pemberian penanganan non-medikasijuga
penting, serta
melibatkan caregiver dan keluarga dalam proses terapi adalah sangat penting untuk mencapai hasi yang optimal.Kate kunci:
depresi pada lanjut usia, diagnosis banding, komorbiditas, intervensi farmakologis dan non-farm akologis.i
t
Pendahuluan
Depresi dapat terjadi pada siapa saja,juga pada usia
lanjut.
Sebanyak5-10%
populasi lansia menderita depresiyang
memerlukan penanganan.Bila
depresi bersamaan denganansietas,
maka
prevalensinya
meningkat tajam sebesar304A%.
Bila
diterapi
denganbaik, maka 8V/o
dapat
berespon terhadap pengobatan dan mencapairemisi
sempruna, namun ada 90o/odari
lansia yang menderitagangguan
depresi
tidak
mendapatkan pertolongan atau terabaikan.Perhatian
kepada
lansia dan
depresiperlu dilakukan
karena depresi pada lansiasulit
diketahui, dapat tampak sebagai bagiangejala penyakit medis
lain.
Keluarga
dancaregiver
melihat gejala depresi
sebagaibagian normal
dari
proses
penuaan
dansebagai
akibat
kehilangan
yang
tidakterhindarkan
dalam
kehidupan
yang
akandialami
oleh
semua manusia. Sebab
lainkarena
sebagianlansia
terlantar,
berjuang sendiri menghadapi hari-hari akhirnya tanpa mengeluh dan menolak mengeluh dan tidakmau minta
pertolongan. Selamaini
beke{a kerasuntuk
mengatasi kehidupan sehingga merasamalu
bila
tidak
mampu
mengatasi problem kehidupan di saat lansia. Bahkan adaorang sekitar tidak mengetahui bahwa depresi adalah suatu penyakit dan dapat ditangani.
Depresi adalah bukan sekedar perasaan
sedih. Depresi mengenai seluruh
diri individu
termasuk
perasaan,pikiran dan
kesehatanfisik.
Disamping
itu
gejala
ansietas amat sering didapatkan bersamaan. Sebagian lain dalam bentuk keluhanfisik
dan nyeri.Depresi yang
terjadi
pada usia lanjut,banyak disertai organik patologis,
sepertikelainan neurologis, kelainan struktur
otakdan
pembuluh darah subkortikal,
adanya penebalanintima-rnedia
dari
arteri
karotisyang
merupakan
marker
artherosklerotik.Pasien
yang
seperti
ini
bervariasi
dalamtampilan
gejala
klinisnya,
perjalanan penyakitnya dan respon terhadap pengobatan tergantung pada penyakit yang mendasarinya.Pasien dengan depresi
tipe
vaskularmenunjukkan penurunan
kognitif
secaranegatif,
lebih
lamban psikomotornya, lebih apatis, gangguan fungsi eksekutif dan respon terhadap pengobatanlebih buruk
(Gallagher et aI.,2009).Depresi tanpa kesedihan sering terdapat
pada
usia
lanjut,
sindroma
penurunan (depletion syndrcme) berupa penarikandiri,
apatis, kekurangan
enerji
atau kurangaktif.
Bentuk lain adalah gangguan distimia, berupa gangguankronik
(selama lebihdari
2 tahun) yang kurang intensitasnya di bawah gangguan depresimayor.
Keadaanini
dapat berawal sebelum usia lanjut dan menetap hingga usia lanjut (Blazer,2003).40
'i1-,1
Faktor
risiko
timbulnya
gejata depresi pada lansia selain karenafaktor
usia, adalah wanita (tak menikah danjanda),lebih
banyak disabilitasfisik
(adanyapenyakit
fisik'
ada gangguankognitif
atau demensia, problemtidur
kronik dan
ansietas),
status
sosialekonomi yang kurang,
adanya kehilangan(pasangan atau orang terdekat), stres
kronik
atau
mengalami kehidupan
yang
penuhstresor, kurangnya dukungan
psikososial(loneliness/social
isoiation)'
Sedangkanabnormalitas kepribadian,
riwayat
gangguanpsikiatri
sebelumnya,disfungsi
perkawinanlebih
sebagai
faktor
risiko
pada
depresi dengan onset yang tebih muda (Btazer' 2003; Gallagher et al., 2009)'Gejala-geiala dePresi
Gangguan depresi mayor menurut
DSM-IV bila
selamalebih dari
2
minggu terdapat perasaan depresilkesedihandan
kehilangan minat dan bersama 4 atau lebih gejala perasaantak
berguna,
perasaan
bersalah'
kurangkemampuan berkonsentrasi atau mengambil keputusan, melasa
lelah, psikomotor
agitasiatau
retardasi,insomnia atau
hipersomnia'penurunan
atau
peningkatan
berat
badan yang bermakna danpikiran
untuk bunuhdiri
aau
tentang kematian yang berulang (Blazer' 2003).Gejala-gejala
depresi dapat
dibagimenjadi gejala pada perasaan'
pikiran'
fisik
danperilaku.
Geiala
perasaan:
kehilanganminat
pada
aktivitas yang
menyenangkan' penurunanminat dan
kenikmatan
seksual' perasaantidak
berharga,tidak
ada harapandan merasa salah yang berlebihan' tidak dapat
merasakan apa-apa, perasaan
hancur
yangJurnal Widya Medika Surabaya Vol'2 No'l April20l4
berlebihan
atau akan dihukum,
kehilangan hargadiri,
merasa sedih, murung yang lebih parah pada pagihari,
menangis tanpa sebab yangjelas, iritabel,
tidak
sabat
marah dan agresif. Gejala pnosespikir:
pikiran bingungatau melambat,
sulit
berpikir, berkonsentrasi atau mengingat;sulit
mengambil keputusan dan menghindarinya,pikiran
berulang akan bahaya dan kehancuran, preokupasi dengankegagalan
atau
ketidakpuasan
personalyang menyebabkan kehilangan rasa percaya
diri,
melakukankritik
terhadapdiri
sendiri secarakasar dan
menghukumdiri'
pikiran tentangkeinginan bunuh
diri,
melukai
diri
dan
tentang kematianyang
persisten' Padakasus
yang
ekstrem
dapat berpikir
tidakrealistis,
mungkin
terdapathalusinasi
atauide
aneh hinggawaham'
Gejala perilaku:
penarikan dari aktivitas sosial dan hobi' gagal melakukan keputusan penting, menelantarkan pekerjaan rumah tangga, berkebun' membayarkebutuhan sehari-hari,
penurunan aktivitasfisik
dan olahraga; penurunan perawatandiri
seperti makan, dandan,mandi;
peningkatanpemakaian
alkohol,
obat-obatanbaik
daridokter
maupun
beli
sendiri' Gejata fisik:
perubahan
nafsu
makan, dengan
akibat penuunan beratbadan atau peningkatan berat badan; gangguan tidur, kesulitanmulai tidur'
tidur
terbangun-bangunatau
tidur
terlalu banyak; tidur, namun saat bangun tidak segar' sering merasa burukdi
pagihari;
penurunanenerji,
merasalelah
dan lemah;tidak
dapatdiam, ada
doronoganuntuk berjalan
terus;nyeri
ekstremitas,sakit kepala' nyeri
ototyang bukan
karena sebab
penyakit
fisik;
pencemaandan lambung kurang enak
dan konstiPasiMargarita M. Maramis
Banyak
gejaladepresi
berupa gejaladepresi
subsindrom,
psude odemensia,distimia atau
disforik
ringan.
Karenanyagejala depresi
sulit
didapatkan, maka dapatdilakukan skrining
menggunakan instrumenseperti
Geriatric
DepressionScale
(GDS) (Yesavage etal.,
I9g3).
Jugaskrining
untuk gangguao kogaitif dapat digunakan instrumenMini-Mentol Stote Examination
(MMSE)
karena komorbiditas dengan hendaya
kognitif
sangattinggi.
Untuk tes fungsi
eksekutif dapat
dilalrukan cloek
drawing
resr(CDT)
dan Troils making_B test.Depresi
pada
lansia dapat
dibagimenjadi late-onset dan early_onrel. Fenotipe onset lambat berhubungan dengan penyakit
yang
mendasari
seperti
serebrovaskuler,menunjukkan
risiko
yanglebih
tinggi
untukpenyakit
serebrovaskuler
atau
lesi
white matteti lebih menonjol gangguankognitif
danlebih
banyak yangprogresif
menjadigejala demensia. Juga
lebih
banyakyang
resisten
terhadap
terapi.
Gambaran
imajingnyahendaya
di
area fionto-subkortikai
yang
mengganggu
fungsi
eksekutif,
kecepatanmernroses,
memori
dan
proses
belajar.
Defisit
ini
menetap walaupun depresi remisi.Defisit
mencerminkan adanya
penyakitkardiovaskuler,
atau
neurodegeneratif(Naismith et
al.,
Z0l2). Oleh karenanya perludicermati
dengan
teliti
gangguan
depresi dan gangguankognitif
atau demensia. Juga diferensial dengan penyakit medis.Depresi dan Demensia
Depresi
pada lansia sering
tidak terdeteksi karena dianggap bagian dari proses penuaan, adanya stigma penuium, dikacaukan 42dengan demensia,
ditutupi
dengan penyakitfisikyang
banyakdiderita oleh individulansia dan
efek kohort (cohort effe"t)
yangterjadi karena penambahan usia dan proses penuaan.
Depresi pada lansia sering mempunyai
onset
subakut,
progresivitasnya
cepat,sehingga keluarga mudah mengenali dari pada
gangguan
kognitif
awal,
walaupun
gejalaafek
depresinya
dapat kurang
menonjol, gejala kecemasan lebih menonjol dan seringada keluhan somatik.
Gangguan
kognitif
(pseudodemensia)
lebih
sering
terjadi, keadaanini
dikacaukan dengan
demensia dan gejala
psikotik
lebih sering. Hendayanyatidak
konsisten
sepanjang
waktu,
dapat tampak depresi, anhedonia, pemikiran abstrakbiasanya
normal,
bila
diberi
pertaltyaan jawabannya 'Sayatidak
tahu,
dan biasanya pasientidak
khawatir
terhadapkondisinya.
Tabel
I
memaparkan perbedaan
depresi
dan
demensia
yang
dapat
mempermudah mendiagnosis.Jumal Widya Medika Surabaya Vol.2 No.l April20la
Tabel
l.
Diferensial
diagnosis anatar depresi dan demensia(Thorpe
L,
2013):51'mptom Dementia
General response to
cognitive& functional decline
Frequent lack ofconcern or denial about symptoms.
Amplification of and excessive preoccupation with defi cits.
Mood Normal most of the time. Unhappiness is reactive to circumstance and fluctuates. Labile,
especially with vascular dementia. Mood often brightens with stimulation and support.
Subacute (weeks) onset
of
pervasively sad moo{ most
of
the day and nearly every day. Doesn't brighten much withstimulation.
Interest, initiative Gradual loss of interest and initiative (apathy) over a longer period of time (years rather than 'weeks). Not accompanied by statements
of
sadness, tearfulness, or other distress. Still
enjoys activities in a structured environment.
Subacute loss ofinterest and pleasure over a few weeks,
frcquently accompanied by
sad mood and affect, and
occasionally statements of guilt,
hooelessness and self-harm.
Eating behavior and
weight
Graduals loss of weight (over months to years)
which is common in dementia. Large increases
in weight may be secondary to decreased
activity, medications, and hyperorality in
patients with frontal behavioral presentations (more common in frontotemporal dementia
like Pick's Disease).
Subacute changes (weeks) in
appetite leading to increase or decrease in weight.
Sleep Gradual disruption of the sleepwake cycle
(over months to years) due to brain changes
of dementia, resulting in frequent night-time wakening and daytime sleeping.
Subacute changes in sleeP over a
few weeks (increase or decrease).
Psychomotor agitation Gradual (months to yean) increase in
agitation. generally worse during the latter part of the day (sundowning). Patient much worse
in unfamiliar settings (catastrophic reaction),
and often seeking people or places from earlier
life experiences.
Subacute (weeks) onset, often worse in the morning, may be present persistently throughout
the day. Generally accomPanied by other depressive symptoms such as nihilistic statements or excessive gulit.
Psychomotor retardation Seen infrequently in mild to moderate dementia" but occasionally in very advanced dementia" and may be mimicked bY
Parkinson's dementia (facial masking, slow motor functioning) or advanced Pick's
Disease.
Subacute onset of PsYchomotor
retardation (over weeks) in severe depression.
Energy Generally a normal energy level, but reduced
activity due to poor initiation related to decreased executive functioning.
Subacute decrease in energY and increased complaints of fatigue.
Guitl or worthlessness Uncommon, although ffansient statements
of
worthlessness might be seen in times of stressin those with preserved awareness of their own
decline.
Common in severe depression, usually accompanied with low mood as well as changes in appetite and sleeP.
Concentration and
thinking
Concentration is normal in early dementia, but impaired in late dementia' Thinking ability
declines throughout the cource of dementia.
Subacute loss of concentration
and suslained focus. Often indecisive and concerned about
making mistakes.
Suicidal
thoughs&actions
Uncommon. Common.
Margarita M. Maramis
Demensia mempunyai gejala panurunan memori dan satu dari gejala aphasia, apraxia, agnosia dan disfungsi eksekutif serta hendaya
fungsi
sehari-hari. Onsetnya
perlahan(insidious), sehingga
sering
keluargaterlambat
mengenalinya,
progresivitasnyalambat,
gangguannyamenetap
konsisten,lambat dan
penurunan perlahan_lahan dankontinu,
individu
seringtidak
sadar dirinya terganggu,tidak
depresi, dapat
merasakan kesenangan,pemikiran abstrak
terganggu,hampir
selalu salah menjawab
dan
pasienberusaha mengatasinya.
Ada
beberapatipe
demensiayaitu:
Demensia AlzheimeqDimensia
Vaskular, Demensia Leurry Body dan Frontotemporal Demensia.Individu
yang dicurigai demensia perludilakukan
teskognitif
berupa: tes perhatiandan
konsentrasi,
tes
berbahasa, orientasi, memorijangka
pendek dan panjang, fungsi visuospasial,praksis,
dan fungsi
eksekutif
dengan berbagai asesmen teskognitif.
perlu dilakukanjuga
tes penunjang laboratorium,seperti darah lengkap, elektrolit, fungsi
tiroid,
fungsi liver, fungsi ginjal, kadar gula,vitamin
Bl2,
asam
folat,
kalsium/magnesium,urinalisis,
MRI
kepala,juga perlu
dilakukanuntuk
menegakkandiagnosis
dan
mencari penyakitfisik
yang mendasari.Depresi pada lansia dan
penyakit
medisSebanyak 34%-50%
pasien
lansiayang
rawat inap
mengalamidepresi.
Studilain
menemukan sebanyak22%
mempunyai gejala lengkap depresi dan 2Yyo gejala tidak lengkapdari
depresi (Charlson etal.,
Z00Z).Gejala depresi pada lansia sering pada pasien dengan penyakit medis lainnya, seperti:
44
-
Gangguan
mehbolik:
azotemia, uremia,gangguan
asam_basa,hipoksia,
hiper_/hiponatremia,
hiper-/hipoglisemia, dehidration, hiper-/hipokalsemia.--
Gangguan
endokrin:
hiper_/hipotiroid,hiperparatiroid,
diabetes,
Cushing,s,Addison's.
-
Infeksi: pneumonia, ensefalitis ,urinarytract
infection
(UTl),
meningitis,
endocarditis, tuberculosis, brucellosis, neurosyphilis.-
Gangguankardiovaskular:
chornic
heartfailure,
infark miokard, angina.-
Gangguan
paru:
chronic
obstructive pulmonary disease (COPD), keganasan.-
Gangguan
pencemaan:
keganasan (pankreas),irritable
bowel syndrome(lBS),
ulcer, hepatitis..
-
Gangguan
genitourinari:
urinary
incontinence, UTL
- Gangguan
muskoleskeletal:
arthritisdegeneratif,
low
back
pain
(LBp),
osteoporosis, patah tulang pinggul, paget,sdisease.
-
Gangguan
neurologis:
serebrovaskular disease, seranganiskemik
transien(TIA),
stroke,
demensia,
tumor
intrakranial, penyakit Parkinson.-
Gangguan lain: anemia, kekurangan vitamin(B12,
asamfolat),
keganasandarah
atausistem lainnya, pendengaran yang kurang, penglihatan
yang
kurang, penyalahgunaanalkohol
atau
zat lainnya,
sistemik
lupus eritematosus (SLE).Obat-obatan
yang
digunakan
untuk terapi penyakitfisik,
mungkin
menyebabkantoksik untuk afektif
dan
potensial menjadi gangguan depresi(Katz,
lggg),seperti:-
Antikonvulsan: phenobarbital,
phenytoin, topiramide, vigabatrin.-
Antihiperlipidemik
-
Antiparkinson-
Obat
kardiovaskular:
angiotensin-converting enzymeinhibitors,
beta-bloker,kalsium
canel
bloker, clonidin,
alfa-metildopa-
Obat
hormonal:
anabolik
steroid' kontrasepsi,kortikosteroid,
gonadoffopin-relasing hormon
antagonis,
progesteron'tamoxifen
-
Obat
migren:
cinarizine'
flunarizine' oxetorone, sumatriptan-
Lainnya:
antiPsikotik
baclofen'benzoiiazepin,
HZ
bloket
interferon'metoclopramid,
non-steroidal
anti-inflamatori,
ofloxacin,
ondansetron' psikostimulan, retinoid, tramadolSebaliknya, deplesi dapat menyebabkan
penyakit
fisik
ataupun
memPerburukgangguan
fisik
yang
sudah
ada'
Misalnya ketidakpatuhan karena penunrnan semangatdan
penurunan
aktivitas akibat
gangguan depresi pada pasien berkomorbiditas denganhipertensi dapat
menyebabkanstroke
atau gagalginjal,
juga
dapatterjadi
pada pasien diabetesmellitus
dapat
menjadi
gangguan kardiovaskuler dan komplikasilain'
Jurnal Widya Medika Surabaya Vot'Z No'l April 2014
gangguan pencernaan. Sehingga semuanya meningkatkan angka mortalitas'
Model
Penuaan
sel
ataukerusakan
sel
pada depresi'
Stres kronik
menyebabkanpeningkatan glukokortikoid'
penurunan
neurosteroid
misalnYadehydrcePiandrcstetone
(DHEA)
danallopregnanolone
yang
dapat
langsungmerusak
sel
atau
melalui
peningkatankortisol,
yang
menurunkan
ketersediaan glukosa,dan
menyebabkan eksototoksisitasglutamat,
Peningkatan
kalsium
danstres oksidatif
(penurunan
antioksidan)'Peningkatan
ion
kalsium
dan stresoksidatif
dapat langsung merusak
sel
atau
melalui penurunan enzim telomerase (enzim reversetrahscriptase
yang
membangun
kembalitelomer panjang)
yang
akan
menyebabkan kerusakansel,
apoptosisdan
kematian sel'Melalui
penurunan sensitivitas
reseptorglukokortikoid
(GR),
akan
meningkatkankortikotropin
releasing hormon(CRH)
yangakan
meningkatkan
kortisol dan
melalui mekanisme selanjutnya akan mengakibatkankerusakan
sel.
Peningkatankortisol
akan menurunkanaktivitas
BDNF
sehingga akan menurunkan kemampuan perbaikan neuron dan mengurangi neurogenesis' menyebabkankerusakan
sel
dan
depresi'
Penurunansensitivitas
GR
juga
akan
meningkatkan sitokin proinflamatori(TNF-alfa'
IL-l'
IL-6)
atau menurunkan anti-inflamatori sitokin(lL-l0)
sehingga akan menyebabkan kerusakan sel(Wolkowitz
etal',2010)
seperti gambar 1 di bawahini:
MekanismenYa
amat
komPleks' baik
secara umum maupun spesifik' Secaraumurn'
terjadi
akibat penelantarandiri'
makan yangkurang, agitasi,
kurang
aktivitas
hsik
dan kurang patuh terhadap pengobatanfisik
yang diperlukan. Mekanisme yang lain dapatterjadikarena
gangguan
tidur
yang
merupakan komponen gejala depresi' Mekanisme biologisdiduga
akibat
hiperkortisolemia
melalui disregulasi dari HPA (hypothalamic-pituitaryaris)
pada depresi yang dapat menyebabkanatrofi
serebri'
Hiperkortisolemia
sendiridapat
mengakibatkan
disfungsi
imun'penurunan toleransi
karbohidrat' atrofi
otot' depresijuga
merubahaktivitas platelet'
dan variabilitas denyut jantung (akibat penurunan parasimpatisvagal)
sehingga meningkatkaninsidens
penyakit
jantung
infark'
jugaMargarita M. Maramis
Pentingnya penanganan
Depresi
sangat
penting
dideteksipada pasien
lansia dan
ditangani,
karenagejalanya
akan
memperparah
penyakitfisiknya,
menambahpenarikan
diri,
tidakpatuh
pengobatandan
keputusasaan serta kematian dini. Penyembuhannya lebih lambat pada lansia, dapat membawa dampak bantuan perawatandini.
Depresi yang tidak ditangani,memberikan
dampak
kondisi
kesehatanyang
lebih
serius seperti penyakit jantung, infeksi, gangguan imun tubuh. Gejala depresiseperti
kemarahan,iritabel dan
kecemasan dapat sangat merepotkan keluarga, membuat relasi keluarga menjadi kurang nyaman dan menambah beban keluarga. Risiko bunuhdiri
pasif
danaktif
dapatterjadi
pada gangguan depresi pada lansia.Faktor
yang
menambah
risiko
terjadinya bunuh
diri
pada lansia
adalah adanya penyakit fisik, tidak adanya dukunganpsikososial, interaksi medikasi,
mengalami46
l lnllammtory Cytokines
nyeri
hebat yang
kronik,
tinggal
sendiri,kematian pasangan
dan
yang
dicintai,ketakutan
akan
kematian,
riwayat
depresi sebelumnya, riwayat keluarga dengan depresi mayor, riwayat percobaan bunuhdiri.
Faktor risiko bunuhdiri
lebih terjadi pada orang tua,laki-laki, ras
Kaukasian,janda
atau
cerai,pernah
mencoba
bunuh
diri
sebelumnya, ada kehilangan,faktor
kepribadian, adanyapenyakit
medis, penggunaandntgs
dan adaperasaan
tak
mempunyai harapanlagi
dan perasaan sendiri.Penanganan
holistik
Penanganan
depresi
pada
lansiameliputi biologis,
psikologis,
lingkungan sosial danspiritual.
Pemberian antidepresanmempunyai berbagai
fungsi yang
didugaefek
kerjanya
sebagai
berikut:
selain meningkatkan konsenffasimonoamin
yang sudahumum
diketahui
sebagai mekanisme utama antidepresan, didapatkanbukti
bahwa antidepresanjuga
meningkatkan
reseptorChronic Stress; Glucocorticoids I IDHEA JAlloprEg !
.,
vrtCef Endarqement atd M€dicau Psycfiimic Syrnpbms
Cambar
l.
Model penuaan sel atau kerusakan sel pada depresi (Wolkowitz et al., 2010).IGR .lt rCRH t rcorlisol JBDNF I i Glucos. AlailaDilrty t I GLrtafi,ate Excitoloxlcity I t I catcirm'
I oxiratiw
, StrG t I Telun Length: iTebmemse ttI
glukokortikoid,
meningkatkan
sintesisallopregnanolone
(oleh
SSRI
tertentu), meningkatkan kadar BDNF, mempunyai efek anti-inflamasi danefek
antioksidan; sebagaiantagonis CRH; antiglukokortikoid; suplemen enerji atau membuat sensitif reseptor insulin;
antagonis
glutamat;
penghambat
kalsium;meningkatkan
DHEA;
mengaktifkantelomerase; antagonis TNF-alfa.
Antidepresan
golongan
SSRI
(lihat tabel2),
dapat ditoleransi denganbaik
oleh lansia, dapat meningkatkan efek antikoagulanwarfarin,
jangan
diberhentikan
langsung, harus ditapperingdown,
dapatterjadi
mual dandiare
sertaefek
samping seksual. Padadosis
tinggi
terjadi
hiponatremia (SIADH
Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2 No.l April 2014
:
Syndromeof
Inappropriate Antidiuretic
Hormone
Secretion).Fluoxetin bukan
obat pilihan untuk lansia karena waktu paruh yang panjang hingga 4-6 hari, metabolitnya 9,3 hariserta potensi interaksi obat, juga menginduksi ansietas, gangguan
tidur dan
agitasi,
serta efek samping antikolinergiknya.Antidepresan golongan
bisiklik
sepertivenlafaxine,
sedikit
interaksi
obat,
dapat menyebabkan hipertensi danrisiko
sindromawithdrawal.
Antidepresan golongantrisiklik
mempunyai
efek antikolinergik dan
sedatif.Hindari
untuk
pasien
yang
konstipasi,hipotensi ortostatik,
glaukoma
atau
BPH,dapat
menyebabkan
gangguan
konduksi janhrng dan heartblok dan fatal bila overdosis. Tabel 2.Antidepresan
yangdigunakan
untuk
lansiaf#iese
BS,20ll):
Generic name Trade name Starting
dose (mg/ dav) Average dose (mg) Maximum recommended dose (CPS) (mg) Comment SSRIs
Citalopram Celexa l0 2A40 40
Escitalopram Cipralex 5 l0-20 20
Sertraline Zoloft 25 50-150 200
Buproprion Wellbutrin r00 100 b.i.d r 50 b.i.d May cause seizures
Mirtazapine Remeron l5 30-4s 45
Moclobemide Manerix 150 l 50-30
b.i.d
300 mg b.i.d Do not combine with MAOB inhibitors or tricyclics
Venlafaxine Effexor 37.5 75-225 375* May increase blood
Other
Tricyclic antidepressants
Electroconvulsive therapy
(ECT)
masihmenjadi alternatif
resisten, dengan mengevaluasi medis yang ketat.terapi
bagi
depresi lansia yangDesipramine Norpramin l0-25 50-150 300 Anticholinergic; may cause
cardiovascular side effects: monitor blood levels
Nortriptyline Aventyl l0-25 40-100 200 Anticholinergic; may cause cardiovascular side effects:
monitor blood levels
*For severe depression Adapted from guidelines of the Canadian Coalition for Seniors
'Mental Health'
Margarita M. Maramis
Prinsip
pengobatanMemilih
antidepresanuntuk
lansia,perlu
mempertimbangkan
tipe
depresi,kondisi
medisnya,
interaksi
dengan
obat-obatan lain yang dikonsumsi, respon terhadap medikasi antidepresan terdahulubila
pemahmenggunakan
dan
potensi
penggunaan berlebihan. Depresipsikotik
tidak
beresponhanya
dengan
antidepresan
monoterapi.depresi
bipolar
juga
memerlukan
obat penstabil mood.Pada kondisi
medis,
hati-hatipenggunaan
antikolinergik
dapat memperburuk penyakit demensia, gangguankerdiovaskuler,
diabetes
dan
penyakitParkinson.
Obat
ini
dapat
menyebabkanhipotensi postural
dan
gangguan konduksijantung.
Perlujuga
meminimalkan interaksi antara obat. Golongan antidepresantrisiklik
sebaiknya
dihindari, karena
letal
pada overdosis.Dosis awal untuk lansia adalah separuh dosis dewasa muda untuk meminimalkan efek samping. Peningkatan efek samping yang lebih sering
te{adi
pada lansia karena perubahan metabolisme heparakibat
penuaan, adanya penyakitfisik
yang bersamaan dan interaksi obat. Rekomendasiuntuk
'start
lo$'
ond go .s/ow' walaupunbukti
saatini
menunjukkan tidak perlu untuk mentitrasi naik pada semuaindividu.
Peningkatan dosisl-2
minggubila
ditoleransi untuk mencapai dosis terapi sesuaivariasi
individu. Bila tidak terjadi
perbaikan yang signifikan setelah 2-4 minggu pada dosisterapi, maka
dinaikkan
hingga
didapatkan perbaikan klinis, atau efek samping atau dosismaksimum sudah dicapai.
Monitor
pada 48setiap
kontrol
tentang perbaikan depresi atauperburukan
dari
depresi. adanya agitasi atauansietas, percobaan
bunuh
diri
khususnya pada masa awal pengobatan. Tidak ada buktipeningkatan
ide
untuk bunuh
diri
karena penggunaan antidepresan pada lansia. Padaumumnya periode penurunan setiap
l0
hari direkomendasikan untuk semua antidepresan. Bila tidak ada perbaikan yang bermakna tetapitidak
remisi sempuna
setelah
4
minggu,maka ditunggu
4
minggu lagi.
Setelahnya pertimbangkanuntuk
menambahkan terapiadd-on
blla
masih
belum remisi.
Pilihanadd-on terapi
termasuk
antidepresan darigolongan
lain,
pemberianpsikoterapi. Bila
ditambahkan golongan antidepresn yang lain.jangan lupa
memonitor
potensi
te{adinya sindroma serotonin.Secara
psikologi,
dapat
dilakukanberbagai
intervensi
sebagaiberikut
antaralain
(Wilkins et a1.,2010):
Pada keadaan pasienmasih dapat
diajak
bercakap-cakap. maka dapatdilakukan
berbagai psikoterapiuntuk
gangguan depresinya.
Namun
bila depresicukup
parah,maka
lebih ke
fokus pada latihan dan perilaku pasien. Terapi non psikofarmaka yang dapat diberikan misalnya Reminiscenetherapy, Cognilive
Behuvioral Therapy (CBT), Prohlem AdaptationTherap'
(PArH).
Perhatian pada
nutrisi
sangat penting padadepresi pada lansia, termasuk pengukuranberat badan dan tinggi badan, riwayat turunnya berat badan, tes laboratorium untuk albumin,
kolesterol,
akan
memperparah
kondisi depresi pada lansia. Melakukan exercise rutin danringan
sepertibrain
gtm,
Tail Chi
dapat memperbaiki m ood dankognitif.
Secara
spiitual, perlu
mendapat perhatian padaindividu
lansia yang depresi.lni
berhubungan dengan makna kehidupandan
akhir
pengabdiandari
kehidupannya. Beberapa studi mengusulkan bahwa religious coping, yaitu persepsi individu bahwa religiusadalah
faktor yang paling penting
dalam mengatasi masalah kehidupan, berhubungan dengan kesehatanfisik
dan emosi. Ditemukanbahwa religious coping dapat
membantutipe
depresi
tertentu
termasuk
kehilanganminat,
perasaantidak
berharga, penarikandari
interaksi
sosial,
kehilangan
harapandan gejala
kognitif yang lain dari
depresi. Religiouscoping
juga
menurunkan
gejala somatik (Blazer DG, 2003).Penutup
Gejala
depresi padausia
tengah ataulansia berhubungan dengan peningkatan
risiko
berkembang menjadi demensia. Depresi yangdimulai
padausia
lanjut
sebagai prodromal dari Demensia Alzheimer, sedangkan depresiberulang mungkin
sebagai
etiologi
yangberasosiasi dengan peningkatan
demensia vaskular.Di
antara mereka
Yang
memPunYai gejalaklinik
depresi, 23Yoremisi,44o
masihkurang
nyamandan
mempunyai perjalananpenyakit yang berfluktuasi, 33%
menjadikronik
dan
parah. Pada kelompok
yang subtreshold, 25yo menjadikronik'
Sedangkan 35Yo dai. gangguan depresimayor
dan 52Yodari distimia menjadi kronik' Lansiayang tidak mempunyai dukungan psikososial yang cukup dan kesehatan
fisik
yang buruk, memerlukanwaktu lama
untuk
remisi'
Perbedaan cukup besarterjadi
pada pasien lansia yangJurnal Wdya Medika Surabaya Vol.2 No.l April 2014
depresi tanpa komorbiditas
penyakit
medis, menunjukkan luaranyang lebih baik,
80%remisi. Oleh
karenanya, depresi pada lansia tidak dapat diabaikan, perlu dilakukan deteksisedini mungkin
bersama
dengan
deteksi hendayakognitif.
Adalah penting melakukandiferensial diagnosis
yang
teliti,
sehingga penangananyang tepat
dapat direncanakan dengan melibatkan keluarga dan caregiver.Daftar
Pustakal.
Bames
DE,
Yaffe
K'
BYers
AL'
McCormick M, Schaefer C, Whitmer RA.
2012.
Midlife
vs
Late-Life
DepressiveSymptoms
and Risk
of
Dementia'Differential
Effects
for
Alzheimer Diseaseand
Vascular Dementia.
Arch Gen Psych iatry. 20 12:69(5) :493 -498'2.
Blazer
DG.
2003.
Depressionin
LateLife:
Review and
Commentary. Journalof
Gerontology:Medical
Sciences. The Gerontological Society of America 2003, Vol. 58A, No. 3, 249-265.3.
Butters
MA,
Young
JB,
LoPez
O, Aizenstein HJ, Mulsant BH, Reynolds CF, DeKoskyT,
Becker JT.2008'
Pathwayslinking
late-life
depressionto
persistentcognitive
impairment
and
dementia' Dialoguesin
Clinical
Neuroscience - Vol10 . No. 3.
4.
CharlsonM,
Peterson JC. 2002' MedicalComorbidity and
Late
Life
Depression: Whatis Known
and What are the UnmetNeeds?
Biol
PsYchiatry
2002;52:226-235. Society ofBiological
Psychiatry'5.
Firbank MJ, TeodorczukA,
van derFlier
WM,
Gouw
AA,
Wallin
A,
Erkinjuntti
I
lnzitari D,
Wahlund
LO,
PantoniL,
PoggesiA,
Pracucci
G,
Langhorne
P'O'Brien tT.
2012. Relationship between 49Margarita M. Maramis
progression of brain white matter changes
and late-life
depression:3-year
results from theLADIS
study. The British Joumal of PsychiatryQ0l2),
201,4H'5.
6.
Gallagher
D,
Mhaolain
AN,
Greene E, WalshC,
DenihanA,
BruceI,
Golden J,Conroy
RM, Kirby
M,
Lawlor BA.
2009. Latelife
depression: a comparison ofrisk
factors and symptoms accordingto
ageof
onset
in
community
dwelling
olderadults.
Int J
Geriatr
Psychiatry. www. interscience.wiley. com.7.
Katz
IR.
1999. Depression
in
latelife:
psychiatric-medical
comorbidity.Basic
Research.
Dialoguesin
Clinical
NeuroscienceVol
l,
no. 2: 81-94.8.
Kumar
A,
KepeV
Barrio
JR,
SiddarthP,
Manoukian
V,
Elderkin-ThomPsonV,
Small GW. 2011. ProteinBinding
in PatientsWith Late-Life
Depression. Arch Cen Psychiatry, 68(11): I 143-1150.9.
Ma
Z,
Li
R, Yu J, He
Y
Li
J'
2013'Alterations
in
Regional Homogeneityof
Spontaneousrain
Activity
in
Late-Life Subthreshold Depression' PLOSONE'
1 January 2013,Vol.
8, Issuel,
l-8'
www'
plosone.org.10.
Naismith
SL, Norrie
LM,
MowszowskiL,
Hickie
lB.
2012-The
neurobiologyo/'
de,r>re-esitttttz ,/s/e-'/tb" Cltttical
neuropsychological, neuroimaging
and pathophysiological features. Progress in Neurobiology 98 (2012)99-143.
ll.
PapazachariasA,
LogroscinoG,
Barulli MR, Nardini M. 2010. Late life depressionand late
onset depression: arethe
sameclinical
and
pathopsysiological picture? Psychiatr Danub.Nov;
22 Suppll:S108-10.
12.
Thorpe
L.
2013.
Depression
versusDementia.
How
do
we
assess?
The Canadian ReviewofAlzheimer
's Disease and Other Dementias. Pp.17-21.13. Unutzer
J.2007.
Late-Life Depression. N Engl JMed
November 29:357;22;2269-2276. www.nejm.org.14.
Wiese
BS.
2011.
Geriatric
Depression:The
Use
Of
AntidePressantsIn
The Elderly.Bc
Medical
JournalVol.
53 No. 7, Septemb er, 341 -347. u'ww.Bcmj.Org.15.
Wilkins
VM,
Kiosses
D,
Ravdin
LD.
2010.
Late-life
depressionwith
comorbid cognitive impairment anddisability:
non-wt'j*4ra;wY
.ryHap-r
Interventions inAging
2010:5323-331'
16. Wolkowitz OM, Epel ES, Reus VI,
Mellon
SH. 2010. Depression GetsOld
Fast: Do StressAnd
DepressionAccelerate
CellAgingl
DePressionAnd
Anxiety
27
:327-338.
17. Yesavage,