• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2016 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dr. Ir. M Basuki Hadimoeljono, MSc"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

KATA PENGANTAR

Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menerbitkan buku panduan sederhana berjudul “Instalasi Pengolahan Air Sederhana” dengan tujuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai sistem pengolahan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) untuk wilayah perdesaan.

Dalam buku Panduan ini dibahas mengenai persyaratan teknis yang harus dipenuhi, Instalasi Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) Permukaan, dan IPAS Air Tanah. Buku ini juga membehas bahan yang diperlukan dalam pembuatan kolam penampung, sumur pengumpul, tangki penampung, peralatan yang digunakan dalam pembuatan penampung serta pelaksanaan dalam pembuatan IPAS.

Materi dalam Buku Panduan ini telah diuji penerapannya di Desa Sindang Pakuon, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Namun demikian kami tetap mengharapkan masukan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan pihak lainnya untuk menyempurnakan buku panduan ini.

Jakarta, Oktober 2016

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

(2)

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... 1 DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR GAMBAR ... 4 DAFTAR TABEL ... 5 A. Pendahuluan ... 6 1. Latar Belakang ... 6 2. Tujuan ... 6 B. Gambaran Teknologi ... 6 1. Persyaratan Teknis ... 6 a. Air Baku ... 6 b. Topografi ... 7 c. Debit ... 7 2. IPAS Permukaan ... 8

a. IPAS Kekeruhan Tinggi (IPAS Tipe 1) ... 8

b. IPAS Kekeruhan Sedang (IPAS Tipe 2) ... 10

c. IPAS Kekeruhan Rendah (IPAS tipe 3) ... 11

d. IPAS gambut (IPAS tipe 4) ... 13

e. IPAS Payau / Air Laut (IPAS Tipe 5) ... 15

3. IPAS Air Tanah (IPAS Tipe 6) ... 16

a. Ukuran ... 16 b. Fungsi ... 17 c. Kekuatan ... 17 C. Bahan... 18 1. Kolam Penampung ... 18 2. Sumur Pengumpul ... 19 3. Tangki Penampung ... 19 4. Saringan Kasar ... 19 5. SPL ... 20 6. DSAK ... 20

(3)

3

7. PMA ... 21

a. Bangunan penangkap mata air ... 21

b. Bangunan Penampung Air ... 22

8. Bangunan Hidran Umum ... 23

D. Peralatan ... 23

E. Pelaksanaan... 24

1. Kolam Penampung ... 24

2. Sumur Pengumpul ... 24

3. Tangki penampung IPAS Tipe 1, IPAS Tipe 2, dan IPAS Tipe 4 ... 24

4. Saringan Kasar IPAS Tipe 1 dan Tipe 2 ... 24

5. Saringan Pasir Lambat ... 25

6. IPAS Gambut ... 26

7. DSAK ... 27

a. Pekerjaan Persiapan ... 27

b. Pekerjaan Pembuatan dan Pemasangan DSAK ... 27

8. PMA ... 31

a. Pekerjaan persiapan ... 31

b. Pekerjaan konstruksi bangunan penangkap air... 31

1) Penggalian tanah ... 31

2) Pemasangan pondasi ... 31

3) Pemasangan Dinding ... 32

4) Pemasangan Tutup dan Lubang Pemeriksa ... 32

5) Pemasangan Turap ... 33

6) Penyambungan Pipa ... 33

c. Pekerjaan konstruksi bak penampung ... 33

d. Pekerjaan Konstruksi Hidran Umum ... 34

1) Pekerjaan Pondasi dan Tangki Air ... 34

(4)

4 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema IPAS Tipe I ... 9

Gambar 2.2 Skema IPAS Tipe 2 ... 11

Gambar 2.3 Skema IPAS Tipe 3 Lahan Luas ... 12

Gambar 2.4 Skema IPAS Tipe 3 dengan Lahan Terbatas ... 12

Gambar 2.5 Pengolahan Air Gambut Sederhana ... 14

Gambar 2.6 Denah DSAK ... 15

(5)

5 DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kedalaman Bak SPL ... 9

Tabel 2.1 Kedalaman Bak SPL ... 10

Tabel 2.2 Kedalaman Bak SPL ... 11

Tabel 2.3 Ukuran Bak Penampung Mata Air ... 17

Tabel 2.4 Fungsi Komponen Bak Penampung Mata Air ... 17

Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Kolam Penampung ... 18

Tabel 3.2 Kebutuhan Bahan Sumur Pengumpul ... 19

Tabel 3.3 Kebutuhan Bahan Tangki Penampung ... 19

Tabel 3.4 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar ... 19

Tabel 3.5 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar ... 20

Tabel 3.6 Kebutuhan Bahan Modul DSAK ... 20

Tabel 3.7 Bahan Elemen PMA ... 21

Tabel 3.8 Kebutuhan Bahan Bangunan PMA ... 22

Tabel 3.9 Kebutuhan Bahan Bangunan Hidran Umum ... 23

Tabel 5.1 Kriteria Perencanaan Pengumpul Kalor DSAK ... 27

Tabel 5.2 Kriteria Perencanaan Kaca Penutup (Kondensor) DSAK ... 28

Tabel 5.3 Kriteria Perencanaan Saluran Kondensat DSAK ... 29

Tabel 5.4 Kriteria Perencanaan Kotak Destilator DSAK ... 30

(6)

6

A.

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia. Kualitas air baku untuk air bersih, baik air permukaan maupun air tanah, bervariasi untuk itu diperlukan perlakuan yang bebrbeda dalam mengolah setiap jenis sumber air baku. Pengolahan air di wilayah perdesaan dapat dilakukan dengan menggunakan pengolahan air sederhana. Modul ini menyediakan penjelasan mengenai beberapa alternatif pengolahan air sederhana untuk berbagai kualitas air baku. Namun, penjelasan mengenai bangunan intake tidak tercakup dalam modul ini.

2. Tujuan

Modul ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai sistem pengolahan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) untuk wilayah perdesaan.

B.

Gambaran Teknologi

1. Persyaratan Teknis

a. Air Baku

Pilih sumber air baku yang berpotensi baik dari segi kualitas maupun kuantitas (mata air, air tanah, air hujan, atau air permukaan). Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilihlah jenis teknologi yang sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk diterapkan, yang mempunyai ciri khusus yaitu teknologi yang sederhana serta murah dalam pengoperasian dan perawatannya.

Beberapa parameter fisik yang dapat diukur untuk menentukan kualitas air baku di lapangan secara sederhana adalah sebagai berikut:

(7)

7 1) Kekeruhan

a) Kekeruhan tinggi

Kekeruhan > 150 NTU. Kekeruhan tersebut dapat diartikan sebagai air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 cm dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm sudah tidak masih dapat terlihat. b) Kekeruhan sedang

Kekeruhan 50-150 NTU. Air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 cm dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm masih dapat terlihat.

c) Kekeruhan rendah

Kekeruhan < 50 NTU. Air baku yang pada kedalaman 50 cm dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm masih dapat terlihat.

2) Rasa

Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium terhadap kandungan Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC.

3) Warna dan bau

Periksa warna dan bau air, jika ditemukan warna dan bau, maka penyebab timbulnya harus diperiksa. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat digunakan sebagai sumber air.

b. Topografi

1) Untuk daerah datar atau untuk sumber air yang berada di bawah atau sejajar daerah pelayanan diperlukan pompa.

2) Untuk daerah berbukit atau sumber air yang berada di atas daerah pelayanan dapat digunakan sistem pengaliran dengan gravitasi.

c. Debit

Sumber air baku harus memiliki kuantitas dan kontinuitas yang baik, artinya sumber air baku tidak mengalami kekeringan selama musim kemarau. Penyadapan air baku harus diambil pada debit rata – rata atau debit minimum.

(8)

8

2. IPAS Permukaan

Dalam pembuatan IPAS harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) Bangunan IPAS harus kedap air.

2) Penempatan lokasi IPAS harus bebas dari genangan air. 3) IPAS harus terjamin dalam kontinuitas pengolahan air bersih. 4) Perlu adanya partisipasi masyarakat.

5) Harus ada pengelola IPAS, dimana pengelola tersebut sebelumnya harus mendapatkan pelatihan tentang IPAS.

a. IPAS Kekeruhan Tinggi (IPAS Tipe 1)

1) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan lebih besar dari 150 NTU (150 NTU – 200 NTU). Kekeruhan tersebut dapat diartikan sebagai air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter sudah tidak masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0,25 l/dtk (±40 KK).

2) Unit-unit pengolahan terdiri dari intake, kolam penampung, saluran penyadap, sumur pengumpul, pompa, saringan Kasar, dan saringan pasir lambat (SPL). 3) Saringan Kasar

terdiri dari 3 tangki ukuran 300 L. Tangki pertama diisi kerikil dengan ukuran 16 – 30 mm, tangki kedua diisi kerikil berukuran 8 – 16 mm, dan tangki ketiga diisi kerikil 4 – 8 mm. Tinggi media pada setiap tangki adalah 60 cm.

(9)

9 4) Saringan Pasir Lambat (SPL)

SPL berdimensi panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi SPL total 2 m.

Tabel 1. 1 Kedalaman Bak SPL

No. Kedalaman bak (D) Ukuran ( m )

1. Tinggi bebas (freeboard) 0,20

2. Tinggi air di atas media pasir 1,00

3. Tebal pasir penyaring 0,60

4. Tebal kerikil penahan 0,10

5. Saluran pengumpul bawah (underdrain) 0,10

J u m l a h 2,00

*Pasir yang digunakan untuk SPL adalah pasir silika dengan ukuran 0,2 – 0,4 mm.

5) Sistem pengaliran:

a) Intake sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi. b) Dari sumur pengumpul sampai menggunakan sistem pemompaan. c) ke SPL menggunakan sistem gravitasi

(10)

10 b. IPAS Kekeruhan Sedang (IPAS Tipe 2)

1) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan 50 - 150 NTU (Air baku yang pada kedalaman kurang dari 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0,25 l/dtk (±40 KK).

2) Unit-unit pengolahan terdiri dari: intake, sumur pengumpul, pompa, tangki penampung, saringan kasar, dan SPL.

3) Saringan kasar

terdiri dari 3 tangki ukuran 250 L. Tangki pertama diisi kerikil dengan ukuran 16 – 30 mm, tangki kedua diisi kerikil berukuran 8 – 16 mm, dan tangki ketiga diisi kerikil 4 – 8 mm. Tinggi media pada setiap tangki adalah 60 cm.

4) SPL

SPL berdimensi panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi SPL total 2 m.

Tabel 2. 1 Kedalaman Bak SPL

No. Kedalaman bak (D) Ukuran ( m )

1. Tinggi bebas (freeboard) 0,20

2. Tinggi air di atas media pasir 1,00

3. Tebal pasir penyaring 0,60

4. Tebal kerikil penahan 0,10

5. Saluran pengumpul bawah (underdrain) 0,10

J u m l a h 2,00

*Pasir yang digunakan untuk SPL adalah pasir silika berukuran 0,2 – 0,4 mm.

5) Sistem pengaliran:

a) Intake sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi.

b) Dari sumur pengumpul ke tangki pengumpul sistem pemompaan dan aerasi sistem spray. Tangki pengumpul ke SPL dengan sistem gravitasi, dari SPL terdapat aerasi sistem spray

(11)

11 Gambar 2.2 Skema IPAS Tipe 2

c. IPAS Kekeruhan Rendah (IPAS tipe 3)

1) Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan di bawah 50 NTU (Air baku yang pada kedalaman 50 centimeter dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 centimeter kali 10 centimeter masih dapat terlihat) dengan kapasitas pengolahan 0,25 l/dtk (±40 KK).

2) Unit pengolahan pada lahan yang luas terdiri dari: intake, kolam penampung, Saluran Penyadap, Sumur Pengumpul, Pompa, SPL. Sistem pengaliran:

a) Dari penyadap sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi.

b) Dari sumur pengumpul sampai SPL menggunakan sistem pemompaan dan aerasi sistem spray.

3) SPL

SPL berdimensi panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi SPL total 2 m.

Tabel 2. 2 Kedalaman Bak SPL

No. Kedalaman bak (D) Ukuran ( m )

1. Tinggi bebas (freeboard) 0,20

2. Tinggi air di atas media pasir 1,00

3. Tebal pasir penyaring 0,60

4. Tebal kerikil penahan 0,10

5. Saluran pengumpul bawah (underdrain) 0,10

J u m l a h 2,00

(12)

12 4) Unit pengolahan pada lahan terbatas terdiri dari intake tipe 2, sumur

pengumpul, pompa, tangki penampung, SPL. Sistem pengaliran:

a) Dari penyadap sampai sumur pengumpul menggunakan sistem gravitasi.

b) Dari sumur pengumpul sampai tangki penampung menggunakan sistem pemompaan.

c) Dari tangki penampung sampai SPL menggunakan sistem gravitasi dan aerasi sistem spray.

Gambar 2.3 Skema IPAS Tipe 3 Lahan Luas

(13)

13 d. IPAS gambut (IPAS tipe 4)

1) Karakteristik air gambut:

a) Warna dan kandungan organik tinggi. Warna = 124 – 571 PtCo; kandungan organik (KMnO4) = 38 – 280 mg/L.

b) Kekeruhan dan pH rendah. pH = 3 – 6; kekeruhan = 3 – 10 NTU. c) Fe = 0,45 – 5,96 ppm.

2) Kapasitas pengolahan maksimum 0,25 l/dtk (±40 KK).

3) Unit pengolahan sederhana untuk air gambut terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi.

4) Bahan kimia yang dibutuhkan adalah Kapur (60% Ca), koagulan alumunium sulfat, kaogulan natrium sulfat, dan tanah gambut.

5) Koagulasi

Pada bak koagulasi dibubuhkan kapur dan koagulan. Penamabahan kapur bertujuan untuk meningkatkan pH sementara penambahan kaporit untuk menghilangkan zat organik dan besi yang mungkin terkandung dalam air gambut. Sedangkan penambahan koagulan dan tanah gambut bertujuan untuk mengikat warna. Tanah gambut merupakan tanah dengan ciri berwarna hitam kelabu, liat, dan tidak tercampur organik.

Komposisi pencampuran larutan kapur dan kaporit dapat dilakukan sbb : a) Konsentrasi larutan kapur 5 g/L, atau

b) Konsentrasi larutan kapur 5 g/L dan kaporit 5 g/L, atau c) Konsentrasi larutan kapur 10 g/L dan kaporit 5 g/L

Dosis koagulan dan komposisi koagulan yang dapat digunakan adalah sbb : a) Tanah gambut mesh 20, 500 – 600 mg/L, atau

b) Tanah gambut mesh 20, 300 mg/L dan alumunium sulfat 50 mg/L, atau c) Tanah gambut mesh 20, 300 mg/L dan natrium sulfat 60 mg/L

(14)

14 6) Flokulasi

Flokulasi dilakukan pada 4 tahap dengan arah aliran naik – turun. Flokulasi dilakukan pada 4 tangki berkapasitas 120 L yang dihubungkan dengan pipa berdiameter 18 mm. Dilengkapi dengan pipa penguras berdiameter 18 mm 7) Sedimentasi

Volume tangki sedimentasi 1200 L dengan diameter 110 cm dan tinggi 130 cm. Tangki diletakan di atas lantai kayu setinggi 1 m dari muka tanah. Lumpur dibuang melalui pipa yang terletak di dasar tangki sedimentasi. 8) Filtrasi

Tangki filtrasi berukuran 1200 L dengan media pasir setinggi 60 cm dan kerikil setinggi 30 cm.

(15)

15 e. IPAS Payau / Air Laut (IPAS Tipe 5)

1) Karakteristik air payau / air laut:

a) TDS = 1200 – 5000 mg/L b) Klorida = 180 – 635 mg/L c) Kadar garam = 30.000 - 36.000 ppm

2) Pengolahan air payau / air laut dapat dilakukan dengan menggunakan Destilator Surya Atap Kaca (DSAK).

3) Kapasitas DSAK 5 L/hari.

4) Dimensi DSAK (1,0 x 1,5 x 0,6) m.

Gambar 2.6 Denah DSAK

(16)

16 3. IPAS Air Tanah (IPAS Tipe 6)

IPAS air tanah terdiri dari Bangunan Penangkap Mata Air (PMA), Bak penampung, dan hidran umum. Bentuk PMA tidak mengikat, disesuaikan dengan topografi dan situasi lahan. Bangunan PMA diusahakan berbentuk elips bersudut tumpul atau empat persegi panjang. Pipa keluar (Pipa Out Let) pada bak pengumpul dari bangunan PMA (Penangkap Mata Air) tidak boleh lebih tinggi dari muka air asli sebelum dibangun PMA.

Tipe PMA berdasarkan arah aliran:

a. Tipe IA : arah aliran artesis terpusat b. Tipe IB : arah aliran artesis tersebar c. tipe IC : arah aliran artesis vertikal d. tipe ID : aliran gravitasi kontak

Sedangkan berdasarkan kelengkapan bangunan, yaitu bak penampung, maka jenis PMA terdiri atas:

a. Tipe IIA : volume bak penampung 2 x 2 x 1 m3 b. Tipe IIB : volume bak penampung 2 x 4 x 1 m3 c. Tipe IIC : volume bak penampung 2 x 5 x 1 m3

Berdasarkan cara pelayanan (Pengaliran) terdiri dari: a. Pengaliran Mata Air Grafitasi

b. Pengaliran Mata Air Pompa

a. Ukuran

Ukuran bak penampung mata air ditentukan berdasarkan: 1) Debit minimum mata air

2) Besarnya pemakaian dan waktu

(17)

17 4) Waktu pengambilan adalah 8 sampai 12 jam sehari sesuai tabel berikut:

Tabel 2.3 Ukuran Bak Penampung Mata Air Pelayanan (Orang) Debit < 0,5 L/dtk Debit 0,5 - 0,8 L/dtk Debit 0,7 - 0,8 L/dtk Debit > 0,8 L/dtk 200 - 300 5 m3 2 m3 2 m3 2 m3 300 - 500 10 m3 10 m3 5 m3 2 m 3 b. Fungsi

Fungsi dan komponen bangunan perlindungan mata air sesuai Error! eference source not found..

Tabel 2.4 Fungsi Komponen Bak Penampung Mata Air

No Komponen Fungsi

1 Bangunan penangkap air Untuk mengumpulkan air dari mata air. Untuk melindungi air dari pencemaran.

2 Lubang pelimpah Untuk mengalirkan kelebihan air yang ada di dalam bak pelindung mata air.

3 Lubang masuk Untuk memasukkan air dari mata air ke bak penangkap. 4 Lubang keluar Untuk mengalirkan air dari bak penangkap air ke bak

penampung atau ke jaringan distribusi.

5 Manhole Untuk pergantian udara.

Untuk jalan masuk manusia dalam rangka pemeliharaan. dan perbaikan bak bagian dalam

c. Kekuatan

Kekuatan struktur yang harus dipenuhi untuk pembuatan bangunan perlindungan mata air sebagi berikut:

1) Bangunan penangkap bagian luar kedap terhadap air dan tahan longsor.

2) Bak penangkap harus kedap air, permukaan bak licin dan tertutup. 3) Lantai saluran drainase harus kedap air.

(18)

18

C.

Bahan

1. Kolam Penampung

Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Kolam Penampung

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Semen Zak 20 2 Pasir Urug M3 1,2 3 Pasir Pasang M3 3 4 Pasir beton M3 2,2 5 Kerikil M3 0,8 6 Batu Kali M3 2,2

7 Batu Bata Buah 800

8 Besi Beton dia. 8 mm Batang 18

9 Besi Beton 6 mm Batang 14

10 Paku Kg 4

11 Kawat Beton Kg 10

12 Kayu Bekisting M3 0,5

13 Pipa GIP dia. 3” Batang 2

14 Pipa GIP ¾” Batang 1

15 Bend 90 GIP dia. 3” Buah 4

16 Tee GIP 3” Buah -

17 Kran dia. ¾” Buah 3

18 Dop GIP dim. 3 ” Buah 1

(19)

19

2. Sumur Pengumpul

Tabel 3.2 Kebutuhan Bahan Sumur Pengumpul

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Semen Zak 20

2 Pasir m3 1,2

3 Buis beton, dia. 1 m buah 3

3. Tangki Penampung

Tabel 3.3 Kebutuhan Bahan Tangki Penampung

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Tangki 250 L buah 1

2 Kayu m

3 Papan lembar 5

4. Saringan Kasar

Tabel 3.4 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Tangki 300 L (IPAS tipe 1) buah 3

2 Tangki 250 L (IPAS tipe 2) buah 3

3 Kerikil 16 – 30 mm m3 0,2

4 Kerikil 8 – 16 mm m3 0,2

5 Kerikil 4 – 8 mm m3 0,2

6 Kayu m

(20)

20

5. SPL

Tabel 3.5 Kebutuhan Bahan Saringan Kasar

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Tangki 300 L (IPAS tipe 1) buah 3

2 Tangki 250 L (IPAS tipe 2) buah 3

3 Kerikil 16 – 30mm m3 0,2 4 Kerikil 8 – 16 mm m3 0,2 5 Kerikil 4 – 8 mm m3 0,2 6 Kayu m 7 Papan lembar 6. DSAK

Tabel 3.6 Kebutuhan Bahan Modul DSAK

No. Unit Bahan Volume

1. Penampung Air Baku

- Pipa PVC  (100-150) mm 1 meter

- Dop  (100-150) mm 2 buah

- Corong pengisian disambung di pipa PVC  100 mm

1 buah - Selang indikator  10 mm 1 meter

- Kran plastik 12,7 mm 2 buah

2. Kolektor Arang kayu/arang batok kelapa dengan diameter (0,2-0,5) mm

10 kg 3. Wadah Kolektor - Pipa orifice/berlubang  pipa 25 mm,

diameter lubang 3 mm, jarak antar lubang yang dekat dari sumber air baku 100 mm, jarak antar lubang jauh dari sumber air baku semakin rapat (50 mm).

1,5 meter

- Alternatif bahan:

oTriplek ketebalan 3 mm 1 lembar

oFRP ketebalan 4 mm 1 lembar

oPapan dengan panjang 3 m, ketebalan 20 mm

7 lembar 4. Kondensor Kaca bening dengan ketebalan (3-5)

mm

1,5 m x 1 m Karet AC tebal 10 mm, lebar 20 mm 3 kg 5. Saluran

Kondensat

Alumunium plat dengan ketebalan 3 mm

1,4 m x 50 mm x 75 mm 6. Destilator Kotak kayu segi empat panjang 1,5 m x 1,0 m

(21)

21 7. Pelapis Bak

Destilator

Aluminium koran dengan tebal 3 mm 1 rol 8. Isolator Styrofoam ketebalan 20 mm 1,5 m x 1,0 m 9. Rangka

Penyangga

- Besi siku 50.50.5 6 m

- Mur dan baut ukuran diameter 6 mm, panjang 30 mm

40 buah

- Cat besi ¼ kg

10. Paku Panjang 1-5 cm 0,5-1 kg

11. Pengikat Tabung Besi plat 2 mm x 3 cm, diameter (100-150) mm

2 buah 12. Penampung Air

Olahan

Jerigen plastik 10 L 1 buah

7. PMA

a. Bangunan penangkap mata air

1) Semen portland, harus mempunyai kehalusan dan sifat ikat yang baik yang sesuai dengan SNI IS-2049-1990 tentang Mutu dan cara Uji Semen Portland 2) Pasir beton, harus bersih, berbutir tajam dan keras

3) Kerikil, harus bersih dan keras

4) Besi beton, harus bersih dan tidak berkarat 5) Air, harus bersih dan bebas dari minyak 6) Batu bata

7) Pipa dan perlengkapannya

8) Bahan elemen konstruksi dan pelengkap yang digunakan untuk pembuatan bangunan perlindungan mata air sesuai tabel berikut:

Tabel 3. 7 Bahan Elemen PMA

No Elemen Bahan Yang Digunakan

1 Lantai dasar/ pondasi 1 semen 2 : pasir : 3 kerikil 2 Dinding 1 semen 2 : pasir : 3 kerikil 3 Penutup 1 semen 2 : pasir : 3 kerikil

(22)

22

b. Bangunan Penampung Air

Kebutuhan bahan untuk bangunan penampung air seperti tertera pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kebutuhan Bahan Bangunan PMA

No Jenis Bahan Satuan Volume

Tipe II A Tipe II B Tipe II C

1 Semen Zak 15 30 40 2 Pasir Urug M3 0,64 1,17 1,42 3 Pasir Pasang M3 2,85 3,6 4,20 4 Pasir beton M3 1,5 3 4 5 Kerikil M3 0.5 0,8 1,2 6 Batu Kali M3 2,2 3,00 3,40

7 Batu Bata Buah 600 900 1050

8 Besi Beton diameter 8 mm

Batang 15 25 35

9 Besi Beton 6 mm Batang 11 16 22

10 Paku Kg 5 7 10

11 Kawat Beton Kg 10 15 20

12 Kayu Bekisting M3 0,3 0,6 0,8

13 Pipa GIP dia. 3” Batang 2 2 2

14 Pipa GIP ¾” Batang 1 1 1

15 Bend 90 GIP dia. 3” Buah 4 4 4

16 Tee GIP 3” Buah - - -

17 Kran dia. ¾” Buah 3 4 5

18 Dop GIP dim. 3 ” Buah 1 1 1

(23)

23

8. Bangunan Hidran Umum

Kebutuhan bahan untuk bangunan hidran umum dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kebutuhan Bahan Bangunan Hidran Umum

No Jenis Bahan Satuan Volume

1 Semen Zak 10

2 Pasir Urug M3 0,8

3 Batu Kali M3 2,5

4 Pipa GIP dia. 3” Batang Tergantung jarak

5 Pipa GIP ¾” Batang 1

6 Bend 90 GIP dia. 3” Buah 2

7 Tee GIP 3” Buah -

8 Kran dia. ¾” Buah 3

9 Socket GIP dia. ¾” Buah 3

10 Tangki Fiber Kapasitas 4 m3 Buah 2

D.

Peralatan

Peralatan yang harus tersedia adalah sebagai berikut : 1) Kunci pipa

2) Gergaji 3) Palu 4) Pembersih

5) Peralatan untuk pembuatan adukan pasangan 6) Waterpass 7) Meteran 8) Ayakan pasir 9) Benang 10) Ember 11) Tang

(24)

24

E.

Pelaksanaan

1. Kolam Penampung

a. Gali tanah untuk kolam penampung di lokasi penyadapan yang telah ditetapkan di sebelah sumber air (sungai). Panjang kolam penampung adalah 4 m dan lebar 3 m, sedang kedalaman minimal adalah 100 cm dari pipa penyadap. Sisi kolam dibentuk agar mempunyai kemiringan.

b. Padatkan sisi kolam penampung.

2. Sumur Pengumpul

a. Gali tanah dengan diameter lebih besar dari buis beton dengan kedalaman minimal 1 meter dari dasar kolam penampung.

b. Lubangi sisi-sisi buis yang menghadap ke saluran penyadap.

c. Buatlah adukan dengan ukuran 1 Pc : 3 ps untuk memperbaiki buis beton. d. Susunlah buis beton satu per satu.

e. Pasanglah pompa beserta perpipaannya.

3. Tangki penampung IPAS Tipe 1, IPAS Tipe 2, dan IPAS Tipe 4

a. Rakitlah kayu sesuai dengan gambar untuk tempat dudukan tangki dengan ket-inggian lebih tinggi dari saringan kasar, seperti pada gambar 8 dan gambar 9. b. Pasang kawat kasa pada tangki penampung sesuai dengan gambar.

c. Letakkan tangki pada dudukan, seperti pada gambar 9. d. Rakitlah perpipaan untuk aerasi.

e. Pasanglah pompa beserta perpipaannya. 4. Saringan Kasar IPAS Tipe 1 dan Tipe 2

a. Rakit kayu untuk tempat dudukan tangki.

b. Letakkan tangki pada dudukan yang telah disediakan. c. Rakit perpipaan untuk pipa masuk, keluar dan penguras.

d. Susunlah tangki dalam dudukan dan masukan pecahan batu dalam tangki 1 sampai dengan tangki 5.

(25)

25 5. Saringan Pasir Lambat

a. Gali tanah dengan kedalaman 85 cm dan lebar 80 cm. b. Buat adukan dengan perbandingan 1 pc : 4 ps.

c. Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm. d. Pasang batu kosong.

e. Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1 semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan.

f. Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug.

g. Rakit pembesian untuk slop beton sepanjang pondasi berukuran 15 cm x 15 cm. h. Rakit pembesian (ukuran tulangan 15 cm x 15 cm) untuk tiang disetiap sudut

pondasi hingga mencapai ketinggian bak (1,3 m).

i. Buat cetakan dari papan untuk mencetak adukan pada slop beton dan tiang beton. j. Tuangkan campuran beton dengan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil

pada cetakan tersebut.

k. Biarkan beton sampai kering untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya.

l. Buka cetakan kayu pada slop beton dan tiang beton bila betonan sudah kering (± 2 hari).

m. Pasang dinding bak dengan kontruksi batu bata hingga mencapai ketinggian bak. n. Buat lubang-lubang pada dinding bak penampung untuk memasang pipa outlet,

penguras, peluap dan kran diameter ½ inchi sebanyak 4 buah.

o. Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa-pipa pada butir 10 dengan mortar semen, campuran 1 semen : 2 pasir.

p. Plester dinding bak dengan adukan campuran 1 semen : 2 pasir. q. Biarkan kering selama satu hari dan lakukan pemlesteran.

r. Pasang plat besi berlubang dan pipa underdrain di bagian dasar bak SPL. s. Masukan kerikil sebagai dasar media.

t. Masukan media pasir sedalam 60 cm. u. Rakit perpipaan aerasi pada bangunan SPL.

(26)

26 6. IPAS Gambut

a. Pasang cerucuk.

b. Rakit kayu untuk tempat IPAS gambut dengan papan sebagai dudukannya sesuai gambar 9.

c. Tempatkan tangki koagulasi pada dudukan kayu paling atas. d. Lengkapi tangki koagulasi dengan pengaduk.

e. Pasang pipa outlet di dasar tangki.

f. Pasang tangki flokulasi pada dudukan kayu yang kedua dari atas.

g. Lengkapi tangki flokulasi dengan pipa inlet dan outlet. Pada tangki pertama, pipa inlet diletakan di bagian bawah tangki dan pipa outlet diletakan di bagian atas tangki untuk masuk ke tangki kedua. Pasang pipa outlet untuk tangki kedua di bagian bawah tangki untuk masuk ke tangki ketiga. Pada tangki ketiga, pasang pipa outlet pada bagian atas tangki untuk masuk ke tangki keempat. Pada tangki keempat, pasang pipa outlet di bagian bawah tangki untuk masuk ke tangki sedimentasi.

h. Pasang tangki sedimentasi pada dudukan kayu yang ketiga dari atas.

i. Pipa inlet sedimentasi merupakan pipa outlet dari tangki keempat flokulasi dan dipasang di dasar tangki sedimentasi.

j. Pipa inlet sedimentasi yang berada di dalam tangki dilubangi agar aliran tersebar merata. Bagian pipa yang berlubang dipasang menghadap ke bawah.

k. Pasang pipa inlet di bagian atas tangki sedimentasi.

l. Sambung pipa inlet dengan pipa drain yang dipasang katup. m. Pasang tangki filter pada dudukan kayu yang paling bawah.

n. Pasang pipa inlet filter. Pipa inlet filter merupakan pipa outlet dari tangki sedimentasi dan dipasang di dasar tangki filter.

o. Lubangi pipa inlet yang berada di bagian dalam tangki filter. p. Masukan kerikil sebagai media dasar setinggi 20 cm.

q. Masukan pasir 0,14 – 0,2 mm dengan ketinggian 50 cm. r. Pasang pipa outlet tangki filter di bagian atas tangki.

(27)

27 7. DSAK

a. Pekerjaan Persiapan

1) Tentukan lokasi/tempat DSAK.

2) Siapkan semua peralatan yang akan digunakan.

b. Pekerjaan Pembuatan dan Pemasangan DSAK

1) Buat dudukan DSAK dari pasangan batu bata atau batu pecah 1 pc: 3 ps atau beton bertulang campuran 1 pc : 2 ps : 3 krl.

2) Buat unit pengumpul kalor (kolektor) sesuai dengan kriteria dalam Error! eference source not found..1.

Tabel 5.1 Kriteria Perencanaan Pengumpul Kalor DSAK

No. Unit Kriteria Bahan

1. Media Penyerap Kalor Absorpsivitas: 69–71% Temperatur : 63–86C Digunakan arang kayu/arang batok kelapa 2. Media Penerus Kalor Emisivitas: 9% Digunakan arang kayu/arang batok kelapa 3. Diameter Media Ketebalan (0,2 – 0,5) mm (30,0 – 50,0) mm

(28)

28 3) Buat unit kaca penutup (kondensor) sesuai kriteria dalam Error! Reference source not

ound.5.2.

Tabel 5. 2 Kriteria Perencanaan Kaca Penutup (Kondensor) DSAK

No. Unit Kriteria Bahan

1. 2. Kolektor radiasi Media kondensasi Emisivitas : 94% Temperatur : 30-72C Emisivitas : 94% Temperatur : 72oC (dibawah temperatur media pengumpul kalor) Digunakan kaca bening/polos tebal (3-5) mm Digunakan kaca bening/polos tebal (3-5) mm

Kaca penutup diletakkan pada bagian atas kotak kayu dengan kemiringan (15-30)°, panjang 1,5 meter dan lebar 1,0 meter, serta dipasang karet AC dan penjepit kaca. Pada bagian bawah kaca sebelah dalam, tepatnya di atas saluran kondensat, dilekatkan pipa PVC supaya kondensat yang turun mengikuti kemiringan kaca dapat jatuh tepat ke saluran kondensat.

(29)

29 4) Buat saluran kondensat (kanal) sesuai kriteria dalam Error! Reference source

ot found. 5.3.

Tabel 5.3 Kriteria Perencanaan Saluran Kondensat DSAK

No. Unit Kriteria Bahan

1. Saluran Induk Kondensat Material:  tahan korosi  ringan  tahan panas  mudah dibentuk Digunakan aluminium plat tebal 3 mm. 2. Saluran Lateral Kondensat Material:  tahan korosi  ringan  tahan panas  mudah dibentuk Digunakan aluminium plat tebal 3 mm. 3. Kemiringan Saluran Angka kemiringan saluran (S) = 2% Untuk saluran:  induk  lateral kondensat 4. Volume Saluran Dapat menampung

produksi kondensat 300–600 mL/m2/jam. Untuk saluran:  induk  lateral kondensat

Saluran ini ditempelkan pada kotak kayu bagian bawah dengan kemiringan 2%, supaya kondensat yang jatuh dari kaca kondensor dengan cepat akan mengalir ke penampung kondensat. Saluran kondensat berbentuk U, dari bahan aluminium plat, dengan panjang saluran 1,4 meter, lebar 50 mm, dan tinggi 75 mm.

(30)

30 5) Buat kotak kayu (destilator) sesuai dengan kriteria dalam.

Tabel 5.4 Kriteria Perencanaan Kotak Destilator DSAK

No. Unit Kriteria Bahan

1. Kotak kayu Material:  cukup kuat

 tidak berubah bentuk bila kena panas  tidak mudah lapuk

Digunakan papan kayu dengan ketebalan (20-30) mm atau multiplek dengan ketebalan 18 mm 2. Saluran kondensat dan media Material:  tahan korosi  ringan  tahan panas  mudah dibentuk Digunakan aluminium koran dengan ketebalan 3 mm

Kotak kayu berbentuk segi empat panjang, dengan panjang 1,5 meter, lebar 1,0 meter, dan tinggi 0,6 meter. Kotak destilator bagian dalam dilapisi aluminium koran.

6) Buat sistem isolasi sesuai kriteria perencanaan dalam

Tabel 5.5 Kriteria Perencanaan Sistem Isolasi DSAK

No. Unit Kriteria Keterangan

1. Sistem isolasi Material:  cukup kuat

 dapat menahan panas  tidak menyerap uap

air

 harga relatif murah  emisivitas rendah (1– 5)% Digunakan bahan Styrofoam, panjang 1,5 m, lebar 1,0 m, tebal 20 mm

(31)

31 7) Buat bak penampung air baku

Bak penampung air baku terbuat dari bahan pipa PVC, dengan diameter 100-150 mm, dan volume penampungan 6,25 liter.

8) Buat bak penampung air olahan

9) Bak penampung air minum hasil olahan modul DSAK dapat berupa jerigen atau ember kapasitas 10 Liter.

8. PMA

a. Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan harus dilakukan sebagai berikut:

1) Siapkan peralatan dan bahan sesuai yang disebutkan di atas.

2) Bersihkan dengan hati-hati lokasi sumber air yang akan dibangun dari daun-daun, kayu dan lain–lain agar aliran air tidak tertutup atau tersumbat. 3) Lakukan pematokan untuk menetapkan posisi bangunan sesuai petunjuk

dalam gambar perencanaan.

b. Pekerjaan konstruksi bangunan penangkap air

1) Penggalian tanah

a) Pasang patok (dari bambu atau kayu) sesuai ukuran bangunan PMA yang akan dibangun.

b) Gali tanah untuk meratakan dasar lokasi bangunan PMA pondasi

2) Pemasangan pondasi

Pemasangan pondasi dilakukan sebagai berikut :

a) Buat patok dari bambu atau kayu sesuai ukuran badan pondasi dan dipasang pada jarak 30 cm dari ujung.

b) Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga mempunyai ketinggian yang sama.

c) Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm pada lereng tebing dan 30 cm pada sisi lain dari bak PMA.

(32)

32 e) Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1 semen : 4 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan.

f) Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug.

3) Pemasangan Dinding

a) Lakukan pemasangan batu kali dengan adukan 1 semen : 4 pasir. b) Pasang pipa peluap sekitar 20- 30 cm dari permukaan dinding atas

dan pipa keluar yang menembus dinding pada bagian dasar lantai setinggi 20-30 cm.

4) Pemasangan Tutup dan Lubang Pemeriksa

Pemasangan tutup dan lubang pemeriksa dilakukan sebagai berikut: a) Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bangunan PMA. b) Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di atas bekisting. c) Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang telah dirakit, sesuai

ukuran tutup bangunan PMA yang akan dicor di atas cetakan. d) Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan sebelum

dicor.

e) Ganjal batu setebal 2 - 3 cm diseluruh bidang di bawah pembesian. f) Buat sekat ukuran 60 cm X 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup

bak kontrol.

g) Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sambil dirojok agar seluruh bidang terisi dan pembesian tertutup rata.

h) Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa (man hole).

i) Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari besi ¾ inchi.

j) Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm, biarkan hasil pengecoran 3 sampai 4 hari (sampai kering).

(33)

33

5) Pemasangan Turap

a) Buat turap dari batu kali dibagian dinding sepanjang bangunan PMA dengan perbandingan adukan 1 cemen : 2 pasir

b) Buat badan saluran yang terbuat dari batu kali dengan perbandingan adukan 1 semen : 4 pasir

c) Plester badan saluran dengan perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir

6) Penyambungan Pipa

a) Sambungkan pipa peluap dengan pipa keluar

b) Sambungkan pipa keluar sampai ke bak penampung

c. Pekerjaan konstruksi bak penampung

Pekerjaan konstruksi bak penampung dikerjakan sebagai berikut:

a) Gali tanah untuk pondasi 60 cm pada lereng dan pada dinding 30 cm. b) Lapisi dengan pasir padat dan batu kosong di bawah pondasi.

c) Pasang pondasi dan urug pinggir pondasi dengan tanah urug. d) Pasang lantai beton bak penampung.

e) Pasang tiang beton pada setiap sudut bak setinggi bak.

f) Pasang dinding bak dengan konstruksi batu bata dan pasang pipa masuk diameter 3 inchi dan pipa keluar (untuk pengaliran ke daerah pelayanan) diameter 3 inchi, serta pipa untuk kran diameter ¾ inci. g) Plester dinding luar bak penampung setebal 1 sampai 1,5 cm dengan

perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir.

h) Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bak. Pasang cetakan terbuat dari bahan triplek) di atas bekisting. Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang telah dirakit, sesuai ukuran tutup bak penampung. Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan dan buat sekat ukuran 60 cm x 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup bak kontrol.

i) Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sambil dirojok agar seluruh bidang tutup bak penampung terisi dan pembesian tertutup rata.

(34)

34 j) Pasang plat tutup bak dengan konstruksi beton tulang dan pasang pipa

udara serta tutup lubang kontrol.

k) Plester bagian permukaan setelah pengecoran kering. l) Pasang peralatan dibagian samping tempat kran air. m) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi batu bata.

d. Pekerjaan Konstruksi Hidran Umum

1) Pekerjaan Pondasi dan Tangki Air

a) Buat lingkaran pada tanah di lokasi Hidran Umum dengan diameter (lingkaran) luar 2,20 meter.

b) Gali tanah untuk pondasi berbentuk lingkaran dengan lebar diameter luar 2,2 m dan diameter dalam 0,6 m dengan kedalaman 60 cm.

c) Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm. d) Pasang batu kosong sepanjang lingkaran

e) Pasang pondasi dari batu kali dengan adukan 1 semen : 4 pasir di atas pasangan batu kosong. Urug pinggir pondasi dengan tanah urug dan padatakan.

f) Lanjutkan pemasangan pondasi hingga mencapai ketinggian 50 cm dari muka tanah.

g) Urug celah antar pondasi dengan tanah urug dan padatkan hingga ketinggian 50 cm dari muka tanah sejajar dengan tinggi pondasi yang mengelilinginya.

h) Buat campuran beton tumbuk dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.

i) Buat lantai kerja dengan cara menuangkan campuran beton tumbuk setebal 5 cm di atas pondasi dan lahan yang dibatasi oleh pondasi. Ratakan lantai kerja dengan roskam (alat perata dari kayu). j) Biarkan lantai beton sampai kering.

(35)

35 k) Pasang tangki fiber di atas pondasi tersebut dan pasang pipa masuk (besi/GI) dengan diameter 1 inchi dan pipa keluar untuk kran diameter ¾ inci sebanyak 4 unit.

2) Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air

a) Kupas (gali) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang 1,20 m dari sisi (pinggir) pondasi dengan kedalaman 20 cm.

b) Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm.

c) Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir. d) Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan ratakan dengan

roskam (alat perata dari kayu).

e) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi pasangan batu dengan jarak 1,5 m dari hidran umum.

Gambar

Tabel 1. 1 Kedalaman Bak SPL
Gambar 2.4 Skema IPAS Tipe 3 dengan Lahan Terbatas
Gambar 2.5 Pengolahan Air Gambut Sederhana
Gambar 2.6 Denah DSAK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Heritabilitas berkisar 0,0 – 1,0, nilai duga heritabilitas sebesar 1,0 menunjukkan bahwa semua variasi penampilan tanaman yang disebabkan oleh faktor genetik sedangkan nilai

Sesuai dengan hasil evaluasi kelompok kerja, maka perusahaan Saudara merupakan salah satu penyedia Barang/jasa yang memasukkan penawaran pada paket tersebut diatas, bersama ini

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Demikian untuk diketahui secara luas dan para peserta yang keberatan atas pengumuman pemenang ini diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan, masa sanggah yang

Pembahasan meliputi diferensial, fungsi implisit dan ordo tinggi, nilai ekstrim, elastisitas permintaan dan penawaran, pajak monopoli dan pajak maksimum,

Menurut Herdman &amp; Kamitsuru (2014) dijelaskan bahwa distress spiritual merupakan suatu keadaan penderitaan yang terkait dengan gangguan kemampuan untuk mengalami

Dalam standar akreditasi agar puskesmas melakukan monitoring indikator mutu klinis, manajerial, melakukan penyusunan standar pelayanan operasional, melakukan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar.