• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada tiga bagian yang perlu kita perhatikan sehubungan dengan yang mendapat serangan dari iblis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ada tiga bagian yang perlu kita perhatikan sehubungan dengan yang mendapat serangan dari iblis."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

(Ayub 42:1-6)

Saudara, apa yang kita harapkan dari orang lain tatkala kita menghadapi suatu penderitaan atau permasalahan? Apa yang kita harapkan dari orang lain tatkala kita merasa tertekan jiwa. Masuk akal kalau kita mengatakan setiap orang pada saat itu sangat ingin supaya diperhatikan. Rasa simpati dari orang lain. Ingin supaya dinomersatukan.

Tetapi apa yang sesungguhnya terjadi? Idealnya ingin diperhatikan; tetapi justru tidak mendapat perhatian. Idealnya ingin dinomersatukan tetapi kenyataannya tidak dihiraukan. Kita kecewa, kita stress, kita frustrasi, kita menderita.

Penderitaan yang dialami  manusia itu sifatnya misteri. Kita tidak tahu, kita tidak mengerti. Kita juga tidak mengerti mengapa keluarga kita yang dulunya begitu harmonis sekarang ada masalah, suami yang dulunya begitu mengasihi sang istri dan anak-anak tetapi sekarang kasihnya menjadi berkurang? Mengapa anak anak kita, yang dulu sebelum menikah begitu mengasihi papa dan mama tetapi sekarang sudah menikah, kasihnya menjadi luntur? Kita bertanya lagi, mengapa Tuhan berikan saya sakit penyakit? Mengapa keuangan kita begitu terseret? Mengapa perusahaanku tiba-tiba mengalami masalah. Kita mengatakan; "Aku cinta Tuhan! Aku melayani

Tuhan!." Tetapi mengapa hasilnya penderitaan, kesusahan. Ini pertanyaan kita yang bertubi-tubi. Kita sulit bahkan tidak memahami apa yang Tuhan inginkan terhadap diri kita.

Ayat Alkitab yang baru kita baca ini yakni Ayub 42:1-6 merupakan ayat puncak pertobatan Ayub. Peristiwanya memang tidak sesingkat catatan yang kita baca, tetapi lebih dari itu. Kita akan coba menelusuri kehidupan Ayub dan bagaimana caranya ia mencoba untuk memahami Tuhan yang ternyata memang sulit dipahami itu.

Ada tiga bagian yang perlu kita perhatikan sehubungan dengan kehidupan Ayub yang mendapat serangan dari iblis.

1. Serangan dari sudut tubuh jasmani Ayub

Rencana Allah sangat jelas di sini,  Ia ingin Ayub menjadi teladan bagi

orang-orang di sekitarnya. Bayangkan, Alkitab menulis bahwa Ayub orang yang saleh dan jujur. Kehidupan Ayub ini bukan hanya berupa teori atau filsafat; tetapi langsung dalam praktiknya. Kesalehan dan kejujuran Ayub bukan perumpamaan atau cerita dongeng, bukan angan-angan atau khayalan; tetapi kenyataan. Namun apa yang terjadi?  

Malapetaka datang menimpa dia. Alkitab mencatat  sejak dalam pasal satu, pada waktu itu anak-anak Ayub sedang mengadakan pesta-pesta. Datanglah orang Syeba menyerang dan merampas habis harta-bendanya. Lalu kebakaran terjadi menimpa  domba-dombanya. Tidak cukup itu, datang orang-orang Kasdim merampas unta-untanya. Kemudian angin badai datang menyerang, dan akhirnya rumahnyapun roboh.  Anak-anak Ayub yang jumlahnya sepuluh orang itu mati tertimpa reruntuhan

(2)

rumah. Lalu ia sendiri harus menderita sakit penyakit. Alkitab mencatat serangan

penyakit Ayub seperti barah yang busuk menimpa (secara harafiah penyakitnya berupa korengan yang membakar), dari ujung rambut sampai telapak kakinya.

Banyak penafsir berpendapat bahwa Ayub menderita lepra yang amat ganas; atau mungkin sakit gajah, sebuah penyakit dengan tanda-tanda yang lebih mengerikan daripada bisul bernanah. Penyakit yang demikian biasanya menyebabkan wajah dan kaki membengkak dan tangan serta hidung tumbuh membesar. Kulit menjadi merah kasar dan berlipat-lipat seperti kulit gajah. Wajah Ayub menjadi kurus kering dan rusak karena infeksi dan rasa sakit membakar. 

Mari kita coba bayangkan Ayub sedang menggaruk-garuk tubuhnya dengan pecahan-pecahan beling karena rasa gatal yang terus-menerus. Suaranya terpengaruh oleh penyakit ini; ucapan-ucapannya terdengar sengau. Betapa hancurnya tubuh Ayub! Ia menjadi orang yang sungguh malang. Alkitab melukiskan ia sedang duduk di atas abu sebagai orang miskin yang kehilangan seluruh harta miliknya dan anak-anaknya serta menderita penyakit. "Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya"(2:8).

Saudara, apabila iblis diizinkan Allah memasuki kehidupan kita, itu berarti kita berada dalam keadaan bahaya! Kita perlu bersyukur kepada Allah karena Ia senantiasa menatang anak-anak-Nya dengan telapak tangan-Nya dan tidak membiarkan selembar rambut kita pun jatuh tanpa seijin-Nya. Dia serupa dengan induk Rajawali. 

Mengapa Alkitab memakai Rajawali, tidak burung perkutut atau lebih rohani lagi burung gereja? Alkitab memakai burung Rajawali karena memang burung jenis ini gagah perkasa. Ia senantiasa melindungi anak-anaknya melalui sayapnya yang besar. Terbangnya yang tinggi juga merupakan keperkasaannya yang tersendiri.

Rasul Paulus mengatakan: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (lihat 1 Kor 10:13). 

Kita tidak akan pernah dicobai melampaui kekuatan kita, karena Dia sudah lebih dahulu mempersiapkan kita! Kita tidak akan menghadapi penderitaan kemelaratan dan tekanan, yang untuknya Allah belum mempersiapkan kita untuk bertahan.

2. Serangan dari sudut Emosional Ayub

Isteri Ayub, di saat-saat tragedi seperti ini menyampaikan dua kalimat

penghiburan yang sangat menghancurkan. "Kutukilah Allahmu dan matilah!" Pada saat yang sama ia mendesak suaminya agar menyumpahi Allah dan bunuh diri. Isteri Ayub merupakan orang pertama yang menganjurkan pembunuhan demi mengurangi

penderitaan (Euthanasia). Kemudian terhadap penderitaan Ayub, isterinya menambahkan pertanyaan yang tajam dalam Ayub 2:9: "Masih bertekunkah engkau

(3)

dalam kesalehanmu?"

Ketika Ayub tampak hampir mati, isterinya bersenang-senang. Ia bukannya membangunkan semangat suaminya kembali, melainkan mengejeknya dengan sindiran. Kesehatannya telah lenyap dan sekarang, dukungan emosionil yang sangat

diperlukannya tidak diperoleh. Ayub benar-benar sendirian. Ya, ia merasa kesepian di tengah-tengah keramaian.

Maafkan saya para isteri, mengertikah anda bahwa betapa pentingnya

dukungan moral anda terhadap para suami? Setiap suami yang berhasil, membutuhkan penolong khusus yang memberikan dukungan dan dorongan. Sering kali ujian utama dari cinta dan kesetiaan yang sejati seperti yang diucapkan di gereja tatkala

pemberkatan nikah perlu dibuktikan tatkala di saat-saat yang paling sulit seperti yang dialami oleh Ayub. Sebaliknya apakah para suami juga setia, tatkala istri anda jatuh sakit, menderita, tidak lagi cantik, dan seakan-akan tidak berguna lagi. Kesetiaan diuji, apakah suami setia atau tidak.  Tidak jarang kita menemukan kasus bahwa di saat-saat seperti ini, mulai ada WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain).  Maksud saya bukan Pilnya obat, tetapi racun dimadu yang mempercepat

kematian, karena tekanan batin.

Setelah Ayub kehilangan kesehatan dan dukungan emosional, ia menjadi sangat mudah diserang oleh iblis. Tiga orang sahabatnya - Elifas, Bildad dan Zofar adalah alat penting yang ada di tangan iblis. Tiga orang ini berasal dari bagian yang berlainan dari negeri itu dan memainkan peranan penting dalam menyerang Ayub. Di antara sahabat-sahabatnya, Ayub terkenal sebagai orang terkaya di dunia Timur. Tatkala mereka mendengar tentang musibahnya mereka tidak percaya akan hal itu. Karena itu mereka datang untuk melihat dengan mata kepala sendiri apa yang terjadi terhadap sahabatnya. Tetapi perubahan Ayub sudah demikian parahnya sehingga mereka tidak mengenalnya lagi! Ketika melihat kondisi Ayub, mereka menangis sambil mencabik pakaian mereka sebagai tanda ikut berdukacita.  Kemudian mereka duduk di tanah bersama-sama dengan Ayub selama tujuh hari tujuh malam sambil membisu karena penderitaannya yang amat dahsyat itu.

Saudara, apa yang harus kita lakukan untuk menolong seseorang yang dalam saat-saat sangat kritis? Bagaimana seharusnya sikap kita ketika sesuatu krisis terjadi dalam kehidupan seorang sahabat atau ketika kita tiba di sebuah rumah yang dilanda  tragedi atau musibah? Ketika kita tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dikerjakan, kadang-kadang yang terbaik untuk dikatakan adalah ... tidak ada yakni diam! Ya, tidak perlu ngomong apa-apa. Kata penghiburan kita tidak ada gunanya. Duduklah dan menangislah bersama sahabat itu sambil mengatakan, "Saya ikut berduka".

Tatkala Anita pulang dari sekolah, ibunya melihat bahwa ada yang tidak beres, "Apa yang terjadi nak?" tanyanya.

"Oh, tidak ada apa-apa, "Anita berhenti sejenak.

(4)

Kemudian dengan nada termenung ia melanjutkan, "Susie masuk lagi hari ini.  Ayahnya meninggal dua hari yang lalu dalam satu kecelakaan!"

"Apa yang kau katakan padanya?"

"Saya tidak tahu apa yang harus dikatakan ... jadi saya hanya duduk di sampingnya lalu kami sama-sama menangis."

Contoh lain, Steven Covey penulis buku Tujuh Kebiasaan Yang Paling Efektif naik sebuah kereta api, ia duduk dengan tenang membaca koran. Namun

ketenangannya menjadi sangat terganggu karena ada dua orang anak yang selalu lari sana lari sini, sebentar-sebentar menarik-narik korannya, lalu menarik-narik pakaiannya. Bapak Covey sangat merasa terganggu sekali, sementara ayah anak-anak tersebut diam saja tidak menegor anak-anaknya. Lalu Covey datang kepada orang tua anak ini. 

Apakah kedua orang anak ini adalah anak bapak?  

"Benar" jawab bapak itu singkat. 

Lalu mengapa bapak tidak menegor anak anda, saya merasa sangat terganggu dalam perjalanan kali ini.  

Kemudian bapak kedua orang anak itu menjawab lagi " Saya tahu itu, tetapi saya tidak sanggup berbuat apa-apa, dua jam yang lalu kami menerima telegram, bahwa isteri saya yakni mama kedua anakku itu mengalami kecelakaaan sehingga meninggal dunia seketika juga, kami dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk melihat mayatnya".  

Mendengar kalimat ini, kemarahan Covey langsung redah. Lalu ia mengambil kembali korannya, kemudian ia membaca lagi; walaupun diganggu oleh kedua anak tersebut, Covey tidak merasa terganggu lagi. Peristiwa yang dialami keluarga ini sanggup merubah kemarahan Covey menjadi Belas Kasihan.

Tatkala para sahabat baik Ayub datang menghiburnya, mereka mengubah ucapan-ucapannya. Mula-mula mereka takut melihat Ayub dalam keadaan seperti itu. Mereka segera merasakan duka Ayub dengan ikut menangis dan menderita. Ayub adalah saudara mereka.  Ayub adalah sahabat mereka. Ayub adalah rekan mereka. Akhirnya terlintas dalam benak mereka: "Semua telah menimpanya - Ayub telah

kehilangan segala miliknya dengan begitu tiba-tiba, dan kini hampir mati- pastilah karena Ayub seorang yang berdosa."

Apabila kita menangkap apa yang terkandung dalam kalimat-kalimat itu, kita lihat bahwa komentar- komentar para sahabat itu seakan-akan berkembang dari kesedihan yang tulus menjadi keraguan yang sangat. Sahabat-sahabatnya menjadi keras hati. Sikapnya dingin. Lalu mulai menghakimi. Kemudian berdasarkan diagnosa

(5)

kesalehan, mereka memutuskan bahwa, "Betapa mengerikan, menjijikkan dan tidak bermoralnya engkau wahai Ayub.  Kami tidak pernah melihat seorangpun yang dalam kondisi segawat ini. Apa yang engkau lakukan Ayub sehingga semua ini

menimpamu?" Dengan tafsiran seperti ini akhirnya mereka memutuskan untuk berpaling padanya.  Sekarang mereka mulai menyerang Ayub.

Inilah sifat manusia. Menitik beratkan pengharapan sepenuhnya kepada

manusia, maka suatu hari pasti kita akan merasa kecewa. Karena manusia, ya manusia (ren ciu se ren).  Ia hanya merupakan penghibur yang sifatnya sementara. Kasarnya, ia merupakan penghibur karena ada maunya. Menitik beratkan hidup kepada Tuhan

adalah suatu pengharapan, karena Tuhan sesuai dengan sifat-Nya tidak pernah dan takkan pernah mengecewakan kita. Ini yang diperbuat Ayub.

3. Serangan dari sudut kerohanian Ayub

Sahabat-sahabat karib Ayub selangkah demi selangkah mulai menyerang sisi

kerohanian Ayub. Ia menyerang keyakinannya, kepercayaannya, keimanannya. Teologi Ayub dikacaukan sahabat-sahabatnya, tidak hanya itu; hubungannya denganTuhan pun mulai diusik.

Saudara, jangan sebutkan dia Ayub kalau ia tidak tahan akan semua serangan ini. Ayub yang kita kenal dengan segala penderitaannya, Ayub yang kita kenal dengan prinsipnya "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan, adalah Ayub yang dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya tetap pada

pendiriannya. Ayub yang tidak hanya minta berkat, tetapi Ayub yang sekaligus minta tantangan dari Tuhan.

Saudara, Ayub tidak pernah kehilangan kepercayaannya kepada Allah. 

Perhatikan bahwa hal-hal yang dipergunakan oleh iblis untuk menyerang Ayub. Seluruh teologia dari masa kehidupan Ayub. Situasinya disoroti dengan argumen teologia yang dapat dibayangkan, yakni mereka melihat kenyataan yang dialami oleh Ayub. Namun sementara Ayub menanggung sakit dan penolakan, malam demi malam dan hari demi hari, ia tetap dengan gigih berpendapat bahwa "Aku masih percaya Allahku"

Memang secara manusia, tatkala Ayub dipersalahkan oleh

sahabat-sahabatnya; ia tidak luput terjerumus untuk membela diri. Ayub juga pernah mengeluh pada Allah (lihat pasal 16). Sebab berentetan Ayub mengalami penderitaan.  Tidak heran bila berkali-kali Ayub bertanya "Mengapa?" "Mengapa?' Saudara, Mengapa? adalah pertanyaan yang tidak asing lagi bagi kita semua. Mengapa semua ini terjadi? Pertanyaan ini akan berbunyi lebih keras apabila penderitaan itu terjadi pada diri kita. Dalam kehidupan manusia ada begitu banyak mengapa?. Dan Ayub

melontarkan dengan suara yang paling keras tentunya "Mengapa orang baik itu harus menderita?

Kita semua tentu tidak merasa heran bila orang jahat itu menderita. Kita merasa tidak adil tatkala orang jahat itu tenang-tenang saja, seakan-akan tidak diapa-apakan Tuhan. Ketika beberapa minggu yang lalu kita mendengar dan membaca berita di surat

(6)

kabar bahwa ada dua orang anak kecil (1,5 tahun, dan 4 tahun)serta seorang ibu dibunuh, orang-orang merasa tidak puas; kalau si pembunuh itu tidak dibunuh; paling sedikit hukuman mati. Itu untuk si pembunuh. Tetapi Ayub, orang baik; Mengapa harus menderita?. Namun kalau kita baca Ayub 42 , ini merupakan puncak pertobatan Ayub. Orang-orang Puritan kuno berdoa, "Ya Allah, berikan aku air mata pertobatan." Ayub jatuh tidak berdaya dihadapan Tuhan.  Perhatikanlah kata-kata yang diucapkan oleh Ayub "Aku menyesal."  Kata menyesal dalam bahasa Ibrani berarti "Sesuatu yang mencair hilang.".  Ada pelajaran penting tentunya di sini. 

Pada masa kini bagaimana kita semua memandang dosa? Kita menghadapinya secara manusiawi. Kita memperkirakan masalah-masalah kepahitan hidup,

kesengsaraan, semuanya bisa kita selesaikan dengan cara sendiri.  Kita kemudian dengan tekad bulat untuk memperbaikinya.  Rencana kita memperbaikinya termasuk; menghadiri persekutuan-persekutuan yang ada di gereja dengan lebih rajin;

bahkan kadang-kadang menyelonong ke gereja lain. Lalu baca buku Alkitab, buku-buku rohani dan Renungan Harian setiap pagi tanpa absen. Kita juga tidak lupa singgah di toko Buku Rohani; dan membeli buku sebanyak-banyaknya untuk dibaca. Kita mau perbaiki.  Kita mau berusaha. Kita seakan mau memecahkan sebuah balok es besar dengan palu.  

Allah tidak ingin kita hanya sekadar berusaha lebih baik; tetapi Ia ingin kita menjadi lebih baik. Berusaha lebih baik itu berarti tidak pernah baik, menjadi lebih baik itu berarti sudah baik.

Ayub seorang tokoh legendaris iman yang menjadi teladan bagi kita semua. Ia diserang secara fisik; ia menang. Diserang secara emosional; ia juga menang; diserang secara rohani; ia juga menang.  Artinya ia hidup dengan kebenaran iman yang tanpa goyah; mengapa bisa begitu? 

Karena dasarnya kuat.  Ada akarnya; yakni firman Tuhan.  Rasul Paulus

mengatakan dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku (Filipi  4:13).  Ayub mulai

memahami apa yang Tuhan inginkan.  Bagi Ayub rancangan Tuhan pasti akan lebih indah dibandingkan dengan rancangannya sendiri.

Campbell, California December 01, 2003

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tugas Akhir “Pembuatan Handsoap dengan Penambahan Ekstrak Kenikir ( Cosmos caudatus , Kunth ) sebagai Anti Bakteri” Program Studi Diploma III.. Teknik

Koreksi IGRF dapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetic total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada

Penelitian yang dilakukan oleh Riska (2013) berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei)”

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAITc. TOTAL LABA (RUGI)

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Bahwa mengingat Pasal 58 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa Putusan Mahkamah tidak berlaku surut, maka untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap

NO Nomor Registrasi Instruktur Nama Lengkap Fakultas Jurusan Mapel Sertifikasi Guru.. 1

Didik Kurniawan (2013) Dalam penelitian dengan judul Sistem Informasi Pengelolaan Order Barang Kerajinan Rotan Berbasis Desktop pada Marto Putro Rotan, alat yang