• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis. Pengertian yang lain dari keputihan adalah: cairan dari vagina selain darah haid. basah (Pudiastuti, 2010, p.15).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis. Pengertian yang lain dari keputihan adalah: cairan dari vagina selain darah haid. basah (Pudiastuti, 2010, p.15)."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

8 A.TINJAUAN TEORI

1. Keputihan

a. Definisi keputihan

Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat patologis. Pengertian yang lain dari keputihan adalah:

1) Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa secret, transudasi atau eksudat dari organ lesi di saluran genital. 2) Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekresi dan

trasudasi yang berlebih dan tidak termasuk eksudat (Mansjoer, et al. 2001, p.376).

Menurut Kasdu (2005, p.37) keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid.

Keputihan (flour albus) adalah gejala keluarnya getah atau cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam basah (Pudiastuti, 2010, p.15).

b. Gejala keputihan

Gejala Keputihan menurut Wijayanti (2009, p.53) adalah :

1) Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini berupa encer atau kental dan

(2)

kadang-kadang berbusa. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.

2) Pada penderita tertentu terdapat rasa gatal.

Biasanya keputihan yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang lemah atau daya tahan tubuhnya rendah. Sebagian besar cairan berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar. Remaja putri biasanya mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas dan biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya. c. Penyebab keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, p.28) penyebab keputihan yaitu: 1) Perilaku tidak higienis: air cebok tidak bersih, celana dalam tidak

menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik. 2) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah.

3) Diabetes, menurut Clayton (1984, p.79) wanita penderita diabetes sangat rentan terhadap keputihan karena kadar gula dalam darah mereka tinggi atau tidak terkendali. Bila kadar glukose menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin. Ginjal harus menyediakan lebih banyak urin untuk membawa glukose ini. Tubuh perlu menggantikan jumlah urin yang berlebihan yang dihasilkan oleh penderita diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk buang air kecil yang meningkat merupakan gejala dini terjadinya keputihan.

(3)

4) Hamil.

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat longgar dan hipertropi otot polos. Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel-sel yang tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna keputihan yang disebut leukore (Saryono dan Pantikawati, 2010, p.54).

5) Mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.

6) Alergi pada benda-benda yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, serta benang dari selimut, celana dan lainnya.

7) Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama pada vagina.

8) Infeksi: dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit.

Menurut Kasdu (2008, p.38) infeksi pada saluran reproduksi wanita di kelompokkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

a) Non-penyakit hubungan seksual (non-PHS)

Bagian luar alat kelamin merupakan tempat yang rawan. Jika di banding dengan bagian tubuh lainnya. Perawatan bagian ini sering terabaikan. Selain lembab, di daerah ini bermuara dua saluran pembuangan, yaitu dubur/anus dan lubang kencing yang berfungsi membuang sisa-sisa pencernaan makanan dalam bentuk

(4)

tinja dan air kencing. Jika tidak di bersihkan secara sempurna, pada dubur/anus selalu di temukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, seperti cacing kremi dan telurnya yang bisa menjalar ke sekitar organ kelamin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi gejala keputihan. Infeksi ini di golongkan sebagai non- PHS. Ada beberapa infeksi PHS yang sering di alami wanita, yaitu :

(1)Vaginitis

Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala, cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, serta nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing. (2) Candidiasis

Penyebabnya berasal dari candida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di sertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di kulit maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan.

(5)

(3) Trichomoniasis

Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis. Penularan melalui hubugan seksual. Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan, bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan gatal (Pudiastuti, 2010, pp. 17-18).

b) Penyakit hubungan seksual

Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama terkadang mengalami perlecetan setiap kali melakukan senggama. Vagina juga menampung air mani yang di keluarkan oleh pasangannya. Adanya perlecetan dan kontak mukosa (selaput lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (port d’entre) mikroorganisme penyebab penyakit PHS.

c) Infeksi iatrogenik

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau mikroorganisme) lain masuk melalui medis, seperti haid, abortus yang di sengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas.

9) Penggunaan antibiotik yang berlebihan, ini menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein lactobacillus di daerah vagina bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak bisa hidup. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh subur. Kebiasaaan

(6)

menggunakan produk pencuci kewanitaan yang umumnya bersifat alkalis juga dapat menurunkan keasaman daerah vagina. PH keasaman normal antara 3,5 - 4,5.

d. Jenis keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, p.27) keputihan terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1) Keputihan normal (keputihan fisiologis)

Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Ciri yang lain yaitu, lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal dan jumlahnya tidak berlebihan.

2) Keputihan abnormal (keputihan patologis)

Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora Doderleins. Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu, sehingga cairan yang keluar berlebihan. Keputihan yang patologis mempunyai ciri-ciri : jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta berbau (Wijayanti, 2009, p.51).

Efek yang timbul dapat berupa nyeri diperut, panggul, pinggang atau alat kelamin luar merupakan gejala kelainan ginekologik (Prawirohardjo, 2007, p.135).

(7)

e. Pengobatan keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, pp.32-35) pengobatan keputihan terdiri dari :

1) Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya. Penggunaan berlebihan akan mematikan flora normal dan mengganggu keasaman vagina. Konsultasi ke dokter sehingga akan diperoleh pengobatan paling tepat untuk mengatasi gangguan keputihan patologis dan infeksi sesuai dengan penyebabnya. Jenis obat dapat berupa sediaan oral berupa tablet atau kapsul, topical seperti krem yang dioleskan dan uvula yang langsung dimasukkan ke liang vagina.

2) Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan.

3) Jika masih belum sembuh, lakukan uji resistensi obat dan mengganti dengan obat lain. Ada kemungkinan kuman ternyata resisten terhadap obat yang di berikan.

4) Penderita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual secara rutin.

5) Jika positif terkena virus, bisa di lanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim. Sebagai penunjang di lakukan pula tes urin dan tes darah.

6) Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung proses pengobatan.

(8)

f. Cara mencegah keputihan

Banyak wanita mengeluhkan keputihan sangat tidak nyaman, gatal, berbau bahkan terkadang perih. Salah satu penyebabnya yaitu masalah kebersihan pada organ intim. Bila ingin terhindar dari keputihan, wanita harus selalu menjaga kebersihan daerah genetalia.

Cara mencegah keputihan di antaranya adalah:

1) Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan Ph di sekitar vagina.

2) Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari.

3) Selalu mengeringkan bagian vagina sebelum memakai celana dalam. 4) Menggunakan celana dalam yang kering, jika celana dalam basah

segera ganti celana dalam dengan yang kering dan bersih.

5) Menggunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti bahan katun.

6) Saat haid sering mengganti pembalut.

7) Menggunakan panty liner saat di perlukan saja.

8) Memakai celana jeans dapat membuat pori-pori rapat, lebih baik memakai rok atau celana dari bahan non jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa (Wijayanti, 2009, pp.54-56). Menurut Tarwoto, et al. (2010, pp.51-53) cara untuk mencegah

(9)

1) Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang menyerap keringat, misalnya dari bahan katun atau kaus. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. 2) Memotong bulu pubis

Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan bulu akan selalu terjaga sehingga tidak menjadi kehidupan kutu dan jasad renik serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.

3) Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan wangi. Setelah buang air kecil atau air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru).

2. Vulva Hygiene

a. Definisi vulva hygiene

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010, p.17). b. Cara vulva hygiene

Menurut Wijayanti (2009, pp.40-43), cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik ialah :

(10)

1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

2) Membasuh dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan cara membasuh dari arah depan kebelakang (dari vagina kearah anus), bukan sebaliknya. Karena jika terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah anus akan terbawa kedepan dan dapat masuk kedalam vagina.

3) Apabila membersihkan daerah kewanitaan menggunakan sabun, sebaiknya dibagian luarnya saja. Setelah memakai sabun, sebaiknya dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang tertinggal akan menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh dikeringkan dengan handuk atau tissue tetapi jangan digosok-gosok.

4) Jika ingin menggunakan bedak, cara yang terbaik ialah dengan mengusapkan dulu ketelapak tangan, setelah itu usapkan kedaerah lipatan paha yang biasanya lembab dan teriritasi. Hal ini untuk menghindari supaya bedak tidak masuk dalam vagina.

5) Apabila menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk disiram terlebih dahulu WC tersebut (di-flushing) baru kemudian digunakan.

6) Pemakaian celana dalam ketat sebaiknya dihindari, karena menyebabkan derah kewanitaan menjadi lembab dan iritasi. Sebaiknya celana dalam yang digunakan dari bahan katun.

(11)

7) Apabila dipermukaan pembalut ada gumpalan darah sebaiknya segera mengganti pembalut, karena gumpalan darah tersebut merupakan tempat perkembangan bakteri dan jamur.

8) Tidak menggunakan handuk atau waslap orang lain untuk mengeringkan vagina.

9) Mencukur rambut kemaluan untuk mencegah kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.

3. Remaja

a. Definisi remaja

Masa remaja merupakan berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan umur 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Untuk perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut piaget Hurlock (1991) dalam buku Asrori dan Ali (2010, pp.9), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau sejajar.

Menurut Soetjiningsih (2004) dalam buku Tarwoto, et al. (2010, p.1) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

(12)

masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas juga digunakan istilah adolesens (dalam bahasa inggris, adolescence). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas.

a. Remaja putri

Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.1), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan putri berarti anak perempuan. Remaja putri adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang yang dialami oleh perempuan.

Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.55) dikutip dari Stanley Hall (1991) masa remaja merupakan dianggap sebagai masa topan badai dan stres (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Menurut Yulia S. D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991) dalam buku Tarwoto, et al. (2010, p.55), istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja antara lain :

(13)

1) Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genetal) maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.

2) Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa

muda yang terjadi antara 17-30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menunju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun.

3) Menurut Santrock (1998) dalam buku Tarwoto, et al. (2010, p.55), mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja.

4) Menurut Erikson dalam buku Tarwoto, et al. (2010, p.56), masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self – Identity). b. Fase masa remaja

Menurut Widyasih dan Suryani (2008, pp.91-98) dikutip dari Kartini (1995) masa remaja di bagi menjadi 3 fase, yaitu:

(14)

1) Pra pubertas (10-12 tahun)

Banyak anak gadis yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, karena sering di hinggapi macam-macam perasaan tidak berdaya dan konflik-konflik batin. Perasaan-perasaan cemas akan hal-hal yang samar, rasa ketakutan, takhayul-takhayul, rasa ketidakpastian di sebabkan oleh kesadaran akan kebodohan dan kelemahan diri sendiri, serta kurangnya pengalaman. Sering pula di sertai konflik-konflik batin, dan bentuk krisis berupa kehilangan jasmaniah dan rokhaniah.

Di samping itu, terdapat pula gejala melemahnya ikatan-ikatan afektif dengan orang tua. Anak-anak gadis cenderung untuk membebaskan diri dari kehidupan fantasinya yang infatil. Fantasi-fantasi ini di jadikan ke bentuk riil, misalnya: keras kepala atau penolakan untuk melakukan sesuatu hal. Pengalaman ini di tambah dengan perasaan positif kuat dan kesadaran akan AKU-nya, sehingga muncul menentang dan memberontak. Periode ini di sebut dengan Trotzalter Kedua yang bercirikan: pemogokan, tidak patuh, keras kepala, suka memprotes, melancarkan banyak kritik, sombong rasa sudah “dewasa” dan sudah “besar”, acuh tak acuh, sembrono. Selain itu juga timbul dorongan kuat menuntut pengakuan dirinya yang di sertai emosi yang meluap-luap, amarah atau agresi yang kuat, sentimen-sentimen, kebingungan, duka hati, suka melanggar dan menentang peraturan baik di rumah maupun di sekolah.

(15)

Jika upaya anak pra-pubertas untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan dan kaitan identifikasi dengan ibunya itu mengalami kegagalan, hal ini bisa menghambat pertumbuhan psikis dan selanjutnya meninggalkan stempel neurotis serta infatil pada kepribadiannya pada saat dewasa. Gejala neurotis tersebut antara lain:

a) Macam-macam gangguan fungsi pencernaan (dari nausea hingga anorexia)

b) Gangguan pada saat menstruasi c) Macam-macam phobia

d) Obsesi dan kompulsi 2) Masa pubertas (14-17 tahun)

Masa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya merupakan suatu masa yang segera akan di lanjutkan oleh masa adolesensi yang di sebut pula sebagai masa puber lanjut. Masa pubertas tidak dapat di pastikan kapan mulainya dan kapan berakhir. Proses organis yang paling penting pada masa ini adalah: kematangan seksual. Pada saat pertumbuhan ini anak muda mengalami satu bentuk krisis yaitu kehilangan keseimbangan jasmani dan rokhani. Kadang-kadang harmoni dan fungsi motorik juga terganggu. Lalu terlihat gejala-gejala sebagai berikut: canggung, kaku kikuk, tegar, muka tampak kasar dan buruk.

(16)

Selanjutnya juga timbul minat dan emosi heteroseksual, yakni ada hubungan antara:

a) Diri sendiri.

b) Obyek cinta kasih dengan wanita (ibu dan teman gadis). c) Obyek cinta dengan seorang pemuda.

Gejala penting lainnya pada usia pubertas ini adalah proses identifikasi yang bervariasi bentuknya. Identifikasi ini bisa bermanfaat karena bisa memperkuat pertumbuhan AKU-nya. Akan tetapi jika terlampau cepat, kaku dan melekat bisa mengakibatkan pengingkaran terhadap kepribadian sendiri.

3) Adolesensi (17-19/21 tahun)

Pada masa adolesensi anak mulai menemukan nilai-nilai hidup baru, sehingga semakin jelas pemahaman tentang diri sendiri. Ia mulai bersikap kritis terhadap obyek-obyek di luar dirinya dan ia mampu mengambil sintese antara dunia luar dan internal. Secara obyektif dan aktif ia melibatkan diri dengan kegiatan dunia luar dengan mencoba mendidik dirinya sendiri. Pada fase perkembangan ini di bangun dasar-dasar yang definitive (esensial, menentukan) bagi pembentukan kepribadiannya.

Pada usia ini yang sangat di butuhkan oleh anak ialah: adanya pendidikan dari orang tua yang berkepribadian sederhana serta jujur, yang tidak terlampau banyak menuntut kepada anak didiknya dan membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama

(17)

perkembangan dan kodratnya sendiri. Yang penting saat ini adalah membiarkan anak gadis menghayati pengalaman-pengalaman senidiri sehingga mampu menemukan arti dan nilai-nilai tertentu untuk menentukan sikap dan tujuan hidup sendiri.

c. Tugas-tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau pada periode tertentu dalam kehidupan seorang individu. Apabila berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tetapi apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas beikutnya. Beberapa tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut :

1) Menjalin hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

2) Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita.

3) Menerima keadaan fisiknya dengan menjaga dan melindungi dirinya sendiri serta mampu menggunakan secara efektif.

4) Belajar tidak bersifat kekanakan dan tidak menggantungkan diri pada orang tua.

5) Mengembangkan keterampilan yang intelektual, seperti mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan kemasyarakatan (Asrori dan Ali, 2010, p.171).

(18)

d. Karakteristik umum perkembangan remaja

Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Ericson disebut dengan identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak masa kehidupan orang dewasa. ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan seperti orang dewasa dan ternyata belum menunjukkan sikap dewasa. oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang ditunjukkan oleh remaja yaitu sebagai berikut:

1) Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealism, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun sesungguhnya remaja belum banyak memiliki kemampuan untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginannya lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya.

Selain itu, disatu pihak mereka ingin mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya untuk mendapat pengetahuan, tetapi dipihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari sumbernya. Tarik-menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah (Asrori dan Ali, 2010, p.16).

(19)

2) Pertentangan

Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan merasa masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi ini menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja sebenarnya belum berani mengambil resiko dari tindakan untuk meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri itu belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua dalam soal keuangan (Asrori dan Ali, 2010, p.16).

3) Mengkhayal

Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya ada hambatan dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan dunia khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada prestasi dan jenjang karir sedangkan pada remaja putri

(20)

lebih mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan (Asrori dan Ali, 2010, p.17).

4) Aktivitas berkelompok

Berbagai keinginan para remaja seringkali tidak terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya larangan dari orang tua sering melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-bersama, dikutip dari Singgih DS (1989) oleh Asrori dan Ali (2010, p.17).

5) Keinginan Mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (High Curiosity). Karrena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelejah segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong oleh keinginan seperti orang dewasa sehingga menyebabkan remaja ingin melakukan seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, misalnya remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya dan remaja putri mencoba

(21)

memakai kosmetik meskipun sekolah melarang (Asrori dan Ali, 2010, p.16).

Karakteristik perkembangan yang normal terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas diri, antara lain: menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini seorang remaja akan:

a) Menilai rasa identitas pribadi.

b) Meningkatkan minat pada lawan jenis.

c) Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh. d) Memulai perumusan tujuan okupasional.

e) Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.

Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.66) yang dikutip dari Hurlock (1994) ciri-ciri remaja sebagai berikut :

1) Masa remaja sebagai masa peralihan

Peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan lagi seorang dewasa. masa ini merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu para remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.

(22)

2) Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pasti, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen). 3) Masa remaja dalah masa yang penuh masalah

Masalah remaja menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena belum jelas terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. 4) Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya pada kelompok sebaya.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke masa dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang mempunyai pandangan seperti ini akan selalu mencurigai

(23)

remaja, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak relistis

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimanaa yang ia harapkan.

7) Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan memberi kesan sebagai seorang yang hampir dewasa. ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

e. Pengetahuan remaja

Pengetahuan (knowlodge) adalah hasil tahu dari manusia yang menjawab pertanyaan saja. Sedangkan pengetahuan remaja merupakan hasil dari proses belajar remaja baik dari pengalaman maupun pendidikan formal yang dapat merubah perilaku remaja tersebut.

Semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula keinginan untuk mengetahui sesuatu. Dimana pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah remaja belajar, baik dari pengalaman maupun dari proses belajar. Selain itu pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

(24)

formal dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuannya (Asrori dan Ali, 2010, p.27).

4. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.11) pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan di pengaruhi oleh pendidikan formal, pengetahuan berhubungan dengan pendidikan dan diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka pengetahuan seseorang semakin luas. Tetapi orang yang berpengetahuan rendah bukan berarti mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Hal ini karena peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal akan tetapi dapat diperoleh dari formal. Pengetahuan seseorang mengandung aspek positif dan negatif yang akan menentukan sikap seseorang.

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (open behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

(25)

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat mengintrepretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

(26)

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk manyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud adalah yang menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada (Dewi dan Wawan, 2010, pp.12-14).

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.14) cara untuk memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut:

(27)

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan. a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima dan dikemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris atau penalarannya sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang pernah dihadapi di masa lalu.

2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut sebagai metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon

(28)

(1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yaitu penelitian ilmiah (Dewi dan Wawan, 2010, p.14).

d. Proses perilaku “tahu”

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.15). Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang bisa diamati secara langsung maupun tidak langsung dari pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1) Awareness (kesadaran), dimana seseorang mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (tertarik), dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang), dimana individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebik baik lagi

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru 5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus

Pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) namun sebaliknya

(29)

jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan dapat berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua, yaitu : 1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu untuk menentukan manusia berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Dewi dan Wawan, 2010, p.16).

Menurut Notoadmojo dan Nursalam (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.17) pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan dalam pembangunan dalam buku dan pada

(30)

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah juga untuk menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.17), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.17), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Menurut Huclock (1998) dalam buku Dewi dan Wawan (2010. p.17), dari segi kepercayaan masyarakat, orang yang lebih dewasa dipercaya dari pada orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dari pengalaman dan kematangan jiwa.

(31)

2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi 2 faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non- behavior causes). Perilaku sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi :

Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor), meliputi :

Lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat, kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3) Faktor pendorong (renforcing factor), meliputi :

Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan keompok referensi dari perilaku masyarakat.

(32)

Dari faktor-faktor di atas bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan dari orang tua atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

g. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Dewi dan Wawan (2010, p.18) yang di kutip dari Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diintepretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik : hasil prosentase 76% - 100%. 2) Cukup : hasil prosentase 56% - 75%. 3) Kurang : hasil prosentase > 56%.

(33)

B.Kerangka teori

Gambar 2. 1.Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) --- : Yang tidak diteliti

: Yang diteliti Faktor presdiposisi: b. Sikap c. Tradisi d. Kepercayaan e. Sistem Nilai f. Tingkat Pendidikan g. Tingkat Sosial h. Sosial Ekonomi a. Pengetahuan Keputihan Vulva Hygiene Faktor pendukung:

Sarana dan Prasarana

Faktor pendorong: a. Sikap Petugas

kesehatan b. Perilaku Petugas

(34)

C.Kerangka konsep

Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian

D.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamtan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

Variabel terikat (Dependent) Variabel bebas

(Independent)

Keputihan Pada Remaja Putri

Tingkat Pengetahuan Vulva Hygiene

Gambar

Gambar 2. 1.Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Hidayat (2007 ) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi kepuasan interaksi sosial lansia yaitu kesehatan, daya tarik fisik, tingkat

Laporan Penelitian: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.. “Yoga and Yantra: Their Interelation and Their

Undangundang ini memberikan hak kepada kreditor pemegang Hak Tanggungan Pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri apabila debitor cidera janji

Kesadaran beliau untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa pandang bulu yang didapatkanya dari ajaran sapta darmo membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan

dalam penelitian ini adalah antologi cerpen “Mandi Api” karya Gde Aryantha Soethama dengan judul Tembok Puri, Ibu Guru Anakku, Sekarang Dia Bangsawan, Terompong

4) Kesulitan dalam mengevaluasi pelayanan karena informasi/ laporan yang dihasilkan untuk kebutuhan evaluasi pelayanan tidak lengkap. Sistem informasi rekam medis yang

Kami tidak bertanggung jawab atas kekeliruan atau kelalaian yang terjadi akibat penggunaan laporan ini, Kinerja dimasa lalu tidak selalu dapat dijadikan acuan

Informan yang telah memberikan kesempatan waktu, wawancara dan juga berbagi pengetahuan kepada penulis, yaitu Bapak Fon Prawira selaku Executive Director Rumah Tjong