• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI KREATIF DALAM MENDUKUNG SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI KREATIF DALAM MENDUKUNG SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

77

PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI

KREATIF DALAM MENDUKUNG SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN

HULU SUNGAI UTARA

THE GOVERNMENT’S ROLE IN DEVELOPING CREATIVE ECONOMY AND

TOURISM POTENCY IN HULU SUNGAI UTARA DISTRICT

Hartiningsih

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan

Jl. Dharma Praja 1 Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru e-mail: hartiniprima@gmail.com

Diserahkan: 12/07/2019 Diperbaiki: 05/09/2019 Disetujui: 16/09/2019 Abstrak

Kabupaten Hulu Sungai Utara termasuk kabupaten yang banyak memproduksi Kriya dari anyaman, sulaman, kayu ukir dan sebagainya. Kriya merupakan salah satu dari 16 sub sektor ekonomi kreatif (ekraf). Perkembangan ekraf berupa kriya seperti rotan, purun, enceng dan sebagainya sudah berjalan puluhan tahun. Sayangnya kriya tersebut belum banyak sentuhan inovasi. Demikian pula sektor pariwisata masih minim destinasi wisata menarik, kecuali Candi Agung. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai peran pemerintah terhdap pengembangan potensi ekraf dalam mendukung sektor pariwisata dan kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan. Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasi penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekraf maupun pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara belum begitu signifikan. Pemerintah Kab. HSU sudah cukup berperan terhadap pengembangan ekonomi kreatif maupun pariwisata dengan memberikan berbagai pelatihan dan pembinaan bagi pelaku ekonomi kreatif dan juru kunci wisata religi, hingga menerbitkan SK bagi Pokdarwis. Dengan demikian, masih diperlukan perhatian lebih besar lagi dari Pemerintah Daerah terutama segi peningkatan penganggaran. Kendala umum yang ada dalam pengembangan ekraf dan pariwisata adalah keterbatasan dana. Kendala khusus dalam pengembangan ekraf adalah tidak ada bidang ekraf dalam struktur organisasi. Kendala di sektor pariwisata adalah keterbatasan dana dan belum menjadi program prioritas Pemerintah Daerah, selain itu belum ada sinergi antar instansi terkait. Rekomendasi penelitian ini adalah karea sektor ekraf dan pariwisata berpotensi sebagai penggerak ekonomi masyarakat dan ekonomi daerah, maka antar dinas berkomitmen untuk saling bersinergi untuk mengembangan ekraf dan potensi destinasi wisata yang dimiliki.

Kata kunci: Peran Pemerintah, Pengembangan, Ekraf, Pariwisata Abstract

Hulu Sungai Utara is a regency that produces a lot of handicrafts from plaited, embroidered, carved wood and so on. Crafting is one of 16 sub-sectors of the creative economy. The development of creative economy form of crafts such as rattan, purun, water hyacinth and so on has been running for decades. Unfortunately, the crafting sector has not been much in touch with innovation. Likewise, the tourism sector is still lacking attractive tourism destinations, except Candi Agung. This research was conducted to provide an overview of the role of government in the development of creative economy and tourism, and analyse the potential and obstacles faced by Hulu Sungai Utara Regency. The method use is a descriptive qualitative. The results of the study illustrate that the development of creative economy and tourism in the Hulu Sungai Utara regency is not yet significant, while in general the government is quite instrumental in the development of the creative economy and tourism by providing training, coaching, facilitating loans to banks, and various other development, developing legal aspects for Pokdarwis on the tourism sector. Although, greater attention is still needed, especially in terms of increased budgeting, in order to accelerate the development of tourist destinations that have a potential attraction. The general obstacle to both creative economy and tourism lies in the lack of funds, specific constraints, in the organizational structure there is no creative economy specific agency. Most creative economy do not yet have high sales value and market share is still largely at local scale. As for tourism, aside from limited funds, it is also being developed: the local government has not yet made tourism a priority sector. It is recommended, because the two sectors have the potential to drive the community's economy and the regional

(2)

78 economy, as well as the potential to alleviate unemployment, the agencies that manage these sectors can work

together and collaborate intensively with one another to develop their potential. Keywords : Role, Goverenment, Development, Creative Economy, Tourism

PENDAHULUAN

Ekonomi kreatif merupakan trend ekonomi baru yang dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh terakhir ini mengalami peningkatan cukup berarti, terutama sektor industri kreatif. Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia (Dewandaru dan Purnamaningsih 2016).

Beberapa unsur pendukung di dalam ekonomi kreatif adalah: kreativitas, keahlian dan talenta, dengan penggerak utama aktivitas industri. Industri kreatif meliputi 16 unsur meliputi : (1) Arsitektor (2) Desain interior (3) Desain Komunikasi visual (4) Desain Produk (5) Film animasi dan video (6) Fotograf (7) Kriya (8) Kuliner (9) Musik (10) ) Fesyen (11) arsitektur, (3) pasar barang seni, (4) kerajinan, (5) desain, (6) fesyen, (7) video film dan fotografi, (8) permainan interaktif, (9) musik, (10) seni pertunjukan, (11) Aplikasi dan games developer (12) Penerbitan (13) periklanan (14) Televisi dan radio (15) Seni pertunjukkan dan 16 penerbitan dan percetakan.

Ekonomi kreatif di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Hasil Riset BPS bekerjasama dengan Bekraf tahun 2016 menemukan ekonomi kreatif berkontribusi kepada ekonomi nasional sebesar 825 triliun atau 7.38% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13,9% (Pradana 2018). dari segi kontribusi sektor ekonomi kreatif memang masih relatif lebih rendah dibandingkan kontribusi dari sektor pertanian, industri pengelolahan, perdagangan dan restoran, ataupun sektor jasa, namun lebih tinggi jika dibandingkan sektor pertambangan dan penggalian, keuangan, serta pengangkutan. Nilai tambah yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif juga mengalami peningkatan setiap tahun, mencapai Rp. 641,8 triliun pada tahun 2013 dengan pertumbuhan sekitar 5,76 persen, dimana jumlah industri kreatif tercatat sebanyak 5,4 juta usaha, dan telah menyerap angkatan kerja sebanyak 11,8 juta orang.

Peran sektor ekonomi kreatif dinilai semakin signifikan menjadi penopang pertumbuhan perekonomian Indonesia di masa depan. Kondisi tersebut semakin terasa di tengah penurunan kinerja ekonomi nasional saat ini akibat pelemahan ekonomi yang terjadi sejak awal tahun. Penguatan sektor

ekonomi kreatif tersebut sejalan dengan Nawacita dalam program pembangunan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, yakni ekonomi kreatif diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian nasional (BPS dan Bekraf 2016).

Perkembangan ekonmi kreatif yang mengalami peningkatan ternyata masih memiliki berbagai kendala terutama berkaitan dengan karakteristik usaha. Kelemahan usaha kreatif diantaranya adalah: rendahnya penyerapan tenaga kerja di beberapa sub sektor, aktivitas perusahaan yang menurun pada tahun 2006 ( Kajian Balitbangda 2018). Subsektor industri kreatif yang juga mengalami penurunan jumlah tenaga kerja terjadi pada subsektor permainan interaktif, seni pertunjukkan, dan arsitektur. Hal ini disebabkan rendahnya ketersediaan SDM yang memiliki kompetensi dalam bidang tersebut. Selain itu, masih terdapat subsektor dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang relatif masih rendah, yaitu subsektor kerajinan, hal tersebut disebabkan nilai jual di dalam negeri untuk produk kerajinan yang rendah, waktu pengerjaan lama dan biaya produksi yang tinggi karena memprioritaskan pengerjaan padat karya. Kelemahan lain yang terdapat pada industri kreatif adalah secara umum, aktivitas perusahaan yang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena usaha kreatif yang sebagian besar adalah usaha kecil mudah untuk keluar masuk industri, dengan mengubah usaha apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan selera pasar (Kurniawati 2013).

Praktek pengembangan ekonomi kreatif dengan mengedepankan sumber daya lokal memang tidak mudah diaplikasikan dan diimplementasikan sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Salah satu penyebab utama adalah pengembangan ekonomi kreatif lebih menitikberatkan pada aspek kreativitas pelaku ekonomi, sedangkan unsur manusia selalu tidak lepas dari keragaman budaya serta pola berpikir akibat kebiasaan (human paradox). Permasalahan ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi hampir di seluruh daerah di Indonesia termasuk Kalimantan Selatan khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Dengan melihat potensi sumber daya lokal daerah yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, maka tidak berlebihan kalau kabupaten tersebut dikatakan sebagai kota industri karena selain memiliki sumber daya lokal yang potensial dengan produk Kriya cukup beragam, dan sudah tumbuh berkembang selama puluhan tahun, dantidak mustahil menjadi basis proyek

(3)

79 percontohan ekonomi kreatif bagi kabupaten lainnya.

Keberadaan demikian, pengembangan ekonomi kreatif sudah semestinya terintegrasi dengan pengembangan sektor strategis, yakni sektor pariwisata. Hal ini mengingat sektor pariwisata memiliki nilai keberlanjutan yang lebih menjanjikan. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa ke dua sektor tersebut belum terimplementasi sebagaimana yang diharapkan, demikian pula dengan pengembangan ekonomi kreatif belum banyak mengalami perubahan, produk kriya berupa anyaman misalnya sebagian besar belum banyak berinovasi dengan daya tarik yang memiliki nilai jual pada pasar nasional.

Fenomena yang demikian memerlukan perhatian, sentuhan dan peran pemerintah baik berupa regulasi, pelatihan, pembinaan yang optimal dan sebagainya, serta melakukan sinergitas dan manajemen kolaborasi pengembangan lintas sektor, karena bagaimanapun juga setiap pengembangan memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan perekonomian daerah. Sebagai contoh, pengelolaan dan pengembangan pariwisata Candi Agung harusnya terintegrasi dengan manajemen usaha pengrajin lampit, purun, kuliner dendeng dan kerupuk itik serta kue duduitan yang merupakan bagian dari produk unggulan daerah tersebut. Pengintegrasian tersebut sesuai dengan konsep pariwisata yang mengedepankan konsep something to see, something to do dan something to buy. Konsep tersebut juga memberikan peluang bagi para pelaku usaha ekonomi lokal untuk beraktualisasi serta eksplorasi usaha baru dengan gagasan inovasi yang lebih luas. Oleh karena itu penelitian ini dianggap cukup penting dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai peran yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata, potensi ekonomi kreatif dan potensi pariwisata, maupun kendala yang dihadapi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi dalam penataan regulasi dan kebijakan terkait pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data terdiri atas: 1) data primer diambil melalui observasi langsung dan wawancara mendalam dengan instansi yang berkompeten, yaitu Dinas Perdagangan & Perindustrian, dan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara; 2) data sekunder diambil melalui telusuran pustaka dan dari dokumen yang relevan. Analisis data dilakukan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Ekraf di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan ibukota Amuntai memiliki luas wilayah 892,7 km2 terdiri atas dataran rendah yang digenangi oleh rawa tergenang secara monoton maupun tergenang secara periodik. Lahan rawa seluas kurang lebih 570 km dan sebagian besar belum termanfaatkan secara optimal. Jumlah penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara mencapai 231,594 jiwa, yang tersebar di sepuluh kecamatan dan 214 desa, dengan 5 kelurahan.

Visi Kabupaten Hulu Sungai Utara 2017- 2022 adalah Hulu Sungai Utara “Mantap” (Maju, Mandiri, Sejahtera, Agamis dan Produktif). Misi 1. Menciptakan pemerintah yang bersih, berwibawa dan inovatif. 2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berdaya saing dengan ditumpangi nilai-nilai agamis dan kultur budaya daerah. 3. Menciptakan kesejahteraan masyarakat yang berbasis pengembangan ekonomi dan sumber daya lokal dengan berlandaskan potensi daerah. 4. Membangun infrastruktur daerah yang terintegrasi dengan sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi lokal. 5. Melaksanakan pembangunan secara arif dengan memperhatikan kaedah kelestarian terhadap lingkungan dan sumber daya alam.

Pengembangan ekonomi dan sumber daya lokal Kabupaten Hulu Sungai Utara tergambar dalam beberapa kegiatan ekonomi masyarakat dengan pengembangan ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal, seperti rotan, purun, enceng gondok, bambu, kajang dan lain sebagainya, yang telah dikembangkan dengan beragam bentuk atau model Kriya sebagaimana tergambar pada Tabel 1.

Masyarakat Kabupaten HSU dapat dikatakan sebagai masyarakat yang produktif dan kreatif. Namun kreativitas tersebut kurang berinonasi, dengan kata lain, hasil produk masih banyak yang seperti itu-itu saja, belum memiliki nilai atau pulesan kebaruan. Disisi lain, hasil produk tidak disertai dengan identitas (brand). Padahal setiap produk yang dihasilkan idealnya perlu diserta lebel produk agar terhindar dari penciplakan orang lain.

Segi pengembangan produk memang sudah cukup mumpuni, rotan misalnya diproduk dalam berbagai bentuk ada lampit (tikar) dari ukuran kecil 1 x 1,5 m sampai dengan 2,5 x 4 m, kursi tamu, skat ruangan, rak/lemari sepatu, rak majalah/koran, sejadah, kap lampu, keset, alas piring/gelas, pas bunga, dompet, keranjang buah, keranjang parcel, sarana keranjang lamaran. Selain juga produk anyaman berupa kandul/tas, antuk/ransel dll, dengan bahan dasar rotan merah (lupu) (Hasanah and Anwar 2015).

(4)

80 Tidak jauh berbeda dengan anyaman rotan,

produk berbahan dasar purun pun telah dijadikan ke dalam berbagai jenis, seperti tikar yang juga dibuat dari ukuran kecil 1 x 1,5 m sampai ukuran besar sampai besar 2 x 2,5 m, bakul belanja (sebagai pengganti penggunaan plastik), tas bahu, map, dompet, sejadah, alas meja, topi, dan beraneka ragam produk lainnya. Memang, agar tampilan aneka produk entah tikar, bakul, tas bahu, map, sejadah, dan berbagai produk lain itu menjadi lebih menarik, para pengrajin purun mengkreasikannya dengan paduan warna, seperti merah dengan hijau, merah dengan biru, dan sebaginya, namun tampilan seperti itu berjalan sudah puluhan tahun dan belum banyak perubahan, misal dengan balutan kain sasirangan motif Kabupaten Hulu Sungai Utara, sebagaimana bakul produk anyaman purun Kota Banjarbaru.

Tidak berbeda dengan produk rotan dan purun, potensi lokal berbahan dasar bamban serta enceng gondok juga di kembangkan ke dalam berbagai bentuk Kriya, seperti tikar, tas bahu, bakul, dompet, dan sebaginya (Gambar 2b). Selanjutnya, ada pula kerajian rakyat yang berbasis aluminium, yang dibuat menjadi lemari pakaian, rak sepatu, lemari dapur/makanan, meja dapur, dan lain sebagainya. Salah satu yang menjadi ciri khas lemari poduk Kabupaten Hulu Sungai Utara (Amuntai) adalah adanya tampilan /motif hiasan pada bagian depan, entah berupa bunga, atau gambar-gambar hiasan lainnya. Sentra kriya aluminium ini berlokasi di Desa Muara Tapus. Jenis kriya ini tumbuh dan berkembang seiring dengan ramainya penggunaan baja ringan untuk berbagai bahan bangunan. Produk kriya aluminium masih memerlukan peningkatan kualitas berupa mutu produk agar memiliki nilai jual yang tinggi.

Berikutnya produk berupa ukiran seperti lemari dinding, lemari rias, kursi, dan lain sebagianya merupakan hasil karya para pengrajin di Desa Panyiuran, atau yang lebih familiar dengan sebutan kampung Lemari. Produk ukiran berupa lemari, kursi dan lain sebagainya memiliki nilai seni ukir yang menyerupai ukiran jati Jepara ataupun Pasuruan. Beragam produk yang bernuasa ukiran bunga, daun, dan lain sebagainya telah tumbuh dan berkembang sejak puluhan tahun silam. Ragam produk ukiran yang sebagian besar berbahan dasar kayu lurus, meranti dan kayu sungkai. Lemari hias atau pun lemari pakaian yang semuanya dibuat dalam bentuk ukiran telah lama berkembang dan pangsa pasarnya pun tidak saja berskala lokal (Kalimantan Selatan), tetapi sudah pada tingkat regional yakni Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Produk ukiran sebagaimana gambar berikut sebagian besar dikerjakan secara turun- temurun.

Produksi sulaman telah dikenal sejak puluhan tahun silam di Kecamatan Alabio, produknya adalah kain kerudung panjang dengan Sulaman Asyiah. Bahan dasarnya kain paris dan tetoron. Kerudung panjang, yang telah disulam tersebut dikembangkan pula dalam bentuk bolang, yakni tutup kepala semacam topi bulat. Bolang biasanya digunakan oleh kaum perempuan yang sudah berhaji. Ketika orang menggunakan bolang, maka identik ia sudah berhaji.

Produk Alabio tersebut pangsa pasarnya bukan saja di dalam negeri melainkan sudah ke Asia seperti Malaysia dan bahkan ke benua Arab yakni Saudi Arabia (Mekah dan Madinah). Namun demikian, ekspor dan promosi bolang masih minim dan tidak pula memiliki brand, padahal produk yang dihasilkan para pengrajin tersebut tidak kalah dengan produk sulaman Tasikmalaya Jawa Barat. Produk kerudung panjang/bolang ditampilkan pada gambar 2. a.

Gambar 2. a. Kain kerudung panjang bersulam untuk dijadikan bolang

b. berbagai produk kriya berupa bakul, tas, dll dengan berbahan dasar purun, rotan, eceng gondok, dan bamboo. Sumber Disparbudpar

Gambar 1. a.Lemari dinding ukir ukuran besar (atas) 1b. Lemari ukir ukuran rendah (bawah). Sumber : Dokumen penelitian Tahun 2019

(5)

81 Tabel 1. Produk Pengembangan Ekraf Berbasis Sumber Daya/Potensi Lokal

Sumber Daya Lokal Jenis Pengembangan Produk Peminatan Instansi Pembina Rotan Lampit, kursi tas, sekat,

ruangan, keranjang buah dan parcel, tutup/ tudung saji/ makanan, kap lampu, kipas keset, alas piring, dompet, vas bunga, jikin (piring makan pengganti kaca, porselin, plastik, melamin dan lain-lain.

Jenis produk yang saat ini banyak diminati adalah jikin (piring makan pengganti kaca, porselin, plastik, dan melamin). Jikin sekarang menjadi trend karena banyak digunakan oleh rumah makan/restoran dan acara-acara hajatan perkawinan, dll.

Disperindagkop

Purun Tikar, tas, sejadah, topi, variasi sandal, pas bunga, alas meja, kotak tisu, map, dll

Tikar masih banyak diminati oleh masyarakat lokal dan luar Kalimantan seperti Yogyakarta dan Bali

Disperindagkop

Eceng gondok Tas, kursi, kotak tisu, pas bunga dll

Diminati oleh masyarakat lokal namun permintaan cenderung minim

Disperindagkop Bamban Tikar, tas, map, vas bunga.

Kotak tisu

Diminati oleh masyarakat lokal namun permintaan cendeung minim

Desperindagkop Bambu Kursi, nyiru, Tirai, lukah, Banyak diminati oleh masyarakat lokal.

Diminati pada waktu-waktu tertentu

Disperindagkop Aluminium Lemari pakain, ma kan,

piring, sepatu, meja tamu, rak jemuran, dll

Diminati warga lokal Kalimantan Selatan dan regional dengan pangsa pasar Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur

Disperindagkop

Kayu ukir Lemari, kursi tamu,, dll Diminati warga lokal Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah. Diminati pada waktu-waktu tertentu seperti mau lebaran

Disperindagkop

Kain paris (sulaman)

Kerudung panjang, bolang/topi

Diminati warga lokal Kalimantan Selatan dan regional dengan pangsa pasar Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, beberapa provinsi lainnya di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri Singapura, Malaysia, Mekkah dan Madinah

Disperindagkop

Daging itik Dendeng, kerupuk Diminati oleh warga lokal dan sering dijadikan oleh-oleh

Disperindagkop Makanan ringan Kue duduitan Diminati oleh warga lokal, kecuali mendekati

lebaran permintaan meningkat banyak dipesan oleh masyarakat luar daerah

Disperindagkop

Selain Ekonomi kreatif dengan sub sektor Kriya yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, sub sektor kuliner yakni daging itik (bebek) berupa dendeng juga berpotensi dikembangkan. Dendeng adalah daging itik/bebek yang diawetkan degan cara di jemur atau di asap. Daging itik/bebek selain dibuat dendeng juga dikembangkan menjadi kerupuk. Produk dendeng itik maupun kerupuk tersebut juga sudah lama dikenal oleh masyarakat terutama masyarakat lokal. Kuliner lainnya yang menjadi ciri khas produk Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah makanan ringan berupa kue duduitan, yakni kue yang berbahan dasar tepung beras, telur dan gula merah yang di cetak menyerupai uang logam. Produk kue duduitan tersebut merupakan produk industri rumah tangga yang juga telah lama berkembang di Desa Karias dan bertahan hingga sekarang.

Potensi Pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara

Sekalipun Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan dataran rendah dan sebagian besar digenangi rawa, namun untuk destinasi wisata bisa di olah atau di buat dengan memanfaatkan potensi yang ada. Destinasi wisata Kabupaten Hulu Sungai Utara yang sejak puluhan tahun lalu sudah dikenal oleh masyarakat luas adalah wisata sejarah/budaya yakni Candi Agung. Di samping destinasi wisata Candi Agung, Kabupaten Hulu Sungai Utara sebenarnya memiliki destinasi wisata lainnya hanya saja kurang popular, yaitu destinasi wisata religi Masjid Sungai Banar. Masjid ini banyak dikunjungi wisatawan baik lokal (masyarakat setempat) maupun wisatawan dari daerah lain. Masjid Jami Basar Pandulangan Desa Pendulangan Alabio, Masjid Assu ada di Desa

(6)

82 Waringin Haur Gading, wisata religi Syekh Sayid

Sulaiman, dan wisata kerbau rawa dan wisata kuliner. Konteks potensi jenis wisata yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara dapat di lihat Tabel 2. Salah satu destinasi wisata yang cukup potensial terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, adalah objek wisata Candi Agung. Diketahui bahwa Candi Agung yang pertama kali dibangun oleh Ampu Jatmika. Candi tersebut merupakan situs peninggalan kepurbakalaan nenek moyang zaman dahulu yang terdapat di Kota Amuntai, tepatnya di Desa Sungai Malang Kecamatan Amuntai Tengah. Tempat tersebut merupakan bekas kerajaan penganut agama Hindu yang bernama Negaradipa, sebagai cikal bakal kerajaan Banjar zaman dahulu. Secara umum masyarakat Kalimantan Selatan mengenal Candi Agung sebagai tempat keramat sehingga menjadi

kebanggaan turun-temurun.

Anggraini (2014) dalam bukunya “Mengenal Candi Agung” menjelaskan situs Candi Agung dibangun di atas areal berukuran 240 x 150 meter, di dalam arel ada suatu “Taman Kepurbakalaan Candi Agung”, yang mana dalam Pertamanan dibangun sebuah cungkup (bangunan perlindungan) untuk bekas pecandian, sebuah site museum (museum lapangan) berbentuk rumah tradisional Banjar Bubungan Tinggi yang di dalamnya dikoleksi benda-benda purbakala, dan peninggalan-peninggalan budaya lain yang berasal dari sekitar daerah tersebut. Sebagai upaya penyelematan peninggalan kepurbakalaan dan pelestarian kebudayaan maka oleh pemerintah sejak tahun 1978 telah ditetapkan sebagai Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kalimantan Selatan (P4SPKS). Proyek yang mulai dikerjakan sejak tahun 1978 itu

selesai pada tahun 1992. Candi Agun g yang dipercaya sebagai tempat keramat selalu memiliki wisatawan/pengunjung terutama pada hari-hari besar / libur nasional seperti Idul Fitri atau akhir pekan. Pengunjung tidak saja berasal dari penduduk lokal tetapi juga dari berbagai kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan dan bahkan wisatawan dari Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil penelusuran lapangan mengindikasikan berbagai motivasi wisatawan berkunjung ke Candi Agung antara lain : murni berwisata karena belum pernah ke Candi Agung. ke Candi Agung untuk berwisata berlibur bersenang-senang sambil menambah wawasan dan pengetahuan mengenai berbagai situs yang ada di Candi Agung, dan mengetahui sejarah Candi Agung. Selain itu alasan lainnya antara lain bersyariat minta kesembuhan penyakit, cepat mendapat jodoh, menduduki jabatan, penglaris jualan, dan ada pula yang bernazar atau bayar nazar, serta berbagai motif lainnya.

Selain objek wisata sejarah, objek wisata religi juga ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, seperti makam Syeh Said Sulaiman yang merupakan ulama sekaligus pejuang, dan sepeninggal beliau, Syeh Sayid Sulaiman di kenal dengan makam satu badan dua kubur, dimana satu makam terdapat di Desa Murung Karangan Kecamatan Amuntai Utara dan satu makam terdapat di Desa Pangacangan. Di samping itu, terdapat pula objek wisata religi berupa masjid tua yang juga memiliki nilai sejarah, diantaranya adalah Masjid Jami Sungai Banar terdapat di perbatasan Desa Jarang Kuantan dan Desa Ujung Murung Kecamatan Amuntai Selatan.

Tabel 2. Destinasi wisata yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara Jenis

wisata

Objek Wisata Potensi dan kondisi Fatual Pengelola Lokasi

Sejarah Candi Agung Banyak pengunjung,Terus berbenah, ditata dan dikembangkan dengan penambahan infrstruktur bangunan 8 buah keos, WC, kamar mandi dan tempat parkir. UPT Candi Agung, Pembina Dinas Pemuda Olahraga, Budaya dan Pariwisata

Desa Sungai Malang Kec Amuntai Tengah

Religi Makam Syeh Sayid

Sulaiman

Akses jalan cukup memadai dan terkoneksi dengan masjid, namun tidak ada perkembangan yang berarti, pengunjung selalu ada tetapi jumlahnya masih sedikit, kecuali acara haulan atau pasca lebaran Keturunan/y ang masih memiliki hubungan keluarga

Desa Pangacangan dan di Desa Mu rung Karangan Kec Amuntai Utara

Religi Masjid Jami Sungai Banar

Memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan karena akses ke masjid bisa dilalui baik darat maupun sungai. Jumlah pengunjung wisata masjid cukup banyak

Yayasan/ pengelola masjid

Perbatasan Desa Jarang Kuantan dan Ujung Murung Kec. Amuntai Selatan

(7)

83 Masjid Jami

Basar Pandu langan

Bersejarah, dengan potensi menara azan yang tinggi

Yayasan/Pen gelola masjid

Desa Pandulangan Alabio

Masjid Assyuhada Desa Waringin

Bersejarah, dan tampilan menara lancip dan berukir

Yayasan/Pen gelola masjid

DesaWaringan Kec Haur Gading

Wisata Pasar

Pasar Kriya dan Pasar sepada

Unik, khusus pasar kriya berbasis produk lokal dengan bahan dasar rotan, purun, bamban, eceng gondok, ijuk, pelepah sagu, bambu, khusus pasar lemari berbahan dasar alumanium, pasar sepeda, dan khusus pasar lemari ukir

Disperindak kop

Pasar Kriya bertempat di Jl Basuki Rahmat Kel Murung Sari dengan jadwal subuh Kamis, lemari aluminium di Desa Muara Tapus & sepeda di pasar Desa Sungai Malang dengan aktivitas pasar juga hari Kamis, lemari ukir hari Kamis, hari biasa juga terjadi transaksi jual beli.

Agrow isata Peternakan kerbau rawa, itik Alabio, Pasar unggas Alabio,

Kondisi lumayan bangus, pengunjung cukup banyak terutama pasar unggas dengan aktivitas setiap hari Rabu di Alabio Kec Sungai Pandan

Dinas Pertanian

Wista kerbau rawa di Desa Bararawa Kecamatan Paming gir, pasar ungags di Alabio Kecamatan Sungai Pandan Buatan Susur Sungai Jenis perahu kecil/ CIS sebanyak 5 buah

per perhu dapat menampung 5 penumpang. berlokasi di siring Itik Amuntai. Untuk membawa pengunjung berkeliling di sekitar jembatan Paliwara &Jembatan Banua lima

Dinas Pemu daan

Olahraga, Budaya dan Pariwisata

Siring itik Amuntai

Wisata Buatan

Wisata Kuliner Makanan khas daerah baik beart mabupun ringan seperti itik panggang dan kue tradisional berupa kue sagu, pais, lupis, duduitan ,dll

Dinas Pemu daan

Olahraga, Budaya dan Pariwisata

Palampitan Hilir, Taman Putri Jun jung Buih, Pali wara, Pasar Amun tai, dan Siring Itik

Sumber : Dinas Kepemudaan Olahraga Budaya dan Pariwisata Kab HSU

Abidin D (2013) mengungkapkan dinamakannya Masjid Jami Sungai Banar karena letaknya berdekatan dengan Sungai Banar dengan wilayah jamaah pada waktu lalu sangat luas, meliputi beberapa desa, yaitu Desa jarang Kuantan, Ujung Murung, Ilir Masjid, Cempaka, Panyiuran, Teluk Baru, Kota Raja, dan Jumba Kecamataan Amuntai Selatan, serta Desa Kota Raden Hulu, Kota Raden Hilir, Kembang Kuning, Pasar Senin, Kandang Halang, dan Rantauan di Kecamatan Amuntai Tengah. Masjid Jami Sungai Banar merupakan satu-satunya masjid yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dengan kata lain, merupakan masjid yang pertama di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang didirikan pada tahun 1804 M/1218 H, dan masjid dibangun atas dorongan Ulama Besar Kalimantan Selatan Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1218 M).

Masjid Sungai Banar sebenarnya sudah beberapa kali berganti nama. Pada tahun 1990 misalnya diberi nama “Masjid Biturrahman,” Namun demikian ternyata nama tersebut tidak pernah gaung,

sekalipun nama tersebut sempat terabadikan dalam sertifikat (Tanda Bukti Hak) tanah wakaf yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Hulu Sungai Utara tanggal 19 November 1991 dengan nomor 17.06.04.19.1.00058. Perkembangan berikutnya, pada tahun 2000 Masjid Sungai Banar diganti lagi dengan nama baru “Masjid Istiqamah” nama ini tercantum dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Provinsi Kalimantan Selatan No. W.0/2-c/BA-032/232/2001 tentang Penetapan Nomor Induk Masjid Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Nama Masjid Istiqamah ternyata juga tidak populer. Bahkan menurut Abidin D tidak pernah digunakan, karena orang lebih suka menyebutnya dengan sebutan Masjid Jami Sungai Banar.

Sebagai destinasi wisata, sejak zaman Belanda sampai sekarang Masjid Jami ini selalu dikunjungi wisatawan, yang menurut Abidin (2013) tidak hanya berasal dari daerah setempat, tetapi dari luar provinsi, bahkan luar Kalimantan antara lain dari Malang dan Jakarta. Motif wisatawan datang ketempat tersebut

(8)

84 selain selain untuk berkunjung melihat secara

langsung Masjid Sungai Banar, membayar nazar, dan ada pula yang bertujuan ziarah ke Makam Datu Kabul yang dahulunya dipercaya bermakam di sekitar masjid.

Ada pula wisata Susur Sungai, destinasi wisata tersebut merupakan objek wisata yang menarik, yang oleh Dinas Kepemudaaan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara, menjelaskan tahap ini wisata susur sungai hanya merupakan uji coba yang belum dikemas secara optimal. Jenis perahu yang tersedia pun masih perahu kecil/ CIS sebanyak 5 buah per perhu dapat menampung 5 penumpang. berlokasi di siring Itik Amuntai. Untuk membawa pengunjung berkeliling di sekitar Jembatan Paliwara dan Jembatan Banua lima. Kedepannya akan di kelola dan di kemas sebaik mungkin dengan akses mengarungi beberapa desa/kampung melalui akses sungai, sampai titik tertentu wisatawan diperkenalkan dengan produk olahan masyakat setempat baik kuliner makanan ringan ataupun berat, di perkenalkan pula ke pasar produk Kriya, dan sebagainya. Obyek wisata susur sungai tidak ubahnya dengan kapal pesiar (kelotok pesiar) yang dibuat sedemikian nyaman. Destinasi wisata susur sungai sudah dikembangkan oleh Kota Banjarmasin dan untuk daerah Kalimantan Tengah dikembangkan oleh Kabupaten Kota Waringin Timur. Beranalogi pada potensi ekraf dan potensi pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara, maka banyak hal yang dapat dikembangkan oleh pemeritah Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam ragka menunjang ekraf sekaligus menghidupkan destinasi wisata, diantaranya kerjasama dan komitmen. Menurut Budiarto (2017), pembangunan dan pengembangan pariwisata harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat serta seluruh stakeholder pemerintah. Candi Agung misalnya, untuk dapat kembangkan lebih baik dan lebih maju lagi peran masyarakat beserta pemerintah/stakeholders harus saling terlibat. Gambar berikut ini adalah Candi Agung (pertamanan) dan Masjid Jami Sungai Banar yang merupakan merupakan objek wisata cagar budaya, dimana pemerintah dan masyarakat saling terlibat.

Wisata pasar atau wisata belanja. Boleh jadi wisata pasar ini hanya terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, yang mana pengunjung bukan saja datang untuk berbelanja sekaligus mengetahui ragam produk industri kerajinan rakyat, tetapi juga untuk refresing berwisata melihat suasana pasar dengan segala pernak pernik kriya dan keberadaan sosial budaya antara para pedagang dengan pembeli. Pasar kriya tersebut dapat dikategorikan sebagai destinasi wisata yang cukup menarik, karena suasananya dapat membuat orang relaks dan senang. Pasar wisata berlangsung 1 kali dalam seminggu yakni pada hari

Kamis dengan aktivitas buka dari pukul 03.00 dini hari hingga dengan pukul 07.00 pagi atau paling lambat pukul 08.00 pagi. Para pengunjung pasar selain para pengumpul juga masyarakat umum pendatang/ wisatawan. Eksistensi pasar wisata berbasis kriya yang terpusat pada satu titik nampaknya semakin positif dengan indikasi animo pengunjung yang terus meningkat.

Kemudian detinasi wisata kerbau rawa. Kehidupan kerbau rawa memiliki keunikan tersendiri, terutama ketika sore hari saat puluhan bahkan ratusan kerbau rawa yang digiring pengembala untuk masuk kalang. Barisan kerbau rawa yang digiring pengembala dengan menggunakan perahu kecil dan bambu panjang menjadikan tontonan menarik dan menghibur, sehingga tidak keliru jika atraksi semacam ini dijadikan sebagai objek wisata. Uniknya lagi, di tengah menggiring kerbau rawa di Danau Panggang yang arealnya cukup luas, tidak seekor kerbaupun yang nakal, misal keluar dari barisan, semua berjalan atau beriringan dengan tertib.

Gambar 3. Masjid Jami Sungai Banar (atas) dan Bangunan Pertama Candi Agung (bawah)

(9)

85 Peran Pemerintah Terhadap Pengembangan

Sektor Ekonomi Kreatif

Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki banyak industri kecil berbasis ekonomi kreatif, baik dari jenis anyaman rotan, purun, enceng gondok, bambu, sampai pada kerajinan alumanium, lemari ukir dan lain sebagainya. Kapasitas dan peran pemerintah dalam hal pengembangan Ekraf terutama untuk mengatur dan mengelola Ekraf tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif yang bertugas untuk merumuskan, menetapkan, mengkoordinasikan dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif dan berfungsi untuk 1) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif 2) perancangan dan pelaksanaan program di bidang ekonomi kreatif, 3) pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program di bidang ekonomi kreatif, 4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan dan program di bidang ekonomi kreatif, 5) pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan kepada semua pemangku kepentingan di bidang ekonomi kreatif 6) pelaksanaan komunikasi dan koordinasi dengan Lembaga Negara, Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, dan pihak lain yang terkait, dan 7) pelaksanaan fungsi lain yang ditugaskan Presiden yang terkait dengan ekonomi kreatif.

Selain itu, terdapat sejumlah perundangan lainnya yang mendukung pengembangan Ekraf, seperti UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, mendorong pengembangan industri kreatif Nasional, dan UU No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Mendorong Perdagangan Produk Berbasis Ekonomi Kreatif. Mengacu pada kebijkan yang dikeluarkan pemerintah pusat mengindikasikan keseriusan pemerintah dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif. Selanjutnya UU no 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang dijabarkan lagi dalam Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Di dalam PP disebutkan bahwa keterlibatan pemerintah daerah terhadap pengembangan UMKM dalam bentuk fasilitasi pengembangan usaha dan pengembangan usaha UMKM. Bentuk fasilitasi yang umumnya dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah pelatihan baik dengan mendatangkan narasumber ke Kabupaten maupun

para pengrajin yang di kirim ke luar daerah seperti ke Jogyakarta. Selebihnya melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, memberikan bantuan alat dan teknologi. Kegiatan fasilitasi merupakan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah tentunya sangat positif, guna mendukung pengembangkan usaha maupun peningkatan kualitas.

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam konteks perannya mendukung pengembangan Ekraf tertuang dalam Perda Peraturan Daerah), yakni Perda Kabupaten Hulu Sungai Utara No. 6 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda No. 5 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Hulu Sungai Utara, berikutnya pendampingan bidang industri dan pembinaan manajemen. Yang lebih spesifik lagi tertuang di dalam visi dan misi Kabupaten Hulu Sungai Utara khusus poin 3 yang berbunyi: 3. Menciptakan kesejahteraan masyarakat yang berbasis pengembangan ekonomi dan sumber daya lokal dengan berlandaskan potensi daerah.

Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018 dalam hal peran pemerintah Kabupten Hulu Sungai Utara terhadap pengembangan ekonomi kreatif cukup kuat. Sekalipun Dinas Perindagkop dan UKM tidak memiliki bidang khusus ekonomi kreatif. Namun pemerintah memiliki komitmen untuk memfasilitasi antar pengrajin dengan pihak Bank, mengikutsertakan pengrajin pada ajang pameran lokal maupun nasional, memberikan pelatihan peningkatan kualitas baik dengan mengirim pengrajin ke luar daerah atau mendatangkan nara sumber ke daerah, memfasilitasi permodalan serta pemasaran. Bukti lain peran aktif pemerintah mendukung perkembangan Ekraf ditujukkan dengan langkah sosialisasi sekaligus promosi langsung yang dilakukan oleh Disperindag Kabupaten Hulu Sungai Utara kepada para pengunjung pasar, di pasar khusus wisata produk lokal jalan Basuki Rahmat persis di depan Plaza Amuntai. Namun demikian, promosi yang dilakukan pemerintah melalui media massa baik media cetak maupun media elektronik serta media sosial masih sangat minim. Padahal, promosi melalui media massa memiliki banyak kelebihan sebagaimana keunggulan media massa, yakni jangkauan lebih luas, dapat di dengar, dan di tonton oleh masyarakat secara serempak dan dalam jumlah yang banyak serta sarana yang strategis karena lebih efektif dan efisien Hartiningsih (2016). Pihak Disperindag mengatakan, keterbatasan dana merupakan hal yang mendasari

(10)

86 kurangnya promosi ekraf melalui media massa,

sedangkan pada media sosial lebih kepada masih minimnya SDM yang berkompetensi dibidang tersebut.

Peran Pemerintah Terhadap Pengembangan

Sektor Pariwisata

Di dalam RPJPD Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2005-2025, menyebutkan pengembangan sektor pariwisata diarahkan pada pemantapan objek pariwisata lokal yang di dukung oleh berkembangnya industri kecil dan menengah. Yang artinya, pemerintah berkeinginan pengembangan kedua sektor tersebut saling bersinerji. Namun demikian, hasil penelurusan mengindikasikan jika masing-masing sektor masih belum ada titik temu, masing-masing berjalan sendiri-sendiri.

Dalam hal peran pemerintah sebenarnya cukup berperan terhadap pengembangan pariwisata, ini dibuktikan dengan pembentukan Pokdarwis, pembangunan infrastruktur. Namun demikian, jika dilihat secara lebih luas lagi dalam hal pengembangan sektor pariwisata secara umum belum bisa maksimal baik kuantitas maupun kualitasnya. Candi Agung misalnya, kondisinya sudah banyak yang rusak, batu dinding yang berada di Taman Kepurbakalaan banyak yang berlobang, atapnya juga banyak yang tiris. Disisi lain pula, belum ada pengembangan destinasi wisata baru.

Kondisi kepariwisataan seperti ini boleh jadi karena belum adanya perangkat aturan, maupun kebijakan spesifik, terkait dengan pengembangan pariwisata dan sektor pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan sebagian lagi karena sektor pariwisata belum dijadikan sebagai sektor yang diprioritaskan. Destinasi wisata yang ada sekarang ini sebenarnya berpotensi untuk dikembangkan, contoh pasar rakyat yang berbasis ekonomi kreatif dengan berbahan dasar serba produk lokal yakni Pasar Kamis atau Pasar Subuh dapat diangkat sebagai destinasi wisata yang cukup unik dan menarik. Eksistensi pasar seperti itu hanya terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Peran dan perhatian serius pemerintah yang belum optimal terhadap sektor pariwisata menjadikan Kabupaten Hulu Sungai Utara tidak memiliki objek wisata unggulan dan belum penetapkan objek kawasan wisata, kecuali destinasi wisata sejarah yakni Candi Agung yang dilengkapi dengan Pokdarwis yang sudah memiliki SK dari Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Keberadaan Pokdarwis memang sudah dibekali dengan berbagai pengetahuan cara bersikap yang ramah, teknik berkomunikasi yang baik, cara promosi,

dengan menjual sapta pesona bahwa destinasi wisata tersebut keberadaan aman, nyaman, dan tersedia berbagai fasilitas umum, tempat beristirahat, musalla, toilet dan lai sebaginya. Berdasarkan hasil penelitian Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018, diketahui bahwa untuk destinasi wisata Candi Agung, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah melaksanakan pembangunan fasilitas candi yang mendukung untuk pengunjung para manula fan difabel. Selain itu juga menyediakan fasilitas kursi roda bagi manula dan difabel.

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara harus meningkatkan promosi pariwisata yang ada. saat ini peran pemerintah daerah dalam mengeksplor, menyosialisasikan, dan mempromosikan destinasi wisata yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara entah itu melaui media massa atau sarana lainnya masih minim. Semua itu disebabkan karena keterbatasan dana, pihak Dinas Kepemudaan Olah Raga Budaya dan Pariwisata menjelaskan kalau dana yang tersedia untuk promosi wisata berikut pemasaran hanya Rp 50 juta dari sebelumnya Rp 47 juta dalam setahun. Promosi dan pemarasan pariwisata yang dilakukan saat sekarang sebagian dilakukan dengan cara melalui leaflet dan booklet.

Konteksnya dengan pengembangan ekraf dan pariwisata memerlukan perhatian atau peran pemerintah daerah, karena ada beberapa hal penting dalam kedua sektor tersebut, yakni 1) sebagian besar masyarakat setempat masih mengandaikan industri kerajinan rumah tangga sebagai pekerjaan utama selain bertani. Dengan demikian maka pemerintah daerah wajib memberikan perhatian entah berupa pembinaan dan pelatihan, pendampingan serta fasilitas untuk meningkatkan kualiatas produk bahkan memberikan solusi untuk ruang pemasaran; 2) Antar sektor ekonomi kreatif dengan sektor pariwisata merupakan dua sisi yang saing mendukung dan saling menguntungkan, dan kedua sektor tersebut sangat berpotensi meningkatkan kesejahteraan rakyat bahkan peningkatan perekonomian daerah; 3) Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan dataran rendah yang sebagian lahannya merupakan rawa dengan kondisi alam yang kurang menjual dalam konteks destinasi wisata, kecuali diolah dan dikembangkan dengan wisata buatan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan terobosan yakni mengolah wisata buatan; 4) Saat ini, berwisata atau travelling sebagian besar sudah dinggap sebagai bagian dari gaya hidup.

(11)

87 Kendala Pengembangan Ekonomi Kreatif dan

Pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara Pengembangan ekraf dan pariwisata tidak terlepas dari berbagai kendala demikian pula yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kendala tersebut ada yang dihadapi oleh para pelaku ekraf, dari regulasi, dan yang dihadapi oleh pemerintah. Dari para pelaku ekraf: keterbatasan modal, sumber permodalan untuk pengembangan usaha sebagian besar bersumber dari modal pribadi. Faktor budaya tidak terbiasa dengan budaya pinjaman modal pada pihak ketiga (bank). Pinjaman modal berarti menambah beban, dan pangsa pasar yang tidak stabil. Para pengrajin tidak bisa menyediakan beragam jenis ekraf dalam jumlah besar dan bersifat kontinu serta fasilitas teknolgi tetapt guna seperti alat penghalus/perau rotan, penumbuk purun dan eceng gondok sangat diperlukan.

Hasil kajian Balitbangda (2018) menunjukkan beberapa kendala yang dihadapi konteks pengembangan ekraf, yakni ekraf masih belum banyak tersentuh budaya inovasi dan kreativitas yang menjual. SDM, pelaku ekraf sebagian besar adalah mereka yang sudah berusia 40 tahun, dikerjakan secara turun temurun yang sekarang ini sebagian enggan meneruskan. Kendala regulasi: dalam struktur kerja tidak ada regulasi yang menempatkan bidang khusus pengelolaan/pembinaan Ekraf, belum tersedia regulasi yang bersifat memberikan petunjuk pengembangan dan kemudahan pelaksanaan ekonomi kreatif. Kendala pemerintah: tidak ada bidang ekraf, ketersediaan dana dinas sangat minim, penempatan SDM pada dinas yang kurang sesuai keahlian. Upaya mengubah kebiasaan dan pola pikir pelaku ekraf dari tradisonal kepada yang modern yang lebih kreatif dan inovatif memerlukan waktu yang panjang, pendekatan personal yang persuasif, dan penuh kesabaran. Ketersedian dana yang minim mmembuat ajang promosi dan kegiatan lain sebagainya juga sangat terbatas.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata. Sama halnya dengan pengembangan ekraf, pengembangan pariwisata belum dapat diimplemtasikan secara optimal sekalipun pengembangan kepariwisataan telah tertuang di dalam RPJPD tahun 2020 – 2025. Namun karena keterbatasan dana, maka ruang gerak untuk pemantapan objek wisata sangat terbatas. Hasil penulusuran di palangan menggambarkan kendala yang juga dihadapi dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah belum tercipta kolaborasi antar lintas sektor untuk duduk bersama mencari titik temu pengembangan pariwisata atau objek-objek destinasi

wisata. Di sisi lain, perhatian serta kontribusi CSR, masyarakat komunitas dan media massa terhadap pengembangan pariwisata masih sangat maksimal. Diperlukan pula peran pemerintah provinsi untuk pengembangan pariwisata yang merupakan kekuatan baru menunjang ekonomi daerah.

SIMPULAN & REKOMENDASI Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa secara umum pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara cukup berperan dalam mengembangan potensi ekonomi kreatif dan sektor pariwisata Pembinaan dan pelatihan terhadap para pelaku Ekraf terutama jenis anyaman sudah sering berikan bahkan mengikutsertakan mereka pada even tertentu, seperti pameran baik skala lokal, provinsi maupun nasional. Demikian pula terhadap sektor pariwisata, pemerintah setempat cukup berperan dan perhatian terhadap sektor tersebut. Hal ini dibuktikan dengan telah dibentuknya Pokdarwis sebagai salah satu motor penggerak suksesnya destinasi wisata, dilakukannya pembinaan terhadap juru pelihara pada destinasi wisata religi, serta dibangunkannya beberapa fasiliatas umum berupa toilet, bahkan fan difabel. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan baik Ekraf dan sektor pariwisata tidak jauh berbeda keterbatasan dana, merupakan faktor utama yang dihadapi, penempatan SDM pada dinas yang kurang sesuai keahlian, dan belum adanya regulasi yang menempatkan bidang khusus pengelolaan/pembinaan Ekraf. Pada sektor pariwisat, pemerintah setempat belum menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor priorotas yang akan dikembangkan.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk memanjukan sektor ekraf dan pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu 1) pemberian pendampingan, pelatihan, dan pembinaan untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas pelaku usaha / pengelola pariwisata; 2) Pemerintah memasukkan unsur pendidikan pengenalan kriya pada kurikulum sekolah, misalnya pada mata pelajaran Muatan Lokal, dalam rangka meningkatkan minat masyarakat terhadap pengembangan kriya sedari dini; 3) Komitmen kuat dari pemerintah daerah, sinergi antar instansi terlibat, dan melakukan kemitraan dengan sektor swasta.

(12)

88 UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak terkait di Kabupaten Hulu Sungai Utara, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara, pelaku usaha ekonomi kreatif, penggiat sektor pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara, Mitra Bestari, tari serta tim redaksi Jurnal Kebijakan Pembangunan (JKP) Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, B. 2013. 200 Tahun Masjid Jami Sungai Banar. Amuntai: Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Anggraini, A. 2014. Mengenal Candi Agung. Amuntai: Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara. Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Hulu Sungai

Utara Dalam Angka. Amuntai: BPS Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Balitbangda Prov. Kalimantan Selatan. 2018. Kajian Ekonomi Kreatif dan Lokal dalam Menunjang

Perekonomian pada Sektor Pariwisata.

Laporan Penelitian, Banjarbaru: Balitbangda Prov. Kalimantan Selatan.

Bappeda Kab. Hulu Sungai Utara. 2005. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Amuntai: Bappeda Kab. Hulu Sungai Utara.

Budiarto, Moh Sopyan. 2017. "Perspektif Peran Pemangku Kebijakan dan Peta Permasalahan Pengembangan Wisata Desa Sawarna Kabupaten Lebak Provinsi Banten 12 (1)." Jurnal Kebijakan Pembangunan.

Bungaran, A. 2017. Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hartiningsih. 2016. Media Massa, Surat Kabar, dan Televisi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Hasanah, Lisda Norizatil, and Arif Anwar. 2015. "Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan." Jurnal Kebijakan Pembangunan 10 (1).

Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara No.06 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Daerah No.05 tahun 2011 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan Hulu Sungai Utara.

Pradana, Herry A. 2018. "Peranana Sektor Ekonomi Kreatif pada Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan." Jurnal Kebijakan Pembangunan 13 (1).

Gambar

Gambar 2. a. Kain kerudung panjang bersulam  untuk dijadikan bolang
Tabel 2. Destinasi wisata  yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara Jenis
Gambar berikut ini adalah  Candi Agung (pertamanan)  dan  Masjid  Jami  Sungai  Banar  yang  merupakan   merupakan  objek  wisata  cagar  budaya,  dimana  pemerintah dan masyarakat saling terlibat

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil tersebut di atas maka aktor (stakeholder) penting dalam pengembangan potensi UMKM berbasis ekonomi kreatif dan pariwisata bahari sebagai sektor unggulan

Berkembangnya pertumbuhan ekonomi dunia telah memunculkan gelombang ekonomi baru yang dikenal dengan istilah “Ekonomi Kreatif”. Melalui kreativitas, peluang bisnis di

Maksud pelaksanaan dari kegiatan Perencanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Potensi Kawasan Desa Parit Keladi Kecamatan Sungai Kakap adalah melakukan kajian

Dengan berdirinya industri kreatif pada daerah-daerah yang relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki PDRB perkapita yang lebih rendah maka dapat menyusul perkembangan ekonomi dari

Tujuan penelitian ini ialah akan menggambarkan kondisi Strategi Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif yang seharunya Mendukung Kebijakan Pariwisata dengan menggunakan metode pendekatan

Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi