• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA PENGEMBANGAN AREA D DI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA PENGEMBANGAN AREA D DI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

__________________________________________________________________________________________________________________

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 181

HUBUNGAN KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA PENGEMBANGAN AREA D DI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG

Yella Risa Lestari¹ dan Nurini²

1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: yellarisalestari@gmail.com

Abstrak: Pembangunan di kota-kota besar yang semakin lama semakin berkembang. Dalam pembangunan, ruang terbuka sendiri memiliki proporsi sebesar 30% dari pembangunan dalam suatu kawasan. Semakin sedikitnya ruang terbuka dalam suatu kawasan, maka semakin berkurangnya tempat yang tersedia bagi masyarakat untuk dijadikan sebagai tempat interaksi. Berkurangnya ketersediaan tempat interaksi tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Semarang adalah normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat. Dalam normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat, juga terdapat pembangunan river amenity atau area kenyamanan yang terbagi menjadi 7 area. Salah satu area yang sudah banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah area D yang difungsikan sebagai kelestarian lanskap sungai, tempat bersejarah, dan olahraga & rekreasi. Meskipun proyek belum selesai dan masyarakat sudah mulai banyak yang mengunjungi, maka perlu mengeidentifikasi mengenai kualitas ruang terbuka publik yang sesuai dengan tingkat kenyamanan pengunjung. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat kenyamanan pengunjung pada pengembangan area D di Banjir Kanal Barat Semarang. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis yaitu analisis crosstab. Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kualitas ruang terbuka publik memiliki hubungan yang cukup erat dan saling berkaitan dengan tingkat kenyamanan pengunjung area D. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka publik yang berkualitas merupakan ruang terbuka publik yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya, dan juga semakin tinggi tingkat kenyamanan pengunjung, maka semakin berkualitas pula ruang terbuka publik tersebut. Kata Kunci:Ruang Terbuka Publik, Kualitas Ruang Publik, Tingkat Kenyamanan Pengunjung

Abstract:The development in a big city, prioritize on the development. In the development, an open space itself has a proportion of 30 % of its development in an area. Less of an open space in an area, so the place for society to be used as a place of interaction will decrease. A reduction in the availability of interaction place can affect the social lives of the people. One of the efforts made in the provision of green open space in the city of semarang is normalization of Banjir Kanal Barat river. In the normalization of Banjir Kanal Barat river, there is also the development of river amenity that is divided into 7 area. One of area that many people visited is D area, functioned as the preservation of river landscapes, historic place, and sports & recreation. Although the projects of normalization have not completed, many people visit there, we need to identify about the quality of public open space in accordance with the level of comfort visitors. Therefore, need to do a research aimed at to know the relationship between the quality of public open with the level of comfort visitors in the development of D area in the Banjir Kanal Barat River Semarang. The research methods and analysis used in this research is a quantitative method and crosstab analysis. From the results of the analysis, can be known that the overall of quality of public open space having the closely and related relationship with the level of comfort visitors in D area. Therefore can be concluded that public open space which has a quality is a public open space being able to provide comfort for visitors, and also due to increasing the level of comfort visitors, so, the pblic open space mure qualified.

Keywords: Public Open Space, Quality Of Public Space, Visitor's Comfort Level.

__________________________________________________________________________________________________________________

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 181

HUBUNGAN KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA PENGEMBANGAN AREA D DI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG

Yella Risa Lestari¹ dan Nurini²

1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: yellarisalestari@gmail.com

Abstrak: Pembangunan di kota-kota besar yang semakin lama semakin berkembang. Dalam pembangunan, ruang terbuka sendiri memiliki proporsi sebesar 30% dari pembangunan dalam suatu kawasan. Semakin sedikitnya ruang terbuka dalam suatu kawasan, maka semakin berkurangnya tempat yang tersedia bagi masyarakat untuk dijadikan sebagai tempat interaksi. Berkurangnya ketersediaan tempat interaksi tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Semarang adalah normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat. Dalam normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat, juga terdapat pembangunan river amenity atau area kenyamanan yang terbagi menjadi 7 area. Salah satu area yang sudah banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah area D yang difungsikan sebagai kelestarian lanskap sungai, tempat bersejarah, dan olahraga & rekreasi. Meskipun proyek belum selesai dan masyarakat sudah mulai banyak yang mengunjungi, maka perlu mengeidentifikasi mengenai kualitas ruang terbuka publik yang sesuai dengan tingkat kenyamanan pengunjung. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat kenyamanan pengunjung pada pengembangan area D di Banjir Kanal Barat Semarang. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis yaitu analisis crosstab. Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kualitas ruang terbuka publik memiliki hubungan yang cukup erat dan saling berkaitan dengan tingkat kenyamanan pengunjung area D. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka publik yang berkualitas merupakan ruang terbuka publik yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya, dan juga semakin tinggi tingkat kenyamanan pengunjung, maka semakin berkualitas pula ruang terbuka publik tersebut. Kata Kunci:Ruang Terbuka Publik, Kualitas Ruang Publik, Tingkat Kenyamanan Pengunjung

Abstract:The development in a big city, prioritize on the development. In the development, an open space itself has a proportion of 30 % of its development in an area. Less of an open space in an area, so the place for society to be used as a place of interaction will decrease. A reduction in the availability of interaction place can affect the social lives of the people. One of the efforts made in the provision of green open space in the city of semarang is normalization of Banjir Kanal Barat river. In the normalization of Banjir Kanal Barat river, there is also the development of river amenity that is divided into 7 area. One of area that many people visited is D area, functioned as the preservation of river landscapes, historic place, and sports & recreation. Although the projects of normalization have not completed, many people visit there, we need to identify about the quality of public open space in accordance with the level of comfort visitors. Therefore, need to do a research aimed at to know the relationship between the quality of public open with the level of comfort visitors in the development of D area in the Banjir Kanal Barat River Semarang. The research methods and analysis used in this research is a quantitative method and crosstab analysis. From the results of the analysis, can be known that the overall of quality of public open space having the closely and related relationship with the level of comfort visitors in D area. Therefore can be concluded that public open space which has a quality is a public open space being able to provide comfort for visitors, and also due to increasing the level of comfort visitors, so, the pblic open space mure qualified.

Keywords: Public Open Space, Quality Of Public Space, Visitor's Comfort Level.

__________________________________________________________________________________________________________________

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 181

HUBUNGAN KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA PENGEMBANGAN AREA D DI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG

Yella Risa Lestari¹ dan Nurini²

1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: yellarisalestari@gmail.com

Abstrak: Pembangunan di kota-kota besar yang semakin lama semakin berkembang. Dalam pembangunan, ruang terbuka sendiri memiliki proporsi sebesar 30% dari pembangunan dalam suatu kawasan. Semakin sedikitnya ruang terbuka dalam suatu kawasan, maka semakin berkurangnya tempat yang tersedia bagi masyarakat untuk dijadikan sebagai tempat interaksi. Berkurangnya ketersediaan tempat interaksi tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Semarang adalah normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat. Dalam normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat, juga terdapat pembangunan river amenity atau area kenyamanan yang terbagi menjadi 7 area. Salah satu area yang sudah banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah area D yang difungsikan sebagai kelestarian lanskap sungai, tempat bersejarah, dan olahraga & rekreasi. Meskipun proyek belum selesai dan masyarakat sudah mulai banyak yang mengunjungi, maka perlu mengeidentifikasi mengenai kualitas ruang terbuka publik yang sesuai dengan tingkat kenyamanan pengunjung. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat kenyamanan pengunjung pada pengembangan area D di Banjir Kanal Barat Semarang. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis yaitu analisis crosstab. Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kualitas ruang terbuka publik memiliki hubungan yang cukup erat dan saling berkaitan dengan tingkat kenyamanan pengunjung area D. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka publik yang berkualitas merupakan ruang terbuka publik yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya, dan juga semakin tinggi tingkat kenyamanan pengunjung, maka semakin berkualitas pula ruang terbuka publik tersebut. Kata Kunci:Ruang Terbuka Publik, Kualitas Ruang Publik, Tingkat Kenyamanan Pengunjung

Abstract:The development in a big city, prioritize on the development. In the development, an open space itself has a proportion of 30 % of its development in an area. Less of an open space in an area, so the place for society to be used as a place of interaction will decrease. A reduction in the availability of interaction place can affect the social lives of the people. One of the efforts made in the provision of green open space in the city of semarang is normalization of Banjir Kanal Barat river. In the normalization of Banjir Kanal Barat river, there is also the development of river amenity that is divided into 7 area. One of area that many people visited is D area, functioned as the preservation of river landscapes, historic place, and sports & recreation. Although the projects of normalization have not completed, many people visit there, we need to identify about the quality of public open space in accordance with the level of comfort visitors. Therefore, need to do a research aimed at to know the relationship between the quality of public open with the level of comfort visitors in the development of D area in the Banjir Kanal Barat River Semarang. The research methods and analysis used in this research is a quantitative method and crosstab analysis. From the results of the analysis, can be known that the overall of quality of public open space having the closely and related relationship with the level of comfort visitors in D area. Therefore can be concluded that public open space which has a quality is a public open space being able to provide comfort for visitors, and also due to increasing the level of comfort visitors, so, the pblic open space mure qualified.

(2)

PENDAHULUAN

Ruang terbuka merupakan elemen penting dalam perancangan kawasan yang memperhatikan estetika lingkungan. Selain itu, ruang terbuka juga sebagai penyeimbang dalam pembangunan di suatu kawasan. Fungsi ruang terbuka berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, dimana ruang terbuka memenuhi kebutuhan yang menunjang segala aktivitas. Kebutuhan yang dimaksud seperti yang terdapat dalam buku karya Mohammad Danisworo yang berjudul “Perancangan Urban”, antara lain; kebutuhan cahaya matahari dan sirkulasi udara, kesan persepektif dan vista pada pemandangan kota, kebutuhan rekreasi dan komunikasi sosial, kebutuhan keseimbangan ekosistem, kebutuhan penghubung suatu tempat dengan tempat yang lain. Pada pembangunan saat ini kurang memperhatikan ketersediaan ruang terbuka yang dijadikan sebagai ruang publik. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya ketersedian tempat berinteraksi antar masyarakat yang berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat.

Ruang terbuka publik tidak hanya berbentuk taman, melainkan dapat berbentuk lapangan, pasar, playground, bantaran sungai dan sebagainya. Sungai sebagai sumber air memiliki fungsi yang penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga berfungsi sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional. Melihat fungsi sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka perlu dilakukannya pengaturan sungai yang meliputi perlindungan, pengembangan, pengunjungan dan pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang mengakibatkan tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas yang sebenarnya.

Pengaturan sungai tersebut juga dapat mengatasi banjir. Salah satu bentuk pengaturan sungai untuk mengatasi banjir adalah normalisasi sungai. Normalisasi sungai merupakan upaya untuk menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu,

sehingga mampu mengalirkan air dan tidak terjadi luapan dari sungai tesebut. Permasalahan banjir di Kota semarang sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda, yang pada jaman itu pemerintah kolonial Belanda membangun Banjir Kanal Barat dan Timur serta beberapa drainase, saluran dan kolam retesi. Namun perkembangan perkotaan di Kota Semarang tidak diiringi dengan keberadaan fasilitas pengendali banjir dan rob sehingga banjir dan rob tidak dapat dihindarkan (Bappeda Semarang). Kondisi Kali Garang memiliki sedimentasi dengan jumlah yang cukup besar.

Pada tahun 1990, sedimentasi yang semakin parah mengakibatkan Banjir Kanal Barat tidak mampu menampung debit air. Hal ini menyebabkan, penampang sungai tidak mampu mengalirkan debit banjir periode 50 tahun sekitar 740 m3/detik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 1992-1993 disusun masterplan pengembangan drainase perkotaan Kota Semarang. Oleh karena itu, dilakukannya normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat dengan kegiatan pengerukan dan pelebaran dasar Kali Garang sepanjang 9,2 km.

Selain dilakukan proyek normalisasi pada permukaan aliran sungai, juga diimbangi dengan penataan di bantaran sungai di tahun berikutnya, namun, pada saat itu belum tersedianya wadah bagi masyarakat untuk memanfaatkan area tersebut sebagai area rekreasi yang nyaman. Selain itu dengan adanya area kenyamanan di Sungai Banjir Kanal Barat, maka dapat dijadikan potensi wisata yang dapat meningkatkan daya tarik masyarakat untuk mengunjungi dan memanfaatkan area kenyamanan sebagai ruang terbuka publik.

Wilayah penelitian merupakan salah satu area kenyamanan yaitu area D. Area D terletak di sepanjang Sungai Banjir Kanal Barat dari Jalan Siliwangi hingga Bendungan Simongan. Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat pada peta wilayah studi di bawah ini.

(3)

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 183 Sumber: Hasil Analisis, 2013

GAMBAR 1

DELINIASI WILAYAH STUDI

Area D juga merupakan pembatas antara Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan dengan Kelurahan Cabean dan Bojong Salaman Kecamatan Semarang Barat, dimana Kelurahan Bulustalan dan Kelurahan Cabean dan Bojong Salaman yang terletak di barat dan timur kawasan Banjir Kanal Barat merupakan kawasan permukiman padat yang tidak memiliki ruang terbuka untuk dijadikan sebagai ruang publik. Dengan tidak adanya ruang terbuka publik, maka tidak tersedia pula tempat interaksi antara masyarakat sekitar, padahal merupakan kawasan permukiman padat yang sudah jelas memiliki penduduk yang cukup banyak.

Area D juga merupakan area yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat baik di sekitar Sungai Banjir Kanal Barat maupun dari jarak yang jauh dengan tujuan yang beragam, seperti rekreasi, bermain ,berdagang, dan sebagainya. Pembangunan area kenyamanan sungai di area D berupa penyediaan ruang publik berupa jalur pedestrian, panggung terbuka, dan fasilitas olahraga dan rekreasi. Area D juga tergolong pembangunan yang baru dan hampir selesai dilaksanakan, sehingga pemanfaatannya belum optimal, seperti permasalahan aspek fisik berupa kurangnya ketersediaan tempat parkir,

banyaknya limbah yang dibuang melalui Kali Garang dan Kali Banjir Kanal Barat, tidak jelasnya aksesibilitas untuk memasuki area kenyamanan. Oleh karena itu, dapat dioptimalkan dengan optimalisasi potensi dari fasilitas yang dimiliki seperti adanya panggung terbuka yang saat ini telah dimanfaatkan untuk acara seperti nonton bareng, senam, dan Hari Air Nasional.

Selain dengan mengoptimalkan fasilitas yang ada, ruang terbuka publik juga memperhatikan kenyamanan bagi pengunjungnya. Untuk mengukur tingkat kenyamanan pengunjungnya juga perlu mengetahui karakteristik pengunjung berupa karakteristik sosial-ekonomi dan pola kunjungannya, mengkaji kualitas ruang publiknya agar sesuai dengan kriteria ruang publik yang dapat menampung aktivitas dan meningkatkan kenyamanan pengunjung ruang publik.

KAJIAN LITERATUR Ruang Publik

Ruang publik merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka (Budiharjo, 1998), sedangkan menurut Hakim (1987), ruang publik pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakat, baik secara individu maupun kelompok. Pengertian ruang publik menurut Carr (1992) adalah ruang terbuka, tempat yang mudah diakses publik di mana orang beraktivitas secara berkelompok atau secara individu. Menurut Carr (1992) tipologi ruang publik, terdiri dari taman umum, lapangan dan plasa, peringatan, pasar, jalan, tempat bermain, ruang komunitas, jalur hijau dan jalan taman, atrium/pasar di dalam ruangan, ruang di lingkungan rumah, dan waterfront. Waterfront merupakan salah satu ruang publik berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, bantaran danau atau dermaga. Waterfront berada di sepanjang rute aliran air di dalam kota yang dikembangkan sebagai taman.

(4)

Kualitas Ruang Publik

Pengertian ruang publik yang berkualitas menurut Danisworo (1992) dalam Prihastoto (2003) mencakup juga makna dari keberadaan ruang publik tersebut dalam kontes yang lebih luas dan berkelanjutan, yaitu memenuhi kelayakan terhadap kriteria: kualitas fungsional, kualitas visual dan lingkungan (fisik dan non fisik). Garnham (1965) dalam Prihastoto (2003) menyebutkan bahwa ukuran yang menentukan kualitas ruang adalah tatanan aktivitas orang atau pengguna ruang yang ada disitu dan bagaimana itu berhubungan dengan elemen-elemen pembentuk tatanan fisik kawasan. River Amenity

River Amenity merupakan salah satu ruang terbuka publik kota yang berada di pinggiran sungai dengan memperhatikan aspek kenyamanan masyarakat. Kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan penggunan ruang secara harmonis, baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara, cahaya, atau lainnya. (Hakim dan Hardi Utomo, 2003).

River amenity dapat menjadi suatu instrumen yang digunakan untuk membantu para pemangku kepentingan dalam hal kemudahan dalam penataan sungai, sehingga harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya diseluruh kawasan perkotaan. Pembangunan dan peningkatan river amenity dapat berupa pembangunan fisik seperti penyediaan fasilitas yang mendukung. Kenyamanan dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti yang dikemukakan oleh Hakim dan Hardi Utomo (2003), yang berupa: sirkulasi, iklim, kebisingan, aroma, keamanan, kebersihan, dan keindahan.

Karakteristik Pengunjung

Pengunjung yang mengunjungi suatu objek atau tempat wisata masing-masing memiliki karakteristik dan pola kunjungan, kebutuhan ataupun alasan untuk melakukan kunjungan ke objek dan tempat wisata tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik dari pengunjung yang

mengunjungi suatu objek atau tempat wisata agar dapat diketahui minat dan kebutuhan pengunjung. Karakter pengunjung dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik pola kunjungan (Smith, 1989) dalam Yusran (2012).

Karakteristik sosial-ekonomi terdiri dari: jenis kelamin, usia, kota atau daerah asal, dan satus pekerjaan pengunjung. Karakteristik pola kunjungan terdiri dari: tujuan kunjungan, frekuensi kunjungan, teman perjalanan, lama waktu kunjungan, waktu berkunjung, cara melakukan perjalanan.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat kenyamanan pengguna pada pengembangan area D di Banjir Kanal Barat Semarang ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini menggunakan teori-teori yang ada untuk diuji sesuai dengan permasalahan dan kondisi empiris. Menurut Creswell & John W (1994:153) penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif meliputi tahap pengujian suatu teori, pengujian hipotesis atau pertanyaan penelitian yang muncul dari teori, mengoperasionalkan konsep atau variabel, dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel tersebut sehingga menghasilkan kesimpulan dan saran dari penelitian.

Dalam tahapan pengumpulan data terdiri dari teknik pengumpulan data, kebutuhan data, dan kompilasi data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara, serta teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan survey instansi dan kajian literatur. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui observasi, kuesioner (angket), dan interview (wawancara) (Sugiyono, 2012:137-146). Kuesioner diberikan kepada responden, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik sampling insidental dan purposive sampling. Teknik sampling insidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

(5)

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 185 yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Dalam penelitian ini, jumlah sampel ditetapkan berdasarkan waktu dilakukannya aktivitas, 50 pengunjung di hari libur (weekend) dan 50 pengunjung di hari kerja berdasarkan waktu kunjungan yaitu pagi, siang sampai sore dan malam hari. Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 100 sampel. Selain ditentukan berdasarkan waktu aktivitas, jumlah sampel juga dikategorikan berdasarkan usia, yaitu usia dibawah 17 tahun, 18-25 tahun, dan diatas 25 tahun, yang kemudian disebar disepanjang area D.

Selain itu, juga menggunakan purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D 2008: 85). Oleh karena itu, narasumber yang menjadi sasaran dalam penelitian ini ditekankan pada pihak tertentu, seperti instansi pemerintahan yaitu Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, dan tokoh masyarakat yang memiliki peran dalam pengelolaan area D.

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian yang sesuai dengan sasaran penelitian, antara lain:

Identifikasi Karakteristik Pengunjung

Identifikasi karakteristik pengunjung bertujuan untuk mengetahui kebutuhan fasilitas yang dapat menunjang aktivitas yang terdapat di area D. Dengan mengetahui kebutuhan dari pengunjung maka, dapat dengan mudah dilakukan pengembangan dan penataan area D yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat melayani pengunjung. Dalam melakukan identifikasi karakteristik pengunjung area D menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. Karakteristik pengunjung dapat dilihat dari karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik pola kunjungan. Hasil dari analisis ini adalah peneliti dapat mengetahui karakteristik pengunjung serta dapat teridentifkasinya kebutuhan pengunjung dalam memanfaatkan area D.

Identifikasi Komponen Pembentuk Identitas Ruang Terbuka Publik

Identifikasi komponen pembentuk identitas ruang terbuka publk dapat dilihat dari aspek fisik, aktivitas dan makna ruang terbuka publik. Indikator tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif deskriptif yang didapatkan dari data hasil kuesioner, observasi, dan wawancara.

Identifikasi Kelengkapan dan Kondisi Fasilitas Dalam melakukan analisis kelengkapan dan kondisi fasilitas, menggunakan teknik analisis kuantitatif deskriptif. Data yang digunakan dalam analisis terdiri dari kondisi street furniture, vegetasi, dan sebagainya.

Analisis Kualitas Ruang Terbuka Publik

Analisis kualitas ruang terbuka publik dapat dilihat dari kualitas fungsional, visual, dan lingkungan. Analisis tersebut dapat menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. Analisis Tingkat Kenyamanan Pengunjung Ruang Terbuka Publik

Analisis tingkat kenyamanan pengunjung menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. Data yang digunakan dalam analisis ini terdiri dari sirkulasi, iklim, kebisingan, aroma, keamanan, kebersihan, dan keindahan. Analisis hubungan antara kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat kenyamanan pengunjung

Dalam analisis ini, hal pertama yang dilakukan adalah menganalisis hubungan antara kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat kenyamanan pengunjung dari data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam menganalisis hubungan tersebut, menggunakan analisis crosstab (tabulasi silang). Ciri tabulasi silang adalah adanya dua variable atau lebih yang mempunyai hubungan dan umumnya berupa data kualitatif.

TABEL I

VARIABEL YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS CROSSTAB

Variabel Indikator

Variabel Terikat

Kualitas

Fungsional AktivitasLama waktu kunjungan Kondisi pedestrian Kondisi parkir

(6)

Variabel Indikator Kualitas Visual Pendapat pengunjung

mengenai

pembangunan area D Keberadaan Pedagang Kualitas

Lingkungan Pendapat pengunjungmengenai penghijauan di area D

Pengelolaan dan Perawatan

Variabel

Bebas TingkatKenyamanan Pengunjung Sirkulasi Iklim Kebisingan Aroma Keamanan Kebersihan Keindahan Sumber: Hasil Analisis, 2013

HASIL PEMBAHASAN

Karakteristik Pengunjung, terbagi menjadi dua, yaitu karakteristik sosial-ekonomi dan pola kunjungan. Karakteristik sosial-ekonomi terdiri dari jenis kelamin, usia pengunjung, tempat tinggal pengunjung, dan status pekerjaan. Perbandingan jumlah pengunjung pria dan wanita di ruang terbuka publik area D hampir sama. Jumlah pengunjung pria sebanyak 55% dan jumlah pengunjung wanita sebanyak 45% dari 100 responden, sehingga dapat disimpulkan bahwa ruang publik area D diminati oleh siapa saja, baik pria maupun wanita

Kelompok usia pengunjung area D terdiri dari ≤17 tahun, 18-25 tahun, dan >25 tahun. Dari 100 responden, kelompok usia 18-25 tahun lebih banyak mengunjungi area D dengan persentase jumlah yaitu 56%. Selain itu, kelompok usia diatas 25 tahun juga memiliki jumlah yang lebih besar dari kelompok usia di bawah 17 tahun. Hal ini didukung dengan pengamatan langsung dimana banyak orang tua dengan umur diatas 25 tahun mengunjungi area D dengan tujuan mengajak anak bermain dan rekreasi bersama keluarga. Untuk usia di bawah 17 tahun dan 18 sampai 25 tahun merupakan pelajar atau mahasiswa yang mengunjungi area D bersama kerabat.

Dari hasil pengolahan tersebut maka dapat diketahui bahwa area D dapat menarik pengunjung yang rumahnya jauh dari area D

untuk datang, menikmati dan memanfaatkan area D. Status pekerjaan pengunjung area D beragam, diantaranya adalah pelajar, mahasiswa, PNS, wiraswasta, karyawan, ibu rumah tangga, karyawan, dan sebagainya. Dari pekerjaan yang beragam tersebut, pengunjung yang paling banyak mengunjungi area D adalah mahasiswa yaitu sebesar 31%.

Selain karakteristik sosial-ekonomi, juga terdapat karaktersitik pola kunjungan yang terdiri dari tujuan kunjungan, frekuensi kunjungan, teman perjalanan, lama waktu kunjungan, dan cara melakukan perjalanan. Tujuan kunjungan pengunjung area D beragam, yaitu untuk rekreasi, bermain, berdagang, olahraga, mendatangi event. Tujuan kunjungan pengunjung area D sebagian besar adalah untuk rekreasi bersama keluarga ataupun kerabat, itu dikarenakan lokasi area D dikelilingi permukiman, dimana memerlukan suatu ruang terbuka publik untuk bersantai dan menikmati sore dengan keluarga.

Frekuensi kunjungan menunjukkan seberapa minat pengunjung untuk mengunjungi area D. Pengunjung terbanyak yang mengunjungi area D adalah pengunjung yang datang satu kali dalam seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa area D sangat berpotensi karena dapat menarik pengunjung untuk datang kembali ke area D. Selain itu teman perjalanan dapat mengetahui kepentingan dan tujuan pengunjung mengunjungi area D. Sebagian besar pengunjung mengunjungi area D bersama teman, keluarga sebanyak 26%, pasangan sebanyak 14% dan sendiri sebanyak 5%.

Lama atau tidaknya pengunjung dalam menghabiskan waktunya di area D tergantung dari kebutuhan dan aktivitas yang dilakukan di area D. Sebanyak 49% dari 100 responden, menghabiskan waktunya di area D selama kurang dari 2 jam. Adapun kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan pengunjung yang menghabiskan waktunya selama kurang dari 2 jam di area D adalah menikmati sore bersama keluarga, menunggu teman di area D, dan sebagainya.

Dalam melakukan suatu kunjungan, setiap pengunjung pada umumnya

(7)

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 187 menggunakan kendaraan sebagai moda

transportasi untuk mencapai tempat kunjungan. Dari 100 responden, sebagian besar pengunjung menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai area D.

Komponen Pembentuk Identitas Ruang Terbuka Publik, yang menentukan kualitas suatu tempat terdiri dari tiga komponen, yaitu fisik, aktivitas, dan makna. Komponen fisik yang terdapat di Area D Banjir Kanal Barat terdiri dari bangunan yang terletak di sekitar area D, penghijauan atau vegetasi, iklim, pedestrian atau jogging track, bendungan, jembatan serta ruang-ruang yang dijadikan sebagai tempat untuk beraktivitas. Selain itu, komponen fisik pembentuk identitas di area D dapat dilihat dari lokasi area D, serta akses jalan menuju area D. Area D juga dikelilingi oleh permukiman yang cukup padat yaitu permukiman Kelurahan Cabean, Kelurahan Bulustalan dan Kelurahan Bojong Salaman. Jalan utama untuk menuju area D dapat melalui Jalan Jendral Sudirman yang terletak di sebelah utara area D, dan Jalan Kaligarang yang terletak di sebelah selatan area D.

Selain itu, komponen pembentuk identitas ruang terbuka publik adalah aktivitas. Aktivitas yang dikategorikan sebagai aktivitas penting di area D adalah berjualan yang dilakukan pedagang, dimana aktivitas perdagangan merupakan aktivitas rutin yang dilakukan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam aktivitas perdagangan ini, pedagang juga melakukan aktivitas dalam sistem pergerakan seperti menggunakan jalan raya untuk mencapai area D. Aktivitas pilihan yang terdapat di area D, antara lain menikmati sore hari, bermain, rekreasi, olahraga, dan sebagainya. Selain kegiatan rekreasi, di area D juga terdapat kegiatan dalam event nonton bareng dan Hari Air Nasional. Aktivitas pilihan yang dilakukan di area D adalah area D yang dimanfaatkan sebagai tempat untuk berkumpul mengadakan rapat, atau untuk latihan menari seperti yang dilakukan oleh beberapa pengunjung di area D pada sore hari.

Adapun komponen makna pembentuk identitas yang dapat ditemui di area D yaitu

areanya yang mudah dikenali karena merupakan pembangunan area kenyamanan yang dapat menjadi tempat wisata, dimana letaknya juga dekat dengan jalan utama, serta memiliki landmark kawasan berupa jembatan yang kebanyakan orang menyebutnya ‘jembatan suramadu’ dan Bendungan Simongan. Jembatan ini dapat menjadi landmark karena pada malam hari lampu di jembatan ini menyala, dan adanya bendungan simongan, sehingga dapat menjadi tanda lokasi area D.

Kelengkapan dan Kondisi Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di area D terdiri dari jalur pemandu yang terdiri dari rambu, dimana area D tidak memiliki rambu yang spesifik untuk ruang terbuka publik, melainkan rambu lalu lintas, tangga yang tidak memiliki pegangan rambat (handrail), dimana persyaratan dan ukuran standar tangga yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007, harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada salah satu tangga, street furniture yang terdiri dari kursi taman, lampu penerangan, tempat sampah, vegetasi dengan fungsi peneduh, penyerap kebisingan, pemecah angin, dan pembatas pandang.

Selain itu, juga terdapat jalur pedestrian yang memiliki lebar 2 meter, dan 3,5 meter untuk jalur pedestrian di luar panggung terbuka, pintu masuk yang terdiri dari dua jenis yaitu pintu masuk yang mengakses panggung terbuka, dan pintu masuk untuk mengakses area selain panggung terbuka. Pintu masuk di area selain panggung terbuka di sepanjang area D mudah untuk diakses karena memiliki bentuk dan kejelasan fungsi pintu masuknya. Sedangkan pintu masuk untuk mengakses panggung terbuka kurang jelas, apabila pengunjung yang baru pertama mengunjungi area D akan sulit untuk mencari pintu masuk untuk masuk ke panggung terbuka.

Pada dasarnya area D tidak tersedia areal parkir, baik parkir kendaraan roda empat ataupun kendaraan roa dua, sehingga penampilan parkirnya tidak sesuai dengan standar tempat parkir yang seharusnya.

(8)

Perletakan mobil di tempat parkir di area D hanya tergantung pada bahu jalan tanpa adanya ketentuan sudut jalur trafik. Areal parkir yang terdapat di area D menggunakan space yang dijadikan sebagai tempat parkir untuk kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir.

Kebanyakan pengunjung yang mengunjungi area D dengan mobil, memakirkan kendaraan di sepanjang Jl. Bojong Salaman. Hal ini dapat mengganggu aktivitas pergerakan di jalan tersebut, padahal menurut Shirvani (1985), struktur tempat parkir tidak boleh mengganggu aktivitas di sekitarnya dan akan lebih baik jika mendukung kegiatan street level dan menambah kualitas visual lingkungan.

Area D memiliki pagar pembatas dan saluran drainase yang menunjukan kejelasan fungsi yaitu membatasi antara area D sendiri dengan jalan raya. Pagar pembatas yang terdapat di area D terletak di sepanjang area D di Jl. Bojong Salaman, Jl. Basudewo, dan Jl. bendungan. Selain itu, kejelasan fungsi area D yaitu adanya aliran drainase yang membatasi antara area D khususnya panggung terbuka dengan jalan raya.

Kualitas Ruang Terbuka Publik, dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria yang dapat dipenuhi guna mencapai ruang terbuka publik yang berkualitas. Adapun kriteria tersebut, yaitu kualitas fungsional, visual, dan lingkungan.

Kualitas fungsional dapat dilihat dari tujuan kunjungan, lama waktu kunjungan, kondisi pedestrian, dan tempat parkir kendaraan. Berikut merupakan persentase dari 100 jumlah pengunjung mengenai kualitas fungsional. Area D dapat menampung beragam aktivitas, namun aktivitas terbanyak dilakukan pengunjung adalah rekreasi. Lama waktu kunjungan mengidentifikasi seberapa betah pengunjung selama berada di area D. Semakin lama waktu kunjungan, maka semakin betah pengunjung mengunjungi area D.

Sumber: Hasil Analisis, 2013 GAMBAR 2 KUALITAS FUNGSIONAL

Adapun kondisi pedestrian di area D menurut pengunjung masih dalam kondisi cukup baik, karena jalur pedestrian digunakan sebagai tempat berdagang dan parkir, serta masih banyak sampah berserakan. Area D tidak memiliki areal parkir yang sesuai standar dalam penyediaan parkir di ruang terbuka publik dan menggunakan space yang dijadikan tempat parkir, sehingga jalur pedestrian tidak dapat menghubungkan antara jalur pedestrian dengan tempat parkir.

 Kualitas Visual dapat dilihat dari pendapat pengunjung mengenai pembangunan area D dan vitalitas dalam area D yaitu keberadaan pedagang dan event-event khusus yang diselenggarakan di area D. Sebanyak 100% pengunjung setuju dengan adanya pembangunan area kenyamanan karena dapat menyediakan tempat untuk menikmati pemandangan, tempat wisata gratis, mengembangkan wisata di Kota Semarang, menyediakan ruang publik, mengembangkan dan memanfaatkan ruang terbuka di Kota Semarang, membuat Sungai Banjir Kanal terlihat rapi dan tertata, membuat bantaran sungai yang tidak lagi identik dengan kawasan kumuh. Selain itu, dapat memberikan kenyamanan terhadap pengunjung. Sebanyak 93 orang dari 100 responden merasa tidak terganggu dengan keberadaan pedagang. Mereka malah mengganggap keberadaan pedagang sangat membantu dalam menyediakan makanan yang dijadikan cemilan sembari melakukan aktivitas.

Perletakan mobil di tempat parkir di area D hanya tergantung pada bahu jalan tanpa adanya ketentuan sudut jalur trafik. Areal parkir yang terdapat di area D menggunakan space yang dijadikan sebagai tempat parkir untuk kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir.

Kebanyakan pengunjung yang mengunjungi area D dengan mobil, memakirkan kendaraan di sepanjang Jl. Bojong Salaman. Hal ini dapat mengganggu aktivitas pergerakan di jalan tersebut, padahal menurut Shirvani (1985), struktur tempat parkir tidak boleh mengganggu aktivitas di sekitarnya dan akan lebih baik jika mendukung kegiatan street level dan menambah kualitas visual lingkungan.

Area D memiliki pagar pembatas dan saluran drainase yang menunjukan kejelasan fungsi yaitu membatasi antara area D sendiri dengan jalan raya. Pagar pembatas yang terdapat di area D terletak di sepanjang area D di Jl. Bojong Salaman, Jl. Basudewo, dan Jl. bendungan. Selain itu, kejelasan fungsi area D yaitu adanya aliran drainase yang membatasi antara area D khususnya panggung terbuka dengan jalan raya.

Kualitas Ruang Terbuka Publik, dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria yang dapat dipenuhi guna mencapai ruang terbuka publik yang berkualitas. Adapun kriteria tersebut, yaitu kualitas fungsional, visual, dan lingkungan.

 Kualitas fungsional dapat dilihat dari tujuan kunjungan, lama waktu kunjungan, kondisi pedestrian, dan tempat parkir kendaraan. Berikut merupakan persentase dari 100 jumlah pengunjung mengenai kualitas fungsional. Area D dapat menampung beragam aktivitas, namun aktivitas terbanyak dilakukan pengunjung adalah rekreasi. Lama waktu kunjungan mengidentifikasi seberapa betah pengunjung selama berada di area D. Semakin lama waktu kunjungan, maka semakin betah pengunjung mengunjungi area D.

Sumber: Hasil Analisis, 2013 GAMBAR 2 KUALITAS FUNGSIONAL

Adapun kondisi pedestrian di area D menurut pengunjung masih dalam kondisi cukup baik, karena jalur pedestrian digunakan sebagai tempat berdagang dan parkir, serta masih banyak sampah berserakan. Area D tidak memiliki areal parkir yang sesuai standar dalam penyediaan parkir di ruang terbuka publik dan menggunakan space yang dijadikan tempat parkir, sehingga jalur pedestrian tidak dapat menghubungkan antara jalur pedestrian dengan tempat parkir.

 Kualitas Visual dapat dilihat dari pendapat pengunjung mengenai pembangunan area D dan vitalitas dalam area D yaitu keberadaan pedagang dan event-event khusus yang diselenggarakan di area D. Sebanyak 100% pengunjung setuju dengan adanya pembangunan area kenyamanan karena dapat menyediakan tempat untuk menikmati pemandangan, tempat wisata gratis, mengembangkan wisata di Kota Semarang, menyediakan ruang publik, mengembangkan dan memanfaatkan ruang terbuka di Kota Semarang, membuat Sungai Banjir Kanal terlihat rapi dan tertata, membuat bantaran sungai yang tidak lagi identik dengan kawasan kumuh. Selain itu, dapat memberikan kenyamanan terhadap pengunjung. Sebanyak 93 orang dari 100 responden merasa tidak terganggu dengan keberadaan pedagang. Mereka malah mengganggap keberadaan pedagang sangat membantu dalam menyediakan makanan yang dijadikan cemilan sembari melakukan aktivitas.

0 20

Rekreasi <2 jam Kondisi Pedestrian Cukup

Baik Parkir di Tempat yang Banyak Kendaraan Parkir

Jumlah Pengunjung

Perletakan mobil di tempat parkir di area D hanya tergantung pada bahu jalan tanpa adanya ketentuan sudut jalur trafik. Areal parkir yang terdapat di area D menggunakan space yang dijadikan sebagai tempat parkir untuk kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir.

Kebanyakan pengunjung yang mengunjungi area D dengan mobil, memakirkan kendaraan di sepanjang Jl. Bojong Salaman. Hal ini dapat mengganggu aktivitas pergerakan di jalan tersebut, padahal menurut Shirvani (1985), struktur tempat parkir tidak boleh mengganggu aktivitas di sekitarnya dan akan lebih baik jika mendukung kegiatan street level dan menambah kualitas visual lingkungan.

Area D memiliki pagar pembatas dan saluran drainase yang menunjukan kejelasan fungsi yaitu membatasi antara area D sendiri dengan jalan raya. Pagar pembatas yang terdapat di area D terletak di sepanjang area D di Jl. Bojong Salaman, Jl. Basudewo, dan Jl. bendungan. Selain itu, kejelasan fungsi area D yaitu adanya aliran drainase yang membatasi antara area D khususnya panggung terbuka dengan jalan raya.

Kualitas Ruang Terbuka Publik, dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria yang dapat dipenuhi guna mencapai ruang terbuka publik yang berkualitas. Adapun kriteria tersebut, yaitu kualitas fungsional, visual, dan lingkungan.

 Kualitas fungsional dapat dilihat dari tujuan kunjungan, lama waktu kunjungan, kondisi pedestrian, dan tempat parkir kendaraan. Berikut merupakan persentase dari 100 jumlah pengunjung mengenai kualitas fungsional. Area D dapat menampung beragam aktivitas, namun aktivitas terbanyak dilakukan pengunjung adalah rekreasi. Lama waktu kunjungan mengidentifikasi seberapa betah pengunjung selama berada di area D. Semakin lama waktu kunjungan, maka semakin betah pengunjung mengunjungi area D.

Sumber: Hasil Analisis, 2013 GAMBAR 2 KUALITAS FUNGSIONAL

Adapun kondisi pedestrian di area D menurut pengunjung masih dalam kondisi cukup baik, karena jalur pedestrian digunakan sebagai tempat berdagang dan parkir, serta masih banyak sampah berserakan. Area D tidak memiliki areal parkir yang sesuai standar dalam penyediaan parkir di ruang terbuka publik dan menggunakan space yang dijadikan tempat parkir, sehingga jalur pedestrian tidak dapat menghubungkan antara jalur pedestrian dengan tempat parkir.

Kualitas Visual dapat dilihat dari pendapat pengunjung mengenai pembangunan area D dan vitalitas dalam area D yaitu keberadaan pedagang dan event-event khusus yang diselenggarakan di area D. Sebanyak 100% pengunjung setuju dengan adanya pembangunan area kenyamanan karena dapat menyediakan tempat untuk menikmati pemandangan, tempat wisata gratis, mengembangkan wisata di Kota Semarang, menyediakan ruang publik, mengembangkan dan memanfaatkan ruang terbuka di Kota Semarang, membuat Sungai Banjir Kanal terlihat rapi dan tertata, membuat bantaran sungai yang tidak lagi identik dengan kawasan kumuh. Selain itu, dapat memberikan kenyamanan terhadap pengunjung. Sebanyak 93 orang dari 100 responden merasa tidak terganggu dengan keberadaan pedagang. Mereka malah mengganggap keberadaan pedagang sangat membantu dalam menyediakan makanan yang dijadikan cemilan sembari melakukan aktivitas. 20 40 60 80 39 49 75 43 Jumlah Pengunjung

(9)

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190 | 189

Kualitas lingkungan dapat dilihat dari pendapat pengunjung mengenai penghijauan dan pengelolaan dan perawatan yang terdapat di area D. Pada dasarnya untuk suatu ruang terbuka publik, penghijauan di area D sangat minim. Vegetasi yang ada di area D hanya vegetasi dengan fungsi peneduh, penyerap kebisingan, pemecah angin, dan pembatas pandang, dan hanya memiliki jumlah yang sangat sedikit. Pengelolaan dan perawatan yang terdapat di area D berasal dari swadaya masyarakat sekitar khususnya masyarakat Kelurahan Bojong Salaman, dimana mereka mengerahkan warga mereka yang tidak memiliki mata pencaharian untuk bekerja di area D sebagai tukang parkir yang dimulai dari pukul 15.00-23.00 untuk hari Senin-Jumat dan pukul 06.00-23.00 untuk hari Sabtu dan Minggu. Tingkat Kenyamanan Pengunjung Ruang Terbuka Publik, terdiri dari tujuh komponen, yaitu sirkulasi, iklim, aroma, kebisingan, kebersihan, keamanan, dan keindahan. Sirkulasi yang terdapat di area D terdiri dari jalur pejalan kaki dan pintu masuk. Jalur pejalan kaki yang digunakan sebagai tempat parkir maupun tempat berjualan dapat menghambat pengunjung untuk menggunakan jalur pejalan kaki, sehingga pengunjung mengalami kesulitan dalam mengakses area D. Hal tersebut dapat mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung yang berpengaruh pada kualitas ruang terbuka publik di area D. Pintu masuk yang terdapat di area D dipenuhi oleh pedagang sehingga pengunjung terkadang kesulitan untuk memasuki panggung terbuka.

Area D sendiri memiliki tempat peneduh, namun dari 100 responden, 61% diantaranya berpendapat bahwa area D memiliki tempat peneduh namun tidak berfungsi secara optimal. Hal ini dikarenakan jumlah tempat peneduh yang sedikit dan hanya dapat menampung sedikit pengunjung. Oleh sebab itu, banyak pengunjung mendatangi area D pada jam-jam tertentu seperti sore hari karena tidak terlalu panas. Tingkat kebisingan

di area D tidak terlalu tinggi. Sebanyak 71 pengunjung dari 100 responden tidak merasa kebisingan saat berada di area D. Tingkat kebisingan cukup tinggi pada saatevent-event yang diselenggarakan di area D.

Sumber bau yang berada di area D berasal dari tong sampah, sampah yang menumpuk, drainase maupun sungai. Keamanan yang terdapat di ruang terbuka publik bukan hanya mencakup dari segi kejahatan atau kriminal tetapi juga termasuk konstruksi dari elemen lansekap, tata letak elemen, bentuk elemen, dan kejelasan fungsi. Keamanan juga dapat dilihat dari fasilitas yang memberikan rasa aman di ruang terbuka publik, salah satunya adalah pagar dan saluran drainase.

Area D memiliki kebersihan yang cukup, dikarenakan masih terdapat sampah yang berserakan, padahal telah tersedia tong sampah yang jumlahnya cukup dan tersebar di sepanjang area D. Sampah yang berserakan di area D terdapat di sepanjang jalur pejalan kaki, dan juga terdapat di dekat tempat duduk. Hal ini dapat mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung.

Keindahan yang terdapat di ruang publik berasal dari desain ruang terbuka publik itu sendiri maupun view yang dimiliki. Selain meningkatkan kenyamanan, desain yang menimbulkan keindahan juga dapat meningkatkan daya tarik dan nilai estetika area D menjadi berkualitas. Keindahan juga ditimbulkan dariviewyang terdapat di area D berupa lampu-lampu yang terdapat di sepanjang area D, apabila malam hari menjadi sangat indah karena cahaya lampu memberikan pantulan ke air sungai. Selain itu juga terdapat lampu di jembatan, yang dapat menjadilandmarkarea ini.

Hubungan antara Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung

Secara keseluruhan kualitas fungsional di area D memiliki hubungan dengan tingkat kenyamanan pengunjung, dimana hubungan tersebut erat dan saling berpengaruh. Kualitas fungsional di area D lebih menekankan pada faktor kenyamanan berupa sirkulasi, iklim, keamanan, dan kebersihan. Hal ini

(10)

dikarenakan, kualitas fungsional dilihat dari kondisi fisik yang terdapat di area D, baik kondisi fasilitas maupun kondisi fisik dan fungsional area D itu sendiri.

Jika dilihat secara keseluruhan, kualitas visual area D lebih menekankan pada faktor kenyamanan sirkulasi, iklim, kebersihan, dan keindahan. Hal ini disebabkan kualitas visual tidak dilihat dari fisiknya melainkan dari segi pandangan maupun penglihatan pengunjung itu sendiri yang dapat menentukan tingkat kenyamanan pengunjung selama berada di area D. Dengan meningkatkan kualitas visual area D maka dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang mengunjungi area D. Kualitas lingkungan di area D lebih menekankan pada faktor kenyamanan iklim, kebersihan, dan keindahan. Hal ini dikarenakan kualitas lingkungan berpengaruh pada iklim, kebersihan, dan keindahan dimana berpengaruh pada estetika dan keseimbangan lingkungan.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kualitas ruang terbuka publik memiliki hubungan yang erat dan saling berpengaruh dengan tingkat kenyamanan pengunjung. Kualitas fungsional di area D lebih menekankan pad faktor kenyamanan berupa sirkulasi, iklim, keamanan, dan kebersihan. Kualitas visual lebih menekankan pada faktor kenyamanan berupa sirkulasi, iklim, kebersihan dan keindahan. Kualitas lingkungan lebih menekan pada faktor kenyamanan berupa iklim, kebersihan dan keindahan. Suatu ruang terbuka publik dikatakan berkualitas apabila telah memperhatikan dan meningkatkan kenyamanan pengunjung. Begitu pula sebaliknya, ruang terbuka yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya merupakan ruang terbuka publik yang berkualitas. Area D sebagai ruang terbuka publik yang baru di Kota Semarang dapat menjadi ruang terbuka publik yang

berkualitas apabila memperhatikan dan meningkatkan komponen yang mempengaruhi kenyamanan pengunjung, serta mengelola dan memberikan perawatan yang rutin terhadap fasilitas yang ada, sehingga dapat menjawab kebutuhan pengunjung dalam memanfaatkan area D.

DAFTAR PUSTAKA Bappeda Semarang

Budiharjo, Eko dan Djoko Sujarto. 1998. Kota yang Berkelanjutan.Jakarta: Ditjen Dikti, Dekdibud

Carr, Stephen et al. 1992. Public Space.New York: Cambridge University Press Cresswell, John W. 1994. Research Design

Qualitative dan Quantitative Approach. London: Sage Publication

Danisworo, Mohammad. 1991. Perancangan Urban.Institut Teknologi Bandung Darmawan, Edy. Ruang Publik dalam

Arsitektur kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hakim, Rustam dan Hardi Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara

Prihastoto. 2003.Kajian Kualitas Ruang Publik pada Alun-Alun Kota Purworejo. Thesis tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana, Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, Semarang Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Yusran, Muhammad. 2012. Arahan

Pengembangan Kawasan Ruang Publik Pantai Losari. Tugas Akhir Tidak Diterbitkan, Program S1, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia, Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Agama Islam merupakan agama yang rahmatan lil „alamiin, artinya keberadaan ajaran Islam sebagai agama wahyu tersebut, memiliki peran penting untuk penyelematan ummat di dunia

Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi Kabupaten Bandung Barat No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan penambahan variasi jenis garam dengan temperatur beku yang lebih bawah, volume yang lebih besar, variasi pada laju

sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah. 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat

Pemberdayaan masyarakat terutama dibidang peningkatan ekonomi melalui kegiatan koperasi simpat pinjam, usaha kecil dan menengah (UKM) Perencanaan dan penerapan sistem

DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

• Islam dibawa ke Aceh oleh para pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia bermazhab Syiah pada abad ke 7/8 Masehi. • Syiah datang ke Indonesia sejak awal masuknya Islam ke Indonesia