Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 45 PADA DIABETES MELITUS
Siti Rofiatun Rosida, Sudaryanto Akademi Keperawatan YAPPI Sragen
Email: rosidha_sukoco@gmail.com Abstrak
Latar Belakang. Proporsi kematian akibat DM terjadi pada Negara Indonesia dengan pendapatan rendah dan menengah dengan proporsi sebesar 80%. Sebagai salah satu Penyakit tidak menular DM. Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3juta orang meninggal akiba Diabetes Melitus dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pengaruh pemberian jus alpukat terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus bahwa alpukat merupakan salah satu buah yang memiliki effect antidiabetic. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen hiperglikemi dengan pemberian jus dalam menurunkan kadar glukosa darah pada Diabetes Militus. Metode Penelitian. Desain yang digunakan adalah studi kasus keperawatan dengan metode penelitian deskriptif dengan satu subjek studi kasus. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah manajemen hiperglikemi dengan pemberian jus alpukat. Instrumen yang digunakanadalah format asuhan keperawatan, glukometer , Jus alpukat 250cc, lembar observasi SOP pemberian jus alpukat.
Hasil Penelitian. Hasil pengkajian pasien menunjukkan hiperglikemi dengan GDS 254,1mg/dl, setelah diberikan jus alpukat menjadi 210 mg/dl, kemudian pada hari ke-2 GDS semula 310 mg/dl, 2 jam setelah diberika jus alpukat menjadi 210 mg/dl, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi penunan gula darah setelah diberikan jus alpukat meskipun bersifat sementarai. Simpulan. Pemberian jus alpukat sebagai upaya manajemen hiperglikemi dapat menurunkan kadar gula darah.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Hiperglikemi, Jus Alpukat
HYPERGLICEMIC MANAGEMENT: GIVING AVOCADO JUICE IN REDUCING BLOOD SUGAR LEVEL
IN DIABETES MELITUS Abstract
Background: The proportion of DM deaths occurred in low and middle income countries of Indonesia with a proportion of 80%. As one of the non-contagious Diseases Indonesia's DM is ranked 6th as the cause of death. About 1.3 million people die from Diabetes Mellitus and 4% die before the age of 70 years.Effect of avocado juice on blood glucose in diabetes mellitus that avocado in one of the fruits that have antidabetic effect. Objective: to find out how the management of hyperglycemia with the provision of juice in lowering blood glucose levels in Diabetes Militus. The help reduce the incidence of diabetes mellitus is the need for non- pharmacological drugs in lowering blood glucose levels in diabetes mellitus. Methods: The design used was a case study of nursing using descriptive research method with one case study subject. The nursing action undertaken is the management of hyperglycemia with the administration of avocado juice. The instruments used are nursing care format, glucometer, 250cc avocado juice, observation sheet SOP of avocado juice.
Results: The results of the patient's assessment showed hyperglycemia with GDS of 254.1 mg / dl, after being given avocado juice to 210 mg / dl, then on the 2nd day of GDS originally 310 mg / dl, 2 hours after receiving avocado juice to 210 mg / dl, so it can be concluded that the bloodsugar swell after being given avocado juice even though it is temporary. Conclusion. Giving avocado juice as an effort to manage hyperglycemia can reduce blood sugar levels
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 46 Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM)
merupakan sekelompok gangguan
metabolisme yang bersifat
kronisyang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah
dangan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein
(Daniels, 2012). Data Dinas
Kesehatan Kota Surakarta prevalensi penderita Diabetes mellitus tahun 2005 sebesar 3008 per 100.000 penduduk dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 4506 per 100.000
penduduk , sedangkan jumlah
penderita Diabetes mellitus pada tahun 2005 sebesar 43.312 orang dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 46.465 orang. Data jumlah pasien DM tipe 2 rawat jalan di RumahSakit Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2013 sebanyak 8.118 pasien. Pada tahun 2014 sebanyak 8.091 pasien dan tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan Mei 2015 pasien DM rawat jalan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta sebanyak 3.150 pasien (profil dinas kesehatan Surakarta 2015 ).
Kurangnya produksi insulin
dan ketidakmampuan jaringan
menggunakan insulin akan berakibat
pada peningkatan kadar glukosa darah di atas level normal. Kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang terjadi berkepanjangan akan berakibat pada berbagai gangguan akut seperti koma hiperglikemik dan dehidrasi, maupun berbagai gangguan kronis seperti neuropati dan nefropati (Fauci, 2009). Beberapa fakta yang ada membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pengaruh
pemberian jus alpukat terhadap kadar gula darah penderitaan DM tipe II (Nurjanah, dan Elisa, 2007). Sharma, dan vikrant (2011) dalamYuniarti, annisa (2012) mengemukakan bahwa Alpukat adalah salah satu buah yang memiliki effect antidiabetic. Tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah pemberian jus alpukat dapat menurunkan kadar gula
darah pasien dengan Diabetes
Melitus.
Metode Penelitian
Desain penelitian dalam
Karya Tulis Ilmiah ini adalah studi kasus keperawatan dengan metode
penelitian deskriptif. Menurut
Malinda, Nova (2012), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 47 suatu objek, suatu satuan kondisi,
suatu system pemikiran atau suatu peristiwa.
Subjek dari penelitian ini adalah Ny. N yang menderita diabetes militus, tidak. ada gangguan menelan,
tidak terpasang NGT, pasien
menyukai buah alpukat, GDS > 200mg/dl, instrument studi kasus
meliputi glokometer, standar
operasianal pelaksanaan ?(SOP), jus alpukat 250 cc, format asuhan keperawatan. Teknik pemberian jus alpukat yaitu alpukat 100 gr dalam gelas cup 250 cc diberikan 1x dalam sehari selama 2 hari..
Hasil Penelitian
Pengkajian Ny. N pada
tanggal 26 Mei 2017. Data diperoleh dari teknik wawancara dan catatan medis.Tindakan keperwatan sudah disetujui oleh semua pihak. Pada Pengkajian didapatkan data meliput identitas umum Ny. N berumur 65 tahun, jenis kelamin perempuan, beralamat Kalijambe, keluhan utama Ny. N yaitu sering pusing.
Pada saat pengkajian di Ruang Teratai pasien mengatakan sering pusing karena tekanan darahnya
tinggi, sering kesemutan pada
ekstremitasnya, pandangannya sudah kabur, nafsu makan menurun, dan
badan terasa lemas.Ny. N
mengatakan sebelum sakit BB: 55 Kg, TB : 160 cm dan pada saat sakit BB pasien turun menjadi 50 Kg, TB : 160 cm. Hasil pemeriksaan IMT sebelum sakit didapatkan : 21, 484 dan saat sakit IMT : 19, 531, saat sakit nafsu makan Ny. N menjadi menurun, Ny. N hanya habis 5-6 sendok /hari atau pasien mengahabiskan separuh porsi dari persediaan RS karena Ny. N mengatakan tidak suka makanan yang disediakan dari RS dan Ny. N merasakan makanan tersebut tidak ada rasanya dan saat sakit diet pasien yaitu nasi bubur.
Dari hasil analisa data pada Ny. N ; data subjektif : saat sakit nafsu makan Ny. N menjadi menurun, Ny. N hanya habis 5-6 sendok /hari atau pasien mengahabiskan separuh porsi dari persediaan RS karena Ny. N mengatakan tidak suka makanan yang disediakan dari RS dan Ny. N merasakan makanan tersebut tidak ada rasanya, sering pusing karena tekanan darahnya tinggi, sering
kesemutan pada ekstremitasnya,
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 48 makan menurun, dan badan terasa
lemas
Data obyektif : sebelum sakit BB: 55 Kg, TB : 160 cm dan pada saat sakit BB pasien turun menjadi 50 Kg, TB : 160 cm. Hasil pemeriksaan IMT sebelum sakit didapatkan : 21, 484 dan saat sakit IMT : 19, 531, kulit kering, membrane mukosa pucat, GDS 266,7 mg/dl.Dari analisa data diatas dengan batasan karakterisik: berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat, maka dapat di tegakakan diagnosa keperwatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien. Tujuan kriteria hasil pada Ny. N diharapkan terdapat penurunan kadar glukosa darah(<200mg/dl), kemudian intervensi yang disusun untuk Ny. N yaitu manajemen hiperglikemi dengan memberikan jus alpukat.
Implementasi yang sudah
dilakukan yaitu manejemen
hiperglikemi pasien dengan
memberikan jus alpukat, selain itu Ny. N juga mendapatkan injeksi lovemir 20 Ui/malam yaitu pada
pukul 22. 00 WIB. Teknik pembuatan jus alpukat yang pertama menyiapkan air putih terlebih dahulu (50 cc), alpukat 100 gr dengan tambahan gula Tropicana slim tanpa susu dan es. Pada hari pertama sebelum pemberian jus pukul 07.00 GDS pasien 254, 1 mg/dl dan TD 160/80 mmHg, kemudian diberikan jus alpukat 250 cc, 2 jam setelah pemberian, pada jam 09.00 WIB GDS : 210mg/dl, TD : 150/80, pasien tidak alergi terhadap jus alpukat yang diberikan hal ini dibuktikan pasien tidak mual – muntah, tidak pusing, bahkan pasien lebih segar setelah minum jus alpukat
dan pasien mengatakan jus
alpukatnya tidak pahit. Pada hari ke-2 sebelum pemberian jus GDS pasien 310 mg/dl, TD : 150/80, setelah itu berikan jus alpukat 250 cc pada jam 07.00 WIB, 2 jam setelahnya GDS 220 mg/dl, pasien tidak alergi terhadap jus alpukat yang diberikan hal ini dibuktikan pasien tidan muntah, tidak pusing, pasien lebih fresh, jus alpukat yang diberikan selalu habis.
Evaluasi tindakan
keperawatan pada Ny. N dilakukan
pada tanggal 27/5/17 setelah
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 49 sehari pada jam 09.00 WIB, dengan
data subjektif : Pasien mengatakan : Pasien masih kesemutan, nafsu
makan belum meningkat. Data
Objektif : Pemberian jus alpukat sebelum makan, GDS tgl 27/5/17 :254,1mg/dl, pasien tidak mual – muntah, tidak pusing, pasien lebih segar setelah minum jus alpukat, turun menjadi : 210 mg/dl, setelah
diberikan jus alpukat terjadi
penurunan selisih angka GDS pasien yaitu 44, 1 mg/dl. Evaluasi pada tanggal 28/5/17 setelah pemberian jus alpukat 1x dalam sehari pada jam 09.00 WIB, dengan data subjektif : Pasien mengatakan jarang kesemutan, nafsu makan belum meningkat.
Data Objektif : GDS sebelum pemberian alpukat Sebelum makan pada jam 07.00 WIB dengan GDS : 310 mg/dl turun menjadi 220mg/dl, pasien tidak mual – muntah , tidak pusing, pasien lebih fresh, setelah
diberikan jus alpukat terjadi
penurunan selisih angka GDS pasien yaitu 90 mg/dl. Menurut Fibriana, reni (2014), evaluasi dilakukan setelah 2 jam pemberin jus alpukat karena gula darah pasien akan meningkat 1-2 jam setelah makan, maka untuk mengetahui keefektifan
fungsi jus alpukat dalam menurunkan kadar gula darah tersebut dilakukan pengecekan gula darah pasien setelah makan
Pembahasan
Pengkajian pada Ny. N di dapatkan data fokus sebagai berikut, data subjektif : pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien makan 5-6 sendok/ hari, badan terasa lemas, sering kesemutan, pandangan sudah kabur. Data objektif : bibir pucat, GDS 254, 1 mg/dl, kulit kering, pasien tampak lemah. Hiperglikemi adalah suatu keadaan dimana tingkat kadar glukosa yang sangat tinggi dari rentang normal gula darah (Elizabeth, 2009). Menurut Oktaviani (2015) manifestasi klinis hiperglikemi yaitu terjadi penurunan berat badan, pandangan kabur, badan terasa lemah, letih dan pusing.
Sedangkan menurut
Rachmawati (2015), hasil
pemeriksaan gula darah dikatakan normal apabila gula darah sewaktu < 110 mg/dl, gula darah puasa 70-110 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160 mg/dl, 2 jam setelah makan <140 mg/dl dan dikatakan DM apabila GDS > 200 mg/dl, kadar gula darah
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 50
puasa > 126 mg/dl. Pasien
hiperglikemi mengalami penurunan berat badan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energy ( Subekti, 2009 ).
Menurut Kariadi dalam
Laylatief (2017), pasien hiperglikemi sering kesemutan karena kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan serat saraf hancur sehingga sinyal keotak dan dari otak tidak terkirim dengan benar, akibat dari tidak terkirimnya sinyal tersebut maka
hilangnya indra perasa ,
meningkatnya nyeri dibagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi yang umum terjadi biasanya dimulai dari jempol kaki hingga seluruh kaki dan akan menimbulkan kesemutan atau bahkan mati rasa.
Sesuai data Ny. N diagnosa yang diterapkan penulis pada Ny. N adalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient.Penulis mengambil diagnosa ini karena sudah sesuai dengan teori hierarki maslow yaitu kebutuhan
fisiologis.Sedangkan penulis
mengambil faktor berhubungan
dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient karenan pada Ny. N terjadi kekurangan produksi
insulin sehingga menyebabkan
hiperglikemi, ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robbin & cottrans dalam Indah, indida (2013),
diabetes melitus adalah suatu
penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan
mempunyai karakteristik
hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
Pada diabetes melitus semua proses terganggu karena defisiensi insulin, penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolisme terganggu (Rendy & Margareth dalam Herlina, shinta 2017). Batasan karakteristik dari ketidakseimbangan nutrisi yaitu berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat (Nanda, 2015).Berdasarkan dari tujuan asuahan keperawatan pada penderita diabetes melitus dengan nutrisi kurang dari kebutuuhan tubuh adalah terdapat penurunan kadar glukosa darah(<200mg/dl).
Tindakan keperawatan yang
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 51 hiperglikemi dengan jus alpukat,
pemberian jus alpukat 100 gr dilakukan 1x1 dalam sehari di pagi hari dan dilakukan selama 2 hari. Terdapat penurunan pada pasien setelah diberikan jus alpukat, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pemberian jus alpukat dalam menurunkan kadar gula darah pasien pada penderita diabetes militus. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang ada dalam buah alpukat itu sendiri.Menurut Berdanier et al dalam Mely (2015) buah alpukat
mengandung Antioksidan dan
beberapa vitamin seperti vitamin A, Riboflavin (vitamin B2), viamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E yang ada dalam alpukat mambantu merangsang aksi insulin dengan
menghambat pengikatan glukosa
menjadi low densit lipoprotein (Anton, 2011). Kemudian menurut
Utami (2012), menyebutkan
tingginya kemampuan antioksidan yang memiliki vitamin C, E , dan koraten dalam alpukat semakin meningkatkan kemampuan alpukat untuk mengontrol gula darah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Nurheti dalam Alfuja, et. al (2009), yaitu buah alpukat juga
mengandung saponin, alkaloid,
flavonoid, dan tannin. Pendapat tersebut diperkuat oleh Jack dalam Oktaria, Yunita (2013), flavonoid inilah yang diduga sebagai agen
antidiabetes.Flavonoid adalah
senyawa organik alami yang ada pada tumbuhan secara umum.Flavonoid alami banyak memainkan peran penting dalam pencegahan diabetes dan komplikasinya. Alpukat 100 gr dalam gelas cup 250 cc karena menurut Utami, annisa yuniarti (2012) bahwa 100 mg alpukat terdapat kandungan karbohidrat yang kurang dari 10% dan kandungan 48% kandungan lemak jenuh yang ada dalam alpukat berdampak pada menurunnya respon glukosa darah pasien.
Dalam pemberian jus alpukat pada Ny. N dilakukan 1x dalam sehari karena pada pagi hari karena pada saat bangun tidur, kadar glukosa akan berada pada titik terendah, pada kondisi lain insulin berada pada tingkat yang tertinggi. Pada dasarnya setelah bangun tidur, sel tubuh membutuhkan pasokan energy baru sehingga menimbulkan rasa lapar dan pagi hari merupakan waktu yang tepat untuk mengisi kembali sumber
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 52
energy sehingga menyebabkan
hipoglikemi sehingga dalam kondisi hipoglikemi dimana kadar glukosa darah pasien dalam keadaan turun lebih baik untuk diberikan jus alpukat untuk perbandingan gula darah pasien sebelum sarapan dan sesudah sarapan (Hasanah, zalfa, et. al, 2017).
Dalam penelitian ini jus alpukat diberikan pada Ny. N dengan cara mengecek GDS dan TD pasien
sebelum diberikan jus alpukat
kemudian jus alpukat tanpa gula, susu, dan es diberikan pada Ny. Y. Menurut Sutomo, budi (2015) bahwa lemak alpukat sangat tinngi apabila dicampur dengan susu dan gula akan merusak kandungan vitamin dan mineral.
Buah alpukat yang
mengandung banyak vitamin dan lemak nabati malah akan membuat kehilangan manfaatnya untuk yang
mengkonsumsinya, karena
penambahan susu kental manis dan gula, apalagi dalam jumlah yang
banyak, maka manfaat yang
terkandung didalam buah alpukat tidak akan diperoleh sama sekali. Menurut Alfuja, dovan giovani, et. al (2014), bahwa kandungan kalium dalam alpukat dapat menurunkan
tekanan darah pasien dengan cara
meningkatkan ekskresi natrium,
menekan sekresi rennin,
menyebabkan dilatasi atriol dan
mengurangi respon terhadap
vasokonstriksi endogen.
Penelitian yang dilakukan penulis selama 2 hari pada Ny. N yaitu terjadi penurunan kadar glukosa darah pasien meskipun bersifat
sementara, dan itu dibuktikan
langsung oleh penulis dan hasilnya efektif bahwa gula darah pasien menurun, terbukti dari hasilnya yaitu pada hari pertama yang semula GDS pasien 254, 1 mg/dl menjadi 210 mg/dl, dan pada hari kedua GDS pasien 310 mg/dl menjadi 210 mg/ dl. Apabila pasien patuh dan sesuai dengan jadwal saat minum jus alpukat penulis yakin kadar glukosa darah pasien akan stabil.
Setelah diberikan jus alpukat terjadi penurunan gula darah pasien karena terdapat kandungan vitamin E
yang berfungsi membantu
merangsang aksi insulin sehingga insulin yang semula diproduksi oleh pancreas tetapi tubuh tidak bisa
memanfaatkannya karenan
hiperglikemi sehingga terjadi
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 53 bantuan vitamin E pada alpukat
tersebut akan membantu tubuh untuk memecah makanan dengan bantuan insulin.
Simpulan
Pemberian jus alpukat dapat
menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus dengan Hiperglikemia. Institusi pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan termasuk perawat dapat menggunakan terapi non farmakologi untuk membantu penanganan keluhan pasien. Namun penggunaan jus alpukat dalam penurunan kadar glukosa darah ini perlu dilakukan uji lebih lanjut yang lebih komprehensif.
Daftar Pustaka
Alfuja, D.G., M.A. Hamid, dan S.W.
Asih. 2014. Pengaruh
Pemberian Buah Alpukat
Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita
Hipertensi Di
DesaWringnagung.
Skripsi.Progam Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah
Jember.Jember.http://digilib.un
muhjember.ac.id. Diakses
tanggal 7 Desember 2017
Brunner, dan Suddarth. 2013.
Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi Kedelapan, EGC. Jakarta.
Hasanah, Z, Khairun, N.B, dan Riyan, W. 2017. Kondisi Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kontrol Kadar Glukosa Pada Pasien DM Tipe
2.Juke.kedokteran.unila.ac.id. Diakses tanggal 28 juni 2018 Mely. 2015. Pengaruh Pemberian Jus
Alpukat Terhadap Gambaran Kadar Aspartate Transminase (
AST ) Dan Alanine
Transminase ( ALT ) Pada
Tikus Putih (Rantus
Norvegicus) Yang Diinduksi
Meloxicam Dosis Toksik.
Skripsi.Progam Studi
Kedokteran Hewan Fakultas
Kedokteran Universitas
Hasanuddin
Makassar.Repository.
Unhas.ac.id. Diakses tanggal 27 Mei 2018
Oktaria, Y. E. 2013. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (persea Americana mill). Terhadap Tikus Galur
Wistar Yang Diinduksi
Aloksan.Skripsi.Fakultas
Farmasi Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.eprint. Ums.ac.id. Diakses tanggal 28 Mei 2018 Sutomo, B. 2015. Bahaya jus alpukat
dengan susu dan gula. Harian Kompas. 1 April. Halaman 10. Jakarta.
Utami, A.Y..2012. Pengaruh
Pemberian Jus Alpukat
Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis II Bantul Yogyakarta.Skripsi.Progam
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 54
Pendidikan Ners Sekolah
Tinggi Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta.http://digilib.unisay ogya.ac.id. Diakses tanggal 11 November 2017
Wardani, K.N., Y. Moviana, dan IG.P.S. Puryanan. 2014. Jus Buah Naga Merah Menurunkan Kadar Glukosa Darah Penderita DMT 2. Jurnal Skala Husada 11(1): 59-66. http://www. poltekkes-denpasar.ac.id. Diakses tanggal 18 November