• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memberikan gagasan yang dapat dijadikan sebagai bahan kontribusi dalam Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perikanan Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memberikan gagasan yang dapat dijadikan sebagai bahan kontribusi dalam Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perikanan Indonesia."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah suatu negara kepulauan dan telah dikenal sebagai negara maritim. Memiliki luasan perairan yang lebih dibandingkan dengan daratannya. Oleh karena kondisi seperti itu, sangatlah besar potensi Indonesia dalam bidang Perikanan. Produk perikanan yang berasal dari perikanan tawar, payau, maupun laut. Bahkan produk dari perikanan itu sendiri telah dikenal oleh negara luar dan menjadi target pasar negeri ini. Contohnya saja komoditas rumput laut, lele, patin, nila, kerapu, kakap, mas, dan gurami sampai kepada udang dan bandeng yang banyak diekspor dengan kualitas yang dapat bersaing dengan produk pasar dunia. Terlebih dengan program pemerintah yang kini, untuk tahun 2014, menginginkan produksi perikanan Indonesia naik tiga kali lipat, yaitu sebesar 5,38 juta ton pada tahun 2010 dan 16,89 juta ton pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 353% (1)

Produktifitas perikanan tentulah harus ditingkatkan. Namun, untuk tercapainya itu tentu dibutuhkan dukungan, terutama pelaksana utama perikanan budidaya, yaitu sumber daya manusia nya. Selain itu, ternyata kondisi lingkungan pun berpengaruh terhadap kinerja produksi perikanan. Koran harian Kompas (2) memberitakan cukup banyak mengenai kondisi perikanan di Indonesia dan cukup pula dijadikan sebagai titik fokus utama untuk dibahas dan ditemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Atas permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu tindakan yang konkret yang tentunya dapat membuahkan hasil. Indikator dari keberhasilan tersebut adalah terciptanya kemudahan dan juga kenyamanan dalam berusaha bagi sumber daya manusia dan demi tercapainya produktifitas perikanan.

Tujuan

Memberikan gagasan yang dapat dijadikan sebagai bahan kontribusi dalam “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perikanan Indonesia.”

GAGASAN

Kompas (2) memberitakan bahwa salah satu daerah di Indonesia, yaitu Desa Sungsang, Kecamatan Banyuasin, Sumatera Selatan adalah suatu daerah yang dapat dikatakan terisolasi dari daerah lainnya. Media transportasi yang hanya mengandalkan alat transportasi air, merupakan salah satu kendala dalam transportasi produk perikanan. Masyarakat di sana bermatapencaharian sebagai nelayan, dengan kata lain mengandalkan hasil tangkapan di laut untuk di jual ataupun sebagai makanan mereka. Namun dengan kondisi sekarang yang semakin padat dengan penduduk dan tidak adanya ekspansi daerah penangkapan oleh nelayan hasilnya tidak cukup memuaskan karena adanya persaingan. Kendala lainnya adalah sumber daya manusia di sana yang gampang sekali terbuai dengan

(2)

uang, terutama dari kalangan pemuda, sehingga tidak lagi melanjutkan pendidikan sekolah dan bahkan disibukkan dengan berjudi dan minum-minuman keras.

Menurut FAO (2000), lebih dari 75% stok ikan dunia sudah dieksploitasi penuh (full fishing) atau malah over exploited/over fishing (3) dan berdasarkan data FAO tahun 2006, hasil tangkapan di laut adalah sekitar 52% dari produksi penangkapan ikan dunia, atau 47,6 juta ton (4). Data perikanan tersebut menunjukkan terjadinya penurunan stok ikan di laut. Oleh karena itu, sangatlah tipis peluang mendapatkan penghasilan jika hanya mengandalkan sepenuhnya dari penangkapan ini. Kini beralih kepada lebih digalakkannya program budidaya perikanan. Pemerintah harus mampu memberikan dukungan berupa permodalan, baik modal ilmu maupun modal materi. Pemberian modal yang tidak hanya sekedar (istilah) beri dan lepas saja, akan tetapi dibimbing, diikuti, dan bersama-sama dengan masyarakat berjalan ke arah visi. Karena ada suatu kasus di salah satu Kelompok Tani di Bogor yang telah menceritakan kepada pihak penulis bahwa mereka mendapat bantuan dari pihak pemerintah berupa materi (ikan) akan tetapi tidak ada lagi follow up dari dinas pemerintah tersebut dan akhirnya petani yang diberi bantuan tersebut yang merasa bahwa ikan itu pemberian dan akhirnya menjadi hak milik dirinya. Keadaan demikian tentunya tidak diharapkan oleh kepala kelompok tani yang mengatakan harusnya ada perguliran dari hasil “peminjaman” ikan oleh pemerintah.

Hal demikian tentunya dapat dijadikan sebagai bahan gambaran dan perbaikan untuk kedepannya. Bahkan dalam Trobos (5) mengatakan bahwa sebenarnya pemerintah telah mengadakan pelatihan kepada penyuluh perikanan dengan cara berguru langsung ke pelaku usaha yang dilaksanakan di Serang, Banten yang diikuti oleh tenaga kontrak perwakilan dari seluruh Indonesia. Akan tetapi, dengan kenyataan seperti hal di atas, tentunya harus ada tanggung jawab yang lebih dan tidak hanya sekedar pelatihan tanpa adanya sesuatu yang dirasakan atau diterima oleh petani pembudidaya.

Terkait dengan pelaihan penyuluh tersebut, mereka belajar cara budidaya laut hingga ikan air tawar langsung dari pelaku usaha dan memang tujuan dari pelatihan ini disebutkan yaitu agar para penyuluh perikanan lebih menguasai ilmu teknis perikanan yang bisa disuluhkan kepada kelompok perikanan atau orang-orang yang akan disuluhkan. Dirasakan bahwa dengan hanya mempelajari cara budidaya saja tidak cukup karena petani pun dirasakan bisa dengan membaca. Seharusnya dalam pelatihan tersebut, para penyuluh dibekali mengenai pasar produk-produk perikanan, termasuk rumput laut, agar petani tidak kebingungan ketika produk yang dihasilkannya siap dijual. Penyuluh dapat berperan sebagai jembatan juga yang berhubungan dengan pemerintah pusat mengenai aspirasi petani pembudidaya jika terkait dengan kendala. Sebagai contoh, dan merupakan fakta, bahwa harga rumput laut kini anjlok, menurun drastis. Rumput laut harga dulu mencapai Rp 20.000/kg kini hanya dihargai mencapai Rp 5.000/kg (2). Faktor penyebab utamanya adalah harga tersbut ternyata dimainkan oleh para pengumpul/tengkulak. Pemerintah telah memberikan bantuannya berupa penyediaan peralatan, namun kembali tadi, diharapkan bantuan tersebut terus terkontrol tidak hanya sebatas jangka waktu tertentu akan tetapi sampai petani benar-benat merasakan efek dari bantuan tersebut. Mengenai tengkulak tersebut bukan berarti harus dihapuskan karena itu hanyalah akan menimbulkan kontroversi baru, telah disarankan oleh President Director-Indonusa, Sasmoyo S

(3)

Basrie, haruslah dibangun suatu ikatan antara pemerintah dengan para pedagang atau dengan istilah tengkulak sebagai aset klaster.

Berbicara mengenai rumput laut sebenarnya sungguh memprihatinkan sekali. Trobos (6) mengatakan bahwa rumput laut Indonesia adalah “jawara yang keteter teknologi”. Bagaimana tidak, Indonesia hanya mampu menjual rumput laut dalam bentuk mentah, artinya belum diolah, yang nilai jualnya paling rendah dibandingkan Filipina yang telah menjual dengan hasil olahan. Tentunya jika dibuat suatu grafik pertumbuhan produksi dari tahun 2009 ke 2010 mengenai rumput laut ini mengalami kemerosotan yang drastis. Berdasarkan fakta yang ada yang telah disebutkan di atas, ternyata faktor utamanya adalah tengkulak. Saran yang telah disampaikan nampaknya perlu diperkuat dengan didirikannya suatu badan pengawasan yang terfokus mengenai komoditas-komoditas perikanan penting yang berpotensi dan prospek pasar ekspor. Namun juga tak lepas pengawasan terhadap produk-produk perikanan yang lainnya.

Seorang profesor jepang mengatakan dalam suatu simposium di Bali yang juga disadur dalam koran kompas (1) bahwa sekarang ini harus adanya kesadaran diri dari masyarakat yang memanfaatkan alam sebagai mata pencahariannya ke arah masa depan. Inti dari kalimat tersebut adalah suatu usaha harus bersifat berkalanjutan dan tidak hanya sampai disatu titik sehingga yang timbul hanyalah keserakahan yang dampaknya baik secara langsung maupun tidak terjadap alam. Tak lepas dari isu global warming yang kini banyak sekali dampak yang bisa dirasakan, seperti halnya dalam bidang perikanan, ikan-ikan tropis akan pindah ke daerah sub-tropis. Diperkirakan oleh seorang pakar (1), bahwa Indonesia akan kehilangan sertidaknya 20% sumber ikan tersebut. Maka dari itu peranan pemerintah pula dalam membina masyarakat seperti ini, seperti kasus yang terjadi di Desa Sungsang, Sumatera Selatan. Pemerintah harus dapat dijadikan sebagai contoh dalam pembinaan ini, merubah paradigma masyarakat yang hanya puas dengan mendapatkan uang kemudian berfoya-foya, berjudi, minum-minuman keras, akan tetapi ilmu yang dapat membekali kehidupan mereka selanjutnya. Secara konkretnya ada kelompok penyuluh dan juga pembina yang dikirimkan ke desa itu untuk bersama-sama memperbaiki kekurangan.

KESIMPULAN

Gagasan dan Teknik Implementasi

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan mengenai beberapa gagasan dan teknik implementasi yang akan dilakukan, diantaranya adalah :

1. Pemerintah harus memberikan bantuan modal, baik berupa modal ilmu dan juga modal materi. Artinya pemerintah harus membuat anggaran yang layak. Kembali mengkaji proporsi modal bantuan yang akan diberikan,dapat juga bekerjasama dengan pihak swasta.

2. Dalam proses bantuan tersebut, pemerintah tidak hanya sekedar beri dan lepas, akan tetapi ada follow up nya, bimbingan, serta pembinaan selama pemberian bantuan terkontrol, terfokus sehingga masyarakat mendapatkan dan merasakan perbedaannya.

(4)

3. Peningkatan produktifitas perikanan sesuai dengan target pemerintah untuk tahun 2014, maka pemerintah bukanlah sebagai pelaku penghasil perikanan, akan tetapi pemerintah harus memberikan semangat, meyakinkan, memberikan penyuluhan, dan memberikan jalan demi kelancaran program tersebut.

4. Permasalah tengkulak yang mengakibatkan harga rumput laut jatuh harus ditindak lanjuti secara tegas, bukan untuk diberantas akan tetapi dirangkul dan adanya pengawasan yang ketat, dengan kata lain terdapat aturan yang jelas agar tengkulak tidak seenaknya memainkan harga dan petani merasakan hasil kerjanya.

5. Perlunya penyuluh yang tidak hanya menguasai teknis perikanan, juga harus menguasai aspek pasar karena perikanan kali ini tidak lagi berbasis kepada produksi tapi juga pasar. Penyuluh memberi bantuan dalam penyediaan pasar yang juga bekerjasama dengan pemerintah karena peranannya sebagai jembatan antara petani pembudidaya dengan pemerintah.

Prediksi Hasil

Manfaat dan dampak dari gagasan yang akan diperoleh dapat diukur dengan persentasi yang diperkirakan berhasil 90% atas dasar kajian beberapa masalah dan pemikiran untuk memecahkan masalah tersebut. Adanya kerjasama diantara pihak-pihak terkait, pemerintah, petani, tengkulak, dan penyuluh, akan mendukung dalam pengimplementasian gagasan yang dapat dijadikan sebagai bahan kontribusi dalam “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perikanan Indonesia.”

DAFTAR PUSTAKA

(1) Poernomo. 2010. Revolusi Biru, Upaya Menjadi Nomor 1 Dunia. www.dkp.go.id [20 Maret 2010]

(2) Koran Kompas edisi 15 Maret 2010

(3) Warta Pasar Ikan. 2008. Merosotnya Stok Ikan Laut. www.beta.ujungpandangexpresss.com [21 Maret 2010]

(4) Poernomo. 2010. Asia – Pasifik Perlu Membenahi Manajemen Perikanan. www.dkp.go.id [20 Maret 2010]

(5) Meilaka. 2009. Berguru Langsung ke Pelaku Usaha. Trobos. No 116 Mei 2009. Hal.78-79

(6) Heni dan Meilaka. 2009. Ketika Pasar Laut Menciut. Trobos No 115 April 2009. Hal. 14-17

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PELAKSANA Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Budi Sifa Nurul Fadilah

b. NIM : C14062011

c. Fakultas / Departemen : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan / Budidaya Perairan d. Tempat Tanggal Lahir : Subang, 17 Maret 1988 e. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

f. Alamat :Wisma Gizi Abadi, Jl. Bara 3,

Desa Babakan, Bogor, 16680

g. No Telepon / Hp : 08988113962

h. Riwayat Pendidikan :

SDN 2 Pagerageung 1994 - 2000

SMPN 1 Pagerageung 2000 - 2003

SMAN 1 Ciawi 2003 - 2006

Institut Pertanian Bogor 2006 - sekarang i. Pengalaman Organisasi :

Anggota Karate SMUN 1 Ciawi 2004 – 2006 Pengurus MPK SMUN 1 Ciawi 2005

Ketua KIR SMUN 1 Ciawi 2005 – 2006 Anggota UKM Panahan IPB 2006

Div. Lapang olimpiade Panahan Nasional 2006 Div. PDD futsal nasional di IPB 2007 Pengurus HIMPRO - HIMAKUA 2008 Pengurus DPM-FPIK IPB 2009

j. Prestasi :

Atlet Karate se-Jawa Barat 2005

Peserta Olimpiade Fisika se-Jawa Barat 2006

(6)

Anggota Pelaksana Kegiatan :

a. Nama Lengkap : Dadang Kurniawan

b. NIM : C14062625

c. Fakultas / Departemen : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan / Budidaya Perairan d. Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 01 September 1986 e. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

f. Alamat : Pondok Yasmin, Jl. Bara 2,

Desa Babakan, Darmaga, Bogor 16680 g. No Telepon / Hp : 085287781705 h. Riwayat Pendidikan : SDN Cipeundeuy 1992 - 1998 SMPN 1 Pagerageung 1998 - 2001 SMAN 1 Ciawi 2001 - 2004

Institut Pertanian Bogor 2006 - sekarang i. Pengalaman Organisasi :

Ketua Osis SMUN 1 Situraja 2003 – 2004 Ketua KIR SMUN 1 Situraja 2003 – 2004 Pengurus HIMPRO - HIMAKUA 2008

Anggota paduan suara FPIK 2009 – sekarang

j. Prestasi :

Peserta Olimpiade matematika se-Jawa Barat 2004

(7)

a. Nama Lengkap : Nova F Simatupang

b. NIM : C14070075

c. Fakultas / Departemen : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan/Budidaya Perairan d. Tempat Tanggal Lahir : Balige, 10 April 1989

e. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

f. Alamat : Wisma Happy Home,

Badoneng, Darmaga, Bogor 16680

g. No. Telepon / Hp : 081385310881

h. Riwayat Pendidikan :

SD Katolik Sanfrancesco Balige : 1995 - 2001 SMP Budhi Dharma Balige : 2001 - 2004 SMAN 2 Balige Yasop : 2004 - 2007 Institut Pertanian Bogor : 2007 – sekarang

i. Pengalaman Organisasi

Anggota OSIS SMP Budhi Dharma : 2002-2003 Anggota OSIS SMAn 2 Balige : 2006-2007 Staf Divisi Kewirausahaan HIMAKUA : 2008-2009 Staf Divisi Marketing HIMAKUA : 2009-2010 Anggota Keluarga mahasiswa Katolik : 2007- sekarang Staf Divisi Komisi Kesenian PMK IPB : 2007- sekarang

j. Prestasi

Juara 2 di kelas 2 SMP Budhi dharma Juara 2 di kelas 3 SMP Budhi dharma Juara 1 Lomba Berkhotbah di SMA 2 Balige

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK : Perisian Sistem Pengurusan Pangkalan Data Ujian Standard Kecergasan Fizikal Kebangsaan Malaysia (SEGAK) merupakan satu sistem pengurusan pangkalan data yang digunakan

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

Cara yang digunakan dalam perancangan ini adalah dengan menggunakan pendekatan arsitektur hibrid, yaitu dengan menggabungkan beberapa jenis fungsi fasilitas ke dalam

Nilai ekonomi total sumberdaya hutan yang dinilai di dalam penelitian ini adalah nilai manfaat tidak langsung, meliputi nilai ekonomi flora (rotan) dan fauna (madu),

Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5% (0,05) diketahui bahwa variabel leverage secara parsial berpengaruh negatif, untuk variabel

Hasil pengumpulan data tersebut menunjukkan bahwa 37% responden setuju iklan sabun pencuci piring Sunlight dengan model Sahrul Gunawan memberikan informasi yang menarik, serta

Dari hasil jawaban mahasiswa terhadap kuisioner pada penelitian ini didapat hasil bahwa menurut mahasiswa penggunaan software Sibelius pada pembelajaran Kontrapung II di

Pengertiannya adalah investasi pada Sertifikat Bank Indoneisa tidak mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf dan investasi pada portofolio reksa dana pendapatan