• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elsje Theodora Maasawet, Didimus Tanah Boleng Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Samarinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Elsje Theodora Maasawet, Didimus Tanah Boleng Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Samarinda"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN KELAS RANGKAP (PKR)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

SISWA SMP, SMA, DAN SMK DI KOTA SAMARINDA, BALIKPAPAN, DAN

TARAKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA

Elsje Theodora Maasawet, Didimus Tanah Boleng Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Samarinda

Email: elsjetheodora@yahoo.com

ABSTRAK

Kondisi khusus yang mengakibatkan guru di perkotaan mengajar lebih dari satu

kelas, terjadi karena beberapa hal, antara lain adanya guru yang ditugaskan

untuk mengikuti pelatihan atau ditunjuk sebagai fasilitator dalam waktu yang

lama, adanya guru perempuan yang harus izin karena cuti hamil, adanya guru

laki-laki maupun perempuan yang sakit dalam waktu lama. Jika terjadi kondisi

ini maka disebut dengan ketidak-hadiran guru. Ada lagi permasalahan terkait

sistem pengangkatan guru yang tidak berbasis kebutuhan riil sekolah, sehingga

terjadi penumpukan guru untuk mata pelajaran tertentu, padahal mata pelajaran

yang lain tidak ada guru yang relevan, kondisi ini disebut kekurangan

guru.

Tujuan penelitian tahun pertama adalah analisis kebutuhan yang dilakukan dengan menelaah dokumen yakni telaah kurikulum, silabus dan buku ajar, serta wawancara dengan guru dan siswa, diakhiri pengembangan draf model pengelolaan kelas rangkap. Tahun ke dua bertujuan validasi ahli dengan melibatkan ahli pembelajaran dan materi pembelajaran, untuk validator draf pengembangan tahun pertama diakhiri dengan validasi empiris ujicoba perseorangan, kelompok kecil dan lapangan terbatas. Tahun ke tiga tujuan penelitian untuk mengukur efektiftas model pengelolaan kelas rangkap hasil pengembangan dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berdasarkan hasil penilaian guru. Berdasarkan pada tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan dengan menggunakan analisis deskritif dan interpretasi. Hasil penelitian tahun ke tiga diperoleh hasil model pengelolaan kelas yang dikembangkan efektif digunakan guru dalam pengelolaan kelas rangkap (PKR) jika sekolah SMP, SMA, dan SMK mengalami kekurangan guru. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman dan keterampilan guru baik tingkat SMP, SMA dan SMK setelah terjadi kegiatan penelitian ini.

Kata Kunci: Model PKR, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Siswa SMP, SMA dan SMK LATAR BELAKANG

Keadaan yang normal jika seorang guru mengajar banyak (baik dari segi waktu dan materi pelajaran) maka muridnya juga belajar banyak. Sebaliknya, jika guru mengajar sedikit maka muridnya juga belajar sedikit. Kondisi yang menyebakan guru mengajar sedikit, adalah jika guru tersebut berhalangan hadir, atau guru tersebut harus menggantikan guru lain yang tidak bisa hadir atau karena sekolah tersebut kekurangan guru. Kondisi ini terjadi di sekolah mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah Pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).

Kondisi khusus yang mengakibatkan guru di perkotaan mengajar lebih dari satu kelas, terjadi karena beberapa hal. Hal-hal tersebut antara lain adalah adanya guru yang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan atau ditunjuk sebagai fasilitator dalam waktu yang lama, adanya guru perempuan yang harus izin karena cuti hamil, adanya guru laki-laki maupun perempuan yang sakit dalam waktu lama. Jika terjadi kondisi ini maka disebut dengan ketidak-hadiran guru. Ada lagi permasalahan terkait sistem

(2)

pengangkatan guru yang tidak berbasis kebutuhan riil sekolah, sehingga terjadi penumpukan guru untuk mata pelajaran tertentu, padahal mata pelajaran yang lain tidak ada guru yang relevan, kondisi ini disebut kekurangan guru.

Terkait permasalahan guru mengikuti pelatihan atau fasilitator, hal ini menjadi permasalahan yang dialami oleh setiap sekolah di perkotaan, karena saat ini pemerintah tengah mempersiapkan peningkatan kompetensi guru, agar dapat mengimplementasikan kurikulum 2013. Saat ini banyak sekolah-sekolah yang belum dapat menerapkan kurikulum 2013, karena belum paham dan terampil merencanakan maupun menerapkan model-model pembelajaran serta evaluasi yang sesuai dengan pencapaian kompetensi inti baik kompetensi inti 1 yakni spiritual, kompetensi inti 2 yakni sosial, kompetensi inti 3 yakni kognitif, dan kompetensi inti 4 yakni keterampilan.

Akibat adanya permasalahan di atas maka pembelajaran yang terjadi sudah dapat dipastikan akan mengalami permasalahan, jika dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak lain adalah pencapaian kompetensi oleh siswa setelah proses pembelajaran. Biasanya jika guru mengalami permasalahan terkait mengikuti pelatihan atau menjadi fasilitator, maka jalan ke luar yang terjadi adalah guru meminta bantuan teman guru lainnya. Guru yang dimintai bantuan bisa guru yang sama bidang ilmunya atau yang berbeda bidang ilmunya, dan yang paling sering terjadi adalah guru yang bertugas sebagai guru piket.

Bentuk pengelolaan kelas jika terjadi kondisi ini, adalah guru yang menggantikan akan mengelola pembelajaran dengan memberikan tugas yang di berikan oleh guru yang tidak hadir, biasanya berupa menjawab soal atau mengejakan LKS. Siswa-siswa diberi waktu mengerjakan tugas selama jam pelajaran dengan acuan alokasi waktu jam pelajaran dari guru yang tidak hadir tersebut. Setelah selesai memberikan tugas, guru yang menggantikan, akan meninggalkan kelas tersebut untuk mengajar di kelas yang seharusnya menjadi jadwal pelajarannya.

Akibat hal ini, maka kelas yang mengalami pembelajaran tidak normal adalah minimal 2 kelas yakni kelas yang tidak ada guru karena guru izin, dan kelas yang seharusnya diajar oleh guru yang menggantikan. Bagi kelas yang tidak ada guru karena izin maka yang terjadi adalah siswa mengerjakan tugas untuk sekedar menghabiskan jam pelajaran, agar mereka tidak ribut atau jalan-jalan selama alokasi waktu jam pelajaran. Sedangkan bagi kelas yang seharusnya di ajar oleh guru yang menggantikan, siswa-siwa harus rela menunggu kehadiran guru, karena guru tersebut masih berada di kelas yang digantikannya untuk menyampaikan tugas dari guru yang izin.

Permasalahan yang akan terjadi jika kondisi ini terus menerus terjadi adalah motivasi belajar siswa akan bermasalah, karena siswa yang tadinya berharap dapat berinteraksi dengan guru, ternyata tidak terjadi, akan mengalami kekecewaan, sehingga jika mengerjakan tugas, maka tugas yang dikerjakan asal-asalan. Belum lagi pemasalahan ada siswa yang merasa lebih nyaman kalau tidak ada guru, karena lebih bebas dapat mengganggu teman atau berbincang dengan teman yang tidak terkait dengan materi pelajaran. Biasanya tugas yang diberikan akan dikerjakan tetapi dengan menyontek dari teman lainnya. Dalam konteks seperti ini maka Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR) dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat. Makna dari pengelolaan kelas rangkap (PKR) adalah satu orang guru mengajar lebih dari satu kelas dalam waktu yang sama. Model pengelolaan kelas ini, pada awalnya berkembang untuk

(3)

diimplementasikan di sekolah dasar (SD), namun seiring dengan permasalahan yang sama terjadi di sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK), maka model pengelolaan kelas rangkap (PKR) dapat diadaptasi untuk diterapkan dalam pengelolaan kelas di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), untuk mengatasi permasalahan ketidak hadiran guru dalam jangka waktu yang lama misalnya lebih dari 1 minggu.

Model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang dapat diterapkan di SMP, SMA, dan SMK adalah model pengelolaan kelas rangkap dengan melibatkan tutor teman sebaya, dan kegiatan fasilitasi guru. Saat ini dengan perkembangan teknologi informasi, sangat memungkinkan siswa yang kreatif telah memiliki konsep yang sebenarnya baru akan dipelajarinya dalam pembelajaran bersama di ruang kelas. Dari kondisi inilah maka tutor teman sebaya dapat dijadikan “guru pengganti” saat guru berhalangan hadir.

Penelitian ini berlangsung dalam waktu tiga tahun dengan metode penelitian pengembangan (research and development). Tahun pertama penelitian ini adalah analisis kebutuhan dengan fokus menemukan akar permasalahan terkait pengelolaan kelas dalam pembelajaran di sekolah SMP, SMA dan SMK. Hasil penelitian di peroleh bahwa permasalahan pengelolaan kelas di SMP, SMA, dan SMK adalah akibat ketidakhadiran dan kekurangan guru di sekolah SMP, SMA, dan SMK.

Permasalahan guru terkait pengelolaan kelas jika mengalami ketidak hadiran maupun kekurangan guru adalah terkait pemahaman model pengelolaan kelas dan evaluasi, membuat perencanaan, serta keterampilan dalam mengimplementasikan model pengelolaan kelas rangkap dalam pembelajaran di SMP, SMA dan SMK. Alasan utama guru terkait permasalahan ini adalah mereka belum mengetahui cara pengelolaan kelas rangkap, karena belum pernah dilatihkan atau tidak ada pustaka acuan khusus untuk pengelolaan kelas rangkap di SMP dan SMA.

Berdasarkan pada akar permasalahan guru, maka tahun ke dua penelitian ini adalah mengembangkan model pengelolaan kelas rangkap (PKR), untuk SMP, SMA, dan SMK sebagai adaptasi model pengelolaan kelas rangkap (PKR) di SD. Pengembangan model pengelolaan kelas rangkap (PKR), untuk SMP, SMA, dan SMK menempuh tahapan draf model PKR, validasi ahli, validasi empiris (uji coba perseorangan, kelompok kecil dan lapangan terbatas), diakhiri dengan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) untuk diimplementasikan.

Tahun ke tiga penelitian ini fokus pada mengukur keefektifan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) hasil pengembangan dalam meningkatkankan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP, SMA dan SMK. Selain itu pada tahapan penelitian ini terjadi penilaian kategori keefektifan penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) oleh guru dan menilai kemampuan guru dalam menerapkan penilaian pada model pengelolaan kelas rangkap. Sebagai sampel penelitian adalah Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan. Hasil penelitian tahun ke tiga inilah yang di laporkan dalam artikel ini. Mengacu pada latar belakang, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kategori keefektifan penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang dikembangkan untuk peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi

(4)

siswa yang mengalami ketidak hadiran dan kekurangan guru di SMP, SMA dan SMK di kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan menurut penilaian guru?

2. Bagaimana kemampuan guru terkait penerapan penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR) pada jenjang sekolah SMP, SMA dan SMK Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan?

Berdasarkan permasalahan penelitian maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui kategori keefektifan penerapan model pengelolaan kelas rangkap

(PKR) yang dikembangkan untuk peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang mengalami ketidak hadiran dan kekurangan guru di SMP, SMA dan SMK di kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan menurut penilaian guru perwakilan jenjang SMP. SMA dan SMK di Kota Samarinda, Balikpapan dan Kota Tarakan

2. Mengetahui kemampuan guru terkait penerapan penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR) pada jenjang sekolah SMP, SMA dan SMK Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan.

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Pengembangan

Berbagai macam model pengembangan pembelajaran yang dapat digunakan, seperti model instructional system (Banathy, 1968), Instructional system Development

Model (Barson,1967), model rancangan pembelajaran Instructional Design (Dick &

Carey, 1985). Hampir keseluruhan dari model pengembangan menggunakan pendekatan system. Dalam penelitian ini dipilih salah satu model pengembangan di atas, yaitu model Dick & Carey. Model ini digunakan dalam penelitian dengan alasan bahwa model Dick & Carey memiliki langkah-langkah yang jelas dan preskripsi yang jelas dalam setiap langkah dan mampu memecahkan masalah pembelajaran. Peneliti mengadaptasi pengembangan model dari Dick & Carey.

B. Prosedur Pengembangan 1. Analisis Kebutuhan

Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1) melakukan analisis kebutuhan terkait dokumen yaitu menganalisis kurikulum, silabus, dan buku bahan ajar yang digunakan di SMP, SMA, dan SMK di Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan. 2) Melakukan analisis kebutuhn melalui wawancara dengan guru dan siswa. Khusus untuk guru adalah permasalahan yang dihadapi terkait pengelolaan kelas rangkap (PKR) jika harus menangani lebih dari satu kelas pada waktu yang sama, sedangkan untuk siswa terkait hasil belajar kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tahapan ini diakhiri dengan mengembangkan draf model pengelolaan kelas rangkap (PKR). Tahapan ini terjadi pada tahun pertama penelitian. 2. Validasi Ahli

Validasi ahli bertujuan untuk memberikan masukan terhadap konten dari draf model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang dikembangkan. Validasi ahli dalam kegiatan peneltian ini dilaksanakan oleh ahli yang terkait dengan bidang pendidikan dalam hal ini model pengelolaan kelas dan materi pembelajaran khususnya mata

(5)

pelajaran terkait model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang dikembangkan untuk SMP, SMA dan SMK. Tahapan ini terjadi pada tahun ke dua penelitian ini.

3. Validasi Empiris melalui Tahap Uji Coba

Tahap uji coba dalam penelitian ini dilakukan melalui tahapan uji coba instrumen yang dalam penelitian ini dilakukan dengan cara untuk tahap uji coba perseorangan yakni setelah model pembelajaran kelas rangkap (PKR) dikembangkan kemudian dibacakan kepada perwakilan siswa dan guru SMP dan SMA di Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan. Uji coba kelompok kecil dilakukan dengan cara membacakan draft hasil pengembangan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) setelah tahap uji coba perseorangan. Uji coba lapangan terbatas terjadi dengan cara model pembelajaran kelas rangkap (PKR) yang dikembangkan digunakan di depan kelas oleh peneliti dengan diamati oleh guru. Tahapan ini terjadi pada tahun ke dua penelitian ini.

4. Model Pengelolaan Kelas Yang Dikembangkan

Model pengelolaan kelas yang dikembangkan terdiri dari model pengelolaan kelas rangkap (PKR) 221, model pengelolaan kelas rangkap (PKR) 222, dan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) 333. Setiap model pengelolaan kelas terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), evaluasi dan rubrik penilaian.

5. Efektifitas Model Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR) untuk Digunakan Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tinggkat Tinggi

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah model pengelolaan kelas rangkap (PKR) hasil pengembangan digunakan dalam pembelajaran oleh guru dengan diamati peneliti. Tujuan penelitian ini adalah agar guru memiliki pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) sehingga permasalahan guru terkait model pengelolaan kelas rangkap (PKR) dapat teratasi. Selain itu tahapan penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi perwakilan siswa SMP, SMA dan SMA di Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan. Tahapan penelitian ini terjadi pada tahun ke tiga yakni tahun terakhir kegiatan penelitian ini.

Keseluruhan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Dick & Carey telah dikembangkan secara menyeluruh yakni tiga model pengelolaan kelas rangkap (PKR). Alur pengembangan 3 model pengelolaan kelas terdapat pada Gambar 1.

Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 Bulan. 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP, SMA, dan SMK di Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan

Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu model pengelolaan kelas rangkap (PKR) untuk memfasilitasi guru dalam pengelolaan kelas jika harus menghadapi atau mengajar pada dua kelas atau lebih pada waktu yang sama. Jadi obyek penelitian adalah kelas. 2. Subjek Penelitian

(6)

Semua siswa dan guru SMP, SMA, dan SMK di Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan

Faktor yang Diteliti

Siswa yakni terkait hasil belajar kemampuan berpikir tingkat tinggi pada pokok bahasan tertentu pada mata pelajaran di SMP, SMA dan SMK

Guru yaitu pemahaman dan keterampilan dalam Implementasi model pembelajaran kelas rangkap (PKR) dalam mata pelajaran SMP, SMA, dan SMK

Gambar 1. Alur Model Pengembangan Kelas Rangkap

Data dan Cara Pengambilan

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, mahasiswa, guru, dokumen, proses pembelajaran.

a.

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: 1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Hasil Observasi Keterlaksanaan model pembelajaran kelas rangkap (PKR) baik model 221, 222, maupun 333.

b.

Cara pengambilan data 1. Observasi

2. Wawancara 3. Dokumentasi

4. Tes (evaluasi produk)

Indikator Keberhasilan dalam penelitian ini

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman serta keterampilan guru dalam mengimplementasi model pembelajaran kelas rangkap (PKR) dengan tiga model yakni 221, 222, dan 333. Peningkatan hasil belajar siswa

Tahap 1 Tahun I Analisis Kebutuhan

Dokumentasi yakni telaah kurikulum, silabus dan buku ajar, serta wawancara dengan guru dan siswa, diakhiri pengembangan draf model

pengelolaan kelas rangkap (PKR)

Tahap 2 Tahun II Validasi Ahli

Melibatkan ahli pembelajaran dan materi pembelajaran Untuk validator draf pengembangan tahun I Validasi empiris Ujicoba perseorangan,

kelompok kecil dan lapangan terbatas

Ujicoba perseorangan, kelompok kecil dan lapangan terbatas

Tahap 3 Tahun III

Efektiftas model pengelolaan kelas rangkap (PKR) hasil pengembangan dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

(7)

yakni kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana lebih besar dari 75% di atas ketuntatasan minimal berada pada hasil belajar kategori baik.

Analisis Data

Analisis data terkait pengaruh model pengelolaan kelas rangkap terhadap peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Data terkait penilaian guru tentang keefektifan model Pengelolaan Kelas Rangkap untuk digunakan dalam pembelajaran, dan keterampilan guru menerapkan penilaian kemampuan bepikir tingkat tinggi melalui model pengelolaan kelas rangkap menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dimana data hasil penelitian dikategorikan dalam bentuk tabel dan diagram batang dengan persentase, selanjutnya dilakukan interpretasi.

Indikator Terkait Permasalahan Penelitian

Tabel 1. Keefektifan Penerapan Model PKR dalam Menunjang Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Menurut Penilaian Guru SMP, SMA dan SMK di Kota Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

No Aspek Penilaian

1 Meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa 2 Mempermudah guru dalam mengelolah kelas rangkap 3 Tidak mengganggu kelas lainnya.

Tabel 2. Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan Penggunaan Rubrik di SMA kota Tarakan, Balikpapan, dan Samarinda.

No Aspek Penilaian

1 Kesesuaian penggunaan rubrik kemampuan berfikir tingkat tinggi 2 Kesesuaian menetapkan penilaian kemampuan berfikir tingkat tinggi 3 Ketepatan waktu menggunakan dalam menerapkanpenilaian

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara secara khusus di Kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan yakni perwakilan tiga sekolah yaitu: SMP, SMA dan SMK di mana sampel yang diambil setiap kota 26 orang guru diperoleh hasil terkait keefektifan penerapan model pengelolaan kelas rangkap dalam menunjang kemampuan bepikir tingkat tinggi pada siswa SMP, SMA, dan SMK seperti tertuang pada tabel 3, 4, dan 5. Sedangkan hasil penelitian terkait kemampuan guru SMP, SMA dan SMK menerapkan penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui model pengelolaan kelas rangkap (PKR) tertuang dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 3. Keefektifan Penerapan Model PKR dalam Menunjang Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa SMP. No Aspek Penilaian Kriteria Penliaian tidak setuju Kurang setuju setuju Sangat setuju 1 Meningkatkan kemampuan berfikir tingkat

tinggi siswa SMP

7% 15% 76%

2 Mempermudah guru dalam mengelola kelas di SMP

3% 15% 80%

(8)

Tabel 4. Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan Penggunaan Rubrik di SMP kota Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

No Aspek Penilaian

Kriteria Penliaian Sangat

Tidak Baik

Cukup Baik Sangat Baik

1 Kesesuaian pengguna rubrik kemampuan

berfikir tingkat tinggi 7% 11% 73% 2 Kesesuaian menetapkan penilaian

kemampuan berfikir tingkat tinggi 7% 7% 76% 3 Ketepatan waktu menggunakan dalam

menerapkanpenilaian 7% 11% 80%

Gambar 1. Diagram Rekapitulasi Hasil Penelitian di Tingkat SMP

Tabel 5. Keefektifan Penerapan Model PKR Dalam Menunjang Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa SMA. No Aspek Penilaian Kriteria Penliaian tidak setuju Kurang setuju setuju Sangat setuju 1 Meningkatkan kemampuan berfikir tingkat

tinggi siswa

3% 7% 80%

2 Mempermudah guru dalam mengelola kelas

11% 11% 73%

3 Tidak mengganggu kelas lainnya 7% 11% 76%

Tabel 6. Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan Penggunaan Rubrik di SMA Kota Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

No Aspek Penilaian Kriteria Penliaian Sangat tidak baik Cukup baik Baik Sangat baik 1 Kesesuaian pengguna rubrik kemampuan

berfikir tingkat tinggi

3% 15% 76%

2 Kesesuaian menetapkan penilaian kemampuan berfikir tingkat tinggi

7% 15% 73%

3 Ketepatan waktu menggunakan dalam menerapkanpenilaian 3% 11% 80% 11% 7% 13% 53% 78% 76% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

keefektifan penerapan model PKR dalam menunjang kemampuan

berfikir

Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan

Penggunaan

sangat tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju Cukup Baik Baik Sangat Baik

(9)

Gambar 2. Diagram Rekapitulasi Hasil Penelitian Guru Tingkat SMA di Kota Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

Tabel 7. Keefektifan Penerapan Model PKR dalam Menunjang Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa SMK. No Aspek Penilaian Kriteria Penliaian tidak setuju Kurang setuju setuju Sangat setuju 1 Meningkatkan kemampuan berfikir

tingkat tinggi siswa

3% 11% 73%

2 Mempermudah guru dalam mengelola kelas

7% 11% 80%

3 Tidak mengganggu kelas lainnya 11% 7% 76%

Tabel 8. Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan Penggunaan Rubrik di SMK Kota Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

No Aspek Penilaian

Kriteria Penliaian Sangat

tidak baik

Ckup baik baik Sangat baik 1 Kesesuaian pengguna rubrik kemampuan

berfikir tingkat tinggi

3% 15% 73%

2 Kesesuaian menetapkan penilaian kemampuan berfikir tingkat tinggi

7% 11% 76%

3 Ketepatan waktu menggunakan dalam menerapkanpenilaian 3% 15% 80% 7% 4% 51% 13% 76% 76% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

keefektifan penerapan model PKR dalam menunjang kemampuan

berfikir

Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan

Penggunaan Column1 kurang setuju setuju sangat setuju Cukup Baik Sangat Baik

(10)

Gambar 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Guru Tingkat SMK di Kota Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

PEMBAHASAN

Model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang diimplementasikan adalah model 222 yakni 2 mata pelajaran 2 kelas dan 2 ruangan dirangkap oleh satu orang guru dalam waktu 80 menit untuk SMP dan 90 menit untuk SMA dan SMK atau 1 kali pertemuan. Minggu sebelumnya guru telah menyampaikan kepada siswa di dua kelas yang akan mengalami pengelolaan kelas rangkap (PKR) bahwa minggu depan mereka akan belajar dengan menggunakan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) dikarenakan ada guru yang berhalangan hadir. Guru telah membagi tugas pada setiap kelompok dengan tuntunan lembar kerja siswa (LKS) yang mengacu pada tujuan pembelajaran. Guru telah menyampaikan pada ke dua kelas tersebut mengenai skenario pembelajaran yang akan terjadi dengan pembagian waktu keberadaan guru di ke dua kelas tersebut.

Hasil penelitian dengan sampel guru SMP, SMA dan SMK, terkait keefektifan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) dilihat dari tiga indikator yakni 1. menunjang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (tabel 1) , 2. mempermuda guru dalam mengelola kelas (tabel 2), dan 3. tidak mengganggu kelas lainnya ( tabel 3), diperoleh bahwa ketiga indikator tersebut guru menyatakan setuju dan sangat setuju.

Alasan guru terkait penyataan setuju dan sangat setuju bahwa model pengelolaan kelas rangkap (PKR) efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dinyatakan dengan alasan bahwa melalui model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang digunakan guru pengganti jika terjadi permasalahan kekurangan guru karena ketidak hadiran guru dalam pembelajaran, menunjang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sebab melalui pengelolaan kelas rangkap ini siswa telah diberikan tugas satu minggu sebelumnya oleh guru dengan tuntunan LKS.

Kondisi di perkotaan memungkinkan siswa untuk mendapatkan rujukan-rujukan yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas dalam hal ini LKS yang diberikan guru. Hal ini terjadi karena di perkotaan siswa lebih mudah mengases internet, sehingga mereka tidak mendapatkan kesulitan dalam menemukan pustaka penunjang. Kondisi ini menyebabkan siswa telah memiliki pengetahuan siap sejak awal, sehingga memiliki

7% 4% 51% 13% 76% 76% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

keefektifan penerapan model PKR dalam menunjang kemampuan

berfikir

Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan

Penggunaan Column1 kurang setuju setuju sangat setuju cukup baik Baik Sangat Baik

(11)

bahan untuk didiskusikan dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi secara klasikal.

Kondisi ini juga menyebabkan dalam diskusi kelompok dan klasikal akan terjadi elaborasi pengetahuan, karena apa yang sudah dimiliki sebagai pengetahuan awal dipertajam dan diperluas lagi dalam sesi diskusi kelompok dan diskusi secara klasikal. Jadi melalui proses penajaman dan perluasan pemahaman inilah terjadi elaborasi pengetahuan, yang menjadikan siswa mencapai peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi terkait materi yang menjadi bahan pelajaran.

Alasan guru menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa model pengelolaan kelas rangkap mempermuda guru dalam mengelola kelas, karena sebelum memperoleh pemahaman dan keterampilan dalam mengelola kelas rangkap (PKR), guru merasa kerepotan jika diberikan tugas oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah untuk mengisi kekosongan jam pelajaran di kelas yang tidak ada gurunya. Akibat guru merasa repot, maka yang terjadi adalah guru tersebut akan memberikan tugas berupa mengerjakan LKS, atau tugas yang telah dititipkan oleh guru sebenarnya kepadanya. Biasanya waktu yang digunakan guru pengganti tersebut adalah di awal pembelajaran dan biasanya berlangsung sekitar 15 menit kemudian guru tersebut membiarkan siswa di kelas tersebut mengerjakan tugas sampai jam pelajaran selesai karena ia harus mengajar di kelas yang sebenarnya.

Alasan guru merasa repot karena pada saat 15 menit berada di kelas yang tidak ada gurunya dia harus meninggalkan kelas yang sebenarnya diajarnya, dan biasanya pada saat guru tersebut masuk di kelas tersebut ia harus menertibkan kelas dulu sebelum memulai pembelajaran karena siswa-siswa di kelas tersebut dalam keadaan ribut. Hal lain yang dikeluhkan guru adalah waktu pembelajaran di kelas yang sebenarnya menjadi jam pelajarannya sudah terpotong akibat masuk di kelas yang tidak ada gurunya. Akibatnyya merepotkan guru tersebut dalam mengelola pembelajaran di kelas yang sebenarnya.

Guru memberikan alasan terhadap penyataan setuju, sangat setuju bahwa model pengelolaan kelas rangkap (PKR) mempermudah guru dalam mengelola kelas rangkap (PKR), jika guru menjalankan peran mengajar kelas rangkap karena ada guru yang berhalangan hadir, karena guru telah memiliki pemahaman dan keterampilan untuk penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) melalui tahapan penelitian ini. Guru menyatakan bahwa model pengelolaan kelas rangkap (PKR) mempermudah guru dalam mengelola kelas karena melalui model ini guru mengelola kelas dengan memaksimalkan peran siswa baik secara individu maupun secara berkelompok untuk membantu guru dalam pembelajaran sehingga siswa mencapai kompetensi.

Peran siswa yang dimaksimalkan dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR) membuat guru dipermudah dalam mengelola kelas tanpa kehilangan makna pembelajaran, karena peran siswa dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR) adalah merupakan bagian dari skenario pembelajaran yang dipersiapkan guru, agar terjadi pencapaian kompetensi dalam hal ini mengacu pada tujuan pembelajaran. Guru bahkan merasakan bahwa melalui penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) menjadi variasi model pengelolaan pembelajaran yang semestinya harus dilaksanakan oleh setiap sekolah yang mengalami permasalahan ketidak hadiran guru dalam pembelajaran.

(12)

Alasan guru menyatakan setuju dan sangat setuju terkait dengan penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) efektif karena tidak mengganggu kelas yang lainnya, karena guru mengalami bahwa di dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR), terjadi porsi pembagian waktu yang sama antara dua kelas yang menjadi kelas perangkapan. Selain porsi pembagian waktu juga porsi kehadiran guru telah dipersiapakan sehingga pada saat guru berpindah ke kelas lainnya, bagi kelas yang ditinggal akan menjalankan kegiatan pembelajaran dalam diskusi kelompok dengan bantuan fasilitasi tutor teman sebaya yang merupakan siswa yang memiliki kelebihan dalam mata pelajaran yang sedang dipelajari. Pada saat guru tiba di kelas lainnya, kelas tersebut juga telah siap melaksanakan kegiatan presentasi, sehingga pada kegiatan inti pembelajaran kehadiran guru pada ke dua kelas rangkapan tersebut terjadi secara bergantian dan kegiatan pembelajaran juga berjalan sebagaimana dalam skenario pembelajaran model pengelolaan kelas rangkap (PKR). Melalui skenario pembelajaran ini menunjukkan bahwa kelas lainnya tidak terganggu, karena kedua kelas rangkapan tersebut menjadi satu kesatuan dari skenario pembelajaran yang dirancang guru dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR).

Hasil penelitian ini juga menguatkan teori belajar bermakna dari David Ausubel (dalam dahar 1989), yang menyatakan bahwa belajar bermakna akan terjadi jika dalam pembelajaran atau perkuliahan siswa telah memiliki bahan (subsemer) yang dapat dikaitkan dengan konsep yang sementara dipelajari. Jika hal ini terjadi maka pengetahuan akan tersimpan dalam memori jangka panjang, dan tidak mudah terlupakan, sehingga jika pengetahuan tersebut dibutuhkan untuk aplikasi dalam bentuk tugas maka siswa dengan mudah dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk memperlancar proses mengerjakan tugas yang dalam penelitian ini berupa mengerjakan LKS dalam diskusi kelompok dan presentasi dalam diskusi klasikal.

Hasil penelitian ini menguatkan teori Piaget (dalam Dahar, 1989), yang menyatakan bahwa perolehan konsep yang paling baik jika siswa atau mahasiswa mengkostruksi sendiri pengetahuannya dengan kegiatan fasilitasi dosen. Melalui kegiatan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran power point, dalam diskusi internal devisi, dan dalam presentasi secara klasikal dengan dengan fasilitasi dosen, menjadi jalan bagi mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, yang pada akhirnya berdampak pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik dari kelas kontrol.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peranan model mengelolaan kelas sangat menentukan dalam pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, sehingga menjadi sangat penting bagi guru dalam perkuliahan untuk dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan atau kompetesi pencapaian peembelajaran agar siswa dapat terfasilitasi sehingga siswa memiliki kompetensi yang sesuai setelah mereka mampuh proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Hasil penelitian ini menunjang hasil penelitian Roth (1994), dan Brown (2003) bahwa tugas yang dikerjakan secara berkelompok akan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang berkemampuan awal rendah dan tinggi, karena melalui tugas kelompok siswa memperoleh pemahaman yang komprehensif dari hasil diskusi dengan teman sebaya. Hasil belajar kognitif dimensi bahwah yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan erat kaitannya dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi

(13)

yakni analisis, evaluasi, dan kreatif (hasil belajar kognitif dimensi atas) (Gashen, 1996). Kemampuan berpikir tingkat tinggi (hasil belajar kognitif dimensi atas) diperoleh siswa melalui kesempatan untuk memecahkan permasalahan nyata yang ada di sekitar siswa, sehingga menjadi pelaku berpikir (Lee, 1999; Lawson, 2000; Clifford, 2000).

Menurut teori elaborasi kognitif, pada pembelajaran kooperatif yakni dalam pembelajaran ini terjadi melalui kerja kelompok , siswa yang lebih pintar memberikan penjelasan pada siswa yang kurang pintar. Akibatnya penguasaan materi pelajaran pada siswa pintar maupun kurang pintar menjadi lebih baik (Slavin, 1995). Hal ini didukung oleh Ellis dan Fouts (1993), Ibrahim, dkk (2000), dan Johnson dan Johnson (1991) yang mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa pintar maupun kurang pintar.

Kelompok kurang pintar memperoleh penjelasan dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Akibatnya pemahaman siswa yang kurang pintar ini menjadi lebih baik. Sementara siswa pemahamannya akan meningkat, karena memberikan pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi yang dibahas baik dalam proses diskusi ditingkat kelompok maupun dalam proses diskusi secara klasikal.

Lord (2001) mengemukakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswa. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa atau mahasiswa lebih banyak bertanya, berbicara, dan menjawab pertanyaan, sehingga pemahaman mereka akan materi pelajaran menjadi lebih baik Lawrence and Harvey (1998), dan Tejada (2002) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa. Pembelajaran kooperatif, menjadikan motivasi belajar semua anggota kelompok meningkat berkat adanya dorongan belajar dari setiap anggota kelompok. Siswa yang lemah akan termotivasi untuk belajar karena semua tertantang untuk saling mengemukakan ide-idenya.

Menurut teori Vigotsky (dalam Ibrahim dan Nur, 2000) bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada para peserta didik untuk lebih mungkin dapat memecahkan masalah kompleks yang barangkali tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian. Saling memberikan bimbingan dan balikan dari teman sebaya sangat diperlukan. Bekerja dalam kelompok teman sebaya membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan mereka melalui argumentasi, kontroversi berstruktur, dan pengajaran timbal balik.

Menurut Johnson dan Johnson (1991) pembelajaran kooperatif mengarahkan aktivitas kelas berpusat pada peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik menyediakan peluang kepada guru menggunakan lebih banyak waktu untuk melakukan diagnosis dan koreksi terhadap masalah-masalah yang dialami para peserta didik. Guru dapat melayani peserta didik melakukan konsultasi secara individual dan menyediakan kesempatan berlangsungnya pengajaran one – on – one dan dalam kelompok kecil.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antara sesama siswa atau mahasiswa , latihan hidup dalam masyarakat nyata (Jamhir, 2001). Interaksi kooperatif akan memungkinkan siswa atau mahasiswa menjadi sumber belajar bagi sesamanya.

(14)

Penataan lingkungan pembelajaran dan jumlah anggota dalam kelompok kooperatif terdiri dari 4 – 5 orang, heterogenitas anggota kelompok, bekerja sama face–to–face untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan tanggung jawab secara individual dan rasa saling ketergantungan secara positif antar anggota.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kategori keefektifan penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang dikembangkan untuk peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang mengalami ketidak hadiran dan kekurangan guru di SMP, SMA dan SMK di kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan menurut penilaian guru dengan hasil 7% kurang setuju , 40,98% setuju dan 78,66% sangat setuju. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengelolaan kelas yang dikembangkan dapat digunakan guru dalam pengelolaan kelas rangkap (PKR) jika sekolah SMP, SMA, dan SMK mengalami kekurangan guru.

2. Kemampuan guru terkait penerapan penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR) pada jenjang sekolah SMP, SMA dan SMK Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Tarakan diperoleh hasil hasil 7% cukup baik , 9,66% baik dan 76,33% sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman dan keterampilan guru baik tingkat SMP, SMA dan SMK setelah terjadi kegiatan penelitian ini.

SARAN

Mengacu pada kesimpulan maka terdapat beberapa saran agar dalam penerapan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) dapat efektif mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa sebagai berikut:

1. Sebelum menerapkan model pengelolaan kelas rangkap (PKR) sebaiknya guru telah memiliki pemahaman dan keterampilan mulai dari tahap perencanaan maupun pelaksanaan model pengelolaan kelas rangkap (PKR).

2. Minggu sebelumnya guru sudah harus membagi siswa terkait dengan tugas dalam model pengelolaan kelas rangkap (PKR) yang akan terjadi di minggu sebelumnya. 3. Guru pengganti dengan guru yang digantikan harus berkoordinasi terutama terkait

tugas dalam bentuk LKS yang akan dikerjakan siswa pada kelas yang digantikan.

DAFTAR RUJUKAN

Brown, D.S.2003. A Group Appoach To Concept Mappping. The American Biology Teacher. 65(3). P. 192-197

Dahar, R.W.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Ellis, A.K., Fouts J.T. 1993. Research and Educational Innovation. USA. Eye on Educational Inc.

Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa University Press.

Johnson, D.W and johnson, R.T.1991. Learning Together and Alone. Boston London, Toronto: Allyn and Bacon

Lee, A 1999. Transfer As A Measure Of Intelectual Functioning. Unpublishing Manucript, USA

(15)

Lord, T,R. 2001. 101 Reason For Using Cooperative Learning In Biology Teaching. The American Biology Teacher. 63 (1)

Roth, W. 1994. Students Views Of Collaborative Conpect Mapping: An Emanciotory Research Project. Science Education. 78 (1). P. 85-92

Gambar

Tabel 1. Keefektifan Penerapan Model PKR dalam Menunjang Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi  Siswa Menurut Penilaian Guru SMP, SMA dan SMK di Kota Samarinda, Balikpapan, dan  Tarakan
Tabel 4. Hasil Kemampuan Guru dalam Menerapkan Penilaian dan Penggunaan Rubrik di SMP kota  Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan
Gambar 2. Diagram Rekapitulasi Hasil Penelitian Guru Tingkat SMA di Kota   Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan
Gambar 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Guru Tingkat SMK di Kota Samarinda,  Balikpapan, dan Tarakan

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa memperhatikan kronologis pencalonan Bakal Pasangan Calon yang diusung oleh PKP Indonesia di Kabupaten Dogiyai sebagai Laporan KPU Provinsi Papua, serta mencermati proses

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Penambahan luas ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah kabupaten terutama DKP yang terus melakukan pembangunan dan optimalisasi TPST untuk dapat memenuhi Sidoarjo Zero

yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara :.. pelaksanaan titel eksekutorial oleh

tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (Menurut Lasswell, 1970).. Kebijakan Bale Seni Ciwasiat adalah melakukan pelatihan diluar jam sekolah

Biaya'operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan untuk pembayaran honorarium, pengadaan bahan, alat tulis kantor, cetak/stensil, fotocopy/penggandaan,

Selain itu, dapat kami sampaikan pula bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Komite Remunerasi dan Nominasi mengacu kepada regulasi yang berlaku, diantaranya adalah

Selanjutnya, para pendidik muslim benar-benar telah merasa nyaman dengan pemikiran penting dari pemikiran kependidikan Yunani, yaitu bahwa pengetahuan yang diterima