ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR PADA Ny. N DENGAN SEKSIO SESARIA INDIKASI
LETAK SUNGSANG DI PAVILIUN ADAWIYAH RSIJ SUKAPURA
JAKARTA UTARA PADA TANGGAL 06-08 JUNI 2016
DisusunOleh:
ENDAH SUNARTI
2013750017
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Assalamu’aikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, sehingga dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ini dengan judul “ Asuhan keperawatan
khususnya Ny. N dengan post partum sesaria dengan indikasi letak sungsang di
ruangan adawiyah RSIJ sukapura jakarta utara“ dari tanggal 6 sampai 8 juni 2016.
Selama poses pembuatan laporan khusus penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, waktu yang singkat dan keterbatasan sumber-sumber, namun berkat bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang Maha pengasih Lagi Maha penyayang yang selalu memberikan kemudahan untuk mengerjakan karya tulis ini dan membantu penulisan dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini serta melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, untuk memenuhi syarat kelulusan di akademik perawatan RSIJ
2. Ibu Ns. Idriani,Mkep, Sp. Mat, selaku dosen pembimbing dan penguji akademik yang telah banyak membantu membimbingan dan pengarahan dalam laporan karya tulis ilmiah ini.
3. Orang tuaku yang tersayang yang selalu mensupport dan memberi semanggat kepada penulis
4. Seseorang yang setia yang selalu menemani, semanggatin untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ( Pram ).
5. Ibu fitri, Ibu lili, Ibu Enah, Ibu idri, Ibu nung, Ibu titin, Ibu wati, Pak dedi terima kasih banyak buat ilmu yang diberikan buat penulis
6. Kepala ruangan dan staf perawat di paviliun Adawiyah RSIJ Sukapura Jakarta Utara
7. Buat teman-teman sejawat angkatan 31, sukses selalu buat kalian !!! kalau sudah sukses , jangan lupa, jangan sombong, sering kumpul-kumpul yaa..
8. Pasien dan keluarga pasien yang telah membantu dalam penyusunan laporan karya tulis ilmiah
9. Sahabat saya Dita , Mega, Fera, Astrid yang telah memberikan semanggat dalam menyusun laporan karya tulis ilmiah
10.Teman seperjuangan kartika, intan, peggy, dwi nur. Selalu semanggat yaa..
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak dan harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini kelak berguna bagi para pembaca seluruhnya dan semoga contoh Karya Tulis Ilmiah ini berguna untuk pembikin Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
Wassalam Jakarta, 21 juni 2016
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...vi BAB I PENDAHULUAN A. Lantar Belakang...1 B. Tujuan penulisan...2 1. Tujuan umum...3 2. Tujuan khusus...3 C. Ruang lingkup...84 D. Metode penulisan...5 E. Sistematika penulisan...6BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Post Partum 1. Definisi post partum...6
2. Adaptasi Fisiologis Post Partum...7
B. Pemenuhan Kebutuhan DasaR... a. Nutrisi dan cairan...
C. Konsep Dasar Seksio Sesaria
a. Pengertian... b. Jenis- jenis... c. Indikasi... d. Komplikasi...
BAB III TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian keperawatan... b. Analisa data keperawatan... c. Diagnosa keperawatan... d. Perencanaan keperawatan... e. Pelaksanaan keperawatan... f. Evaluasi keperawatan...
BAB IV PEMBAHASAN
g. Pengkajian keperawatan... h. Analisa data keperawatan... i. Diagnosa keperawatan... j. Perencanaan keperawatan... k. Pelaksanaan keperawatan... l. Evaluasi keperawatan... BAB V PENUTUP a. Kesimpulan... b. Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dan dengan bantuan atau tanpa bantuan (Indriani, 2013). Setiap persalinan mempunyai risiko baik pada ibu maupun janin, berupa kesakitan sampai pada risiko kematian. Apabila ibu maupun janin dalam kondisi yang menyebabkan terjadinya penyulit persalinan, maka untuk segera menyelamatkan keduanya, perlu segera dilakukan segera dilakukan persalinan dengan seksio sesaria.
Menurut Gulardi & Wilkson ( 2006 ) Seksio sesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 3500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh. Seksio sesaria biasanya dilakukan atas indikasi karena faktor ibu yaitu panggul sempit, plasenta previa, partus tak maju, tumor jalan lahir yang bisa menimbulkan obstruksi, pre eklamsi, sedangkan indikasi karena faktor bayi adalah letak sungsang, presentasi ganda, kelainan letak pada gemelli anak pertama.
Angka kematian ibu bersama dengan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masalah kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2012yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015.
Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks, secara garis besar faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non medis disebabkan oleh obstetrik ataupenyakit kronik yang menjadi berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian yaitu Pendarahan 28%, Preklampsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama, trauma obstetrik 5%, emboli obstetrik 3%. Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, atau setelah melahirkan ( Dwinata,2005 ).
Seperti kita ketahui target millenium development goals (MDG’S) salah satu adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) diseluruh dunia sebesar 75% dari tahun 2000-2015. Sebagai gambaran pada tahun 2000 AKI indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’S di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Disisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode 2000-2015 ternyata perkirakan hanya mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG’S tentang AKI di indonesia sulit tercapai ( Bapernas, 2007 ).
Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari Medical Record rumah Sakit Islam Sukapura pada tahun 2015 (Juni- Desember) di dapatkan jumlah pasien dengan seksio sesaria 524 kasus, sedangkan pada tahun 2016 di hitung sampai pertengahan bulan (Januari – Juni) sudah mencapai 330 kasus, hal ini menunjukkan adanya penurunan dari tahun sebelumnya.
Masalah keperawatan yang dapat muncul pada ibu seksio sesaria diantaranya adalah perubahan proses keluarga, Gangguan rasa nyaman : nyeri, Harga diri
rendah, Resiko tinggi terhadap cedera, Resiko tinggi infeksi, dan kurang perawatan diri ( Wilkinson, 2006).
Sehubungan dengan masalah keperawatan yang terjadi pada ibu post seksio sesaria untuk itu peran perawat sebagai tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada ibu post seksio sesaria. Dari aspek promotif peran perawat yaitu memberikan penyuluhan pada ibu saat mengenai gizi ibu hamil, perawatan ibu melahirkan. Dari aspek preventif peran perawat yaitu mencegah terjadinya pendarahan pada ibu seksio sesaria dengan cara mobilisasi dini, menganjurkan klien untuk sesering mungkin menyusui bayinya dan mencegah terjadinya infeksi dengan melakukan perawatan luka dengan anti aseptic dan menganjurkan ibu menjaga kesehatan diri. Dari aspek kuratif ( kolaborasi dengan dokter ) peran perawat yaitu memberikan terapi sesuai intruksi dokter. Dari aspek rehabilatif peran perawat yaitu menganjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepat agar tidak terjadi kehamilan sebelum kondisi fisik dan psikologis.
Berdasarkan hal tersebut, penulis sebagai calon tenaga kesehatan ingin memberikan gambaran bagaimana penerapan “ Asuhan Keperawatan dengan Post SeksioSesaria dengan Indikasi Letak Sungsang di Paviliun Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara “
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman nyata memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang.
Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang.
a. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan dasar pada seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang.
b. Mampumerencanakantindakankeperawatanuntukmemenuhikebutuhandas arpada seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang.
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada seksio sesaria dengan indiksi letak sungsang.
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah kebutuhan dasar seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang.
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus yang ada pada seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang.
f. Mampu mengidentifikasi factor – factor pendukng maupun factor -factor penghambat serta dapat mencari solusi pada kasus seksio sesaria. g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada seksio sesaria. Dalam bentuk narasi. C. Ruang lingkup
Dalam karya tulis ilmiah penulis membatasi ruang lingkup dalam pemberian asuhan keperawatan pada seksio sesaria karena mengingat banyaknya kasus seksio sesaria dengan berbagai indikasi dan keterbatasan waktu yang diberikan, sehingga penulishanya melakukan asuhan keperawatan pada masalah yaitu, “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Seksio Sesaria di Paviluin Al-adawiyahRumahSakit Islam Sukapura Jakarta Utaraselama 3 haripadatanggal 6 sampai 8 Juni 2016.
D. Metode penulisan
Dalam metode penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus metode yang memberikan gambaran nyala dan hasil pengalaman dengan cara mempelajari, mengamati, dan membandingkan dengan studi kasus keperpustakaan yang ada.
Adapun data yang diperoleh dengan cara :
1. Studi keperpustakaan yaitu mempelajari teori – teori, buku-buku keperawatan, serta catatan catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus
2. Wawancara langsung dengan orang tua pasien, perawat serta keluarga pasien untuk memperoleh data yang akurat dan jelas mengenai masalah pasien 3. Observasi dimana penulis terlihat langsung pada pasien yang bersangkutan
mengenai perkembangan, pengobatan, dan perawatan serta hasil tindakan yang telah di berikan.
E. Sistematika penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yang secara sistematika disusun menurut urutannya, sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputilatarbelakangmasalah,tujuanpenulisan, ruanglingkup, metodepenulisan, dansistematikapenulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Meliputipengertian, karakteristik seksio sesaria, adaptasifisiologis, pemenuhan kebutuhan dasar, penatalaksanaan, pengkajiankeperawatan, diagnose keperawatan, perencanaankeperawatan, pelaksanaankeperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Merupakan laporan kasus dari hasil pengamatan dan observasi langsung pada pasien dalam membuat asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. N diPaviliun Al – Adawiyah RumahSakit Islam Jakarta Sukapura mulai daripengkajiankeperawatansampaievaluasikeperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Membahas kesenjangan antara asuhan keperawatan menurut teori dengan tinjauan kasus dari pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan sesuai dengan kasus yang diambil.
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
B. Saran, untuk meningkatkan kinerja perawat
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Post Partum
1. Pengertian
Post partum ialah masa serum minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil ( Bobak, 2006 ). Sedangkan menurut prawirohardjo ( 2006 ) masa nifas ( purperium ) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Asuhan keperawatan pada masa post partum dibagi atas tiga periode : a. Immediate post partum adalah masa 24 jam post partum
b. Early post partum adalah masa pada minggu pertama post partum
c. Late post partum adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam post partum.
2. Adaptasi fisiologis
Setelah proses melahirkan, seluruh sistem tubuh yang berhubungan dengan proses kehamilan akan mengalami perubahan /adaptasi sebagai berikut ( Regina VT novita, 2011 ) :
a. Sistem Reproduksi 1) Involusi Uterus
Rahim yang bermula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperpalsia, sehingga menjadi berat 1000 gram saat akhir kehamilan. Perubahan pada isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. Perlunakan istmus disebut tanda hegar. Uterus, serviks, dan istmus yang melunak secara progresif dan serviks menjadi agak kebiruan disebut tanda chandwick. Serviks melunak ( tanda goodel ) dan bila fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda MC Donald. Pembesaran uterus terjadi karena : peningkatan vaskurisasi, dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasi dan hipertrofi, perkembangan desidua. Karena uterus semakin membesar maka keluar dari rongga panggul dan dapat dipalpasi diatas simfisis pubis antara minggu ke 12 sampai ke 14. Uterus membesar secara bertahap sampai setinggi umblikus pada minggu ke 20 gestasi dan hampir menyentuh xyfoideus. Pada minggu ke 38 sampai 40 tinggi
fundus uteri turun karena janin mulai masuk ke pintu panggul (PAP).
2) Plasenta
Plasenta bentuknya bundar, dengan ukuran 15 x 20 cm, tebal 2,5 – 3cm dan berat 500gram. Tali pusat yang menghubungkan plasenta panjangnya sekitar 60 cm, dan plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke 16 dimana desdua pariestalis dn desidua kapsularis telah menjadi satu. Sebelum plasenta terbentuk fungsinya dilakukan oleh korpus leuteum gravida. Fungsi plasenta antara lain adalah alat nutritif untk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,sebagai alat
pembuangan sisa metabolisme, sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil O2n dan membuang CO2, menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian ASI, sebagai alat penyalur antibody ke tubuh janin dan sebagai barier dan filter. 3) Air ketuban
Jumlah air ketuban antara 1000 ml – 1500 ml dan terdiri dari bahan organic ( protein, vernik, kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitindan spingomeilin ) dan bahan anorgenik ( air, garam yang larut dalam air). Bila terjadi gangguan peredaran air ketuban akan menimbulkan hidramnion yaitu jumlah cairan ketuban
melebihi 1500 ml. Hal ini terjadi pada kasus seperti ansefalus, spinabifida, agenesis ginjal, korioangeoma plasenta. Air ketuban memiliki fungsi pada saat hamil berlangsung pada saat inpartu. Saat kehamilan berlangsung berfungsi antara lain memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas ke segala arah, menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung, sebagai penyangga terhadap panas dan dingin dan menghindari trauma langsung terhadap janin.
4) Vagina dan vulva
Vagina dan vulva mengalami pningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan
( tanda chandwiks ). Selama hamil PH sekresi vagina menjadi lebih asam yaitu dari 4 menjadi 6,5. Peningkatan PH ini membuat ibu hamil retan terhadap infeksi khususnya infeksi jamur.
b. Sistem kardioaskuler 1. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
kehamilan 32 minggu. Curah jantung akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur
kehamilan 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Pada post partum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2. Sel darah
Sel darah ,merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin dapat menurun pada triwulan pertama, sedangkan fibrinogen meningkat. Pada post partum dengan terjadinya hemokonsentrasi dapat terjadi traombopleblitis. 3. Tekanan darah
Tekanan darah bervariasi sesuai dengan usia juga faktor-faktor tambahan seperti posisi ibu, kecemasan. Selama masa pertengahan kehamilan tekanan sistolik dan diastolik menurun 5 sampai 10 mmHg. Hal tersebut kemungkinan terjadi vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama kehamilan. Selama trismeter ketiga TD ini kembali seperti trismeter pertama.
4. Curah jantung
Curah jantung meningkat dari 30 % sampai 50% pada gestasi 32 minggu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan volume darah sekuncup ( stroke volume ), sebagai respon peningkatan kebutuhan oksigen jaringan.
c. Sistem urinary
Sejak minggu ke 10 gestasi, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi. Dinding polos ureter mengalami hiperplasi, hipertrofi, dan relaksasi tonus otot. Hal ini mengakibatkan pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume ini lebih banyak dan memperlambat laju aliran urine, sehingga statis urine ini menjadikan kondisi terdapat selang waktu antara
pembentukan urine sampai urine mencpai ke kandung kemih dan menjadi medium yang mudah untuk tumbuhnya mikroorganisme. Kondisi
iritabilitas kandung kemih berupa sering berkemih, urgensi (tanpa disuria ) terjadi pada awal kehamilan ( karena sensitivitas ) dan akan muncul kembali menjelang aterm ( desakan kepala janin penurunan ). Pada keadaan normal 500 – 900 mEq natrium di pertahankan selama hamil untuk memenuhi kebutuhan janin. Karena kebutuhan volume cairan intravaskuler dan ekstravaskuler meningkat, maka kebutuhan natrium meningkat guna mempertahankan status isotonis.
d. Sistem integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) lobus hipofisanterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum lividae atau alba, areola mamae, papila mamae, linea nigra, pipi ( chloasma gravidarum ). Linea nigra adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai kebagian atas fundus di garis tengah tubuh. Pada primigravida panjang linea nigra mulai muncul pada bulan ketiga harus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Adapun pada multigravida keseluruhan garis muncul sering muncul sebelum bulan ketiga. Tanda linea tiga ini tidak semua ibu hamil muncul tanda ini. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.
e. Sistem muskuloskeletal
Selama kehamilan postur tubuh ibu akan berubah. Hal ini dikarenakan menyesuaikan terhadap beban yang terkait dengan perkembangan janin. Peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan, tonus otot abdomen menurun, dan berat badan meningkat sehingga ini
membutuhkan penyesuaian ulang ( realigment ). Pusat gravitasi tergeser ke depan, kurva lumbosakrum normal semakin melengkung dan daerah servikodorsal harus terbentuk kurvatura ( fleksi anterior kepala
berlebihan ) untuk mempertahankan keseimbangan. Pergerakan menjadi sulit, ligamentrum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Perubahan ini serta perubahan lain membuat kondisi tidak nyaman.
f. Sistem neurologi
Kehamilan yang terjadi pada perkembangannya dapat menyebabkan munculnya gejala neurologi dan neuromuskular yaitu perubahan sensori tungkai bawah karena kompresi saraf panggul atau stasis vaskuler, lordosis dorsolumbar sehingga mengakibatkan nyeri karena tarikan pada saraf atau akar saraf. Selain itu dapat pula terjadi edema yang melibatkan saraf perifer sehingga terjadi carpal tunnel syndrome selama trismeter ketiga, dengan gejala parastesia dan nyeri pada tangan menjalar ke siku.
g. Sistem endokrin
Saat hamil kelenjar tyroid bisa mengalami pembesaran secara moderat akbat hiperplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas. Kebutuhan oksigen meningkat, demikian juga dengan BMR akibat aktivitas metabolik janin. Kebutuhan kalsium dan vitam D yang
meningkat selama kehamilan mengakibatkan kadar parathormon plasma meningkat, dimana puncaknya pada kehamilan antara minggu ke 15 dan ke 35 gestasi. Sedangkan pada awal kehamilan produksi insulin menurun
karena glukosa darah ibu juga turun. Hal ini terjadi karena janin yang membutuhkan glukosa sesuai pertumbuhan dan perkembangannya mengambil glukosa ibu, padahal kemampuan ibu untuk mensistensi glukosa juga menurun, insulin tidak dapat menembus plasenta, dan janin juga menyedot asam amino ibu.
3. Adaptasi psiokologis post partum a. Fase Dependent (taking In)
Terjadi hari ke 1 – 2 post partum
Ketergantungan sangat dominan
Focus hanya pada diri sendiri
Verbalisasi : butuh tidur dan makan b. Fase Dependent – Independent (taking hold)
Ibu mulai ingin mandiri, terjadi setelah hari ke 2 – 3 focus meluas ke bayinya, mulai antusias dalam perawatan bayi. Mulai terbuka untuk belajar tentang perawatan diri dan bayi. Pada periode ini perlu mendapatkan support.
c. Fase Independent ( Letting go)
Peningkatan kemampuan mandiri. Penerimaan adanya bayi sebagai bagian dari dirinya.
B. Konsep Dasar Seksio Sesaria
1. Pengertian
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Sarwono, 2009).
2. Jenis - jenis seksio sesaria
a. Seksio sesaria trans peritoneal profunda.
Dengan insisi di segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang
b. Seksio sesaria korporal (klasik)
Diadakan insisi pada bagian tengah korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah diatas batas plika vesiko uteria.
c. Seksio sesaria ekstraperitonel
Dilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. Dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerpural, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi. Pembedahan ini sulit dalam tekniknya dan sering kali terjadinya sobekan peritonium tidak dapat dihindarkan.
3. Indikasi ibu
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion ) merupakan ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat) merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan
c. KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartum.
d. Bayi Kembar, dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas
f. Kelainan Letak Janin
4. Indikasi
A. Indikasi ibu
1) Panggul sempit absolut
2) Tumor-tumor jalan lahir menimbulkan obstruksi 3) Stenosis vagina
5) Disposisi sefalopelvis 6) Ruptur uterus
7) Diabetes (kadan-kadang) 8) Riwayat obstetri yang buruk 9) Riwayat seksio sesaria klasik 10)Infeksi hipervirus tipe II ( genetik )
B. Indikasi janin
1) Letak janin yang tidak stabil tidak bisa dikoreksi. 2) Presentasi bokong ( kadang-kadang ).
3) Penyakit atau kelainan berat pada janin seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan yang nyata.
4) Gawat janin.
C. Komplikasi 1. Pada ibu
a. Infeksi puerperalis
Ringan, peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
b. Pendarahan
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti : luka kandung kemih, emboli paru-paru
2. Pada janin
Kematian perinatal pasca seksio sesaria sebanyak 4-7%
D. Kontra indikasi seksio sesaria
Mengenai kontraindikasi, perlu diingat bahwa seksio sesaria dilakukan baik untuk kepentingan anak, oleh sebab itu seksio tidak dilakukan pada :
1. Janin sudah meninggal
2. Janin terlalu kecil untuk hidup diluar kandungan
3. Janin terbukti menderita cacat seperti hidrosefalus, anensefalus, dan kelainan kongenital.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO) dan pencocokan silang serta tes coombs.
2. Urinalis : menentukan kadar albumin/glukosa
3. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II 4. Pelvimetri : menentukan CPD
6. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan presentasi janin
7. Tes stres kontraksi dan non stres : mengkaji respons janin terhadap gerakan/ stres dari pola kontraksi uterus/pola abnormal 8. Pemantauan elektrolit kontinu : menentukan status janin/ aktivitas
uterus.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan, bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi dan menganalisa masalah pasien. Penulis akan menjelaskan pengkajian secara khusus pada pasien post seksio sesaria.
a. Pengakajian dasar klien 1) Sirkulasi
a. Hipertensi
b. Terdapat perdarahan vagina 2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan refleksi pada kemampuan sebagai wanita
3) Makanan cairan a. Nyeri epigastrium
b. Gangguan penglihatan
c. Edema sebagai tanda hipertensi karena kehamilan ( HKK ). 4) Nyeri / ketidaknyaman
a. Distosia
b. Persalinan lama/ disfungsional, kegagalan induksi c. Terdapat nyeri tekanan uterus
5) Keamanan
a. Penyakit hubungan seksual aktif ( milsanya, herpes) b. Prolaps tali pusat, distres janin
c. Ancaman kelahiran janin yang prematur
d. Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil
e. Ketuban pecah selama 24 jam atau lebih lama
f. Adanya komplikasi ibu seperti hipertensi, diabetes, penyakit ginjal atau jantung seperti infeksi asendens.
6) Seksualitas
a. Disproporsi sefalopelvik (CPD)
b. Kehamilan multipel atau gestasi ( uterus sangat distensi ) c. Melahirkan secara bedah uterus atau selviks sebelumnya d. Tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir 7) Penyuluhan
Kelahiran sesaria yang tidak direncanakan, dapat memengaruhi kesiapan dan pemahaman ibu terhadap prosedur.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada ibu post partum seksio sesaria menurut Doengoes, Moorhouse dan wilkinson (2001):
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan luka post operasi. c. Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, regimen pasca
operasi, harapan berhubungan dengan kurangnya mengenai informasi. d. Ansietas yang behubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan/ aktual dari kesejahteraan maternal dan janin interpersonal.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, trauma jaringan/kerusakan kulit, pecah ketuban, penurunan HB.
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi atau peningkatan anggota keluarga, kritis situasi.
g. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi ( mils, hipotensi ortostik, eklamsi ), efek-efek anastesi.
h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesteron , nyeri parineal/ rektal
i. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/ diversi mekanis, efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan aliran plasma ginjal, efek-efek anastesi
j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik, efek-efek anastesi.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah penentuan tujuan dan kriterial hasil perawatan yang disusun untuk membantu pasien untuk mengatasi masalah yang ada di diagnosa keperawatan menurut Doengoes, Moorhouse dan wilkinson (2001): :
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-efek hormonal.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri teratasi atau berkurang
Kriteral hasil :
1. Nyeri berkurang 2. Skala nyeri 1-3 3. Tampak rileks
Intervensi :
1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri 2. Perhatikan nyeri tekan uterus
3. Ubah posisi klien
4. Anjurkan menghindarkan makanan atau cairan berbentuk gas, milsanya : kacang-kacangan, kol, minuman terlalu dingin
5. Anjurkan tirah baring pada posisi datar 6. Inspeksi jaringan payudara dan puting 7. Lakukan latihan tarik napas dalam
8. Kolaborasi dalam pemberian analgerik tiap 3-4 jam.
b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan luka post operasi. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang/hilang :
Kriterial hasil :
a) TTV dalam batas normal
b) Skala nyeri dalam batas normal c) Tidak ada tanda-tanda infeksi
d) Klien tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat Intervensi :
1. Kaji skala, frekuensi, dan durasi nyeri 2. Monitor tanda-tanda vital
3. Lakukan latihan tarik nafas dalam 4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi 5. Anjurkan mobilisasi dini
6. Ciptakan lingkungan yang nyaman
7. Kolaborasi dalam pemberia analgetik yang diresepkan oleh dokter
c. Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, regimen pasca operasi, harapan berhubungan dengan kurangnya mengenai informasi. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang pengetahuan teratasi. Kriterial hasil :
Klien mengetahui tentang prosedur tindakan operatif
Intervensi :
1. Kaji kebutuhan belajar 2. Catat tingkat stress
3. Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana
d. Ansietas yang behubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan/ aktual dari kesejahteraan maternal dan janin interpersonal.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietasi dapat teratasi Kriterial hasil :
1. Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin 2. Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesarea
3. Kalien tampak benar-benar rileks
4. Menggunakan sumber/sistem pendukung dengan relaktif.
Intervensi :
1. Kaji respons psikologis dan kejadian sistem pendukung 2. Berikan penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin 3. Anjurkan ibu mengungkapkan atau mengekpresikan perasaan
4. Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, trauma jaringan/kerusakan kulit, pecah ketuban, penurunan HB.
Tujuan :
Kriterial hasil :
1. Klien bebas dari infeksi
2. Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi 2. Kaji status nutrisi klien 3. Kaji tanda- tanda vital
4. Inspeksi balutan abdomen terhadap eksudat atau rembesan 5. Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan
6. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik cuci tangan dengan baik, dan ganti pembalut dengan baik
7. Perhatikan lochea dan bau lochea serta kemajuan perubahan lochea
8. Pantau hasil lab seperti (BUN), urin 24 jam, kreatinin 9. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan anggota keluarga, krisis situasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahan proses keluarga tidak tejadi
Kriterial hasi :
a) Menggendong bayi
b) Mulai secara aktif mengikuti tugas perawatan bayi baru lahir dengan cepat
c) Memahami perubahan dalam peran keluarga
Intervensi :
1. Anjurkan klien mengendong, mnyentuh, dan memeriksa bayi, bantu sesuai kebutuhan
2. Berikan kesempatan ayah atau pasangan untuk menyentuh dan mengendong bayi dan membantu dalam perawatan bayi
3. Observasi dan catat interaksi keluarga bayi
4. Perhatikan pengungkapan atau perilaku yang menunjukan kekecewaan atau kurang minat/kedekatan
5. Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaan negatif tentang diri mereka dan bayi
6. Berikan informasi sesuai kebutuhan tentang keamanan dan kondisi bayi
7. Anjurkan dan bantu dalam menyusui
8. Diskusikan kebutuhan , kemajuan, dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan.
g. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi ( mils, hipotensi ortostik, eklamsi ), efek-efek anastesi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi Kriterial hasil :
a) Bebas dari komplikasi
b) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor resiko atau perlindungan diri
Intervensi :
1. Tinjau ulang catatan prenatal dan intrapartal terhadap faktor-faktor yang menpredisposisikan klien komplikasi
2. Catat kadar HB dan kehilangan darah operatif 3. Pantau tekanan darah ( TD, nadi, suhu)
4. Inspeksi balutan terhadap pendarahan berlebihan
5. Inspeksi insisi secara teratur, perhatikan tanda-tanda perlambatan atau perubahan penyembuhan
6. Inspeksi ekstermitas bawah terhadap tanda tromoflebitis 7. Anjurkan latihan kaki/ pergelangan kaki dan ambulasi dini
h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesteron , nyeri parineal/ rektal
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi teratasi Kriterial hasil :
a) Dapat eliminasi seperti biasa
b) Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan seperti feses lembut dan berbentuk
c) Mengeluarkan feses tanpa bantuan d) Bising usus normal
Intervensi :
1. Kaji dan catat warna, konsistensi feses pasca operasi
2. Informasikan kepada pasien kemungkinan konstipasi yang dirangsang oleh obat
3. Auskultasi bising usus setiap 4 jam sekali 4. Palpasi abdomen, perhatikan adanya distensi
5. Masukkan atau pertahankan selang nasogastrik sesuai indikasi 6. Kolaborasi dalam pemberian pelunak feses
i. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/ diversi mekanis, efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan aliran plasma ginjal, efek-efek anastesi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perubahan eliminasi urin teratasi Kriterial hasil :
a) Pola kemih menjadi normal setelah pelepasan kateter b) Mengosongkan kandung kemih pada saat berkemih
Intervensi :
1. Kaji dan catat jumlah, warna, dan konsentrasi drainase kemih 2. Palpasi kandung kemih
3. Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran kemih 4. Lepas kateter sesuai indikasi
5. Pantau hasil tes laboratrium
j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik, efek-efek anastesi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang perawatan diri teratasi Kriterial hasil :
1. Tampak bersih dan rapi 2. Bau harum
Intervensi :
1. Kaji status psikologis klien
3. Kaji kondisi kulit saat mandi
4. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi 5. Berikan bantuan sesuai kebutuhan klien 6. Ubah posisi klien setiap 1-2 jam.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalh pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah didukung pada tahap perencanaan. Adapun prinsip-prinsip implementasi yang dapat dilakukan pada klien dengan seksio sesaria adalah :
a. Memonitor vital sign b. Meminimalkan rasa nyeri
c. Mengkaji adanya perubahan keluarga d. Mengkaji tingkat kecemasan klien
e. Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi f. Membantu dalam melakukan perawatan diri g. Membantu klien dalam mobilisasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan dan sebagai tahapan akhir dalam proses keperawatan. Adapun prinsip-prinsip evaluasi yang dapat dicapai antara lain :
1. Tanda vitas dalam batas normal
2. Klien dapat mengungkapkan rasa nyeri berkurang
3. Klien dapat menerima adanya perubahan proses keluarga 4. Klien mengungkapkan cemas teratasi
5. Tidak ada tanda-tanda infeksi 6. Klien dapat BAK secara mandiri
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis mencoba membandingkan dengan melihat persamaandan perbedaan antara teori dan laporan kasus dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang selama 3 hari mulai dari tanggal 6 sampai 8 juni 2016. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan urutan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan sampai pada tahap evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam tahap pengkajian, penulis mengacu pada format pengkajian ibu post partum. Pengkajian ini dilakukan metode wawancara, obeservasi langsung, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari hasil pengkajian Ny.N pada post partum sesaria hari pertama di dapatkan data sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada luka post operasi sc, klien mengatakan skala nyeri 6 (sedang), klien mengatakan tidak dapat banyak bergerak karena nyeri, klien mengatakan baru bisa miring kanan dan kiri, klien mengatakan untuk kebutuhan sehari-hari klien dibantu oleh keluarga, klien mengatakan belum BAB saat persalinan, klien mengatakan ASI sudah keluar sedikit , klien post seksio sesaria hari pertama keadaan umum baik, tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, ND : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu : 36,2⁰C, terdapat luka operasi di abdomen bagian bawah, jumlah pendarahan 200 cc, klien terlihat meringis saat bergerak, lemas, klien tampak bed rest, klien terlihat
berhati-hati dalam berjalan, hasil laboratrium hemoglobin 13,7 g/dl, golongan darah O. Sehingga dari data pengkajian pada Ny.N diatas pada Ny.N diatas ada
kesengajaan antara kasus dan teori, seperti pada sirkulasi dalam teori menunjukkan kehilangan 700-1000 cc. Akan tetapi yang terjadi pada ibu, kehilangan darah 200 cc pada operasi seksio sesaria dikarenakan kemajuan dalam teknik pembedahan. Pada integritas ego dalam teori dapat menunjujkkan labilitas emosional seperti ketakutan, menarik diri, dan marah, tetapi penulis tidak ditemukan gejala tersebut disebabkan klien sudah merasa siap untuk
kehadiran anggota baru dan ditambah pengalaman ibu sebelum dengan kelahiran anak keduanya. pada perubahan neurologis dalam teori terdapat rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita kelahiran. Rasa baal dan kesemutan pada jari akan hilang setelah bayi lahir. Data yang penulis dapatkan tidak terlalu berbeda dengan data yang ada secara teoritis yaitu rasa baal dan kesemutan menghilang setelah bayi lahir. Sedangkan pada pemeriksaan penunjang yang dilandasi teori pada ibu seksio sesaria lengkap meliputi HB, HT, Trombosit.
Faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.N adalah adanya kerjasama antara pasien, keluarga, perawat ruangan serta penulis dan adanya format pengkajian, alat-alat yang tersedia memadai, catatan keperawatan, status klien, dan data penunjang lainnya. Faktor penghambat yang ditemui adalah perawat yang kurang mencatat respon klien setalah dilakukan tindakan
keperawatan dan pendokumentasi diruangan perawat. Terkadang walau sudah tercatat kenapa tindakan mandiri selalu ditulis sama dengan dibagian atas yang telah ditulis oleh bagian shift lain dan sering sekalo tulisan sulit dibaca. B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan tahap pengkajian, penulis mengidentifikasi masalah
keperawatan yang ada pada pasien seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang, didapatkan hasil pengkajian pada Ny.N maka diagnosa keperawatan yang telah
penulis peroleh pada tinjauan kasus dan terdapat landasan teoritis adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post seksio sesaria abdomen. Diagnosa keperawatan inimuncul karena klien mengeluh nyeri pada bagian post operasi seksio sesaria terutama saat bergerak. Klien mengatakan karakteristik nyeri seperti diremas-remas, ngilu dan sering. Klien dengan NH1P2A0, dengan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, post partum hari pertama , TD : TD : 110/70 mmHg, ND : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu : 36,2⁰C, wajah klien tampak meringis, karena menahan sakit pada luka post operasi, klien terlihat memegangi perutnya saat bergerak, abdomen terdapat luka post operasi, skala nyeri 6 ( sedang ), karakteristik seperti diremas- remas. 2. Gangguan pemenuhan sehari-hari berhubungan dengan
imobilisasi/kelemahan fisik. Diagnosa ini muncul karena klien mengeluh belum dapat beraktivitas secara maksimal. Klien mengatakan dirinya masih lemas, belum dapat beraktivitas secara maksimal, masih dibantu dalam beraktivitas sehari-hari, karena hanya dapat miring kanan dan kiri. 3. Resiko terjadinya infeksi berhibungan dengan luka insisi . diagnosa ini
muncul karena klien mengatakan post operasi sc hari pertama dan verban belum diganti. Tampak adanya luka post operasi sc di abdomen bagian perut bawah. Pemeriksaan abdomen : tinggi fundus 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat, konsistensi keras, terdapat luka post operasi tertutup balutan, tidak ada rembesan darah.
4. Resiko perubahan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas peritaltik. Diagnosa ini muncul karena klien mengatakan belum BAB setelah persalinan , pola BAB 1 x/hari, bising
usus 4x/menit, makan porsi 1 porsi, minum 5-6 gelas/hari, aktivitas miring kanan dan kiri.
Adapun diagnosa keperawatan yang ada teori tetapi tidak ada kasus, yaitu :
1. Perubahan proses keluargaberhubungan dengan perkembangan transisi/ peningkatan anggota keluarga, krisis situasi ( milsanya : intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan atau interaksi).
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada konsep diri trasmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokima atau rugulasi, efek-efek anastasi,trombo emboli, trauma jaringan.
5. kurang pengetahuan berhubungan dengan perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri.
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan ( personal hygiene ) berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek hormonal, trauma.
C. Perencanaan Keperawatan
Yang menjadi prioritas masalah pada tinjauan kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri karena pada kasus ditemukan data-data yang menunjang dari keluhan klien. Sedangkan untuk menentukan tujuan penulis menetapkan asuhan keperawatan berdasarkan waktu yaitu selama 3 hari. Pada rencana tindakan
disesuaikan dengan kondisi pasien. Pada perencanaan tidak ditemukan kesengajaan antara teori dan kasus.
Sesuai data yang penulis kumpulkan dari kasus terkumpul empat diagnosa keperawatan yaitu diagnosa keperawatan yang pertama gangguan rasa nyaman nyeri hasil yang diharapkan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 3, pasien tampak rileks, pasien dapat beristirahat, tidak mengeluh nyeri pada saat bergerak. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri yaitu kaji lokasi,
karakteristik, skala nyeri, observasi tanda-tanda vital karena dapat dijadikan indikasi infeksi, melakukan teknik relaksasi ( tarik nafas dalam ) karena dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa kedua yaitu gangguan pemenuhan sehari-hari, hasil yang diharapkan klien dapat melakukan aktifitas secara bertahap. Intervensi yang dilakukan yaitu kaji kemampuan klien dalm beraktivitas, membantu klien dalam beraktivitas, membantu klien untuk memenuhi kebutuhan terhadap dirinya.
Diagnosa ketiga yaitu terjadinya infeksi yang diharapkan masalah tidak terjadi, dengan intervensi yang dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital, monitor hasil laboratrium, kaji tanda-tanda infeksi, anjurkan teknik septik dan anti septic, inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan, ganti balutan luka bila basah.
Diagnosa keempat yaitu resiko perubahan eliminasi fekal : konstipasi
berhubungan dengan penurunan tonus otot yang diharapkan tidak terjadi dengan intervensi yang dapat dilakukan dengan auskultasi bising usus, kaji terhadap adanya hemoroid, anjurkan makan-makanan yang berserat tinggi, anjurkan klien minum 6-8 gelas per hari, berikan pelunak feses sesuai intuksi dokter.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan, penulis melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Faktor pendukung dapat berjalan dengan baik dalam sikap klien yang kooperatif selama asuhan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat adalah para perawat tidak mendokumentasikan semua tindakan perawatan dan tidak mencatat respon pasien.faktor penghambat lainnya adalah keterbatasan waktu yang dimiliki penulis sehingga ada beberapa rencana yang belum dilaksanakan.
Implementasikan yang dilakukan pada saat pemberian keperawatan selama 3 hari dari tanggal 7 Juni 2016 sampai dengan 8 Juni 2016.
Tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi nyeri dengan mengkaji lokasi, karakteristik, dan skala nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan memberikan posisi nyaman dan memberikan terapi sup pronalges 250 mg. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu dengan mengkaji kemampuan pasien dalam beraktifitas, dan membantu dalam beraktifitas secara bertahap. Resiko terjadinya infeksi dengan mengobservasi tanda-tanda infeksi,
menganjurkan dan gunakan anti septik , mengganti balutan luka bila basah, memberikan antibiotik clavamox 2 x 1 gram. Resiko perubahan eliminasi fekal konstipasi yaitu dengan mengkaji bising usus, pola BAB, dan menganjurkan makanan yang berserat.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi adalah dilakukan pengukuran keberhasilan dari segala tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun dalam evaluasi ini penulis dengan SOAP ( subjektif, objektif, analisa dan planning) yang dapat
dilakukan masalah yang teratasi ataupun timbul masalah yang baru. Pada tahap evaluasi ini penulis hanya melakukan penilaian selama 3 hari dari tanggal 6 sampai dengan 8 juni 2016. Adapun evaluasi yang terdapat pada diagnosa pertama yaitu :
Diagnosa I : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post sc diabdomen, setelah dilakukan perencaan keperawatan dan tim. Gangguan rasa nyaman teratasi. Masalah ini dapat teratasi karena klien
mengatakan nyeri pada luka post operasi sc sudah berkurang dengan skala nyeri 3, intensitas ringan, klien tampak rileks dan sudah tidak meringis kesakitan.
Diagnosa II : gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik, setelah dilakukan perencanaan keperawatan penulis dan tim. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari teratasi dengan klien mengatakan sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mandiri, sudah tidak bantu lagi. Klien sudah melakukan aktifita secara bertahap dan miring kanan dan kiri, duduk dibangku, belajar berdirisetelah 24 jam dan mengkaji kemampuan klien.
Diagnosa III : resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi post op SC, masalah tidak terjadi, karena intervensi sudah dilakukan, seperti mengganti balutan luka post operasi dan mengobservasi tanda-tanda infeksi jadi intervensi dihentikan.
Diagnosa IV : Resiko perubahan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, setelah dilakukan keperawatan penulis dan tim resiko perubahan eliminasi fekal konstipasi tidak terjadi. Karena klien
mengatakan sudah dapat BAB 1 x/sehari dan pola BAB sudah 1 x/hari.bising usus 12 x/hari.
Faktor pendukung pada tahap evaluasi ini yaitu pasien yang kooperatif pada saat dilakukan pengkajian, pengumpulan data, rencana tindakan, dan evaluasi. Pada tahap ini penulis tidak menemukan faktor penghambat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan mengemukan kesimpulan dari hasil kajian dan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Post Seksio Sesaria dengan indikasi letak sungsang di Paviliun Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara, baik dari segi landasan teoritis maupun laporan kasus maka penulis kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada Ny.N dengan seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang yang telah dirawat dipaviliun Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara pada tanggal 6 sampai dengan 8 juni 2016, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian pada Ny.N data-data yang didapatkan dengan cara wawancara, pemeriksaan penunjang, penulis mendapatkan data-data seperti mengeluh nyeri di daerah luka post operasi sc terutama saat bergerak, klien mengatakan nyeri di abdomen seperti di remes-remes, ngilu dan sering, klien mengatakan dirinya masih lemas, belum dapat beraktifitas secara maksimal, klien mengatakan masih dibantu dalam beraktifitas, karena hanya dapat miring kanan dan kiri, klien mengatakan post operasi dan verban belum diganti. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.N maka diagnosa keperawatan yang penulis peroleh pada tinjauan kasus dan terdapat pada landasan teoritis adalah sebagai berikut : Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan luka insisi
post SC , Ganggua pemenuhan rasa nyaman berhubungan dengan kelemahan fisik, Perubahan pola Eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan Aktifitas Peristaltik.
Pada tahap perenacanaan keperawatan pada Ny.N prioritas masalah adalah Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post SC. Tujuan ditetapkan untuk mengatasi masalah tersebut selama 3 hari dengan kriterial hasil Perubahan Rasa Nyaman nyeri berkurang.
Pada tahap pelaksanaan yang sudah dilakukan penulis pada Ny.N adalah mengobservasi TTV, mengkaji lokasi, karakteristik nyeri, dan skala nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam, memberikan obat analgetik supp pronalges 250 mg, dalam pelaksanaan dapat direncanakan semuannya.
Pada tahap evaluasi ditemukan bahwa seluruh diagnosa keperawatan yang muncul ada 4 diagnosa tidak semua teratasi, hanya sebagian diagnosa saja yang teratasi seluruhnya seperti Perubahan Pola Eliminasi Fekal konstipasi
berhubungan dengan Penurunan Aktifitas Peristaltik, sedangkan diagnosa yang teratasi sebagian
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & jensen, 2006, Maternity Health Women Care, 7th edition, Mosby, Philadelphia.
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC. Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUI Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan