• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penentu organisasi adalah sumber daya manusia (SDM). Organisasi sangat membutuhkan SDM yang kompeten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penentu organisasi adalah sumber daya manusia (SDM). Organisasi sangat membutuhkan SDM yang kompeten"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu penentu organisasi adalah sumber daya manusia (SDM). Organisasi sangat membutuhkan SDM yang kompeten untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya. SDM merupakan sumber pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang terakumulasi dalam anggota organisasi.1 Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan. Perawat merupakan SDM rumah sakit yang telah terspesialisasi.2 Kualitas pekerjaan yang dilakukan dapat dilihat dari kinerjanya.3 Kemampuan dan perilaku menentukan kinerja perawat untuk melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan standart.4

Kinerja perawat tidak hanya dilihat dari faktor keterampilan saja, banyak berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti halnya beban kerja yang terus meningkat.4 Tugas pokok perawat di instalasi gawat darurat (IGD) mengharuskan perawat siap untuk merespon dalam kondisi apapun dan segera berfikir cepat mengingat jenis pasien dan penyakitnya memerlukan tindakan berbeda dan segera.5Perawat insentive care unit(ICU) bertugas penuh dalam pearwatan secara total care dan memberikan tindakan jika ada keadaan yang kritis pada pasiennya. Tugas yang harus diselesaikan dengaan cepat, tepat dan cermat dapat menyebabkan banyaknya kesalahan atau bahkan menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan.6

Beban kerja mental dan fisik yang dialami oleh perawat di IGD dan ICU cukup tinggi, ditunjukkan dalam hasil penelitian pada perawat IGD menunjukkan 96,2% perawat mengalami beban kerja fisik ringan dan 70,1% mengalami beban keja mental yang tinggi.6Hasil penelitian pada perawat ICU juga menunjukkan perawat yang bekerja di ruang ICU 50% mengalami beban kerja sedang dan 50 % mengalami beban kerja berat.

(2)

sebagai berikut : 71,43% stres ringan, 21,43% mengalami stres sedang dan 7,14% mengalami stres berat.7

Beban kerja yang terus meningkat harus didukung oleh keadaan fisik seorang pekerja, jika tidak maka akan memicu terjadinya kelelahan kerja.4 Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan mengakibatkan kesalahan dalam bekerja. Kelelahan terbagi menjadi kelelahan mental yang dipengaruhi oleh stres kerja dan kelelahan tubuh dipengaruhi oleh beban kerja yang dipengaruhi oleh shift kerja dan persediaan energi tubuh yang secara tidak langsung berasal dari status gizi pekerja itu sendiri.8

Stres adalah reaksi fisiologis dan/atau psikologis tubuh terhadap keadaan yang membutuhkan penyesuaian tingkah laku. Berdasarkan Japanese National Survey of Health di tahun 2004, stres yang berkaitan dengan pekerjaan merupakan penyebab stres paling sering.9 Health and Safety Executive (HSE) Inggris menyebutkan stres, depresi, dan ansietas sebagai salah satu dari tujuh penyakit yang paling sering terjadi di tempat kerja. Angka kejadian ini senantiasa sama sejak 2001 hingga 2010.10 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2013, gangguan kejiwaan yang berkaitan dengan emosional dan perilaku terjadi paling sering pada usia diatas 75 tahun, namun pada usia 45 tahun sudah mulai menandakan kenaikan yang signifikan.11 Stres akan yang dapat diatasi akan membuat tenaga kerja dapat berfungsi secara optimal kembali, sebaliknya stres yang berlangsung lama dapat berakibat terganggunya kesehatan tenaga kerja, kesehatan fisik/badan atau kesehatan jiwa. Gejala awal yang terlihat dari stres adalah kelelahan.12

Gangguan tidur merupakan salah satu penyebab kelelahan. Gangguan tidur dipengaruhi salah satunya oleh shift kerja, hal ini dikarenakan shift kerja dapat mengakibatkan gangguan pada circadian rhythms. Hasil penelitian menunjukkan bahwa shift kerja memberikan dampak pada kenaikan waktu reaksi kelelahan. Pekerja pada shift malam memiliki kelelahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja pada

(3)

shift pagi. Kelelahan pada responden dengan shift pagi mencapai60%, dan shift malam 73,33%.13

Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh pekerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik berkurang, berat badan menurun, kurang bersemangat dan kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal. Dalam pelaksanaan proses kerjanya, seorang pekerja memerlukan tidur yang cukup dan asupan gizi yang seimbang untuk dapat mempertahankan kapasitas kerjanya. Apabila kapasitas kerja seorang pekerja terjaga dengan baik karena cukup tidur dan cukup asupan gizinya maka kelelahan kerja yang terjadi dapat diminimalkan.14

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan di Intalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, tiga dari lima perawat pada shift pagi masih mengeluhkan kelelahan meskipun sudah bekerja dengan sistem shift. Keluhan juga dirasakan perawat diberbagai shift.Keluhan yang sering dialami adalah perasaan lelah, gangguan tidur, pusing. Hasil survey menunjukkan 2 dari 5 perawat pada shift malam lebih lelah karena kedatangan pasien di IGD tidak bisa diprediksi dan perawat hanya mendapatkan istirahat selama satu jam secara bergantian, akibatnya pekerja mengalami gangguan tidur. Rata-rata pasien dalam sehari bisa mencapai 40-50 pasien. Keluhan yang sama juga dialami oleh perawat di ICU. Kepala perawat di ruang ICU mengatakan perawat yang mendapat shift malam biasanya tidur selama satu setengah jam secara bergantian, mengingat prinsip pelayanan di ruang ICU adalah total care. Jumlah pasien perharinya di ruang ICU berkisar antara 4-6. Perawat di ruang ICU maupun IGD sama-sama tidak mendapatkan waktu istirahat yang sesuai dengan ketentuan. Perawat juga tidak mendapatkan snack atau makan dari rumah sakit, sehingga perawat cenderung membeli diluar atau dikantin

(4)

yang nilai gizinya tidak selalu bisa dipastiakn memenuhi kebutuhan gizi yang semestinya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang didapat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Islam Sultan Agung dengan judul “Hubungan Toleransi Stres, Shift Kerja dan Status Gizi dengan Kejadian Kelelahan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “adakah hubungan antara toleransi stres, shift kerja dan status gizi dengan kejadian kelelahan pada perawat di instalansi gawat darurat (IGD) dan di ruang insentive care (ICU) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubugan antara toleransi stres, shift kerja dan status gizi pekerja dengan kelelahan pada petugas Intalansi Gawat Darurat dan Intesive Care Unit

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan toleransi stres pada petugas IGD dan ICU b. Mendeskripsikan shitf kerja pada petugas IGD dan ICU c. Mendeskripsikan status gizi pada petugas IGD dan ICU d. Mendeskripsikan kelelahan kerja pada petugas IGD dan ICU

e. Menganalisis hubungan antara toleransi stres dengan kelelahan pada petugas IGD dan ICU

f. Menganalisis hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada petugas IGD dan ICU

g. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada petugas IGD dan ICU

(5)

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai toleransi stres, shift kerja dan status gizi hubungannya dengan angka kejadian kelelahan

b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis dan Metodologis

a. Bagi Petugas

Memberikan informasi kepada petugas IGD tentang kapasitas tubuhnya yang mungkin dapat mengalami kelelahan. Petugas IGD dapat meminimalisir dengan memperhatikan faktor kelelahan dari segi psikis dalam hal ini adalah toleransi stres dan dari fisik ditinjau dari status gizi beserta shift kerja hubunganya dengan waktu kerja ideal bagi tubuh.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan toleransi stres, shift kerja, status gizi dan kelelahan.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan judul yang penulis yang akan diteliti, diantaranya yaitu :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul

Penelitian Desain Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1. Widodo Hariyono Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja Dan Tingkat Konflik Dengan Kuantitatif dengan metode survey analitik menggunaka n rancangan 1. Beban Kerja 2. Stres Kerja 3. Konflik 4. Kelelahan Ada hubungan yang signifikan antara beban kerja, stres kerja dan konflik dengan

(6)

Perawat Di Rumah Sakit Islam sectional Islam Yogyakarta PDHI.15

No. Peneliti Judul

Penelitian Desain Penelitian Variabel Hasil Penelitian Yogyakarta PDHI 2. Murni Kurnia Kasmarani Pengaruh Beban Kerja Fisik Dan Mental Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rsud Cianjur Penelitian explanatory research dengan desain cross sectional dengan menggunaka n uji korelasi Rank Spearman dan Pearson Product Moment serta regresi linier sederhana. 1. Beban kerja 2. Stres Kerja Berdasarkan hasil penelitian, Perawat dengan beban kerja fisik ringan 96,2%, beban kerja mental tinggi 70,1% dan tidak mengalami stres kerja 70,1%.6 3. Inta Hestya Hubungan Kerja Shift Terhadap Kelelahan Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Sayidiman Magetan Penelitian deskriptif dengan menggunaka n pendekatan Cross Sectional 1. Kerja Shift 2. Kelelahan Adapengaruh kerja shift terhadap kelelahan perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan.16 4. Anita Mayasari Perbedaan Tingkat Kelelahan Perawat Wanita Shift Pagi Dan Malam Jenis penelitian ini adalah explanatory . Metode penelitian yang digunakan yaitu survei analitik dengan pendekatan be- lah lintang. 1. Kelelahan 2. Kerja Shift Rata-rata Tingkat kelelahan perawat wanita shift malam lebih tinggi daripada shiftpagi.17

(7)

Perbedaan penelitian dengan sebelumnya adalah pada variabel bebas yaitu toleransi stres dan status gizi, tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini belum pernah dijadikan tempat penelitian sebelumnya.

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini Algoritma Latent Semantic Analysis (LSA) dapat melakukan proses reduksi kalimat dengan lebih baik dibandingkan algoritma Feature Based sehingga mendapatkan

a) Buatlah dua buah objek 2D pada posisi view Top (misal sebuah lingkaran dan sebuah segi empat).. b) Selanjutnya seleksi objek yang ingin di Move dan beri perintah MOVE pada

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan yang jelas dan terukur, motivasi kerja, sistem pengukuran kinerja, insentif, dan desentralisasi berpengaruh signifikan

Perusahaan menginginkan bahwa modal tersebut harus kembali dalam waktu 15 tahun dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Berikan komentar apakah manajemen telah

Jika dilihat dari besarnya nilai persentase mortalitas pada kedua jenis kayu, maka waktu yang efisien sebagai pengujian adalah 4 minggu, karena nilai mortalitas

Penampilan wanita tomboy memang sangat kasual, namun untuk memberikan daya tarik tersendiri tips-tips berikut ini bisa Anda coba, jika Anda wanita tomboy yang juga ingin

Tanaman obat yang sering dipakai oleh masyarakat Desa Adat Tamkesi adalah, dalam bahasa lokal setempat disebut non beska yang digunakan untung mengobati gomak,

Hyundianto Arif Gunawan, III/b PRFN Pasca Sarjana Perekayasa Ahli Pertama Saya bekerja di PRFN yang Hadir.. S.T.,M.T Teknik Mesin mendapat tugas