• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 32 TAHUN 2007 RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 32 TAHUN 2007 RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 32 TAHUN 2007

RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTR

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan meninggkatkan pelayanan kepada masyarakat telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 16 Tahun 2007 tentang Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri;

b. bahwa sejalan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka terhadap izin usaha industri, izin perluasan dan tanda daftar industri perlu dipungut retribusi;

c. bahwa untuk maksud sebagaimana huruf a dan b di atas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu.

(2)

Mengingat 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II

dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1821) ;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3274);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74,

Tambahan. Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3611);

5. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3685)

sebagaimana telah diubah dengan Undang

-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4048) ;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

7. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4389);

8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548 );

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

(3)

11. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 148/M/SK/7/1995 tentang Penetapan Jenis dan Komoditi Industri yang Proses Produksinya Tidak Merusak ataupun Membahayakan Lingkungan serta Tidak Menggunakan sumber Daya Alam Secara Serlebihan;

12. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 108/MPP/Kep/5/1996 tentang Standarisasi, Sertifikasi, Akreditasi dan Pengawasan Mutu Pusat di Lingkungan Depperindag;

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungn Pemerintah Daerah;

14.Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/M-IND/Per/5/2005 tentang Penetapan Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tatacara Pemungutan Retribusi Daerah;'

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tatacara Pemeriksaan dibidang Retribusi Daerah;

17. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 590/MPP/Kep/12/1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten/Kota;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 16 Tahun 2007 tentang Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (Lembaran Daerah kabupaten Ogan Kmering Ulu Tahun 2007 Nomor 16).

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

dan

BUPATI OGAN KOMERING ULU

MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN

KOMERING ULU TENTANG RETRIBUSI IZIN

USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA

DAFTARINDUSTRI.

BABI

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu.

2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu.

(4)

adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

4. Pejabat retribusi

berlaku.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak

melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan

Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau

Oaerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, Yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang

sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. 6. Oinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Pengusaha Kecil

Menengah adalah Oinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Pengusaha Kecil Menengah Kabupaten Ogan Komering Ulu.

7. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau jadi menjadi barang

dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk

kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

8. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan

dibidang usaha industri, "dapat berbentuk perorangan, perusahaan, persekutuan dan badan hukum lainnya.

9. Jenis Industri adalah bagian suatu cabang industri yang

mempunyai ciri khusus yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir

dalam proses.

10.lzin Usaha Indsutri selanjutnta disingkat IUI adalah Izin Usaha

Indsutri yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepad~

perusahaan industri yang memiliki investasi lebih dan

Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan.

11.Tanda Oaftar Industri selanjutnya disingkat TOI adalah Tanda Oaftar Industri yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada perusahaan industri yang memiliki investasi seluruhnya sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan.

12. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

13.Retribusi Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Oaftar Industri yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin usaha industri, izin perluasan dan tanda daftar industri.

14.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang - undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

15. Masa Retribusi adalah jangka waktu pemberian izin usaha industri, izin perluasan dan tanda daftar industri dari Pemerintah Kabupaten.

16. Surat Ketetapan Retribusi Oaerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRO adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar selanjutnya disingkat SKROLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah ~redit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tldak seharusnya terutang.

(5)

18. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang sela.njutnya ~apat disingkat

STRD adalah surat untuk melakukan taglhan retnbusi dan atau

sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

19.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari

mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah dan

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan

Perundang - undangan Retribusi Daerah.

20.Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah

serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri

Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari, serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak

pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan

tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal2

Dengan nama Retribusi Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda

Daftar Industri dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian

Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri kepada

orang pribadi atau badan.

Pasal3

Obyek Retribusi adalah pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri kepada orang pribadi atau badan.

Pasal4

Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diberikan Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal5

Retribusi Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

BABIV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan nilai investasi perusahaan industri tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

BABV

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi biaya administrasi perizinan dalam rangka pembinaan, pengaturan dan pengawasan perusahaan industri

(6)

BABVI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal8

(1) Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis izin, kelompok industri, dan nilai investasi.

(2) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

No. Jenis Izin Kelompok Industri Nilai Investasi Tarif

I. IUI 1. Perusahaan Industri

Besar:

• Golongan I > Rp. 2.000.000.000,- Rp. 1.500.000,

-- Golongan II > Rp. 500 Juta sId Rp. 2 Milyar Rp. 750.

000,-2. Perusahaan Industri > Rp. 200 Juta sId 500 Juta Rp. 500.

000,-Menengah

II. TOI Perusahaan Industri Kecil:

- Golongan I Rp. 5 Juta sId 25 Juta Rp. 50.000,

-- Golongan II " > Rp. 25 Juta sId 100Juta Rp. 100.

000,-- Golongan III > Rp. 100 Juta sId 200 Juta Rp. 250.

000,-III. Izin 1. Perusahaan Industri - Perluasan di alas 50 % Rp. 375.

000,-Perluasan Besar - Perluasan 30 %s/d 50 % Rp. 225.

000,-IUI

2.Perusahaan Induslri - Perluasan di alas 50 % Rp. 250.

000,-Menengah - Perluasan 30 %s/d 50 % Rp. 175.000,.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal9

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten.

BAB VIII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu berlakunya IUI, Izin Perluasan, dan TOI yaitu selama perusahaan industri yang bersangkutan beroperasi.

Pasal11

Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRO atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 12

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT.

(7)

BABX

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 13

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terurang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BABXI

TATA CARA PEMBA YARAN DAN PENAGIHAN Pasal 14

(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka untuk 1

(satu) kali masa retribusi.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-Iambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 15

(1) Pengeluaran Surat Teguran I Peringatan I Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran

I

peringatan I surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan

oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah

dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut .

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkan SKRDLB. •

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 1(sutu) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

(8)

Pasal 17

pengembalian kelebihan pembayaran retribusi tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya (1) Permohonan

diajukan secara menyebutkan :

a. nama dan alamat wajib retribusi; b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung oleh yang bersangkutan atau melalui pas tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Kabupaten atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti sa at permohonan diterima aleh Bupati.

Pasal 18

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, ~ebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 19

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain dapat diberikan kepada pengusaha kecil untuk mengangsur.

(3) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain untuk mengangsur, karena bencana alam dan kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan aleh Bupati.

BAB XIV

KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal20

(1) Penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapuskan.

(9)

BABXV

KETENTUAN PIDANA Pasal 21

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (em pat) kali jumlah retribusi terutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pad a ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVI PENYIDIKAN

Pasal 22

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Iingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau

badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

I. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang bertanggung jawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) .membe.ri~ahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasll penyldlkannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat P~lisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang dratur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Pasal23

Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

(10)

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP Pasal24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Ditetapkan di Baturaja

pada tanggal, 10 Desember 2007

Diundangkan di Baturaja

pada tanggal, 10 Desember.2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2007 NOMOR 32

Referensi

Dokumen terkait

• If you want to end a line or scribbled path, let go of the mouse button. 5) To make the path mimic an exit efect, set an efect option ater the motion path to fade the item (select

Pada usecase diagram sistem penjualan terlihat adanya aktivitas dari pelanggan untuk melihat barang, memilih barang, melakukan registrasi untuk pelanggan baru, memesan barang

langsung dan manfaat tidak langsung keberadaan dari ekosistem terumbu karang dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sehingga dapat menentukan jenis wisata bahari

Consider a source of self help and self improvement practices that gives a wide enough choice to find what´s right for you?. Here are some of the benefits you can enjoy with the

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar protein yang terkandung dalam brownies fungsional dengan proporsi 30% tepung pisang batu adalah sebesar 6,04% lebih tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan masyarakat Jember menerima produk K-Link Berbasis Syariah ditinjau dari aspek budaya yang tergolong Islam yang masih

Hasil simulasi dinamika molekul didapat nilai energi potensial dan energi total dari senyawa PAMAM G3 terkonjugasi Ho(III)DTPA dan asam folat yang paling stabil pada

Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dari adanya integrasi harga minyak bumi, harga minyak kedelai, harga CPO Rotterdam, harga CPO Malaysia, harga ekspor